Makan Siang.


Cerita Sebelumnya

Sejin melirik ke arah pintu ketika mendengar seseorang menekan tombol password secara terburu-buru. Beberapa kali salah, tetapi akhirnya pintu berhasil terbuka.

Sejin berjalan untuk menyambut kedatangan seseorang dan tersenyum ketika orang tersebut datang dengan nafas terengah. Sejin mengangkat sebelah alisnya, merasa heran dengan tatapan orang di hadapannya tersebut.

“Kamu tau berapa lampu lalu lintas yang harus aku lewatin biar bisa sampe sini?“tanya Seungyoun sambil melempar tasnya ke lantai.

Sejin menggeleng, melangkah kebelakang menjauhi Seungyoun.

“Ada lima lampu lalu lintas, semuanya serempak berwarna merah pas aku lewatin. Masing-masing waktunya 3 menit. Jadi... Kamu tau berapa waktu tambahan yang aku perluin buat sampe sini?“Seungyoun terus melangkah maju mendekati tunangannya tersebut.

Jas sudah ia tanggalkan dan dasi sedang coba ia longgarkan untuk dilepaskan. Sejin menelan ludahnya dengan susah payah melihat betapa panasnya Seungyoun dihadapannya saat ini.

“Waktu tempuh aku biasanya cuma 30 menit, tapi siang ini aku harus lebih lama 15 menit karena waktunya tepat sama orang-orang yang balik ke kantor habis makan siang”

Langkah Sejin berhenti di meja makan. Ia melirik sekilas, buntu. Tidak ada tempat untuk Sejin melangkah atau berlari menjauh dari Seungyoun.

“Hehehe kamu udah makan siang belum jadinya? Kita makan dulu aja, yuk! Tapi pesen ya? Soalnya aku engga masak”Sejin berusaha mencairkan suasana agar Seungyoun sedikit menurunkan suhu tubuhnya.

Seungyoun mengeluarkan seringainya. Ia mengeluarkan ponsel dan kunci mobilnya sebelum mengunci pergerakan Sejin diantara meja makan dan dirinya sendiri.

Seungyoun sengaja. Dia sengaja menggesekan kemaluannya ke paha Sejin yang tidak berbalut apapun. Siang itu Sejin hanya menggunakan kemeja putih seperti di foto yang ia kirimkan.

“Pesenan aku udah sampe kok”ucap Seungyoun meraih tangan Sejin dan meletakannya tepat di depan resletingnya.

Seungyoun menuntun Sejin untuk mengusap kejantannya yang sudah menegang di balik celana bahan yang ia kenakan. Sejin tersenyum miring sebelum melakukan sendiri kegiatan usap mengusapnya. Sesekali Sejin menekan tepat diujung kepala kejantanan Seungyoun.

“Nghhh... Mana pesenan aku?“Seungyoun lemah. Sentuhan kecil Sejin membuatnya menjatuhkan kepalanya di ceruk leher Sejin.

“Pesenan kamu ada dimeja makan...“Sejin berucap dengan nada menggoda tepat ditelinga Seungyoun.

Seungyoun menarik nafasnya panjang sebelum kembali menatap Sejin. Sentuhan Sejin masih konstan pada kejantanan Seungyoun. Sejin tersenyum menatap Seungyoun dengan tatapan tidak kalah menggoda dari ucapannya sebelumnya.

“Hmphhh...“Sejin terkejut ketika Seungyoun tiba-tiba mendaratkan bibirnya diatas bibir Sejin. Tangan Sejin terlepas dari kejantanan Seungyoun dan menahan Seungyoun agar berlaku sedikit lebih lembut.

Setelah menemukan ritme permainan Seungyoun, Sejin mengalungkan tangannya di leher Seungyoun dan membalas lumatan yang diberikan Seungyoun.

“Ahhhh....“Sejin mendesah kala Seungyoun mengusap paha dalamnya. Seungyoun mengangkat tubuh Sejin dengan mudah agar duduk diatas meja makan.

