Delusi.

tw:// car accident, hospitalization, hallucinations and delusions, loss of loved one


Hai! Kalian pernah membayangkan sesuatu? Lalu bayangan itu menjadi nyata? Aku pernah! Sebuah bayangan yang jauh dari kata bahagia. Terdengar aneh, tapi ini nyata terjadi padaku. Aku suka membayangkan diriku tertidur panjang atau tidak bangun sama sekali! Ya, aku membayangkan itu hanya untuk mengetahui reaksi orang disekitarku!

Ah iya! Namaku Lee Sejin dan umurku dua puluh tujuh tahun. Aku mempunyai seorang tunangan yang tampan, namanya Cho Seungyoun dan kami akan menikah tahun depan! Kalian tau, Seungyoun adalah alasan mengapa aku suka membayangkan hal buruk terjadi padaku!

Seungyoun dan semua perilaku manisnya. Seungyoun dan semua kasih sayangnya. Seungyoun yang kadang membuatku berfikir, “Apakah ia akan sedih jika aku tidak ada?” atau “Bagaimana hancurnya dia jika aku sudah tidak ada?”

Mau tau kisahku? Kisah ketika sebuah bayangan menjadi nyata. Kisah yang sudah kukatakan sebelumnya, sangat jauh dari kata bahagia. Kisah yang bahkan enggan aku ulang kembali. Ini adalah kisahku...


“Sayang! Kok bengong? Kamu akhir-akhir suka ngelamun, kenapa? Banyak kerjaan, hm?“aku tersenyum menatap Seungyoun yang berada dihadapanku.

Aku lagi-lagi melamun, membayangakan hal yang mungkin terjadi padaku. Membayangkan hal yang buruk, yang mungkin terjadi padaku.

“Hehehe engga apa-apa! Ngelamun itu enak tau”ucapku santai, jawaban klise yang sering aku lontarkan.

Aku dan Seungyoun memutuskan pergi dari kafe yang sejak tadi menjadi tempat kami beristirahat sejenak sebelum kami kembali berjalan untuk melihat venue pernikahan kami.

Aku mungkin adalah orang yang sangat bahagia. Tunanganku tampan! Dia mencintaiku dengan caranya sendiri dan membuatki merasa spesial, bahkan dia enggan melepas tanganku saat ia mengendarai mobil hitamnya.

“Youn... Lepas bahaya!!“Aku kembali protes, meminta Seungyoun melepaskan genggaman kami. Tapi Seungyoun tetaplah Seungyoun, enggan melepas genggaman tangan kami bahkan saat ia harus membanting kemudi untuk menghindari sebuah ban yang terlepas dari truk di depan kami.

Aku dan bayanganku kembali muncul. Bayangan jika mungkin aku tidak ada dan setelahnya semua gelap seakan bayanganku menjadi nyata....

.

Aku memegang kepalaku yang berdenyut hebat. Tanganku sudah tidak lagi di genggam Seungyoun! Bahkan kami sudah tidak berada di dalam mobil sesuai ingatan terakhirku, aku berada di Rumah Sakit dan duduk disalah satu bangku ruang tunggu. Awalnya aku fikir ini mimpi, tapi setelah aku mencubit diriku rasanya sakit. Jadi ini bukan mimpi....

Aku menoleh saat mendengar suara sirine ambulance semakin mendekat dan beberapa dokter serta perawat berlarian ke arah datangnya ambulance. Aku berjalan lambat mengikuti mereka dan anehnya aku merasa tidak ada satu orang pun merasakan kehadiranku! Aku seperti..... tidak terlihat!

“Sayang.... Bangun! Lee Sejin, tahun depan kita mau nikah loh! Ayokkk sayang kamu kuat!!!”

Aku tertegun dan terkejut, Seungyoun turun dari ambulance bersama beberapa petugas. Aku sedikit berjinjit kearah kerumunan dan semakin terkejut ketika melihat diriku terbaring disebuah kasur berjalan yang sudah di dorong oleh petugas ambulance tadi.

