Atau.
Tiga Hari Lalu
“Susah bro! Gue kan udah kawin, engga kayak dulu bisa bebas hahaha”
Suara Jinhyuk siang itu dari dalam ruangannya, sukses membuat Wooseok terdiam. Diam terlalu lama hingga sekretaris Jinhyuk menyadarkannya.
Wooseok merubah semua rencana awalnya. Rencana awal dimana ia akan menikmati makan siang bersama suaminya, ia batalkan. Wooseok memilih menitipkan makan siang Jinhyuk kepada Yuvin, sekretaris Jinhyuk.
Wooseok dengan langkah terburu keluar dari gedung bertingkat tersebut. Tidak ada satu orang pun yang mengejar, tetapi langkahnya tetap terburu seakan ia ingin membawa dirinya segera pergi dari gedung terbut.
“Ah apa iya? Selama ini Jinhyuk merasa terkekang? Selama menikah, Jinhyuk tidak bebas seperti dulu?”
Berbagai fikiran negatif muncul dalam benak Wooseok hingga suara ponsel membuyarkan lamunannya. Sebuah pesan masuk dari suaminya, dengan kalimat sayang di akhir pesan yang membuat Wooseok tersenyum kecil.
Wooseok sadar pernikahan mereka berdua hanya karena sebuah perjodohan, tetapi Wooseok tidak tau jika Jinhyuk merasa terkekang dan tidak bebas setelah menikah dengannya.
“Apakah aku menghambat dirinya? Menghambat kehidupannya? Atau bahkan menghambat cita-cita yang belum ia raih?”
Lagi, Wooseok berfikiran negatif. Bahkan Wooseok mengabaikan panggilan masuk dari Jinhyuk, Wooseok tidak ingin emosinya menghancurkan segalanya.
“Cepet nikah! Temen lo tuh yang tahun lalu nikah, udah lagi hamil. Lo gamau punya keluarga kecil?”
“Nanti lah, entar gue engga bebas kalo habis nikah. Harus ngabarin dulu kalo mau kesini, izin segala macem ah ribet!”
Wooseok terdiam, mendengarkan dan memperhatikan kedua orang wanita yang duduk tidak jauh dari tempatnya duduk saat ini. Seakan fikiran negatifnya dibenarkan oleh salah satu wanita tersebut.
“Engga selamanya begitu! Banyak pasangan yang emang dukungan kok dan ga pernah ngelarang kita mau ini ataupun itu”
Wooseok menarik nafas panjang mendengar perkataan wanita lainnya dan berfikir bahwa selama ini dirinya tidak pernah melarang Jinhyuk. Wooseok tetap memberikan kebebasan kepada Jinhyuk setelah menikah.
Wooseok memilih pergi dari taman tersebut, membiarkan pikiran negatif memenuhi otaknya bahkan hingga ia sampai kerumah.
“Jinhyuk ini anak tante, karena sibuk jadi ga pernah ada waktu buat pacaran! Sampe tante gemes sendiri!”
Sebuah pembicaraan tujuh bulan lalu kembali melintas di fikiran Wooseok, kala orang tuanya memperkenalkannya dengan Jinhyuk.
“Kalo kamu nikah sama aku, mau tinggal sama aku? Jauh dari orangtua kamu?”
Wooseok juga ingat, saat Jinhyuk menanyakan hal tersebut tiga bulan setelah mereka berkenalan dan saat itu Wooseok menyetujuinya, tinggal bersama Jinhyuk orang yang bahkan baru ia kenal tiga bulan itu.
Wooseok tau, pengetahuan dirinya tentang diri Jinhyuk teramat minim. Lima bulan setelah berkenalan mereka memutuskan menikah. Mereka mencoba mengenal lebih dalam diri masing-masing seiring berjalannya waktu.
“Kalo ada yang kamu mau, bilang ya sama mas? Kalo ada yang kamu gasuka atau apapun itu, jangan dipendam sendiri! Bilang sama mas ya? Mas sekarang udab jadi suami kamu”
Malam setelah pemberkatan, Jinhyuk mengatakan hal tersebut. Sebuah ucapan yang membuat Wooseok bahkan berani meminta sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan biologisnya.
“Susah bro! Gue kan udah kawin, engga kayak dulu bisa bebas hahaha”
Tetapi ucapan Jinhyul tadi pagi seakan menghancurkan semuanya. Wooseok merasa Jinhyuk lah yang menyembunyikan sesuatu darinya. Tidak mengatakan hal yang ia rasa langsung kepada Wooseok hingga Jinhyuk merasa dirinya tidak bebas setelah menikah.
Wooseok menarik nafasnya panjang beberapa kali sebelum memgambil keputusan bulat untuk sementara kembali kepada orangtuanya. Wooseok belum sanggup bertemu Jinhyuk malam nanti, bahkan hanya untuk menanyakan ucapan Jinhyuk saja Wooseok belum berani. Wooseok membutuhkan waktu, mungkin satu minggu.
://atau [p] kata penghubung untuk menandai pilihan di antara beberapa hal (pilihan) Majalah, buletin, — surat kabar Jinhyuk&Wooseok — Jinhyuk/Wooseok