Makan Siang

Chanhee tidak henti-hentinya tersenyum melihat Sangyeon yang telah duduk di sofa ruang tamunya. Sangyeon datang satu jam lebih cepat dari undangan yang diberikan dan hal itu membuat Chanhee senang bukan kepalang.

“Kamu potong rambut ya, mas?“tanya Chanhee memperhatikan Sangyeon lekat.

“Wah papi lebih istimewa dong dari aku? Buktinya kamu sampe potong rambut buat ketemu papi!“ucap Chanhee dengan nada merajuk.

“Karena mas ga mungkin dateng dengan rambut berantakan pake hoodie kayak pas di flat kan?“ucap Sangyeon tersenyum.

“Ini yang namanya Pak Sangyeon ya, perkenalkan saya maminya Chanhee”Chanhee merubah posisi duduknya sedikit berjauhan dari Sangyeon ketika maminya datang ditengah-tengah mereka.

“Minum dulu minumnya, bukan buatan Chanhee kok jadi dijamin enak”ujar mami Chanhee santai.

“Mami! Ini tuh aku yang buat, diajarin sama Bibi Jung”protes Chanhee yang membuat Sangyeon kembali tersenyum.

“Sebenarnya mami udah tau kalo Chanhee udah punya pacar. Dia jadi lebih sering bangun pagi, kuliahnya juga lancar dan engga semanja dulu”ucap mami Chanhee memulai ceritanya.

“Chanhee ini anak tunggal, teman mainnya cuma Younghoon itu sepupunya sendiri. Dari dulu suka diajak papinya dateng ke acara perusahaan, jarang punya teman sebaya”mami Chanhee menjelaskan dan Sangyeon mengangguk mengerti.

Sebenarnya, Sangyeon sudah hafal diluat kepala kisah mengenai Chanhee dan masa kecilnya. Bahkan Sangyeon juga tau bagaimana sosok Chanhee yang manja, lambat laun berubah ketika bersamanya.

Chanhee bisa mengendarai kendaraan umum saat bersama Sangyeon. Chanhee bisa memasak mie instan sendiri jika sedang menunggu Sangyeon di flat sederhananya, bahkan Chanhee juga bisa berbelanja bulanan jika persediaan di flat Sangyeon mulai menipis.

“Gimana? Chanhee manja ya? Maaf ya, kalo dia terlalu manja. Soalnya apa-apa selalu disediain dan dilengkapi dari kecil”ucap mami Chanhee lagi.

“Engga apa-apa kok, Nyonya...”

“Mami! Panggil mami, kayak Chanhee manggil saya”ucapan Sangyeon terputus kala nama ganti orang yang ia lontarkan diperbaiki oleh mami Chanhee.

“Iya, ma-mi...“ucap Sangyeon terbata.

Percakapan Sangyeon dan mami Chanhee terhenti ketika papi Chanhee datang dan memasuki rumah mewah milik keluarga Choi tersebut.

“Keruang makan duluan ya? Papi pasti mau ganti baju dulu. Diajak Sangyeonnya sekalian”

Chanhee mengangguk dan menarik pelan lengab Sangyeon serta membawanya ke ruang makan utama. Berbagai jeni hidangan mewah, sudah tertawa di meja makan. Sangyeon tidak mengerti apakah hal ini lumrah di kalangan orang kaya atau tidak.


Detingan sendok, garpu serta piring memenuhi ruang makan tersebut. Tidak ada senda gurau seperti biasanya. Suasana hangat pun tidak dapat dijumpai siang itu.

“Jadi, Pak Sangyeon sudah tau mau melanjutkan kuliah dimana?“pertanyaan tiba-tiba dari Tuan Choi membuat Sangyeon tersedak. Chanhee dengan sigap memberikan air mineral kepada Sangyeon.

“Papi! Mas Sangyeon kan masih makan? Nanyanya bisa nanti aja kan?“ucap Chanhee malas. Sangyeon mengusap punggung tangan Chanhee lembut dan mencoba menenangkan sang kekasih.

“Untuk saat ini saya belum memikirkan untuk melanjutkan kuliah lagi, tuan...“ucap Sangyeon pelan.

“Kamu sudah panggil istri saya dengan sebutan Mami, tapi kenapa panggil saya masih dengan panggilan Tuan?“ucap Tuan Choi dengan tatapan tajam dan berhasil membuat Sangyeon terdiam.

Suasana di ruang makan tersebut kembali hening setelah pertanyaan yang dilontarkan Tuan Choi terakhir kali. Bahkan Sangyeon tidak dapat melanjutkan makan siang karena pertanyaan papi Chanhee tersebut.

“Sebelumnya, saya minta maaf atas kejadian di London beberapa waktu lalu. Kamu pasti tau, setiap orang tua akan melakukan dan memberikan yang terbaik untuk anaknya, bukan?“Sangyeon mengangguk menyetujui ucapan Tuan Choi tersebut.

“Chanhee tidak pernah memberitahu saya jika dia memiliki kekasih. Itu juga menjadi penyebabnya, mengapa saya beberapa kali ingin menjodohkannya dengan anak kolega saya”ucapan Tuan Choi membuat Chanhee melirik kearah Sangyeon.

“Saya sangat hafal siapa anda Pak Sangyeon. Anda merupakan salah satu guru terbaik di sekolah tersebut dan waktu itu, saya hanya berfikir bahwa Chanhee dekat dengan anda karena Chanhee mulai tertarik dengan perusaahn keluarga. Tetapi ternyata tidak, Chanhee lebih tertarik dengan anda dibanding perusahaan keluarga”Tuan Choi tertawa renyah diakhir kalimatnya yang sukses membuat wajah Chanhee merah padam.

“Setelah makan siang, apa anda sudah ada janji bertemu dengan orang lain? Jika belum, saya ingin mengajak Pak Sangyeon untuk berbicara berdua”tanya Tuan Choi.

“Tidak, Papi tidak izinkan Chanhee untuk ikut bergabung”sambung Tuan Choi lagi saat Chanhee baru saja akan melemparkan kata protesnya.

“Engga, Chanhee... Mas, kesayangan kamu ini engga akan papi apa-apakan. Papi janji...“ucapan Tuan Choi sedikit dapat membuat Chanhee bernafas lega.