Bunga, pemandangan, lukisan dan perhiasan mungkin hanya contoh teramat kecil dari keindahan karena setiap orang memiliki standar keindahan berbeda-beda.

Bagi Jinhyuk indah adalah Wooseok. Kim Wooseok berarti indah dan indah berarti Kim Wooseok, baginya kedua hal tersebut tidak dapat di pisahkan sama sekali.

Wooseok yang tertidur dengan mulut sedikit terbuka, bagi Jinhyuk ia indah. Wooseok saat bangun tidur dengan rambut bak sarang burung, baginya juga indah. Bahkan, Wooseok ketika mengomelinya juga Jinhyuk anggap sebuah keindahan.

“Kalo suruh nulis satu keburukan kamu, aku mundur. Tapi kalo suruh nulia seribu keindahan kamu, aku maju paling depan!”

Sebuah jawaban seorang Lee Jinhyuk saat Wooseok bertanya mengapa Jinhyuk betah memandanginya saat sedang tidur dan itu membuat Wooseok hanya dapat menggelengkan kepalanya tidak percaya.

“Loh kamu kapan bangun?”

Wooseok yang sedang mempersiapkan sarapan pagi itu terkejut saat melihat Jinhyuk berdiri memandanginya entah sejak kapan.

“Aku ga liat kamu pas bangun, jadi aku harus liat kamu pas masak!”

Wooseok tersenyum ke arah Jinhyuk sebelum melanjutkan kegiatannya. Tetapi baru beberapa detik melanjutkan kegiatannya, Wooseok kembali berhenti dan menoleh kearah Jinhyuk. Wooseok memanggil Jinhyuk untuk mendekat ke arahnya.

“You got a kiss! Jadi, sekarang mendingan mandi”

Sebuah ciuman singkat yang Wooseok berikan agar Jinhyuk mau bergegas ke kamar mandi itu ternyata tidak berhasil membuat Jinhyuk pergi, karena Jinhyuk tetap berdiri di depannya saat Wooseok setelah selesai masak.

Jinhyuk bahkan tetap di dapur saat Wooseok mencuci piring selesai mereka menyatap makan pagi mereka. Jinhyuk dan keinginan untuk selalu menatap sebuah keindahan.

“Seok, kamu mau kerja lagi ga?”

Wooseok menoleh dan mengernyitkan keningnya. Jinhyuk dan segala pertanyaan random adalah sebuah satu kesatuan. Kesatuan yang selalu berhasil membuat Wooseok bingung.

“Kamu di banding nanya aneh-aneh, mending mandi! Nanti telat ke kantor, Hyuk...”

Wooseok memohon tanpa membalas pertanyaan sang suami sebelumnya. Jinhyuk kalah hanya karena wajah memohon dari Wooseok.

“Mau pakai dasi warna merah atau biru?”

Jinhyuk yang baru saja keluar dari kamar mandi itu tersenyum. Lagi, dia melihat keindahan saat Wooseok sibuk menyiapkan baju untuknya pergi ke kantor. Jinhyuk tidak menjawab pertanyaan Wooseok dan hanya tersenyum, membuat Wooseok berdecak sebal.

“Sini rambut kamu aku keringin”

Tidak perlu waktu lama untuk Jinhyuk duduk di depan meja rias. Sebuah kaca di hadapannya membuat Jinhyuk dapat dengan jelas melihat wajah fokus Wooseok yang sedang mengeringkan rambutnya.

“Engga usah ngeliatin aku mulu, itu kancing kamu salah masuk!”

Jinhyuk tertawa kecil, karena ia benar-benar salah memasangkan kancing kemeja yang sedang ia gunakan. Wooseok selesai menata rambut Jinhyuk dan hal berikutnya yang ia lakukan ialah memasangkan dasi untuk sang suami.

Berandalkan sebuah kursi pendek, Wooseok memasangkan daso Jinhyuk. Entah udah yang keberapa kali Jinhyuk tersenyum hanya karena melihat Wooseok. Sebuah keindahan yang bahkan tidak mau ia abaikan barang sedetikpun.

“Kamu senyum mulu, ga pegel?”

“Kamu indah mulu, ga capek?”

“Kamu kali yang capek, Hyuk! Aku sih biasanya aja?”

“Ah bener! Aku capek tiap hari liat kamu indah mulu, kayanya aku butuh cuti”

Jawaban sekenanya dari Jinhyuk membuat Wooseok mendongakan kepalanya. Tatapannya penuh tanya, lebih tepatnya menanyakan ide cuti yang baru Jinhyuk katakan.

“Cuti? Mau kemana?”

“Hm... Kemana ya? Ke tempat yang indah sih pastinya! Yang bisa nyegerin fikiran”

Jinhyuk berfikir sejenak, membuat Wooseok menggelengkan kepalanya tidak percaya. Tiga tahun menikah dengan Jinhyuk, masih membuat Wooseok belum terbiasa dengan segala pujian yang Jinhyuk berikan.

“Ah kayanya ga ada tempat yang lebih indah dari apartment kita deh”

Wooseok mengernyitkan keningnya bingung. Tempat indah di dunia teramat banyak dan bisa-bisa Jinhyuk mengatakan tidak ada tempat indah di dunia selain apartment mereka berdua? Wooseok mendecak sebal.

“Soalnya di tempat-tempat itu ga ada Kim Wooseok! Kalo di apartment kita kan ada Kim Wooseok, jadi apartment kita adalah tempat terindah”

Jinhyuk menarik pelan suaminya untuk masuk ke dalam pelukannya. Menghirup aroma yang menguar dari rambut sang terkasih.

“Seindah apapun tempat di dunia, kalo ga ada Kim Wooswok ga akan jadi tempat terindah! Tapi seburuk tempat apapun di dunia, kalo ada Kim Wooseok pasti akan jadi tempat terindah”

Wooseok menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami. Wajahnya memerah karena pujian yang di lontarkan sang suami. Pujian tentang keindahan, pujian tentang dirinya, pujian tentang Kim Wooseok yang indah di mata seorang Lee Jinhyuk.

fin

Kapila.