Memories.

mem·o·ry /ˈmem(ə)rē/

noun plural noun: memories

1. the faculty by which the mind stores and remembers information

2. something remembered from the past; a recollection.


Jika kalian disuruh memilih kenangan di masa lalu, kenangan apa yang ingin kalian ingat selamanya? Kenangan yang indah atau bahkan kenangan yang buruk? Kenangan yang membuat bahagia atau justru kenangan yang membuat kalian terluka?

Aku pribadi, jika suatu saat memang diharuskan memilih kenangan apa yang ingin kusimpan, jawabku hanya satu: HARI ULANG TAHUNKU aku ingin selalu mengingat kejadian di hari ulang tahunku. Baik itu kejadian yang menjadi kenangan baik maupun sebuah kejadian yang menjadi sebuah kenangan buruk.

Aku Lee Sejin, pria yang genap berusia tiga puluh lima tahun hari ini, akan menceritakan beberapa kenangan yang aku ingat saat diriku berulang tahun.


03 April 1996

Banyak orang mengatakan bahwa ketika kita dilahirkan ke dunia, kita akan menangis tetapi orang disekitar kita tersenyum bahagia, Tetapi, ketika kita meninggalkan dunia ini, kita tersenyum dengan damai dan berbanding terbalik dengan orang yang kita tinggalkan, mereka menangisi kepergian kita.

Jika ditanya kepada semua calon orang tua, “Apa yang kamu inginkan dari anakmu yang akan dilahirkan?” sebagian besar dari mereka pasti akan menjawab “Aku ingin anaku terlahir sehat” Ya, semua calon orang tua selalu mengharapkan hal tersebut di atas hal lainnya.

Tangisan seorang bayi mungil disebuah ruang persalinan, menjadi saksi bahwa satu kebahagiaan telah lahir ke dunia. Satu kebahagiaan pelengkap dalam sebuah keluarga kecil. Satu kebahagiaan yang diberi nama Lee Sejin.

03 April 2000

Lima hari. Jika aku tidak salah hitung, aku sudah tinggal dikamar rawat ini selama lima hari. Penyebabnya? Aku juga tidak tau. Aku hanya mengingat, aku tertidur dengan perut sakit dan keesokan harinya aku terbangun dikamar ini dengan kain yang menempel di perutku. Ibu selalu mengingatkan, “Jangan dipegang!”_

“Happy birthday, to you! Happy Birthday, to you! Happy Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday, Lee Sejin!!”

Orang tuaku, dokter serta perawat masuk ke dalam kamar rawatku dengan membawa satu buah kue tart. Karena sakit, aku lupa ulang tahunku hari ini! Karena sakit, aku lupa bilang ke ayah kalo aku mau hadiah sebuah mobil mainan yang bisa berubah menjadi robot!

“Kenapa sedih? Kata pak dokter, sore nanti Sejin udah boleh pulang”

Aku sebal! Aku tidak suka rumah sakit. Aku mau ulang tahun dirumah bersama teman-temanku dan mendapat banyak hadiah. Aku tidak suka hari ulang tahunku. Aku memilih menarik selimutku dan mengabaikan semua orang.

“Sejin... Pak Dokter punya hadiah loh! Nih mobil-mobilan”

Seorang lelaki paruh baya yang sering memeriksa kain di perutku itu berjongkok di hadapanku. Ia membawa sebuah mobil-mobilan impianku! Ah, apa pak dokter itu bisa meramal? Kenapa dia tau keinginanku? Aku mau jadi hebat seperti pak dokter! Jika aku besar, aku ingin menjadi Dokter.

03 April 2003

Hiasan dinding, balon, meja dan kursi yang tertata rapih serta sebuah kue tart bergambar kartun favoritku sudah tersedia di atas meja. Ibu juga memaikankan baju yang khusus dibelinya untuk hari ini serta menyisir rapih rambutku.

“Sejin, kado kamu banyak! Aku boleh minta satu?”

“Itu punya Sejin! Kalo kamu mau, kamu harus berulang tahun dulu”

Seorang temanku menangis bahkan saat acara belum dimulai. Anak yang menangis itu adalah anak yang meminta satu kado dariku. Jujur aku bingung, Apakah aku harus memberikan satu kadoku kepada temanku? Tapi ini hari ulang tahunku! Semoga kado itu milikku!!.

