Awal yang baru.


Yuvin beberapa kali menarik nafas panjang. Jari jemarinya mengetuk kecil kemudi mobil dihadapannya. Tidak jarang ia melihat sebuah jam tangan di pergelangan tangan kirinya.

“Pertemuan pertama kita setelah lima tahun, kenapa harus begini?”

Batin Yuvin berkecamuk. Tetapi akhirnya Yuvin memutuskan keluar dari mobilnya. Ia sedikit mematut diri pada body mobil dan membetulkan setelan jas yang ia kenakan hari itu.

Yuvin berjalan masuk ke sebuah gedung. Atas arahan seorang penjaga gedung, Yuvin sudah tiba di hadapan sebuah ruangan tertutup. Lagi, batin Yuvin berkecamuk. Yuvin bahkan ingin kembali saat itu juga jika sebuah suara tidak mengintrupsinya.

“Yuvin? Kenapa ga masuk?”

Yuvin tersenyum kecil kepada seseorang yang baru saja menyapanya. Wooseok, seorang teman lama yang sedang menggendong seorang anak lelaki yang tertidur pulas.

“Anak lo?“tanya Yuvin basa basi, tetapi Wooseok menggeleng.

“Anak Yohan... Anak gue lagi dibawa Jinhyuk biar ga iri liat gue gendong anak lain”ucapan Wooseok membuat Yuvin tersenyum kecil.

“Masuk aja, di dalem ada Jinhyuk kok. Gue mau bawa dia ke kamar dulu “ucap Wooseok dan Yuvin mengangguk.

“Vin, are you okay?“tanya Wooseok dan Yuvin tersenyum kembali sambil mengangguk.

“Ikut sampai upacara selesai?“tanya Wooseok dan Yuvin sejenak memikirkan.

“Engga apa-apa. Mau gimanapun, lo pernah jadi orang terpenting dalam hidup Yohan”ucap Wooseok sebelum meninggalkan Yuvin di depan ruangan tersebut.

Flashback On

“Aku dapat beasiswa ke Thailand...”

“Hah? Selamat!!! Kenapa kamu ga excited?”

“Itu tandanya kita harus LDR? Kamu ga apa-apa?”

“Vin... I'm totally okay! Kejar impian kamu kemanapun dan aku bakal selalu dukung kamu”

“Tiga tahun, Han...”

“Ya... Terus kenapa?”

“Tiga tahun dan mungkin aku pulang setahun dua atau tiga kali aja?”

“Yuvin! Sekarang jaman teknologi canggih, kita bisa kan video call tiap hari? Tiga tahun, engga akan kerasa lama kok”

Sore itu, Yohan meyakinkan Yuvin bahwa Yuvin dapat mengambil beasiswanya ke Thailand. Yohan juga meyakinkan bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja asal tetap terjalin komunikasi yang baik antar keduanya.

“Sayang! Lagi ngapain?”

“Aku baru banget sampai apartment! Kamu?”

“Aku lagi ngerjain tugas terus kangen kamu makanya nelfon. Tumben kamu pulang malem?”

“Hm... Ada tugas kelompok tadi, jadi aku kerjain sampai selesai”

“Ah! Pulang sendiri?”

“Engga kok! Tadi aku kebetulan di anterin sama temen aku”

Perbincangan Yuvin dan Yohan malam itu berlangsung selama dua jam dan selama dua tahun menjalin long distance relationship semua berjalan lancar.

“Maaf vin, aku gabisa selalu hubungin kamu soalnya aku lagi sibuk urus skrispi aku”

“Sampai balas chat aku pun gabisa?”

“Engga bisa... Aku balas chat yang memang prioritasku dulu”

“Oh berarti sekarang aku bukan prioritas kamu lagi ya, Han?”

Menginjak tahun kedua, komunikasi diantara kedua semakin memburuk. Mereka berdua sering sekali beradu argumen dan tidak mau saling mengalah yang membuat pertengkaran sering terjadi karena masalah kecil.

“Aku liat foto kamu sama cowok lain, itu siapa Han?”

“Tengah malem kamu telfon, cuma mau ngomongin ini? Aku capek vin, mau istirahat”

“Aku juga capek, Han... Aku cuma tanya, cowok itu siapa?”