Sejin melingkarkan kakinya di pinggangnya Seungyoun. Tangannya membuka satu persatu kancing kemeja Seungyoun, membukanya dan melemparnya secara asal. Sedangkan Seungyoun menarik paksa kemeja Sejin.

“Tadi udah kamu buka kenapa dipake lagi?“ucap Seungyoun terengah.

“Makanan perlu diangetin sayang, jadi aku buka dulu tadi...“ucap Sejin sensual.

Seungyoun menatap tunangannya tersebut dengan tatapan tidak percaya karena tunangannya bisa berkata hal yang dapat meningkatkan libido di dalam dirinya.

Seungyoun kembali mengeluarkan seringai tipisnya sebelum mengecup leher Sejin yang putih. Bagaikan makan siang sungguh, Seungyoun sesekali menggihit leher Sejin sehingga membuat Sejin mengerang dan muncul bekas di lehernya.

Sejin tidak butuh aba-aba, ia juga perlu makan siangnya. Maka selanjutnya, ia membuka ikat pinggang milik Seungyoun dan membuka celana bahan tersebut. Celana panjang Seungyoun telah teronggok tidak berdaya di lantai.

Nakal, siang ini Sejin sangat nakal. Sejin mengelua kembali kejantanan Seungyoun dengan telapk kakinya. Bahkan sesekali ia memberikan gerakan menggelitik dan membuat Seungyoun bergerak tidak beraturan.

“Nghhh... Youn... Udahan makanan pembukanya dong... Ahhhh... Sekarang intinya aja.... Aishhh...“Gigitan terakhir dari Seungyoun di kedua nipple milik Sejin.

Nafas Seungyoun dan Sejin beradu cepat. Seungyoun memberika kecupan demi kecupan dari dada hingga kejantanan Sejin yang masih terbungkus celana dalamnya.

Seungyoun membuka celana dalam Sejin, sebatas dengkul. Kedua kaki Sejin ia naikan ke atas pundaknya, sedangkan dirinya mulai memakan lubang Sejin yang berkedut.

“Ahhh... Seung—— Younhhh!! Aku juga perlu makan siangku... Nghhh...“Sejin menarik-narik pelan rambut Seungyoun.

Sejin keluar, putihnya membasahi perutnya sendiri. Nafasnya terdengar memenuhi ruang makan siang itu. Seungyoun tersenyum puas.

Seungyoun kembali berdiri dan membuka sendiri celana dalam yang masih ia kenakan. Hanya berandalkan cairan milik Sejin, Seungyoun membasahi kejantannya.

“Selamat menikmati!!“Seungyoun kembali melumat bibir Sejin ketika pergerakan dibawah sana baru saja dimulai.

“Ahhhh....”

“Nghhh....”

Sejin mendesah, Seungyoun mengerang. Perlu beberapa saat untuk mereka menetralkan nafas dan denyut jantung mereka berdua sebelum masing-masing dari mereka menggerakan pinggang secara berlawanan arah.

Beberapa kali Seungyoun mencuri kecupan di bibir Sejin. Siang itu mereka bergerak santai dan konstan. Tidak terburu-buru. Mereka menikmati moment berdua di atas meja makan dengan saling mengaggumi satu sama lain.

Pergerakan keduanya terhenti ketika ponsel Seungyoun bergetar. Tanpa melepas tautannya, Seungyoun meraih ponselnya. Ia kembali bergerak ketika telah berhasil meraih ponselnya. Sejin mendelik kaget, karena kekasihnya berani menerima telfon ketika mereka tengah bercinta.

“Nghh... Ha— Lo?”

Sejin menggeleng melihat kelakuan tunangannya. Ia menutup mulutnya, berusaha mengurangi suara desahan yang keluar dari mulutnya.

“Hm... Kenapahh?“ucap Seungyoun mencoba tenang tetapi gerakannya dibawah sana tidak berhenti.

“Tolong kirimin lagi laporan lo yang tadi ya, Youn! Kena virus nih jadi filenya ilang”

“Nghh... I— Ya! Nan... Ti! Nghh.. Gue kirim!“ucap Seungyoun.

