Berkunjung
Changmin hanya dapat diam disebelah Younghoon yang tengah fokus dengan jalanan yang cukup ramai dihadapannya. Kemarin, Changmin akhirnya menyetujui tawaran Younghoon untuk mengantarnya pulang kerumah untuk bertemu dengan Bunda.
“Tapi, kalo besok naik bis aja gimana?”
“Kalo gitu berarti gue engga nganterin dong tapi nemenin?”
Kemarin Changmin dan Younghoon sempat sedikit beradu pendapat tentang kendaraan yang hari ini akan mereka gunakan. Changmin bersikeras untuk mengendarai kendaraan umum, sedangkan Younghoon juga bersikera untuk menggunakan kendaraan pribadinya.
“Ah! Gue ngerti... Besok kita naik mobil aja, engga naik lambo kuning itu kok. Lo tenang aja ya?”
Changmin awalnya tenang mendengar alasan yang Younghoon berikan kemarin, tetapi saat Younghoon datang pagi ini, Changmin kembali tidak bisa tenang. Younghoon mengendarai range rover hitam miliknya yang Changmin yakin harganya juga tidak jauh dari lamborghini yang biasa Younghoon kendarai.
“Changmin, kok lo diem aja? Belum sarapan ya? Mau sarapan dulu ga?“pertanyaan Younghoon sukses membuat Changmin tersadar dari lamunannya.
“Hm... Tadi gue udah minum susu sama makan roti sih. Tapi kalo lo mau makan dulu engga apa-apa, gue temenin kok”ucap Changmin yang mencoba tenang. Younghoon pun mengangguk sejenak sebelum memutar kemudinya berbelok ke sebuah kafe yang menyediakan layakan drive thru.
“Mau minum engga? Atau beli roti lagi?“tanya Younghoon, tetapi Changmin hanya menggeleng dan menolak secara halus.
Changmin sesekali melirik kearah Younghoon yang sedang membacakan pesanannya dan berfikir, mengapa orang semenarik Younghoon bisa dengan santainya menawarkan diri untuk mengantar Changmin pulang. Changmin bahkan tidak pernah bermimpi dapat kenal dengan anak salah satu pengucur dana untuk dana beasiswanya.
“Nih pegang, siapa tau nanti lo haus atau laper”ucap Younghoon yang menyerahkan bungkusan coklat berisikan kue serta satu cup jus yang berhasil membuat Changmin membasahi bibirnya.
“Lo biasanya pulang berapa minggu sekali?“tanya Younghoon yang kembali fokus ke jalanan di hadapannya sambil sesekali menyesap kopi yang sebelumnya ia beli.
“Sebenernya tergantung, tapi paling cepet tiga bulan sekali. Soalnya semakin sering pulang, semakin sering juga kangen bunda”ucap Changmin menjelaskan.
“Sorry mau tanya, lo anak tunggal? Atau punya saudara?“tanya Younghoon lagi.
Terimakasih kepada Younghoon dan pertanyaannya, perjalanan mereka pagi itu dapat diisi dengan cerita-cerita singkat keduanya. Dimana Changmin menceritakan tentang keluarganya dan kakak perempuannya yang sudah berkeluarga serta Younghoon yang menceritakan bahwa kehidupan ia lebih bebas dibanding kehidupan sepupu, Choi Chanhee.
“Chanhee dari kecil jarang punya temen, makanya gue sering nemenin dia. Bokapnya lebih strict dibanding bokap gue. Makanya gue bisa ngelakuin apapun yang gue mau selama belum melenceng dari norma, kalo Chanhee tuh apa-apa harus sesuai dengan apa yang bokapnya mau”ucap Younghoon menjelaskan dan Changmin pun mengangguk mengerti.
“Terus kok kemarin, lo bisa bareng Chanhee? Dia beneran engga cerita apapun kan?“tanya Younghoon penasaran.
“Gue sama Chanhee itu sekelas di beberapa mata kuliah, sama kok kayak kita berdua. Terus kebetulan kemarin dia nyamperin gue nanyain tugas kelompok, soalnya teman sekelompoknya cuma bagi tugas tanpa ngasih penjelasan lebih lanjut gitu”ucap Changmin menjelaskan.
“Dia engga ngomong macem-macem kan?“pertanyaan Younghoon membuat Changmin menatap Younghoon bingung.
“Engga kok, dia cuma nanya tugas aja. Gitu doang?“ucap Changmin tersenyum dan Younghoon pun dapat bernafas lega.
“Eh gue nganterin lo gini, engga ada yang marah kan? Biasanya lo pulang dianter siapa?“pertanyaan Younghoon kali ini adalah pertanyaan yang sengaja ia lontarkan untuk mengethaui apakah Changmin memiliki pacar atau tidak.
“Yang marah? Ada”ucapan Changmin itu berhasil membuat Younghoon menegakkan badannya dan menarik nafas panjang.
“Paling Ayah habis ini marahin gue, soalnya balik sebelum waktunya. Ayah tuh suka sebel kalo gue keseringan pulang, soalnya katanya kalo gue balik ke kampus pasti bunda nangis. Jadi, kata ayah mendingan gue jangan keseringan balik”ucapan Changmin membuat Younghoon tertawa. Sebuah tawa yang mengisyaratkan sebuah kelegaan.
Setidaknya butuh satu jam lebih tiga puluh menit hingga mobil Younghoon berhenti disebuah pekarangan rumah sederhana. Seorang wanita yang menggunakan terusa, sudah berdiri di depan rumah dengan senyum terbaiknya.
“Itu bunda, tadi gue udah ngabarin pas udah deket”ucap Changmin tersenyum cerah. Bahkan senyum yang lebih cerah dari yang biasa Younghoon lihat selama ini.
“Ayok turun!“ucap Changmin dan Younghoon-pun mengangguk.
“Adek, gimana? Kenapa kemarin bisa demam?“tanya bunda Changmin yang membuat Changmin mengerucutkan bibirnya.
“Eh, ini pasti Younghoon kan? Makasih ya, kemarin Adek bilang katanya mamanya temennya buatin dia bubur pas sakit”ucap bunda Changmin menyapa Younghoon.
“Iya tante, sama-sama. Oh iya, dapet salam dari mami ya tante...“ucap Younghoon sopan.
“Panggil bunda aja ya? Temen-temen adek biasa panggil bunda juga kok”ucap bunda Changmin lagi.
“Bunda... Changmin ya, bunda! Bukan adek...“ucap Changmin menatap bundanya tajam.
“Iya, Changmin iya....“ucap bundanya sambil mengusak puncak kepala Changmin.
“Masuk dulu yuk? Belum waktunya makan siang, jadi kita makan kue dulu. Tadi bunda bikin kue brownies kesukaan adek”ucap bunda Changmin ramah.
“Bunda.....“ucap Changmin mengkoreksi panggilan sang bunda untuk dirinya.
Younghoon yang melihat interaksi Changmin dan ibundanya itu hanya dapat tersenyum.
“Adek.... Lucu sih, cocok sama dia”ucap Younghoon dalam hati.