“Tuan Seungyoun, mari kita obati luka bapak dulu selama dokter memeriksa keadaan Tuan Sejin”

Aku diam karena terlalu bingung dengan keadaan yang terjadi dihadapanku. Ini bukan bayanganku, jelas! Tapi ini juga bukan mimpi kan? Aku memilih mengikuti perawat yang membawa Seungyoun, setidaknya aku harus memastikan sesuatu.

“Youn! Aku disini, loh! Cho Seungyoun yang tidur disitu bukan aku kali, kamu salah!!!”

Nihil! Panggilanku diabaikan Seungyoun, lambaian tanganku di depan wajah Seungyoun juga diabaikannya, bahkan tidak menganggunya sama sekali. Aku mengerucutkan bibirku dan memilih berjalan ke arah tubuhku yang sedang dalam penanganan dokter.

“Ah apa aku coba tidur aja kali ya? Siapa tau ini mimpi!!”

Tidak ada yang mendengarku dan melihatku, jadi aku memutuskan berbaring di salah satu kasur kosong dan mulai memejamkan mataku, berharap ini hanya mimpi (walaupun aku tau sepertinya ini bukan mimpi).

.

Aku kembali terbangun dengan keadaan rumah sakit yang lebih tenang, tapi anehnya aku terbangun di salah satu sofa disebuah kamar. Aku mencoba meregangkan badanku yang sedikit kaku dan kembali mendapati Seungyoun di hadapanku. Dia tidak sendiri, karena beberapa detik setelahnya masuk dua orang pria yang aku kenal sebagai Jinhyuk dan Wooseok, sahabat kami.

“Youn, mending lo pulang dulu deh. Biar gue sama Wooseok yang jagain Sejin disini. Udah tiga hari kan lo kurang tidur?”

Aku membelalakan mataku. Tiga hari? Jadi aku tertidur tiga hari? Lalu yang terjadi selama tiga hari itu apa saja? Aku semakin bingung dengan keadaan ini dan memilih mendekati kasur yang terletak ditengah kamar tersebut.

“Gue ga akan balik sebelum Sejin bangun, Hyuk. Lagipula gue tidur kok, tuh di sofa”

Aku menoleh dan benar saja! Pada sofa yang ku duduki tadi terdapat sebuah selimut yang tidak terlipat dan sebuah jaket yang aku kenal sebagai milik Seungyoun karena aku yang memberinya sebagai kado ulang tahun.

“Oke terserah lo, seengganya lo makan nih. Gue udah bawain makanan”

Seungyoun hanya menoleh kearah bungkusan yang dibawa Wooseok tanpa ada niat untuk mengambil bungkusan tersebut. Bahkan wajah Seungyoun tidak tertarik sama sekali dengan bungkusan dan kedatangan sepasang pria dewasa itu.

“Gue engga laper, Seok....”

“Youn, makan!! Kamu gabisa denger aku ya? Makan dong, sayang!!!!”

Aku sekuat tenaga membuat Seungyoun mendengarku walaupun nihil. Aku menghembuskan nafas kasar, karena semua usahaku gagal. Aku merutuki kebodohanku sendiri.

“Youn, lo ga kedinginan? Kok gue kedinginan ya?”

Aku menoleh ke arah Jinhyuk yang berdiri disebelahku. Dingin? Bahkan Seungyoun hanya menggunakan kaos tipis pendek sedangkan Jinhyuk menggunakan sweater hitam. Kenapa Jinhyuk justru merasa kedinginan? Aku pun memutuskan keluar dari kamar tersebut.

Aku duduk disebuah kursi di taman rumah sakit tersebut. Banyak pasien yang berjalan-jalan pagi itu untuk mencari asupan sinar matahari dan beberapa wali pasien yang menemai. Aku mendegus sebal, karena bingung apa yang harus aku lakukan saat ini!!

“Gimana? Sesuai sama bayangan kamu?”

Aku melonjak kaget dan menemukan sosok pria yang sepertinya lebih tua beberapa tahun dariku duduk disebelahku. Aku tidak menjawab pertanyaannya dan memilih duduk menjauh.