“Temen aku, udah puas?”

“Kalo sama temen jangan terlalu clingy, nanti dia anggap kamu kasih perhatian lebih

“Yuvin! Kenapa omongan kamu jadi ngelantur sih? Dia cuma temen aku dan ga lebih! Foto itu candid dan seakan-akan aku clingy ke dia, tapi sebenernya biasa aja kok”

“Han? aku tanya baik-baik, kenapa kamu jawab sambil emosi?”

“Karena pertanyaan kamu ga masuk akal! Aku capek dan kamu nanya hal ga penting kayak gitu. Kamu udah ga percaya sana aku?”

Malam itu, pertengkaran mereka semakin memanas. Kesibukan keduanya menjelang tugas akhir, membuat keduanya menjadi lebih sensitif. Yuvin dan Yohan memutuskan break untuk waktu yang tidak dapat ditentukan.

“Iya bun, aku di kontrak dua tahun dulu. Setelah itu, aku pulang terus lanjut kerja disana”

“Yaudah, bunda serahin apapun keputusan kamu. Tapi kamu udah bilang Yohan?”

“Yuvin sama Yohan lagi break bun, udah setahun belakangan ini”

“Kenapa? Kalian ada masalah? Selesaiin baik-baik ya sayang? Kalo perlu kamu pulang dulu buat nyelesaiin semuanya”

“Iya bun, nanti Yuvin coba fikirin”

Yuvin benar-benar memikirkan hal yang dia bicarakan bersama ibundanya. Tetapi, sebuah postingan muncul di media sosial salah satu temannya. Yohan sudah dilamar oleh lelaki lain, tepat saat hari kelulusan Yohan.

Yuvin tau semuanya sudah benar-benar berakhir sejak hari itu. Yuvin tau bahwa antara dirinya dan Yohan sudah tidak dapat bersatu lagi.

Flashback Off

“Yuvin?”

Yuvin menoleh saat seseorang kembali memanggilnya tepat setelah ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut. Yuvin menghampiri orang tersebut yang sedang berkumpul dengan beberapa orang yang memang ia kenal.

“Yohan mana?“tanya Yuvin pelan.

“Masih di dalem, kayanya gabisa ketemu sampai upacaranya selesai”Yuvin menarik nafasnya panjang dan mengangguk.

“Kasian Yohan, padahal mereka udah rencana nikah tahun depan”ucapan teman Yuvin lainnya membuat tubuh Yuvin tersentak karena terkejut. Fikiran Yuvin bercabang dan tidak fokus pada saat itu.

Suasana khidmat terasa di dalam ruangan tersebut ketika upacara sudah dimulai. Yuvin akhirnya dapat melihat Yohan untuk pertama kalinya. Yohan dengan muka merah sembab berjalan dengan setelan serba hitam.

Hati Yuvin sakit, melihat Yohan terisak. Bahkan Yohan harus dipapah di sisi kanan dan kirinya. Tepat dibelakang Yohan, sebuah peti dengan foto seorang lelaki bersiap diangkat oleh beberapa orang.

“Vin... Hangyul kecelakaan”

Kabar terakhir yang Yuvin dapatkan dari Wooseok semalam. Detik itu juga, Yuvin memikirkan bagaimana keadaan Yohan dan bagaimana terpuruknya Yohan menghadapi hal tersebut. Lee Hangyul, lelaki yang Yuvin tau sebagai lelaki yang melamar Yohan beberapa tahun silam.

Kembali ke hari ini, upacara pemakaman dimulai. Seluruh anggota keluarga menangis, termaksud Yohan. Tangis Yohan bahkan pecah saat peti orang yang ia sayangi mulai diturunkan. Yuvin mencoba menahan tangisnya saat melihat betapa terpuruknya Yohan hari itu.

Setidaknya butuh beberapa jam untuk Yuvin menunggu keadaan sepi dan Yohan benar-benar sendiri. Pertemuan pertama mereka setelah lima tahun lalu, saat Yuvin haru pergi karena beasiswa yang ia terima.

“Han?“Yuvin berucap terlampau lembut tetapi masih dapat di dengar Yohan.

