July.
Malam itu, asrama yang biasa diisi oleh 101 orang, kini hanya tinggal 20 orang saja. Sepi? Jelas terasa. Beberapa penghuni asrama bahkan ada yang menyempatkan diri mereka untuk pulang ke rumah orang tua mereka tetapi sebagian lagi memilih tetap berada di asrama seperti Yuvin juga Yohan.
“Sempit?“tanya Yuvin yang berbaring di belakang Yohan malam itu. Yohan menggeleng dan menarik tangan Yuvin agar benar-benar memeluknya dari belakang.
Malam itu, diatas sebuah kasur berukuran single Yuvin dan Yohan berbaring. Di dalam kamar, terdapat delapan buah kasur berukuran serupa tetapi mereka memilih hanya menempati sebuah kasur di pojok ruangan.
Jika kalian memikirkan kamera yang menyorot atau merekam setiap kamar, kalian bisa bernafas lega karena semenjak jumlah peserta semakin dikit maka penggunaan kamera juga semakin minim.
Yohan menyamankan posisinya untuk menghadap Yuvin yang semula berada di belakangnya, berbaring menyamping. Yohan tersenyum sebelum mengusap pipi Yuvin yang keliatan semakin tirus karena latihan yang ia jalanin hampir tiga bulan ini.
“Crying baby!! Selama pelatihan nangis muluuu”ucap Yohan mencubit pipi Yuvin dan membuat Yuvin tersenyum.
Yuvin yang bahkan sudah menangis saat awal memasuki asrama tersebut. Saat itu ia menangis saat menelfon sang ibu dan menceritakan betapa beratnya latihan yang ia jalanin bersama orang-orang yang belum ia kenal.
“Yaaa kan waktu itu aku belum kenal siapapun? Ada Bang Kookheon, tapi engga mungkin aku selalalu bergantung sama dia kan?“Yuvin menarik tangan Yohan dari pipinya dan mencium setiap jari jemari Yohan.
“Kamu sama Bang Kookheon deket banget ya?“tanya Yohan yang kini memposisikan dirinya berbaring tepat di depan dada Yuvin. Cukup lama Yuvin terdiam, hingga membuat Yohan kembali menoleh untuk menatap Yuvin.
“Maaf...“Yohan meminta maaf ketika merasa pertanyaannya membuat Yuvin kembali bersedih. Beberapa hari lalu, Kookheon termaksud salah satu orang yang harus meninggalkan asrama ini. Tangis Yuvin kala itu kembali pecah, bahkan orang-orang yang melihatnya tau dan dapat merasakan betapa dekatnya dua orang lelaki dewasa tersebut.
Yuvin tersenyum sebelum menarik Yohan dalam pelukannya. Yuvin meletakannya dagunya pada puncak pela Yohan dengan tangan yang mengusap punggung Yohan untuk memberikan kenyamanan kepada Yohan.
“Deket? Hahaha Bang Kookheon udah kayak kaka bagi aku!! Latihan bareng, terus promosi bareng, bahkan masuk kesini aja bareng”ucap Yuvin memulai ceritanya.
“Aku yang awalnya niat mau ikut acara ini, terus Bang Kookheon tiba-tiba juga ngajuin diri juga. Aku sih engga masalah sama sekali, malah seneng karena ada temen yang udah aku kenal dari awal”ucap Yuvin lagi.
“Tapi semenjak berjalannya waktu, aku tau dan ngerti bahwa aku engga boleh selalu berdiri di zona nyaman aku. Aku harus berani keluar darisana, salah satunya untuk engga selalu bergantung sama Bang Kookheon”Yuvin menarik nafas panjang ketika mengakhiri ucapannya tersebut.
“Tapi ternyata engga gampang? Karena terlalu lama deket satu sama lain, bahkan ketika microphone aku mati aja dia yang ngerasa bersalah. Karena dia tau sifat aku dan gimana aku selalu mau ngasih yang terbaik ke orang lain”ucap Yuvin melanjutkan.
“Pas itu!! Aku juga ngerasa deketnya kalian kayak apa! Terus aku juga ngerasa kalo Bang Kookheon baikkkk banget! Baik yang bener-bener baik. Dia itu tulus. Makanya kamu nanti selesai ini temuin dia ya!! Bilang makasih”ucap Yohan tersenyum.
“Hm? Kamu engga cemburu?“Pertanyaan Yuvin membuat Yohan mendongakkan kepalanya untuk menatap Yuvin dan Yohan menggeleng.
“Ngapain cemburu? Aku bahkan bisa nanya informasi apapun tentang kamu ke Bang Kookheon!! Aku sama dia udah sohib!!!“ucap Yohan menjulurkan lidahnya ke arah Yuvin, ia meledek. Yuvin pun tertawa karena gemas.
“Kemaren nangis lagi pas Bang Kookheon pulang, dia bilang apa sama kamu?“tanya Yohan lagi.
“Bilang buat tetep berjuang. Mungkin dia masih ngerasa kalo aku bergantung sama dia, jadi dia lebih ngasih nasihat ke aku biar tetep semangat walaupun sendirian”ucap Yuvin dan Yohan mengangguk.