“Manusia emang suka membayangkan sesuatu, tapi mayoritas mereka membayangkan hal indah. Misalnya, menang lotre atau punya mobil baru. Tapi kamu pengecualian, kenapa kamu suka membayangkan tiada?”

Aku kembali terkejut. Kenapa pria ini tau semua bayanganku? Bahkan aku tidak pernah menceritakan hal dalam bayanganku ketika melamun ke Seungyoun karena aku tau pasti Seungyoun akan memarahiku.

Aku menunduk, masih enggan menjawab pertanyaan lelaki disebelahku. Aku bingung, apakah ini sesuai bayanganku? Bahkan aku rasa ini jauh lebih parah dari bayanganku. Aku tidak pernah membayangkan Seungyoun sesedih dan seterpuruk itu. Bahkan aku dapat dengan jelas melihat kantung mata di wajah Seungyoun.

Aku mempunyai banyak pertanyaan dikepalaku tetapi pertanyaan itu lenyap ketika aku melihat lelaki disebelahku sudah menghilang. Aku mencarinya di setiap sudut taman, tapi nihil karena lelaki tersebut hilang tanpa jejak. Aku pun memutuskan kembali ke kamar rawat dimana Seungyoun berada.

.

Setidaknya ini sudah memasuki hari kelima dan aku masih bingung dengan keadaan ini semua. Dua hari kemarin, aku selalu mengikuti Seungyoun. Akhirnya, atas bujukan Seungwoo (orang yang di hormati Seungyoun), Seungyoun kembali kerumah untuk beristirahat.

Aku menemani Seungyoun ke apartment kami dan melihat hidup Seungyoun yang seperti tanpa arah dan tujuan. Seungyoun tidak benar-benar beristirahat walaupun aku dengan sengaja mematikan lampu kamar waktu itu. Ia hanya mendecak sebal dan kembali menyalakan lampu kamar.

Seungyoun tidak menyentuh makanan yang dikirimkan Wooseok ataupun Byungchan, walaupun aku sengaja menjatuhkan sendok sebagai pertanda. Makanan yang dikirimkan itu dingin tanpa tersentuh.

“Tuan Seungyou kelelahan karena kurang tidur dan juga kurang makan. Tuan Seungyoun akan sadar dalam beberapa jam, untuk saat ini kita bairkan Tuan Seungyoun beristirahat dahulu”

Di dalam kamar rawat ini sudah ada dua kasur berisikan diriku dan Seungyoun. Seungwoo, Byungchan, Jinhyuk dan Wooseok beberapa kali saling beradu tatap tanpa mengucapkan satu katapun.

Aku kembali mendekati diriku sendiri yang tertidur, memandangi banyaknya alat yang terpasang ditubuhku. Aku menarik nafas panjang sebelum mencoba ide yang sempat terlintas di fikiranku. Aku naik ke kasur dan berbaring di tempat yang sama dengan diriku yang tertidur.

“Kok ga bisa juga sih?!?!?!”

Aku kesal tetapi sebuah tawa renyah mengalihkan pandanganku. Lelaki itu datang lagi! Menatapku sambil tertawa. Mungkin mentertawakan usahaku yang berujung sia-sia. Aku mengerucutkan bibirku sebelum turun kembali dari kasur tersebut yang sedikit menimbulkan bunyi kriet dan membuat empat orang yang berjaga saling bertatap.

Aku yang juga terkejut kala itu hanya dapat meminta maaf walau tidak ada yang mendengar dan setelahnya mengikuti lelaki tadi berjalan ke arah taman. Ia diam untuk beberapa saat, membuatku hanya dapat menggerakan kakiku dengan ritme acak.

“Gimana? Sesuai sama bayangan kamu?”

Pertanyaan yang sama terlontar dan aku menoleh menatap lelaki tersebut. Aku menggeleng, karena ini semua lebih buruk dari bayanganku. Lelaki tertawa bahkan tanpa melihat ekspresiku yang sudah menahan tangisan.

“Tunggu dua hari lagi”

Aku terkejut dan berdiri di hadapan lelaki tersebut. Lelaki tersebut hanya menaikan kedua bahunya sambil tersenyum.

