Obsesi 2
⚠️ Kekerasan, Senjata Api, Darah, Major Character Death, Adegan seks serta Adegan yang mungkin dapat membuat pembaca merasa cemas, gelisah dan trauma.
“Tolong...“Semua orang dalam ruangan kepolisian tersebut menoleh dan mendapati seseorang dengan baju dan wajah lusuh memasuki ruangan kepolisian tersebut.
“Seungyoun!!!“ucap Jinhyuk saat melihat Seungyoun tergopoh dan terseok merangkul seseorang yang sudah tidak sadarkan diri.
Sejin terus berlari, mengabaikan rasa sakit yang dirasakan oleh kakinya. Sesekali ia menoleh untuk memastikan bahwa Seungju tidak mengikutinya. Tetapi perkiraan Sejin melesat, ia dapat melihat cahaya dari kejauhan. Sejin pasrah untuk saat ini.
“Sejin... Dimana?“ucap seungyoun lirih.
“Jinhyuk lagi susul Sejin kerumahnya, lo disini dulu. Istirahat”ucap Wooseok menenangkan Seungyoun.
Setiba Seungyoun di kepolisian, dirinya segera dibawa kerumah sakit bersama dengan pria yang ia papah sebelumnya. Ternyata lelaki yang Seungyoun papah merupakan supir truk yang seharusnya menderek mobil Sejin pada malam itu.
Sejin pasrah dan berlutut di aspal dingin tersebut. Kepalanya menunduk, menerima apapun yang akan dilakukan Seungju kepada dirinya selanjutnya. Lampu yang semula masih terasa jauh terlihat, sekarang sudah benar-benar berada di dekat Sejin bahkan Sejin juga dapat mendengar langkah orang mendekatinya.
“Selamat, pak!”
“Weits! Selamat nih boss!! Makan-makan!!!”
“Waaahhh gue udah yakin sih kalo lo bakalan dapet promosi!”
“Gila meng gila! Temen gue satu ini emang gila!!!”
“Jadi gue harus manggil lo Boss Seungyoun nih?”
Banyak orang memberikan ucapan selamat kepada Seungyoun sore itu ketika Seungyoun berhasil mendapatkan promosi untuk menduduk jabatan baru. Sejin ada disana, merangkul Seungyoun dan menemani Seungyoun saat itu. Suasana yang semula riuh ramai seketika menjadi senyap ketika Seungyoun berlutut dihadapan Sejin dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berawarna biru.
“Lee Sejin, terimakasih untuk beberapa tahun ini sudah selalu ada disamping aku disaat terendah maupun tertinggi aku. Disaat aku sedih maupun susah, disaat ga ada orang yang percaya aku, tetapi disana kamu selalu ada. Terimakasih untuk segala perhatiannya”ucap Seungyoun.
“Sejin... Aku mau dihari-hari selanjutnya, kamu tetap disamping aku. Menemani aku hingga nanti mau memisahkan. My one and only Lee Sejin, would you marry me?“ucapan Seungyoun membuat mata Sejin berkaca-kaca dan membuat suasana yang semula sepi menjadi kembali riuh.
Sejin terbangun seiring dengan riuh tepuk tangan di dalam mimpinya. Lagi, mimpi yang terasa nyata datang menyapanya. Tubuh Sejin berkeringat dan nafasnya sedikit tersenggal.
“Sejin?“Sejin yang awalnya ingin menutup kembali matanya karena kembali merasakan pusing pun kembali membuka mata saat seseorang memanggil namanya.
Disana, berdiri seorang lelaki lusuh dengan wajah lelah. Selang infus tersambung dilengan kirinya dan jalannya harus dipapah oleh Jinhyuk. Air mata Sejin menetes tanpa sebab dan hatinya menghangat hanya karena melihat orang tersebut.
“Sejin.... Sayang?“ucap lelaki tersebut lagi yang membuat Sejin terisak.
Seungyoun mencoba merengku tubuh gemetar yang sangat ia rindukan tersebut. Tubuh mungil yang sedang terisak karena rindu yang sama membuncah seperti rindu yang Seungyoun rasakan.
