Mengapa harus kembali kesini?
Juyeon tersenyum, melihat pintu kedatangan yang sudah ia nantikan berjam-jam lamanya. Hampir sepuluh tahuh menghabiskan waktu di New York, Juyeon akhirnya memilih pulang ke Korea, negara tempatnya dilahirkan.
“Lo yakin? Kerjaan lo disini udah bagus posisinya. Masa mau lo tinggal gitu aja?”Pertanyaan dari salah seorang rekannya dua minggu lalu, diabaikan oleh Juyeon. Ia tetap pada pendiriannya, pulang ke negara asalnya.
Sebuah senyum tipis masih menghiasi wajah Juyeon sore itu. Lalu lalang calon penumpang pesawat maupun anggota keluarga yang menjemput kerabat, Juyeon abaikan kehadirannya.
“Welcome home!”
Sebuah pelukan hangat di dapatkan Juyeon dari seorang lelaki yang bertubuh lebih besar darinya tetapi tidak lebih tinggi darinya itu. Juyeon menarik koper besarnya mengikuti langkah lelaki tadi, kesebuah mobil hitam keluaran terbaru.
“Hasil kerja keras gue nih!”
Juyeon tersenyum melihat lelaki dihadapannya membanggakan mobil hitam tersebut. Sebuah mobil yang bahkan bisa ia beli setelah dua tahun bekerja di New York. Bagi Juyeon, Seoul telah banyak berubah. Selain gedung pencakar langit yang kian bertambah jumlahnya, sepertinya pertumbuhan penduduk serta jumlah turis yang datang ke Seoul juga terus bertambah jumlahnya
“Lo balik dulu kan? Anak-anak ngajak ngumpul jam tujuh, masih ada waktu tiga jam lagi nih. Gimana?“Juyeon melirik kearah Sangyeon yang telah fokus dengan jalanan dihadapannya tersebut.
Sangyeon, lelaki yang menjemput Juyeon sore itu sedikit melirik saat lelaki yang lebih muda tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Juyeon terdiam dengan senyum tipis menghiasi bibirnya dan Sangyeon tahu persis apa yang ada di dalam fikiran Juyeon saat ini.
“Gimana? Lo balik dulu kan? Masa ga mau mandi atau dandan dulu gitu sebelum ketemu anak-anak lain?“tanya Sangyeon lagi dan Juyeon akhirnya mengangguk.
“Gue nanti berangkat sendiri aja, kayanya mobil adek gue bisa dipinjem buat tiga sampai empat jam”ucap Juyeon menambahkan dan Sangyeon mengangguk.
“Ah yaudah! Berarti gue kabarin Chanhee, kalo gue bisa jemput dia. Soalnya demi lo, gue titipin cowok gue tuh ke Younghoon sama Changmin, biar ga telat karena nungguin gue jemput lo dulu”ucapan Sangyeon membuat Juyeon tertawa lepas.
“Jangan terlalu malam pulangnya! Kamu tuh baru sampai beberapa jam yang lalu, pasti capek”ucap Ibunda Juyeon, sesaat sebelum Juyeon melajukan mobilnya membelah jalanan ramai di negara kelahirannya tersebut.
Malam itu, Juyeon mengendarai mobilnya dengan perasaan campur aduk. Keputusannya untuk meninggalkan New York dan kembali ke Seoul bukan tanpa alasan. Selain karena kerinduannya terhadap keluarga, ada stau orang yang sering membuat Juyeon uring-uringan di negara asing tersebut.
Tapa disadari, senyum Juyeon muncul menghiasI wajah tampannya malam itu. Entah sudah berapa banyak skenarion lewat di dalam fikiran Juyeon. Skenario-skenario yang membuat perasaan Juyeon semakin tidak karuan. Skenario yang membuat Juyeon harus memikirkan apa yang harus ia katakan ketika kembali bertemu dengan orang tersebut.
Langkah Juyeon pelan tapi pasti memasuki sebuah kafe yang telah diberitahu oleh Sangyeon sebelumnya. Sambil sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, Juyeon menyapukan pandangannya ke penjuru kafe. Lambaian tangan Sangyeon membuat Juyeon menyadari kehadiran teman-temannya.
“Nah yang punya hajat udah dateng nih!“ucap Sangyeon heboh saat Juyeon sudah tiba di meja dimana teman-temannya sudah berkumpul. Juyeon kembali menyapu pandangannya ke orang-orang yang berada di depannya. Senyum tipisnya perlahan menghilang saat ia tidak menemui orang yang menjadi alasannya kembali ke Korea.
“Duduk kali! Emang di New York kalo ngopi sambil berdiri ya?“ucapan Younghoon, salah satu teman Juyeon itu sukses membuat semua orang tertawa terbahak.
“Je! Disini”Juyeon baru saja menyamankan dirinya di sebuah sofa di samping Sangyeon, saat Chanhee memanggil nama seseorang sambil melambaikan tangannya. Tubuh Juyeon terdiam dengan jantung yang berdebar lebih cepat dari biasanya.
“Sorry telat! Macet banget tadi ada kecelakaan di belokan situ”sebuah suara yang sangat Juyeon rindukan itu menyapa indera pendengaran Juyeon. Juyeon masih terdiam, hingga lengannya disentak pelan oleh Chanhee.
“Hai, Hyunjae! Aku pulang....“ucap Juyeon pelan sambil memberikan senyum terbaiknya.
Hyunjae yang selama ini hanya dapat ia lihat lewat gawai pintarnya, kini dapat ia lihat langsung berdiri di hadapannya. Hyunjae, yang suaranya hanya dapat ia dengan dari panggilan telfon, kini suaranya menyapa indera pendengaran Juyeon secara langsung. Hyunjae, alasan mengapa Juyeon kembali ke Korea.
“Selamat datang kembali, Juyeon!“ucap Hyunaje tersenyum.
“Udah gitu doang? Engga mau dipeluk tuh Juyeonnya? Selama ini bilang mau peluk Juyeon, sekarang orangnya udah di depan mata malah di diemin”Hyunjae melirik tajam salah seorang temannya. Terimakasih kepada Changmin, karena ucapannya itu, Juyeon berani menarik Hyunjae masuk ke dalam dekapannya.
fin