“Vin? Yuvin?“Yohan kembali terisak saat melihag Yuvin, membuat Yuvin harus sedikit sigap menangkap tubuh limbung Yohan.

“Udah ya, Han? Kalo lo nangis terus, nanti kasian dia disana...“ucap Yuvin sambil mengusap punggung Yohan yang bergetar.

“Maaf.....“ucap Yohan pelan.

“Vin....... Maaf.....“ucap Yohan lagi.

“Hm? Kamu ga salah, jadi ga perlu minta maaf oke? Jangan nangis lagi, kasian dia kan disana ga tenang kalo liat kamu nangis begini...“ucap Yuvin yang mencoba mengusap pipi Yohan yang basah.

“Dulu, aku jahat sama kamu... Aku ninggalin kamu.... Sekarang aku ditinggal orang yang aku sayang....“ucap Yohan kembali terisak.

“Engga ada yang bisa disalahkan dan disesali disini karena semua udah takdir Tuhan... Kita gabisa ngelawan takdir yang udah dituliskan Tuhan, termaksud perpisahan kita tiga tahun lalu”Yuvin mencoba tabah di depan Yohan walaupun hal tersebut susah dilakukan.

“Kasian anak kamu kalo liat papahnya nangis kayak gini... Pasti dia bingung dan ikutan sedih juga nantinya”Yuvin mencoba tersenyum tipis.

Yohan menoleh saat mendapati Wooseok menggendong anak yang baru saja bangun dari tidurnya. Yohan menarik nafasnya dan menghapus air matanya sebelum mengambil alih anak lelaki tersebut dari Wooseok.

“Gue balik ya, Han?“ucap Wooseok berat hati dan Yohan mengangguk pelan.

“Iya ka engga apa-apa, kasian juga Jinwoo kalo kelamaan. Makasih ya ka? Maafin Hangyul juga...“Yohan kembali terisak saat menyebutkan nama Hangyul. Yuvin yang melihat hal tersebut berusaha mengajak main anak dalam gendongan Yohan yang sedikit merada bingung.

Setelah berpamitan, Wooseok meninggalkan Yohan bersama Yuvin duduk disebuah pohon besar yang tidak jauh dari makam Hangyul. Anggota keluarga Hangyul sudah lebih dahulu pulang, meninggalkan Yohan yang memang memilih bertahan lebih lama ditempat itu.

“Hyeongjun... Namanya Song Hyeongjun, anak yang kita lihat di panti asuhan waktu itu...“ucap Yohan menjelaskan sambil terisak dan Yuvin mengangguk. Iya, Yuvin sadar dan mengenal anak lelaki tersebut.

“Sengaja ga aku ganti nama keluarganya, karena aku tau kamu gamau ganti nama dia karena sama kayak nama keluarga kamu....“ucap Yohan lagi.

“Kamu mau pulang? Atau masih mau disini?“ucap Yuvin pelan dan hati-hati.

“Aku masih mau disini, nemenin Hangyul... Soalnya dia yang nemenin aku pas kita LDR waktu itu...“ucap Yohan tersenyum kecil.

“Kamu mau pulang? Engga apa-apa duluan aja...“ucap Yohan menambahkan. Tetapi Yuvin tetap berada disamping Yohan hingga matahari terbenam.

“Han... Kayanya kita harus pulang sekarang”ucap Yuvin saat melihat Hyeongjun menggeliat dipelukan Yohan. Beberapa jam lalu, Hyeongjun kembali tertidur setelah lelah tertawa bersama Yuvin.

Yohan menghela nafas panjang. Yuvin pun memilih mengambil alih Hyeongjun yang masih terlelap itu menjadi dalam gendongannya. Yohan kembali berjalan mendekati makam Hangyul.

“Gyul, aku pulang dulu ya? Maaf ga bisa nemenin kamu disini lebih lama... Makasih buat lima tahunnya... Kamu yang selalu dengerin aku selama Yuvin jauh, bahkan ngasih pundak kamu ketika aku capek sama semuanya...“pelan, Yuvin dapat mendengar suara Yohan.

“Kamu harus bahagia ya disana? Aku janji, aku bakaln bahagia disini sama Ujun”ucap Yohan lagi sambil mengusap air matanya.

