Dibalik Titik Terang.
Pagi itu aku bangun dengan sekujur tubuh yang sakit, akibat ulah Mas Seungyoun dibawah kendali alkohol semalam. Aku berusaha mengambil beberapa baju kami yang berserakan di lantai dan pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi serta mencuci mukaku. Aku menarik nafas, melihat bercak kemerahan di leherku yang tidak mungkin akan hilang dalam dua hari. Tubuh bagian belakang bawahku juga terasa perih. Rasanya aku ingin menangis, tapi aku berusaha kuat karena kau ingin ini semua berakhr dan aku tidak ingin pergi lagi.
Aku melakukan pekerjaan rumah seperti biasa. Mengecheck keadaan Dodo di tempat tidurnya serta membuat sarapan untuk Mas Seungyoun. Aku sedikit terkejut ketika melihat isis kulkas. Beberapa bahan makanan hampir busuk, ada sisa makanan siap saji yang mengering di dalam kulkas. Aku menggeleng sebelum merapihkan isi kulkas tersebut. Aku membuang beberapa bahan makanan serta makanan yang tidak dapat dikonsumsi lagi.
Aku kembali memfokuskan diriku untuk membuat sarapan untuk Mas Seungyoun yang sepertinya sebentar lagi akan terbangun dari tidurnya. Sedikit yang aku tau tentang ornag mabuk, mereka akan bangun dengan kepala yang sakit serta perut yang tidak begitu baik. Jadi aku memutuskan membuat bubur hangat untuk Mas Seungyoun. Saat sedang menyiapkan sarapan, saya dapat mendengar suara air mengalir dari kamar yang menandakan Mas Seungyoun sudah bangun. Saya mempersiapkan diri saya, setidaknya untuk kali ini saya harus kuat.
Mas Seungyoun keluar dari kamar setelah saya menyelesaikan pekerjaan saya di dapur dan ketika saya sedang bercanda dengan Dodo di ruang tamu. “Dodo...Anak Baba!!” Tubuhku tersetak ketika mendengar suara Mas Seungyoun. Tubuhku membeku dan tidak bisa mengontrol otaku dengan baik. Aku terdiam.
“Aku udah buat bubur. Mas Seungyoun makan dulu aja biar perutnya enak. Obat penghilang rasa sakit kepala juga udah aku siapin. Aku ke kamar, mau mandiin Dodo dulu”Aku berucap demikian tanpa menoleh sedikitpun ke arah Mas Seungyoun. Jujur aku masih takut. Sangat takut karena teringat suara Mas Seungyoun yang tinggi saat memerahiku beberapa hari lalu. Langkahku sempat ditahan oleh Mas Seungyoun, sepertinya ia ingin berbicara denganku. Tapi entah mengapa aku belum siap.
“Nanti mas, aku mau mandiin Dodo”aku memutuskan berjalan masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Mas Seungyoun sendirian. Walaupun sudah menata hati sejak pagi, aku masih saja pengecut dan tidak berani menatap Mas Seungyoun. Bahkan selesai memandikan Dodo, aku tetap berada dikamar.
“Dek, Mas izin mau ke tempat Seungwoo ya. Dompet mas ketinggalan”Aku kembali terdiam ketika mendengar suara tersebut. Tanpa menoleh ke arah Mas Seungyoun, aku mengangguk. Aku menarik nafasku dalam. Dompet Mas Seungyoun pasti ketinggalan karena semalam ia mabok. Lagi, aku teringat dengan wanita yang mengantar Mas Seungyoun semalam.
Sepeninggal Mas Seungyoun, aku memutuskan kembali menyibukan diriku dengan pekerjaan rumah. Baju kotor Mas Seungyoun menumpuk. Bahkan sampai setelah aku selesai membersihkan rumah, Mas Seungyoun belum juga kembali ke apartment. Akhirnya aku memutuskan untuk membuang sampah makanan tadi dengan membawa serta Dodo dalam gendonganku. Aku kembaii ke apartment berharap Mas Seungyoun sudah kembali juga.
Saya kembali terkejut ketika membuka pintu apartment dan mendapati wajah pucat Mas Seungyoun. Detik berikutnya yang saya ingat ialah, saya berada dalam pelukan erat Mas Seungyoun. Pelukan yang sangat saya rindukan beberapa hari ini. Dodo bergerak tidak nyaman diantara tubuh kami berdua. Akhirnya aku memutuskan melepaskan pelukan kami.
“Dek, maafin mas...”Aku hampir saja menangis ketika mendengar permintaan Mas Seungyoun.
“Mas, mau makan siang apa? Kita makan siang dulu ya? Baru kita ngobrol”ucapku sebelum kembali di sibukan dengan kegiatanku di dapur.
xposhie