“Ahhh.... Nghhh...“Sejin kelepasan. Desahan terdengar nyaring karena gerakan Seungyoun tepat mengenai prostatnya.

“Ngapain lo? Sejin engga apa-apa?”

“Engga apa-apa kokkkhhh! Ini... Magghhnya kambuhhh barusannn sakit laghii”ucap Seungyoun lagi.

Sejin menggeleng menatap Seungyoun ketika kenikmatannya kembali datang. Seungyoun pun menggenggam pinggang Sejin dan menambah kecepatan gerakan pinggangnya.

“Ahh... youn!!!“Sejin menutup mulutnya menghalau desahan itu.

“Eh anjir!! Itu lo urusin dulu deh Sejinnya. Nanti aja kirim filenya”

“Nghhh... Okehhh! Thank youuu”

Seungyoun mematikan panggilan telfonnya dan melentakan ponselnya kembali di sebelahnya. Sekarang dua tangannya memegang kedua pinggang Sejin. Keduanya akan segera menjemput putihnya.

Seungyoun menaikan salah satu kaki Sejin ke atas pundaknya membuat penisnya kembali mengenai prostat milik Sejin. Ponsel Seungyoun kembapi berdering.

“Apaan lagi, Anjinggghhh!!!”

“Seungyoun?”

“Ahhh iya pak? Ada apa?”

Pergerakan Seungyoun melembat dan membuat Sejin pusing dibuatnya. Sejin pun melingkarkan kakinya dipinggang Seungyoun dan mendorong tubuh Seungyoun agar duduk di kursi yang terletak di dekat mereka.

“Ahhhh... younn!!!“Sejin meringis diatas pangkuan Seungyoun. Gerakan naik turunnya berantakan, tapi penis Seungyoun tetap memberikannya kenikmatan.

“Nghhh... Iya ada apaahhh pak?”

Seungyoun berusaha menetralkan suaranya. Tangan kanannya memegang ponsel sedangkan tangan kirinya memegang pinggang Sejin.

“Sedang apa? Kamu izin?”

“Nghhh... Iya pak! Kebetulannn—– Kebetulan tunangan saya sakhiittt pak! Ini saya mauughh anter ke rumahh sakittthhh...“ucap Seungyoun.

“Ahhhh... Youn.... Seung... Youn!!!“Sejin kacau, desahannya semakin tidak dapat ditahan karena putihnya benar-benar semakin dekat.

“Maafghhh pak! Sayaa sedang gendongghh tunagan saya pakk jadi—– nghhh ngos-ngosan...”

“Ah baiklah! Saya telfon lagi nanti. Cepat antar tunanganmu ke rumah sakit! Cepat sembuh!!”

“Ahhh... Iya pak!!! Terimakasihhhh... Nghhhh...”

Ponsel tersebit benar-benar dilempar Seungyoun. Sejin sudah tidak kuat dan meletakan kepalanya di pundak Seungyoun. Tangan dan pinggang Seungyoun kembali bekerja. Tubuh Sejin terhentak keatas seiring dengan gerakan yang Seungyoun berikan.

“Nghhhh.... Jin!!! Ahhhh....!!!”

“Younnhhhh.... Ahhh....”

Seungyoun dan Sejin mencapai putihnya. Seungyoun terpaksa mengeluarkan cairannya di dalam Sejin karena posisinya yang duduk diatas kursi. Sedangkan Sejin kembali mengotori perut dan dadanya.

“Makasihhh buat makan siang spesialnya”ucap Seungyoun mengecup pundak Sejin.

“Bos kamu gimana?“ucap Sejin lemah.

“Biarin aja! Dia percaya kok kalo kamu sakit....“ucap Seungyoun. Hening menyelimuti ruang makan tersebut.

“Tinggal makanan penutup...“Pelan tapi pasti, Seungyoun kembali menggerakan pinggangnya.

“Nghhh... Youn!!! Kasur aja!! Capek...“ucap Sejin protes tetapi tetap mendesah.

Mendapat lampu hijau, Seungyoun pun menggendong Sejin ke kamar mereka untuk menyantap hidangan penutupnya.

(xposhie)