“Kalo Seungyoun sadar pas kamu udah sadar, dia akan semakin sedih. Jadi, tunggu Seungyoun sadar. Kamu lebih baik kembali ke kamar, jangan berkeliaran seperti anak hilang”

Lelaki tersebut tersenyum sebelum berjalan dan kembali menghilang diantara banyaknya orang yang sedang berkumpul di taman tersebut. Aku pun memutuskan untuk kembali ke dalam kamar sesuai instruksi lelaki tersebut.

“Youn banguuuun!! Aku janji bakalan bangun setelah kamu bangun! Ayokkk dong bangun duluan”

Aku menghitung waktu dan sudah empat belas jam lebih Seungyoun belum sadarkan diri. Bahkan Jinhyuk dan Wooseok tertidur di sofa saat menjaga Seungyoun. Aku semakin merasa bersalah kepada semuanya....

“Sejin sayang!!!”

Aku terkejut saat Seungyoun terbangun yang juga membuat Wooseok dan Jinhyuk terbangun. Jinhyuk menghampiri Seungyoun dan berusaha menenangkannya.

“Hyuk, gue mimpi! Sejin bilang dia mau bangun kalo gue bangun”

Aku tertegun dan diam ditempat karena apa yang dibicarakan Seungyoun sesuai dengan apa yang aku ucapkan beberapa jam yang lalu. Aku melihat Seungyoun yang sedang menatapkan dengan wajah panik.

“Sayang... Sejin... Aku udah bangun nih! Yuk kamu bangun juga, tadi katanya janji mau bangun?”

Aku menahan tangisku, Seungyoun dengan segala kasih sayangnya mengusap punggung tanganku dan menungguku bangun. AKu tidak sadar ketika air mataku turun.

“Hey, sayang... Jangan nangis, oke? Kalo kamu masih mau tidur sebentar ga apa-apa kok aku tungguin!”

Seungyoun mengusap air mata yang juga turun dari pelupuk mataku yang tertidur. Tanpa meinta persetujuan Seungyoun, Wooseok berlari untuk memanggil Dokter maupun perawat.

“Tuan Sejin menunjukan perkembangannya walaupun masih kecil, kita berdoa bersama-sama agar perkembangan Tuan Sejin terus membaik”

“Sejin bakalan bangun kan, dok? Sejin janji sama saya, kalo dia akan bangun”

“Kita tunggu dua atau tiga hari lagi ya, Tuan”

Dokter tersebut pergi keluar ruang perawatan, meninggalkan Seungyoun yang menangis serta Jinhyuk dan Wooseok yang mencoba menenangkan Seungyoun. Aku lelah dengan semua yang terjadi hari ini dan memutuskan untuk mengistirahatkanku di sofa yang kosong di pojok ruangan.


“Sayang... Tuh kan ngelamun lagi! Hey, kamu mikirin apa sih akhir-akhir ini?”

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan menoleh kearah Seungyoun yang duduk disebelahku. Aku terdiam dalam kebingungan. Aku kembali berada di dalam mobil bersama Seungyoun dengan tangan Seungyoun menggenggam erat tanganku.

“Jangan kebanyakan ngelamun ah, ga baik! Kamu mau pesen apa?”

Aku menarik nafas panjang dan menyadari bahwa diriku dan Seungyoun sedang mengantri di salah satu drive thru masakan cepat saji. Aku menyebutkan pesananku sebelum memperhatikan tanganku yang di genggam erat Seungyoun.

“Youn, nanti kalo di jalan besar ga usah pegangan ya?”

“Aku nanti suapin kamu, kalo aku pake satu tangan. Susah dong?”

“Oh iya! Yaudah pegangan tangan sampe keluar kalo gitu!”

Aku tersenyum. Seungyoun dan segala perhatiannya yang tidak berubah. Seungyoun dengan segala curahan kasih sayangnya. Seungyoun dengan genggaman tangannya yang hangat.

Jadi tadi apa.......?

fin

(Kapila)