“Maaf... Maafin aku...“ucap Seungyoun yang mempererat pelukannya dan mengusap puncak kepala Sejin dan Sejin masih terus terisak.
“Youn... Lo pindah ke kasur aja. Biar Sejin gue yang aja”Seungyoun menoleh dan mendapati Wooseok berjalan kearahnya. Seungyoun menggeleng dan tersenyum.
“Gue mau disini aja, Seok... Gue mau tetep disini sampe dia bangun”ucap Seungyoun dengan sebelah tangannya yang mengusap punggung tangan Sejin yang sedang tertidur pulas. Wooseok pun mengangguk dan meninggalkan Sejin serta Seungyoun di dalam kamar tersebut.
“Kami tidak dapat menemukan Tuan Seungju dirumahnya, tetapi kami menemukan tiga orang pria terkubur di halaman belakangan rumah milik Tuan Seungju”Tubuh Jinhyuk menegang, mendengarkan penjelasan polisi pagi itu.
Jinhyuk dan Wooseok gelisah dan bingung menyampaikan informasi yang mereka dapatkan dari kepolisian. Seungju tidak ditemukan dimanapun, tetapi pencarian atas diri Seungju masih dilakukan.
“Besok kalian udah boleh pulang. Mau nginep dirumah kita dulu?“ucap Wooseok pelan tetapi Seungyoun menggeleng.
“Kita mau balik kerumah aja. Makasih ya, Seok... Hyuk...“ucap Seungyoun.
“Kalian yakin? Seung...“Jinhyuk menghentikan ucapannya saat Wooseok dan Seungyoun memberikan isyarat.
“Seung? Kenapa Hyuk, kok ga dilanjutin?“ucap Sejin bingung dan Jinhyuk hanya dapat tertawa kaku.
“Seungyoun kan keadaannya belum pulih banget, jadi maksud Jinhyuk kalian lebih baik tinggal dirumah kita dulu mungkin seminggu?“ucap Wooseok dengan nada memohon tetapi Seungyoun tetap pada pendiriannya.
“Makasih buat tawarannya. Tapi gue beneran mau balik kerumah, gue kangen semuanya...“ucap Sejin pelan yang selanjutnya mendapatkan pelukan hangat dari Wooseok.
“Telfon kita kalo ada apa-apa ya?“ucap Jinhyuk beberapa saat sebelum pergi meninggalkan rumah kediaman Seungyoun dan Sejin.
“Iya! Kalian hati-hati dijalan, makasih sekali lagi”ucap Sejin yang dibalas anggukan oleh Wooseok.
Seungyoun dan Sejin masuk kerumah yang selama dua bulan tidak mereka tempati. Sejin tersenyum karena semua yang ia lihat saat ini nyata dan bukan hanya mimpinya. Semua yang Sejin lihat saat ini membuat perasaan hangat dihatinya dan meyakinkan Sejin bahwa ini memang rumahnya dan Seungyoun memang suaminya.
“Youn...“ucap Sejin saat merasakan sepasang tangan melingkar di pinggang rampingnya. Seungyoun berdeham dan meletakan dagunya di bahu Sejin.
“Aku kangen kamu...“ucap Sejin dengan tangan kanan mengusap pipi Seungyoun pelan.
Sejin berbalik, mengalungkan kedua tangannya di leher Seungyoun sebelum melumat bibir Seungyoun dengan terburu-buru. Seungyoun yang sama rindunya dengan Sejin, memeluk Sejin dan merapatkan jarak keduanya.
Sejin melompat kecil dan melingkarkan kakinya di pinggang Seungyoun layaknya koala. Seungyoun tersenyum dalam ciuman tersebut sebelum berjalan pelan menuju kamar pribadi mereka.
“Nghhh.... Younhhh....“Sejin membusungkan dadanya saat kejantanan milik Seungyoun menyapa lubangnya. Seungyoun memberikan kecupan disekitar perut Sejin untuk membuat Sejin melupakan rasa sakit itu.
“Ahhh....“Sejin mendesah saat kejantanan Seungyoun sudah seutuhnya masuk kedalam lubangnya sebeluk Seungyoun menggerakan pinggangnya mencari kenikmatan.
