First Kiss

Eric bergerak tidak nyaman di atas tempat tidurnya. Kasur berukuran 100 sentimeter kali 200 sentimeter tersebut terasa lebih sempit dari biasanya, penyebabnya tidak lain dan tidak bukan karena kasur tersebut di tempati oleh dua orang lelaki menuju dewasa tersebut.

Sunwoo, lelaki yang tidak terganggu sama sekali dengan sempitnya kasur tersebut tetap memfokuskan pandangannya kearah layar komputer jinjing milik kekasihnya, Eric. Sesekali Eric melirik dan mendapati Sunwoo yang tetap fokus terhadap film yang sedang berputar dihadapannya.

“Eh, ngapain Nu?” Tanya Eric panik, saat Sunwoo merubah posisinya. Tangan kanan Sunwoo saat ini berada di belakang kepala Eric. Posisi tersebut, sebenarnya dirasa lebih nyaman oleh Eric daripada posisi sebelumnya. Tetapi, karena posisi Sunwoo yang kian merapat kepadanya. Eric menjadi semakin tidak dapat tenang.

“Kenapa, Ric? Filmnya engga seru? Mau dimatiin aja, terus tidur?” Eric mengerjapkan matanya pelan sebelum melirik kearah jam yang terletak di meja belajarnya. Tidak ada jawaban dari Eric yang membuat Sunwoo menarik pelan lelaki di sebelahnya hingga mereka berhadapan.

Lampu di kamar Eric memang sudah dimatikan, tetapi berkat lampu tidur yang masih menyala itu membuat Sunwoo dapat dengan jelas melihat semburat merah di wajah kekasinya tersebut. Sunwoo tersenyum sebelum menarik hidung Eric, membuat sang empunya hidung mengaduh.

“Oke kita tidur aja! Mata kamu udah merah banget soalnya” Sunwoo pun memilih berdiri dan mematikan film yang masih berputar lalu menyimpan komputer jinjing milik Eric. Sedangkan Eric, mencoba menyamankan posisinya di atas tempat tidur.

“Aku tidur sini, kan?” Sunwoo berucap dengan polos, berharap sang kekasih mengizinkannya tidur bersamanya di atas tempat tidur. Senyum Sunwoo mengembang, saat Eric menyuruhnya tidur satu kasur dengannya.

“Di sini aja Nu, soalnya karpetnya belum dicuci lama” Eric menggeser tubuhnya hanya untuk memberikan sedikit ruang lebih agar Sunwoo dapat tidur di sebelahnya.


Jam sudah nenunjukkan pukul dua belas malam, tetapi baik Eric dan Sunwoo masih terjaga. Keduanya saling membelakangi tidur di atas kasur sempit itu. Sebuah pergerakan, membuat Eric melirik ke belakang dan mendapati Sunwoo sudah menghadap kearahnya.

Eric ikut merubah posisinya dan kini keduanya saling berhadapan. Tidak ada yang tau selain diri mereka sendiri jika jantung keduanya berdetak lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Eric beberapa kali mengalihkan pandangannya agar tidak beradu tatap dengan Sunwoo.

“Ric, maaf kalau aku lancang. Tapi, Sunwoo boleh cium Eric?” Sunwoo bertanya dengan pelan dan sopan sambil mengusap pipi kanan sang kekasihnya. Wajah Eric memanas dan dapat dipastikan jika wajahnya kini merah padam.

Eric menatap Sunwoo lekat selama beberapa detik sebelumnya akhirnya mengangguk pelan. Sunwoo menghentikan usapannya pada pipi Eric dan tangannya kini berpindah pada dagu sang kekasih guna mengikis jarak diantara keduanya.

Eric menutup matanya kala jaraknya dan Sunwoo semakin menipis. Eric bahkan dapat merasakan hembusan nafas Sunwoo selama beberapa detik sebelum akhirnya hilang dan membuat Eric kembali membuka matanya.

Eric dapat merasakan bibir Sunwoo menyapu bilah bibirnya. Eric menatap Sunwoo yang memejamkan matanya. Senyum kecil Eric muncul saat ia rasa Sunwoo menciumnya terlampau lembut. Lelaki yang lebih muda di kamar tersebut mengusap pelan pipi sang kekasih, membuat Sunwoo membuka matanya.

Keduanya tersenyum saat tanpa sengaja beradau tatap dengan bibir yang masih menyatu tanpa pergerakan. Sunwoo memberanikan diri memperdalam ciuman tersebut tetapi tetap berhati-hati, karena ia tidak mau menyakiti kekasihnya itu.

Malam itu, akhirnya Sunwoo dan Eric dapat tertidur pulas dalam dekapan masing-masing. Bahkan keduanya hampir saja melewatkan jam sarapannya, jika Haknyeon tidak mengetuk pintu kamar Eric pada pagi harinya.

kapila