“Ah iya... Ada Yuvin, Gyul...“Yohan menoleh dan memberikan kode agar Yuvin berjalan ke dekatnya.

“Sayang ya kalian belum kenalan... Ini namanya Yuvin, Gyul... Yang selalu buat aku uring-uringan beberapa tahun lalu”ucap Yohan yang diselingi tawa renyah di dalam isak tangisnya.

“Salam kenal ya, Gyul! Makasih udah baik banget sama Yohan selama ini...“ucap Yuvin pelan.

Yuvin dan Yohan memilih meninggalkan area pemakaman setelah berpamitan dengan Hangyul. Dengan sedikit paksaan, Yohan akhirnya mau ikut bersama Yuvin dan diantar pulang oleh Yuvin.

“Han?“ucap Yuvin membuka percakapan di mobil tersebut dan Yohan hanya berdeham.

“Maaf ya? Aku gatau kalo kamu...”

“Engga apa-apa... Aku kan udah bilang, kalo aku gamau ngehalangin cita-cita kamu. Kamu sama sekali ga salah, Yuvin”ucap Yohan memotong ucapan Yuvin.

Sesampainya di apartment milik Yohan, Yuvin memilih mengantar Yohan hingga masuk ke dalam apartmentnya karena Yohan cukup banyak membawa barang bawaan milik Hyeongjun.

“Passwordnya masih sama...“ucap Yohan saat mereka tiba di depan apartment Yohan malam itu.

“Makasih ya, Vin? Maaf pertemuan pertama kita lagi malah dalam keadaan begini”ucap Yohan setelah menidurkan Hyeongjun di kasurnya.

“Engga apa-apa. Aku dapat kabar dari Ka Wooseok dan aku kepikiran kamu pas dapet kabar itu”ucap Yuvin pelan. Yohan menatap Yuvin meminta penjelasan.

“Waktu itu, waktu kita berantem besar... Aku telfon bunda dan bunda suruh aku buat pulang dan ngomongin sama kamu... Bunda suruh aku minta maaf sama kamu”ucap Yuvin menjelaskan.

“Tapi... Aku batalin rencana aku waktu liat kamu dilamar Hangyul dua tahun lalu”ucap Yuvin tersenyum samar. Yohan menatap Yuvin lekat sebelum tersenyum.

“Bukan. Hari itu Hangyul kena dare dan harus ngelakuin hal itu di depan satu angkatan”ucap Yohan yang sudah duduk bersisian dengan Yuvin, menghadap sebuah televisi yang gelap.

“Aku sama Hangyul baru benar-benar pacaran setahun lalu, saat aku benar-benar sadar mungkin kamu ga akan kembali ke aku”ucap Yohan menunduk sambil memainkan ujung kemejanya. Nafas Yuvin tercekat. Mungkin, jika hari itu ia lebih berani, semua ini tidak akan terjadi.

“Maaf... Mungkin kalo hari itu aku...”

“Vin, bener kata kamu. Disini engga ada yang bisa disalahkan. Semua ini takdir Tuhan...“ucap Yohan yang lagi-lagi memotong ucapan Yuvin.

“Bahkan pertemuan kita hari ini juga Takdir Tuhan...“ucap Yohan menatap Yuvin sambil tersenyum kecil.

“Han... Aku boleh peluk kamu?“ucap Yuvin setelah beberapa lama keadaan hening menyelimuti keduanya. Yohan mengangguk dan Yuvin membawa Yohan masuk dalam dekapannya.

“Aku kangen sama kamu...“ucap Yuvin memeluk Yohan erat.

“Aku juga...“ucap Yohan pelan.

Pelukan keduanya harus terputus saat terdengar tangisan kecil Hyeongjun dari dalam kamar. Yohan tersenyum sebelum berjalan masuk ke dalam kamar diikuti oleh Yuvin.

“Hm... Besok aku kayanya mau balik ke makam dan ketemu keluarga Hangyul”ucapan Yuvin membuat Yohan menoleh.

“Aku mau izin sama Hangyul dan keluarganya buat mulai semuanya dari awal sama kamu”ucap Yuvin melanjutkan dan Yohan tersenyum.

(xposhie)