Dan.
Langkah Wooseok terhenti, tubuhnya menegang seiring dengan buku-buku jarinya yang memutih dingin. Senyum yang semula terhias di wajahnya sirna bersamaan dengan nafasnya yang terhenti selama beberapa detik. Beruntungnya tangan Wooseok masih cukup kuat menggenggam sebuah kotak makan berwarna biru langit itu.
“Silahkan masuk, pak...”
Wooseok tersenyum terlampau kaku, hingga membuat seseorang yang semula menyapanya itu menatapnya bingung. Wooseok menarik nafasnya panjang sebelum kembali tersenyum, kali ini sebuah senyuman yang terlihat lebih ikhlas dari senyum sebelumnya.
“Ah tidak perlu. Saya hanya ingin mengantar makanan untuk Mas Jinhyuk, tapi kayanya Mas Jinhyuk lagi sibuk. Saya titip kotak makannya disini boleh? Tolong kasih ke Mas Jinhyuk ya? Terimakasih”
Wooseok melangkah pergi bahkan tanpa menunggu jawaban dari lelaki muda yang menjabat sebagai sekretaris suaminya itu. Yuvin, menatap Wooseok bingung. Ia jelas lebih tau, jika saat ini Jinhyuk tidak sibuk dan dapat di temui kapanpun itu.
Sesuai dengan instruksi Wooseok sebelumnya, Yuvin mengantarkan kotak makan untuk Jinhyuk yang justru membuat Jinhyuk bingung ketika Yuvin masuk ke ruangannya dengan sebuah kotak makan yang sangat ia hafal di luar kepala.
“Loh? Kok kamu yang antar? Emang bukan Wooseok yang nganterin?”
Yuvin menggeleng dan menjelaskan semuanya yang justru membuat Jinhyuk semakin bingung. Selama ini, Wooseok memang sesekali akan datang ke kantornya untuk makan siang bersama dengan masakan yang dibuat khusus oleh Wooseok.
To: My Wooseok Sayang, sudah sampai rumah? Terimakasih untuk makan siangnya! Aku sedang tidak sibuk, kenapa kamu tidak masuk ke ruanganku saja tadi? Mas sayang kamu :)
Lebih dari sepuluh menit, Jinhyuk tidak menerima pesan balasan dari Wooseok dan itu semakin membuat Jinhyuk bingung. Bahkan Jinhyuk beberapa kali menghubungi Wooseok tetapi nihil, Wooseok tidak menerima panggilan darinya.
From: My Wooseok Mas, maaf tadi aku lagi packing Aku mau kerumah ibu sekitar seminggu Tadi ibu telfon, katanya bapak sakit Maaf engga nunggu kamu pulang, soalnya takut kemaleman Makan malam ada di meja makan nanti tinggal di panasin aja
Jinhyuk dapat sedikit bernafas lega saat menerima pesan Wooseok. Fikiran negatif yang sempat berkecamuk di fikirannya pun hilang sudah.
Tiga Hari Kemudian
Jinhyuk baru saja keluar dari kamar mandi saat ponselnya berdering malam itu. Nama yang terpampang di ponselnya, membuat Jinhyuk segera menerima panggilan telfon tersebut.
“Malam bu, apa kabar? Ibu sama Bapak sehat kan?”
Sopan, Jinhyuk berbicara dengan ibunda Wooseok di sebrang telfon. Bahkan Jinhyuk menanyakan kabar orang tua suaminya tersebut terlebih lagi Jinhyuk tau jika keadaan orang tua Wooseok tidak sehat beberapa hari yang lalu.
“Siapa yang bilang, nak? Bapak dan Ibu sehat kok, justru ibu mau nanya kamu apa kabar? Kata Wooseok, kamu keluar kota seminggu? Jangan lupa makan ya nak”
Jinhyuk membeku di tempatnya. Keluar kota? Jelas, Wooseok berbohong kepada kedua orang tuanya, bahkan kepada Jinhyuk. Tapi Jinhyuk tidak tau alasan dibalik kebohongan Wooseok tersebut dan Jinhyuk cukup tau diri untuk tidak menanyakan hal lain lebih dalam kepada ibunda Wooseok.
“Iya bu, seminggu ini saya keluar kota makanya saya minta Wooseok ke rumah ibu dulu soalnya kasian kalo sendirian di rumah”
“Yaudah engga apa-apa, nak. Ibu kira kamu sama Wooseok bertengkar. Soalnya pas dateng kerumah, Wooseok ga diantar kamu dan kelihatannya ia lelah sekali seperti sedang banyak fikiran”
Hati Jinhyuk mencelos. Beberapa hari ini panggilan Jinhuk selalu diabaikan Wooseok dengan alasan bahwa Wooseok sedang mengurus Bapak yang sedang sakit dan akhirnya, malam ini Jinhyuk tau bahwa Wooseok berbohong.
“Engga kok bu, kita baik-baik aja. Akhir minggu, nanti Jinhyuk jemput Wooseok kerumah ibu ya? Tapi jangan bilang Wooseok ya bu? Biar kejutan, soalnya Wooseok taunya Jinhyuk pulang masih empat hari lagi”
Tawa renyah keluar dari bibir ibu mertua Jinhyuk itu. Walaupun harus berbohong, Jinhyuk tau jika kebohongannya ini demi kebaikan semuanya termaksud kebaikan hubungannya dan Wooseok.
Jinhyuk terduduk di tempat tidur yang terasa lebih dingin dari biasanya. Ia menatap figura kecil yang terletak di nakas samping tempat tidurnya. Sebuah foto yang diambil beberapa jam setelah Jinhyuk membacakan ikrar cintanya dengan Wooseok, dimana mereka berdua saling bertatap dengan senyum terbaik mereka. Setidaknya Jinhyuk harus kembali menunggu setidaknya dua hari untuk kembali melihat senyum Wooseok tersebut.
://dan [p] penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yang setara, yang termasuk tipe yang sama serta memiliki fungsi yang tidak berbeda Ayah — ibu Bibi — Paman Jinhyuk — Wooseok