“Sejin, ini coba kasih ke Byungchan”

Ibu selalu datang seperti pahlawan! Ibu memberikanku sebuah kotak kecil terbungkus rapih. Saat aku enggan memberikan kotak itu kepada temanku, Ibuku menjelaskannya. Itu adalah bingkisan yang disiapkan Ibu untuk teman-temanku hari itu. Wah ibu hebat! Ibu memberikan kado ke anak lain yang datang ke hari ulang tahunku. Jika sudah besar, aku ingin seperti Ibu!

03 April 2008

“Sejin, apa ibu pernah mengajari Sejin membolos?”

Hari itu aku sangat takut. Sepertinya aku melakukan kesalahan yang membuat Ibu marah. Ibu tidak berteriak, tapi aku tau jika ibu sedang tidak ingin bercanda denganku yang sudah membuat kebodohan hari itu.

“Siapa yang ngajarin kamu bolos? Kamu traktir teman kamu ke PC Room pake uang siapa?”

Aku hanya bisa menunduk. Aku ingin menjawab setiap pertanyaan Ibu, tetapi aku tau kalo jawabanku akan semakin membuat Ibu pusing dan marah jadi aku memutuskan tetap diam bahkan saat Ibu melontarkan pertanyaan selanjutnya.

“Sejin, liat ibu... Ibu engga marah sama Sejin, sayang...”

Aku menangis saat ibu memanggilku Sayang sebuah panggilan yang menjadi panggilan favoritku hingga saat ini. Aku menangis karena aku tau bahwa aku sudah mengecewakan Ibu. Aku tau, walaupun sudah dikecewakan, Ibu tetap tidak memarahiku.

“Jadi, karena ulang tahun jadi Sejin traktir teman-teman?”

Aku akhirnya menceritakan semuanya. Menceritakan semua hal yang membuat ibu kecewa hari itu. Cerita dimana aku membolos demi pergi ke PC Room di hari ulang tahunku. Temanku bilang, Ibu tidak akan marah jika aku melakukan kesalahan di hari ulang tahunku dan aku baru mengerti jika itu tidak benar.

“Sejin... Ibu ga marah sama Sejin tapi kali ini Ibu Kecewa. Ibu yakin, Sejin tau kenapa Ibu kecewa kan? Ibu kecewa karena Sejin bolos sekolah hari ini. Ibu engga marah ke Sejin bukan karena Sejin ulang tahun hari. Tapi karena Sejin udah jujur sama Ibu”

Ibu membawaku dalam pelukannya. Ia tidak memarahiku. Ibu justru menasihatiku apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan tidak benar, apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Ibu menasihatiku dengan lembut, walaupun ia kecewa terhadapku. Hari itu, aku semakin bangga dengan Ibu dan Aku semakin ingin menjadi seperti Ibu.

03 April 2011

“Ini punya siapa? Punya kamu?”

Waktu menunjukan pukul dua belas saat aku baru saja tiba dirumah. Ibu menyambutku dengan wajah merah padam. Aku juga dapat melihat beberapa piring dan makanan yang tersaji di meja makan serta sebuah kue ulang tahun.

“Sejin, ibu tanya sekali lagi ke kamu. Ini punya siapa?”

Satu bungkus rokok yang semula aku sembunyikan di dalam kamarku sudah berpidang ke gengaman ibu. Aku diam, tidak bisa memberikan penjelasan apapun kepada ibu.

Beberapa hari yang lalu, salah satu temanku menawari rokok tersebut dan karena rasa penasaranku saat itu aku menerimanya. Aku tidak pernah menghabiskan batang rokok pertamaku, tetapi ibu sudah lebih dahulu menemukan rokok tersebut sebelum aku kembalikan kepada temanku.

“Masuk ke kamar dan beristirahatlah”

Aku menatap punggung ibu yang sama sekali tidak menatapku. Ibu memilih merapihkan piring serta makanan yang tak tersentuh. Makanan yang sengaja ibu siapkan untuk ulang tahunku hari itu.

