Jenuh.


Seungyoun dan Sejin duduk saling bersisian di sebuah sofa berwarna kelabu di ruang tengah apartment milik mereka berdua. Tayangan di televisi mereka abaikan karena keduanya larut dalam fikiran masing-masing.

“Kamu bosen ga sih, Jin?“ucap Seungyoun, seraya mematikan televisi di hadapannya hingga layar berubah menjadi hitam pekat.

Sejin menatap Seungyoun, mencoba mengartikan kata bosan dalam pertanyaan Seungyoun sebelumnya. Sebuah kata bermakna ganda yang dapat menimbulkan kesalahpahaman jika ia salah menafsirkan. Seungyoun menatapa Sejin, menunggu jawaban dari sang terkasih.

“Bosan sama apa yang kita lakuin setiap hari”Seungyoun mencoba meluruskan arti kata bosan dari pertanyaannya dan berharap bahwa Sejin dapat menjawab pertanyaannya. Tetapi yang Seungyoun dapatkan hanyalah sebuah helaan nafas berat yang di timbulkan oleh lelaki mungil di sebelahnya itu.

Jujur, Sejin sedang bosan. Seakan Seungyoun dapat membaca fikirannya beberapa minggu belakangan ini. Sejin cukup bosan dengan rutinitasnya setiap hari. Bertemu Seungyoun hanya saat sarapan dan makan malam, sisanya ia menghabiskan waktu di galeri miliknua dan Seungyoun menghabiskan hari di studionya.

Sejin merasa bosan dengan rutinitas keduanya, tetapi tidak dengan hubungan keduanya. Tidak pernah sekalipun terlintas di kepala Sejin kata bosan dalam menjalin hubungan bersama Seungyoun. Keduanya tetap bercinta setidaknya dua kali dalam seminggu dan saat itulah waktu keduanya bisa mengeluarkan rasa rindu satu sama lain.

“Mau liburan engga? Kita berdua aja, tanpa mikirin kerjaan?“Sejin kembali memandang Seungyoun. Kali ini, Sejin mencoba mencari sebuah kebenaran dari pertanyaan kekasihnya itu.

Liburan, satu kata yang Sejin impakan setidaknya dalam kurun waktu dua bulan ini tetapi enggan ia lontarkan, mengingat kesibukan keduanya. Tetapi, malam ini Seungyoun mengutarakan hal tersebut dan Sejin benar-benar ingin melakukannya. Berdua dengan Seungyoun tanpa di ganggu oleh siapapun, termaksud pekerjaan mereka.

Anggukan Sejin membuat Seungyoun tersenyum. Sejin pun menggeser posisi duduknya merapat dengan sang kekasih saat Seungyoun menanyakan destinasi liburan mereka. Liburan yang akan mereka mulai esok pagi-pagi sekali hingga tiga hari kedepan. Setidaknya selama dua puluh menit, Seungyoun dan Sejin mencari destinasi liburan singkat mereka.

“Kamu urus sisanya, bisa kan? Aku siapin baju buat kita berdua”Seungyoun tersenyum dan mengangguk saat Sejin mengusulkan pembagian tugas.

“Jangan lupa bilang karyawan kamu, ya? Mereka bari bisa ngehubungin kamu hari senin”ucap Seungyoun mengingatkan dan Sejin mengangguk mengerti.


Pagi-pagi sekali, Seungyoun dan Sejin sudah bangun dan berpakaian rapih layaknya orang akan berlibur. Sebuah ransel besar di gendong Seungyoun dan Sejin menarik sebuah koper berukuran sedang yang menampung baju keduanya. Liburan Seungyoun dan Sejin akan segera dimulai.

Jalanan pagi itu sangat lenggang, karena sebagian besar orang pasti masih pulas di atas kasur empuk mereka. Hal itu, membuat Seungyoun dan Sejin membuka jendela mobil keduanya demi menghirup udara pagi yang masih segar tanpa ada campuran asap kendaraan yang berlalu lalang.

“Dari sini ke tempat sarapan kita kurang lebih empat puluh menit, semoga belum rame pas kita sampe sana”Sejin menoleh dan mengangguk mendengar penjelasan singkat Seungyoun.

Tidak sampe empat puluh menit, Seungyoun dan Sejin sudah tiba di kedai dimana mereka akan menikmati sarapan mereka. Sesuai dugaan Seungyoun, kedai tersebut hampir ramai akan orang yang memang akan menikmati sarapan mereka.

Seungyoun dan Sejin memilih tempat di pojok kedai sesaat setelah memesan sarapan mereka berdua. Sesekali Seungyoun dan Sejin bercengkrama dan tertawa saat memperhatikan orang-orang yang berdatangan ke kedai tersebut. Dimulai dari tiga orang mahasiswa yang mungkin akan memulai acara organisasi dikampus atau dua pasang karyawan yang mungkin akan mulai sibuk dengan pekerjaan mereka beberapa jam kedepan.

