A Midnight Call
Hyunjae fokus menatap layar komputer jinjing miliknya yang menampilkan seorang lelaki dewasa yang sedang termenung lemah. Hyunjae beberapa kali menyunggingkan senyum, berharap sang lawan di sebrang sana ikut tersenyum bersamanya walaupun gagal.
“Maaf...” Hyunjae mengernyitkan keningnya bingung. Kata pertama yang terucap dari bibir sang kekasih yang berjarak ratusan kilometer itu justru kata maaf. Sebuah kata yang menurut Hyunjae tidak diperlukan untuk saat ini.
“Sayang liat aku dulu, please?” Juyeon belum sempat mengucapkan kata selanjutnya ketika Hyunjae berbicara dan membuat dirinya menatap Hyunjae dengan tatapan lesu. Juyeon menatap seseorang yang terlampau manis parasnya itu, membuat dirinya ingin sekali memeluknya sosok tersebut saat itu juga.
_“Aku ga pernah bilang kamu harus selalu juara, kan? Aku cuma minta kamu untuk hati-hati dan terluka. Bagi aku, juara itu bonus. Tapi, lihat kamu sehat kayak sekarang itu sebuah hadiah yang terlampau besar.” Juyeon akhirnya menyungginkan senyum pertamanya malam itu dan Hyunjae ikut tersenyum setelahnya.
_“Maaf, bukannya aku bermaksud meremehkan usaha kamu. Tapi, beneran deh tadi kamu hebat, bahkan terlampau hebat. Kamu berhasil kembali ke posisi setelah hampir jatuh, kan? Kamu hebat, sayang...” Ucap Hyunjae lagi. Setelah ucapan Hyunjae tersebut, keduanya hanya dapat terdiam. Suasana pun kembali hening.
“Kenapa? Ada yang mau kamu tanyain ke aku? Atau ada hal yang ganjel di hati kamu?” Bingo! Hyunjae menebak dengan sangat tepat, karena setelahnya Juyeon menegakkan tubuhnya untuk kembali membuka suara.
“Kamu nonton? Pertandingan tadi, kamu nonton?” Juyeon bertanya terlampau lemah. Hyunjae mengangguk antusias walau tiga detiknya ia mengerucutkan bibirnya lagi, _“Tapi maaf, cuma beberapa lap terakhir dan itu pas kamu hampir tergelincir...” Hyunjae berujar dengan sama pelannya.
“Sayang... Kenapa sekarang jadi gantian kamu yang sedih?” Juyeon terkekeh pelan yang justru membuat Hyunjae semakin mengerucutkan bibirnya. Juyeon tertawa puas melihatnya.
Hyunjae dan Juyeon larut dalam percakapan yang biasa mereka lakukan sebelumnya. Tanpa mengingat apa yang terjadi beberapa hari kebelakang, keduanya bercerita tentang hari mereka. Bercerita tentang apa yang mereka lakukan bahkan apa yang mereka makan beberapa hari ini.
kapila