3 April 2014

“Ha? Kau kira aku tahan berpacaran dengan orang yang tidak bisa aku sentuh? Mana ada orang tahan dengan orang seperti itu?”

Aku terdiam di tempat saat mendengar sekumpulan orang sedamg berbicara dibelakang sekolah, salah satunya adalah orang yang kukenal. Park sunho, kekasihku.

Setelah menetralkan emosi, aku berjalan melewati mereka dan benar saja, mereka diam ketika melihatku berjalan. Bahkan Sunho tidak menyapaku sama sekali. Ucapan selamat ulang tahun yang aku harapkan sejak pagi tadi juga tidak kunjung ia ucapkan.

“Bagaimana dengan Ka Sejin? Bukannya Ka Sunho masih berpacaran dengan Ka Sejin?”

“Sejin? Aku sudah putus dengannua seminggu yang lalu. Kamu tenang saja, sayang”

Sore itu, saat aku menunggu Sunho pulang ternyata aku mendapati Sunho sedang bersama lelaki lain. Pemandangan setelahnya adalah hal yang cukup mengejutkan. Sunhi mencium lelaki lain di hadapanku.

Ulang tahunku kedepalan belas merupakan hari dimana aku merasakan patah hati untuk pertama kalinya dan sejak itu, aku bertekad untuk membahagiakan diriku dulu daripada mencari pendamping hidup.

3 April 2019

Malam itu, setelah perayaan ulang tahunku yang dirayakan oleh kantor tempatku bekerja, salah saorang seniorku mengantarku pulang kerumah.

Seorang senior yang tiga bulan ini sedang dekat denganku. Namanya Seungju dan temanku mengatakan bahwa ka seungju kemungkinan besar menyukaiku.

“Maaf ka, tapi untuk saat ini aku lagi engga mau mempunyai hubungan dengan siapapun. Tapi kita masih bisa berteman kok!”

Tepat di depan unit apartementku, Ka Seungju mengutarakan perasaannya kepadaku. Sebuah ungkapan cinta yang sudah aku tebak sebelumnya. Karena kejadian beberapa tahun silam, aku belum dapat menerima perasaan Ka Seungju malam itu.

3 April 2025

From: Seungyoun Selamat pagi, Sejin! Saya sudah di depan ya

Seungyoun adalah orang yang dekat denganku delapan bulan belakang ini. Diperkenalkan oleh Wooseok, sahabatku. Awal perkenalan, aku sudah memberitahu perihal diriku dan sebuah komitmen dan Seungyoun memahamiku.

“Happy birthday!”

Seungyoun adalah seseorang dengan begitu banyak kejutan. Seperti hari ini, ia tiba-tiba mengajakku pergi makan malam dalam rangka merayakan ulang tahunku.

“Saya gamau maksa kamu untuk percaya lagi akan sebuah komitmen. Tapi malem ini, saya cuma mau bilang kalo kamu bisa mempercayakan saya jika kamu memang ingin kembali mencoba sebuah komitmen dengan seseorang”

Seungyoun dan ucapannya setelah acara makan malam kami saat itu sukses membuatku susah untuk tidur. Sebuah kenangan yang selalu akan saya ingat sampai kapanpun.

3 April 2028

Aku tersentak saat merasakan punggungku menghangat. Sebuah selimut tersampir di pundakku yang tidak lain merupakan ulah seungyoun, suamiku.

“Anak-anak udah nungguin bubunya buat tiup lilin tuh”

Aku tersenyum. Rasanya baru kemarin aku menangis karena merayakan ulang tahun di rumah sakit dan merasakan sakit hati pertama saat ulang tahunku ke delapan belas.

“Lagi mikirin apa, hm?”

Aku kembali tersenyum sebelum menceritakan apa yang aku fikirkan tadi. Seungyoun sesekali menanggapi ceritaku sebelum ceritaku terputus saat kami tiba di meja makan.

“Selamat ulang tahun, Bubu!!”

Dohyon dan Wonyoung, anak kembarku menyanyikan lagu untukku. Hari ini, salah satu hari yang akan kumasukan ke dalam memori yang akan aku ingat. Memori indah dalam hari ulang tahunku.

fin