Drunk.
Waktu menunjukan puk tiga lewat lima belas menit dini hari ketika aku keluar dari ruangan khusus karyawan di bar tersebut. Jaket kulit tersampir di bahu kiriku dan sebuah kunci motor di tanganku. Aku sudah siap untuk kembali ke kamar kostku setelah bekerja sambilan menjadi seorang disc jokey.
“Woy! Balik lo?“Aku menoleh dan tersenyum
“Balik lah! Nanti kan gue harus kerja lagi”ucapku sebisanya.
“Gabung dulu lah! Udah lama lo kan engga gabung sama kita”ucap salah satu orang di meja VIP yang sudah kukenal baik. Aku menggeleng. Setelah melambaikan tangan, aku pun menjauhi kerumuman dan memilih ke toilet sejenak.
“Stop! Bangsat lo ngapain anjing?”
Sayup aku mendengar suara orang merintih dari salah satu bilik toilet.
“Lo engga perlu tau siapa gue, kita seneng-seneng aja disini. Oke?”
Aku melangkahkan kakiku mendekati bilik yang aku curigai.
“Sialan! Berhenti engga lo bajingan!!!”
“Ssstttt.... Nanti ada yang denger trus ganggu kita. Lo diem aja, nikmatin aja. Gue yakin lo bakalan suka”
“Gue engga mau bangsat!! Lepasin gue!!”
Aku tidak perlu menunggu lagi, pintu bilik tersebut aku tendang hingga berhasil terbuka secara paksa.
“Siapa lo? Engga usah ganggu urusan orang”
Aku mengernyitkan keningku. Ada dua orang dihadapanku. Salah satunya terduduk lemah di kloset dengan kemeja yang berantakan, dia Sejin dan dapat kusimpulkan jika ia mabuk.
“Lo ngapain temen gue?“ucapku tenang.
“Ha? Temen lo? Dia disini sendirian. Jangan sok jadi pahlawan”ucap pria tinggi di hadapanku.
“Minggir”ucapku tak mengindahkan ucapan lelaki dihadapanku ini.
“Lo kalo mau nikmatin, gantian lah setelah gue. Jangan engha sabaran gitu”ucapnya menahan langkahku.
Aku menarik nafas panjang sebelum melayangkan tinjuku tepat ke rahang pria di hadapanku.
“Jaga mulut lo! Sebelum gue panggil orang-orang buat kesini”ucapku menahan emosi.
“Anjing!!!“lelaki di hadapanku baru saja akan melayangkan tinjunya ketika beberapa orang yang mengenalku masuk ke dalam toilet.
“Kenapa, Youn? Ada masalah?“aku menoleh dan menggeleng. Lelaki tadi memilih pergi meninggalkan toilet. Aku pun memberanikan diri mendekati Sejin yang masih duduk diatas kloset dengan wajah tertunduk.
Aku berhasil membawa Sejin ke parkiran dimana aku memarkirkan motorku. Sebelumnya aku sudah berusaha menghubungi Byungchan tapi tidak ada balasan. Aku melirik ke arah Sejin dan motorku secara bergantian.
“Gimana caranya bawa orang mabok naik motor?”
Aku mengacak-acak rambutku frustasi. Aku tidak mungkin meninggalkan motorku diparkiran dan naik taksi. Tapi aku juga tidak mungkin meninggalkan Sejin di bar seorang diri. Aku kembali memeriksa ponselku tapi masih belum ada balasan dari Byungchan.
Setelah sepuluh menit terdiam di parkiran, akhirnya aku menemukan ide kelewat gila. Aku menaikan Sejin dan mendudukannya di jok motor, beberapa kali tubuhnya limbung karena efek alkohol. Aku membuka jaket kulitku dan mengikatnya di sekitar pinggang Sejin lalu mengikatnya di pinggangku juga.
“Oke! Gue cuma butuh waktu dua puluh menit buat sampe kostan!”
Aku mulai melanjukan motorku. Beberapa kali aku membenarkan posisi kepala Sejin agar tidak terantuk ke belakang. Tangan Sejin juga aku tahan di pinggangku agar tidak bergerak kesana kemari.
“Oh shit! Kenapa muntah pas udah sampe depan kostan!!!”
Aku menahan tubuh Sejin sebelum memapahnya masuk ke dalam kamar kostanku. Aku menidurkan Sejin di atas kasurku. Aku memutuskan mengganti bajuku terlebih dahulu sebelum membasuh wajah Sejin.
Aku kembali memeriksa ponselku dan Byungchan akhirnya membalas pesanku. Aku pun mengirimkan lokasi kostanku kepada Byungchan. Aku melirik jam di dinding yang sudah menunjukan hampir setengah lima pagi.
Aku kembali memfokuskan diriku ke Sejin karena tiba-tiba ia menangis. Aki mendekat dan berusaha menenangkannya. Kedua mata Sejin masih terpejam tetapi ia juga menangis dalam tidurnya. Aku pun memilih memeluk Sejin dan mengusap punggungnya, menenangkan.
Posisiku masih memeluk Sejin dalam keadaan terduduk diatas kasur ketika ponselku berbunyi. Byungchan sudah ada di depan kostanku.
xposhie