A fight.


Sepasang anak adam tersebut berteriak. Beradu oktaf satu dengan yang lainnya. Membuat otot leher mereka bekerja lebih berat dari biasanya. Mata mereka merah karena amarah. Nafas mereka beradu karena emosi yang memuncak.

“Aku kan udah bilang dari awal, kalo aku sibuk. Kok kamu ga ngerti sih?”

“Aku selalu ngertiin kamu! Aku ga pernah ganggu jadwal kamu sehari pun, tapi aku mohon untuk kali ini luangin waktu kamu. Aku ini sebenernya siapa kamu sih? Cuma pajangan kamu di apartment ini?”

Seungyoun dan Sejin yang sudah berteriak kurang lebih sejam di dalam apartment pribadi mereka. Teriakan dan emosi seakan sudah menjadi makan sehari-hari mereka berdua. Mereka saling mencintai tetapi di sisi lain, mereka juga sering menyakiti.

Seungyoun dan Sejin beradu tatap dengan tatapan emosi satu sama lain sebelum Seungyoun menarik tengkuk dan pinggang Sejin agar jarak diantara keduanya semakin dekat. Seungyoun mendaratkan bibirnya di bibir Sejin yang serta merta di balas Sejin dengan mengalungkan kedua tangannya di leher Sejin.

Nafas mereka berdua memburu sama seperti gerakan bibir mereka yang berantakan. Seakan-akan ada pohon besar dihadapannya, Sejin melompat kecil dan melingkarkan kakinya di pinggang Seungyoun persis seperti seekor koala. Sesekali Sejin menarik rambut Seungyoun dengan bibir yang masih beradu lumat dengan Seungyoun.

Seungyoun berjalan pelan tapi pasti menuju kamar pribadi miliknya dan juga milik Sejin. Tangan Seungyoun tidak tinggal diam, tangan besar tersebut mengusap punggung Sejin dari dalam kaos yang Sejin kenakan membuat Sejin melenguh pelan karena sentuhan tersebut.

Tepat di depan pintu kamar, Seungyoun membuka kaos Sejin dan membuangnya asal membuat tautan bibir keduanya terputus beberapa detik, Dada keduanya naik turun, tatapan keduanya masih sarat akan emosi tetapi keduanya tetap memilih menautkan bibir mereka kembali.

Kaki kiri Seungyoun seperti sudah hafal apa yang harus dilakukan, yaitu menendang pelan pintu kamar agar tertutup. Seakan tidak mau kalah dengan kekasihnya, Sejin juga membuka kaos milik Seungyoun dan membuangnya asal. Tubuh bagian atas mereka sudah polos, membuat sentuhan diantara kulit dapat semakin mereka rasakan.

Panas, itu yang dirasakan keduanya. Seungyoun melempar pelan tubuh kecil Sejin ke atas kasur. Wajah merah Sejin dan bibir merah sedikit membengkak itu membuat Seungyoun menyunggingkan senyumnya. Seungyoun dan Sejin bergerak serempak, membuka pelapis kaki mereka masing-masing menyisakan lapisan terakhir yang menutupi kebanggaan mereka.

Seungyoun menunduk dan kembali menyapa bibir Sejin, membuat Sejin berbaring sepenuhnya diatas kasur dengan Seungyoun berada diatasnya. Emosi keduanya masih jelas terasa, karena apa yang mereka lakukan saat ini terkesan terburu dan berantakan.

Menit berikutnya, yang terdengar di dalam kamar temaram tersebut hanya desahan dan lenguhan serta bunyi kulit saling beradu. Seungyoun tersu bergerak diatas Sejin yang sudah bermandi peluh di bawahnya. Keduanya saling tatap saat masing-masing diantara mereka mencapi putih.

“I love you”ucap Seungyoun mencium singkat bibir Sejin yang masih mengatur ritme nafasnya.

“I love you, more...”ucap Sejin sambil mengusap kepala kekasihnya tersebut.


“Aku udah batalin jadwal aku seminggu ke depan, jadi apa rencana kamu?“ucap Seungyoun berjalan kearah dapur, dimana Sejin sedang menyiapkan sarapan mereka.

“Kerumah orang tuaku dua hari, setelahnya kita liburan berdua”ucap Sejin santai sambil menatap Seungyoun.

Seungyoun tersenyum, tetapi tangannya yang nakal juga mengusap paha Sejin hingga membuat Sejin membulatkan matanya.

“Can i get more?”ucap Seungyoun yang mencium tengkuk kekasihnya dan Sejin menggeleng.

“Apa kita harus berantem dulu?“ucap Seungyoun yang membuat Sejin menatap Seungyoun malas.

Melupakan soal sarapan, Seungyoun mengangkat Sejin dan menggendongnya menuju kamar mereka. Tidak perlu ada pertengkaran pagi itu untuk membuat Sejin mendesah kembali dibawah Seungyoun.

(xposhie)