Alone.
Being alone Being still Is this a difficult thing to do Even if we're alone, even if we're together The loneliness still feels the same One day it will stop
Sejin meletakan mainan berbulu yang sedang ia kerjakan tersebut kembali ke atas meja. Ia mencoba merenggangkan badannya yang mulai kaku karena duduk dengan posisi sama hampir tiga jam lamanya. Awalnya ia melakukan tersebut untuk mengusir sepi dan menghapus bayangan seseorang tetapi semakin lama mencoba semakin tidak berhasil. Setidaknya sore itu, lima mainan bulu menjadi korban dari ketidak fokusan seorang Lee Sejin.
Lee Sejin melangkahkan kakinya menuju balkon, mencoba menghirup udara malam yang mungkin sudah sarat akan polusi karena semakin sedikit manusia yang mengendarai mobil pada malam hari. Sejin mengerucutkan bibirnya ketika ia tidak menemukan satupun bintang dilangit.
Sejin mengambil nafas panjang dan membuangnya perlahan. Entah mengapa, fikirannya terasa berat tiga hari belakangan ini. Setidaknya setelah ia memimpikan seorang lelaki yang menatapnya dengan tatapan sayu. Tatapan yang hingga sekarang membuat Sejin bertanya-tanya.
Sejin merogoh kantong celana bahan yang ia gunakan dan menemukan ponsel pintarnya disana. Puluhan pesan singkat dari sang kekasih membuat Sejin tersenyum tetapi notifikasi media sosial membuat senyumnya perlahan memudar. Ia membuka halaman media sosial tersebut melalui notifikasi yang muncul.
“You’re the only one missing in my world But it feels like I’ve lost everything”
Sejin tersenyum getir membaca postingan seseorang yang masih sangat ia kenal tersebut. Seseorang yang sangat ia kenal tetapi berusaha ia lupakan saat ini. Usaha yang hingga kini belum seratus persen berhasil ia lakukan. Sejin pun memilih kembali menyimpan ponsel pintarnya. Ia memejamkan mata dan kembali merasakan kesendiriannya malam itu dan berharap semuanya akan cepat berakhir.
Aren't things supposed to happen Like the way it's said or the way it's thought Even if I bask in the sunlight, even if I take a deep breath It's not easy One day it will stop
Sinar matahari siang itu membuat Sejin sedikit meluangkan waktunya untuk berjalan disekitar taman. Panas tidak masalah bagi dirinya, karena manusia juga membutuhkan sinar matahari dalam hidupnya. Sejin berdiri di sebuah taman yang sedikit ramai di pusat kota tersebut. Merasakan bagaimana sinar matahari menyapa kulitnya pucat pasinya.
Sejin menarik nafasnya panjang ketika hal yang sengaja ia lupakan kembali datang menyapa. Manusia tidak boleh dengan gamblang mengatakan sesuatu, karena sebagian besar yang terjadi adalah hal sebaliknya, seperti yang dialami Sejin sekarang. Ia berusaha melupakan bayangan itu, melupakan mimpinya, tetapi tidak berhasil bagaimanapun.
Bayangan tersebut tidak hilang dibawa angin malam yang berhembus. Mimpi tersebut bahkan tidak hilang terserap panas matahari. Sejin benci dengan usaha yang ia lakukan yang berakhir gagal dan berantakan tersebut. Sejin menarik nafasnya panjang, kembali mencoba semuanya dari awal, mencoba melupakan dan berharap semuanya akan berhenti sesuai keinginannya.
And I’m gonna stop cryin’, stop feelin’ Stop thinkin’ ‘bout you my babe I'm going to stop crying now, gonna break free I'm going to take more care of myself And I'm gonna stop
Dibawah sinar matahari yang bersinar terik dan dengan beberapa mata yang menatapnya bingung, Sejin tersenyum getir. Menghapus air matanya yang entah kapan menetes membuat jalur basah di kedua pipinya. Sejin kembali menarik nafasnya dan membuangnya perlahan saat dirinya kembali membulatkan tekad untuk melupakannya. Melupakan semua memori dan kenangan tentang orang yang datang ke mimpinya beberapa hari lalu.
Sejin meraih ponsel pintarnya, menekan beberapa angka yang telah ia ingat diluar kepala. Sejin terkejut dan menoleh kala ponsel berdering di dekatnya. Sejin tersenyum, melihat lelaki yang sejak tadi berdiri dibelakangnya. Melambaikan sebuah ponsel dan tersenyum ke arahnya.
Sejin memutuskan mematikan panggilanya dan berlari ke arah lelaki tersebut, memeluknya dan menghirup dalam-dalam aroma lelaki tersebut. Sejin dengan tekad bulatnya melupakan Seungyoun dengan memfokuskan dirinya dan kekasihnya yang sekarang berada dalam pelukannya.
“Kamu udah makan?”tanya Sejin manja dan dibalas gelengan dari kekasihnya tersebut.
“Belum. Sengaja jemput kamu buat makan siang bareng eh kata staff, kamu pergi ke taman sebentar yaudah....”
Sejin memotong ucapan Seungho -kekasihnya dengan sebuah kecupan singkat dibibir. Seungho tersenyum dan mengusak kepala Sejin yang beberapa centi lebih kecil darinya itu. Seungho pun meraih tangan Sejin dan membawanya pergi dari taman menuju sebuah rumah makan favorit Sejin.
“I'm going to take more care of myself, And I'm gonna stop....”Sejin berucap dalam hati dengan tangan yang semakin erat menggenggam tangan Seungho. Melangkah dengan pasti menuju kebahagiannya yang lain.
(xposhie)