Seungyoun dan Sejin sadar, kesibukan keduanya membuat mereka jarang dapat memperhatikan hal detail di sekeliling mereka. Seungyoun dan Sejin hanya berpusat pada kehidupan dan kesibukan keduanya hingga mereka merasa bosan dan jenuh dengan apa yang mereka kerjakan akhir-akhir ini.

Seungyoun sengaja memilih destinasi yang jauh dari pusat kota. Seungyoun tau jika ia dan Sejin sednag jenuh dengan hiruk pikuk kehidupan di pusat kota sehingga Seungyoun memilih destinasi liburan yang berada di pinggiran kota. Sekitar pukul sembilan pagi, Seungyoun mengarahkan kemudi mobilnya kearah sebuah kedai kopi yang konon umurnya dua kali umur Seungyoun dan Sejin.

“Kita sampai di hotel pas jam makan siang, jadi kamu kalo mau ngemil disini ga apa-apa kok”ucap Seungyoun seraya mengulurkan tangannya untuk kemudian disambut Sejin dalam sebuah genggaman tangan yang hangat.

Seungyoun dan Sejin memilih kursi yang berada di belakang kedai dan langsung mengarah langsung ke laut. Ya, Seungyoun memilih destinasi liburan pantai karena keduanya sama-sama menyukai suara deburan ombak yang dipercaya menenangkan hati serta pikiran. Tidak perlu waktu lama bagi Seungyoun dan Sejin menghabiskan waktu di kedai tersebut, karena sejam kemudian mereka sudah kembali ke dalam mobil untuk melanjutkan perjalanan mereka.

Seungyoun dan Sejin kembali membuka jendela yang tepat berada di sebelah mereka. Seungyoun serta Sejin merasakan hembusan angin yang segar yang mungkin akan sangat susah mereka rasakan di pusat kota, dimana udara akan dipenuhi asap kendaraan bahkan mulai pukul tujuh pagi.

Tepat saat jam makan siang, Seungyoun dan Sejin sampai di sebuah cottage yang sudah dipesan Seungyoun semalam. Sebuah cottage yang nyaman untuk ukuran pemesanan kurang dari dua puluh empat jam. Seungyoun dan Sejin memilih mengistirahatkan sejenak tubuh mereka di dalam kamar sebelum mereka menikmati makan siang yang sudah disiapkan cottage tersebut.

Sejin menghentikan langkahnya saat ia baru saja membuka pintu kamar cottage yang mereka tempati tiga hari kedepan. Setelahnya Sejin menoleh kearah Seungyoun dengan tatapan penuh pertanyaan yang justru sukses membuat Seungyoun bingung.

“Ah! Soalnya ini satu-satunya paket yang tersedia, jadi yaudah aku ambil aja”Seungyoun terkekeh pelan menjelaskan hal yang membuat Sejin bingung. Seungyoun memilih paket bulan madu untuk liburan mereka berdua. Tak dapat dipungkiri jika Seungyoun berhasil mendapatkan tempat nyaman kurang dari dua puluh empat jam.


“Capek? Mau duduk dulu?“Sejin menoleh dan menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Seungyoun. Malam itu, Seungyoun dan Sejin memilih berjalan di sepanjang bibir pantai ditemani deburan ombak yang menggulung tenang.

Setelah lelah berjalan, Seungyoun maupun Sejin memilih duduk beralaskan pasir pantai yang putih. Keduanya terdiam cukup lama menikmati keindahan Tuhan di hadapan mereka tanpa ada satu katapun yang terucap. Karena diam terkadang merupakan cara terbaik menikmati hidup.

“Dingin engga?“tanya Seungyoun saat angin berhembus semakin kencang. Sejin menggeleng sambil tersenyum tetapi Seungyoun tetap menggeser posisi tubuhnya dan melingkarkan tangannya di tubuh mungil kekasihnya.

“Makasih ya, Youn...“ucap Sejin pelan. Seungyoun mengangguk mengerti. Tanpa dijelaskan, Seungyoun tau maksud dari ucapan terimakasih yanh Sejin lontarkan.

“Makasih buat liburannya... Tanpa aku minta, kamu ngasih aku short escape kayak gini”ucap Sejin melanjutkan. Seungyoun tersenyum dan mengeratkan dekapannya, memberikan kehangatan lebih kepada Sejin.

Tidak banyak yang mereka bicarakan malam itu, Seungyoun dan Sejin sama-sama menikmati short escape indah mereka di pantai tersebut dan berharap kejenuhan mereka menjalani hari-hari di pusat kota bisa segera sirna.

“Balik ke hotel yuk?“Sejin mengerucutkan bibirnya saat mendengar ucapan Seungyoun dan membuat Seungyoun tersenyum karena ulahnya tersebut.

Seungyoun tidak perlu bertanya dan Sejin tidak perlu meminta, karena menit berikutnya Sejin sudah berada dalam gendongan di punggung Seungyoun sehingga membuat Sejin dapat mencium aroma khas rambut Seungyoun.

“Kapan kamu terakhir keramas?“ucap Sejin penih curiga.

“Nanti jangan langsung tidur ya! Aku keramasin kamu dulu”ucap Sejin lagi yang di balas anggukan ringan Seungyoun.

fin