A Family

Malam itu, Changmin sudah berada di dalam mobil Hyunjae. Dibandingkan rasa takut karena akan bertemu orang tua sang kekasih, perasaan Changmin malam itu lebih tepat jika di deskripsikan sebagai perasaan sedih. Sedih karena idolanya akan mengikat orang lain sebagai calon pendamping hidupnya.

Mata Changmin mengerjap beberapa kali ketika mobil yang dikemudikan Hyunjae memasuki wilayah elite. Changmin sangat tahu jika Hyunjae berasal dari kalangan kaya raya, tetapi ia tidak pernah berfikiran jika kekasihnya benar-benar kaya raya. Ji Changmin dibuat berdecak kagum dengan bangunan di sekitarnya.

Hyunjae mulai mengurangi kecepatan mobilnya saat jalanan terasa semakin menyempit karena banyaknya karangan bunga di sisi kanan serta sisi jalan. Changmin harus menyipitkan matanya agar dapat membaca tulisan pada setiap karangan bunga yang ia lewati, tetapi usahanya tersebut gagal bahkan hingga Hyunjae menghentikan laju mobilnya.

“Ayok, turun!!” Hyunjae menggandeng tangan Changmin dengan protektif. Setiap orang yang mereka lewati sejak di luar hingga ke dalam rumah itu menyapa Hyunjae dengan ramah.

“Kita ke mami papi dulu ya? Kalo acara udah mulai, mereka pasti susah ditemuin” Changmin mengangguk setuju walau banyak sekali pertanyaan di dalam otaknya saat ini.

Jantung Changmin baru berdegup cepat saat melihat beberapa orang yang usianya jauh lebih tua dari dirinya. Ia baru sadar bahwa ia akan segera bertemu dengan orang tua kekasihnya. Changmin mengeratkan genggaman tangannya sehingga membuat Hyunjae menoleh dan tersenyum.

“Tenang, mereka engga gigit kok! Paling nyubit sedikit, soalnya kamu lucu” Gombalan yang Hyunjae lontarkan tidao mampu membuat Changmin lebih tenang, karena jantung lelaki tersebut justru berdetak semakin cepat.


Perkenalan dengan orang tua Hyunjae terjadi begitu saja. Changmin bersyukur karena dirinya tidak memalukan di depan orang tua sang kekasih. Tetapi, sebuah pertanyaan menambah beban pikirannya saat ini. Sebuah nama yang diucapkan Hyunjae saat berbicara dengan orang tuanya.

“Ke kamar abang kamu dulu sana, temenin dia sebelum acara”

“Sangyeon kan udah gede, mi! Masa masih harus ditemenin?”

Changmin berfikir, nama tersebut tidak mungkin hanya dimiliki satu orang di negaranya. Orang dengan nama tersebut tidak mungkin orang yang sama yang malam ini juga mempunyai sebuah acara sakral dalam hidupnya.

Hyunjae membawa Changmin ke lantai dua rumah tersebut. Suasana di lantai dua lebih sepi dibandingkan lantai satu dimana pusat acara dilaksanakan. Langkah Changmin yang terhenti, membuat Hyunjae ikut menghentikan langkahnya.

“Nanti aku jelasin, ya? Kita ketemu abang dulu” Changmin mengeryitkan keningnya. Sebuah foto keluarga yang terpasang pada dinding rumah adalah sebab mengapa ia menghentikan langkahnya.

“Akhirnya! Berani nikahin anak orang juga lo, bang?” Changmin tidak mampu melanjutkan langkahnya sesaat setelah Hyunjae membuka pintu sebuah kamar. Disana, Sangyeon berdiri dengan tampan sambil tersenyum.

Sangyeon, aktor favorit yang selama ini ia sering ceritakan kepada Hyunjae itu sedang berdiri di hadapannya. Bahkan Hyunjae memeluk Sangyeon erat seakan mereka adalah dua orang yang telah mengenal lama satu sama lain.

“Sayang, sini! Kenalin, ini abang aku... Lee Sangyeon” Entah, Changmin bingung harus bahagia atau sedih malam itu. Berjabat tangan dengan Sangyeon terasa tidak nyata walau hal tersebut benar-benar baru terjadi beberapa detik yang lalu.

Changmin masih terdiam mencerna semua yang terjadi hingga tepuk tangan riuh menyadarkannya saat Sangyeon selesai bertukar cincin dengan tunangannya.

kapila