A Model

Hyunjae sedang menggenggam sebuah botol minuman isotonik serta handuk kecil ketika seorang remaja tanggung menghampirinya.

“Juyeon hebat, seperti biasa!” Hyunjae remaja menyerahkan minuman isotonik itu sembari menyeka keringat yang membanjiri wajah Juyeon.

“Maaf ya, kamu selalu kepanasan kalo nungguin aku” Juyeon mengipas-kipas kecil telapak tangannya di depan wajah Hyunjae hingga membuat Hyunjae tersenyum manis.

“Juyeon kan ganteng, kenapa engga mau jadi model juga kayak Hyunjae? Jadi kita bisa casting kesana kemari bareng-bareng! Pasti seru kerja bareng.

Juyeon hanya dapat tersenyum mendengar ucapan Hyunjae sore itu. Ia tidak melayangkan protes atapun ucapan lainnya yang dapat menyakiti hati Hyunjae.

“Hyunjae izinin Juyeon dulu ya buat jadi Pembalap Professional. Kalo nanti, Juyeon udah sukses, Juyeon coba jadi model kayak Hyunjae. Biar kita bisa kerja bareng!”

“Loh emang Pembalap bisa jadi model?” Hyunjae tertawa karena ia tidak mengetahui faktanya saat itu. Banyak pembalap yang menjadi model pakaian olahraga hingga minuman isotonik seperti yang digenggam Juyeon sekarang.

Fikiran Juyeon berkelana tepat ke tahun-tahun saat dirinya masih ikut klasifikasi pembalap junior. Hyunjae tidak pernah absen menonton pertandingan Juyeon saat itu. Ia selalu duduk di tribun utama dengan sebuah botol minuman dan handuk di tangannya.

“Lo yakin, Juy? Kita coba bilang ke Team dulu. Untuk masalah clothing brand itu, nanti gue yang maju deh soalnya kebetulan gue kenal atasannya”

Juyeon tertawa mendengar penjelasan Kevin barusan, “Yakin cuma kenal?” Ledekan Juyeon berhasil membuat wajah Kevin merah padam.

“Tapi kita tetep harus ngomong sama Team, pihak clothing brand sama Management Hyunjae. Banyak hal yang kita harus lakuin sebelum lo benar-benar banting stir.”

“Setahun cukup, kan? Sekalian gue nyelesaiin musim terakhir gue” Kevin menatap Juyeon dalam. Teman sekaligus rekan kerjanya itu selalu sungguh-sungguh dalam menjalankan segala sesuatu sehingga Kevin tidak akan pernah ragu untuk membantunya.


“Iya, Kev. Lo tenang aja. Masalah Sangyeon udah selesai kok. Hal kayak gini tuh biasa, apalagi dia Aktor terkenal dan fansnya banyak. Jadi, ibaratnya tuh dia tetep akan ada yang bela dan dukung walaupun dia mundur atau ngelakuin sesuatu secara tiba-tiba.”

Perbincangan Kevin dan Chanhee sore itu sedikit banyak membuat Juyeon bernafas lega. Masih ada beberapa pertandingan lagi hingga ia baru benar-benar dapat memeluk Hyunjae dan mendengarkan seluruh cerita langsung dari tunangannya itu.


“Lo tetap akan menjadi bagian dari Tim ini kok, Juy. Kita tau gimana lo selalu kerja keras, jadi kita akan terus support apapun pilihan lo.”

“Sorry ya, gue kesannya ngemis kerjaan ke orang lain. Padahal gue punya segala sesuatu di LJY Team yang udah gue anggap rumah sendiri.”

Rapat yang entah sudah dilaksanakan sore hari itu berlangsung sedikit sendu. Perpisahan Juyeon dengan LJY team semakin terlihat di depan mata.

“Kalo lo jadi model, jangan lupa ya sponsorin kita!” Juyeon tertawa terbahak saat mendengar celetukan pemimpin timnya.

“Pas gue nikah, lo semua pokoknya harus dateng. Gue bakalan cek siapa aja yang absen pas gue nikah nanti.” Seluruh anggota LJY Team tertawa. Pelukan demi pelukan diterima Juyeon malam itu. Ia resmi pensiun dari dunia balap yang telah membesarkan namanya tersebut.

kapila