“Padahal aku engga sendirian kan disini?“Yuvin tiba-tiba memeluk erat Yohan hingga membuat Yohan bertertiak histeris karena tidak bisa bernafas.
“Sstttt!!! Nanti yang lain pada kesini, ganggu!!!“ucap Yuvin sambil tertawa dan Yohan hanya dapat menggeleng malas.
Seminggu lebih setelah perbincangan malam itu. Yuvin dan Yohan kembali bertemu, kali ini posisinya berbeda. Yuvin mengusap kepala Yohan terus menerus menenagkan Yohan yang sedang menangis. Yohan terus menangis, semenjak masih diatas panggung hingga mereka kembali di asrama mereka untuk membereskan beberapa barang mereka yang masih tertinggal.
“Udah dong nangisnya, hm?“ucap Yuvin yang kini sudah berlutut di hadapan Yohan.
“Baru loh kemarenan kamu bilang kalo aku Crying Baby eh sekarang malah kamu yang nangisnya engga berhenti-henti”ucap Yuvin menghapus air mata Yohan yang masih deras mengaliri pipi Yohan.
Yuvin mengusap punggung tangan Yohan dengan ibu jarinya. Lama dalam posisi seperti itu, membuat Yuvin lelah dan kembali berdiri. Yohan mendongakkan kepalanya, menatap Yuvin yang sudah kembali berdiri. Yuvin tersenyum.
“Janji.... Janji kita....“ucap Yohan terisak.
“Ya gimana? Mungkin Tuhan belum berkehendak, jadinya janji kita cuma sekedar jadi janji aja?“ucap Yuvin santai.
“Lagian kita masih bisa ketemu kan? Dipanggung!!“ucap Yuvin tersenyum.
Yuvin menarik Yohan untuk berdiri. Walau agak terhuyung, Yohan tetap berdiri dan masuk ke dalam dekapan Yuvin, hangat. Yuvin sedikit menggoyangkan badan mereka berdua serta usapan pada punggung Yohan yang konstan tapi jedanya.
“Ternyata cengeng nular ya?“ucap Yuvin terkekeh yang berhasil membuat ia mendapat satu pukulan ringan di punggungnya.
“Aw!! Sakitttt”ucap Yuvin melepas pelukan mereka sedangkan Yohan mengerucutkan bibirnya merajuk.
“Jangan nangis lagi! Nangis boleh, tapi jangan terlalu berlarut. Yang aku tau, Yohan yang aku kenal kuat. Juaran Nasional taekwondo masa engga kuat? Engga mungkin kan ya?“ucap Yuvin mencoba mencairkan suasana. Yohan menatap Yuvin lekat sebelum akhirnya menarik jas yang masih rapih digunakan oleh Yuvin.
Yohan menempelkan bibirnya dengan bibir lelaki yang terpaut satu tahun lebih tua darinya tersebut. Yuvin awalnya terkejut, tetapi karena tidak ada pergerakan dari pria yang lebih muda, akhirnya Yuvin memimpin permainan tersebut.
Tangan kanan Yuvin menarik tengkuk Yohan sedangkan tangan kirinya menarik pinggang Yohan untuk semakin merapatakan tubuh mereka berdua. Kali ini, Yohan yang terkejut karena tindakan Yuvin. Tangan Yohan semakin erat menarik jas yang digunakan Yuvin tersebut.
Mereka berdua tahu, jika pertemuan hari itu mungkin saja menjadi pertemuan terakhir mereka. Jika takdir tidak memihak mereka, mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk keduanya agar dapat kembali bertemu.
Yuvin melumat kasar bibir Yohan. Yohan kembali terkejut karena walau bagaimanapun, mereka masih berada di asrama yang minim orang tersebut. Tetapi seperti masa bodoh dengan sekitar, Yohan membalas lumatan yang diberikan Yuvin.
Tangan Yohan menarik kecil rambut Yuvin sedangkan tangan Yuvin masih setia di tengkuk serta pinggang Yohan seakan melarang Yohan menyudahi kegiatan mereka tersebut. Yohan kembali bergerak, kali ini membuka jas yang Yuvin kenakan secara paksa dan membuat Yuvin tersenyum dalam ciuman mereka.
“Engga... Jangan disini, sayang....“Yuvin menyudahi ciuman mereka dan menghentikan kegiatan Yohan yang berusaha menarik lepas jasnya.
Panggilan sayang yang Yucin ucapkan sukses membuat tersipu. Pipi Yohan lambat laun memerah, ditambah dengan rasa malu yang hadir karena usaha dia melepaskan jas Yuvin beberapa detik lalu. Yuvin tersenyum sambil mengusap pipi Yohan.
Selanjutnya, Yuvin kembali mendaratkan bibirnya, kali ini pada kening Yohan. Yuvin menyalurkan ketenangan untuk lelaki muda dihadapannya.
“Janji sama aku, jangan pernah sedih! Kalo sedih, inget aku aja!!! Kalo kangen kamu boleh telfon aku, nanti aku usahain ketemu kamu!!“ucap Yuvin mengusak puncak kepala Yohan.
Yohan mengangguk sebelum menabrakan dirinya dan masuk dalam dekapan Yuvin, sekali lagi dan terakhir kali.
(xposhie)