Sejin menarik wajah Seungyoun mendekat dan melumat bibir Seungyoun saat Seungyoun sedang sibuk menggerakan pinggangnya. Seungyoun rindu Sejin dan Sejin rindu rengkuhan Seungyoun.
“Nghhhh.... Sayanghhhh....“Seungyoun mengerang saat dirinya sampai pada pelepasannya. Tidak jauh berbeda, Sejin juga mencapai putihnya bersama dengan Seungyoun.
Sejin dan Seungyoun berpelukan malam itu, bercerita banyak tentang dua bulan lalu. Sejin sesekali terisak saat mengingat bagaimana dirinya mengizinkan Seungju menjamah dirinya karena Seungju mengaku sebagai suaminya saat itu.
“Sssttt... Udah ga usah difikirin ya? Lupain dan lihat kedepan aja. Di depan ada aku, ada kita berdua. Oke?“ucap Seungyoun menenangkan Sejin dan mengusap punggung Sejin hingga suaminya lelap tertidur.
Setidaknya sudah seminggu Sejin dan Seungyoun kembali tinggal di rumah mereka tetapi hampir setiap malam Sejin selalu terbangun di tengah malam karena dirinya merasa seseorang mengawasinya dan Seungyoun.
“Kamu mau tinggal di hotel sementara?“ucap Seungyoun saat melihat Sejin lesu pagi itu.
“Hm? Engga usah, kan bulan depan kita juga udah pindah”tepat saat Sejin berkata hal tersebut, baik Sejin maupun Seungyoun mendengar sesuatu terjatuh dari sebuah ruangan dimana perkakas tidak digunakan disimpan.
“Kamu ngeletakin sesuatu ga bener?“tanya Sejin mendekat kearah Seungyoun yang dengan sigap menggenggam tangan suaminya tersenyum.
“Engga, kan ruangan itu belum pernah kita buka selama kita pindah kesini”Ucap Seungyoun bingung. Sejin dan Seungyoun pun berjalan kearah dimana suara tersebut berasal.
Seungyoun masuk ke sebuah ruangan kecil yang biasa digunakan untuk meletakan perkakas rumah tangga dan membuat Sejin harus menunggu di depan ruangan karena ruangan yang terlalu sempit dan berdebu.
Tetapi detik berikutnya pintu tersebut tertutup dan memperlihatkan sosok Seungju yang tersenyum kearah Sejin. Seungju mengunci pintu tersebut dan mengejar Sejin yang sudah berlari karena melihat kedatangan dirinya.
Seungju, pria tersebut datang lagi. Sejin meronta saat Seungju berhasil menangkap dirinya dan menariknya. Disisi lain, Seungyoun yang panik mendengar teriakak Sejin tersebut ikut berteriak dan beberapa kali mencoba mendobrak pintu yang terkunci dari luar.
Seungju membawa Sejin masuk ke dalam kamar, mengikat Sejin dan meninggalkannya sementara Seungju kembali ke tempat Seungyoun berada. Seungyoun masih berteriak hingga Seungju membuka pintu tersebut dan melayangkan sebuah bogem mentah kearah Seungyoun.
Mungkin hari itu bukanlah hari keberuntungan Seungju, karena Seungyoun dapat menghindari pukulan Seungju dan membalasnya tepat mengenai ujung bibir Seungju dan berhasil membuat Seungju tersungkur. Seungyoun mengabaikan Seungju dan berlari ke kamar untuk menyelamatkan Sejin.
Seungyoun sibuk membuka ikatan tangan Sejin sehingga tidak menyadari Seungju datang dari arah belakang. Ikatan tangan Sejin yang berhasil terbuka, membuat Sejin dapat mendorong Seungyoun kesamping dan menghindari pukulan yang Seungju arahkan kepada Seungyoun dan berakibat pukulan tersebut mengenai tubuh Sejin. Pukulan yang cukup keras menggunakan pemukul bola baseball yang dilayangkan Seungju membuat Sejin tersungkur.
“Sejin!!“ucap Seungyoun panik saat melihat Sejin tersungkur di lantai. Amarah Seungyoun meluap dan ia lampiaskan kepada Seungju. Seungyoun dan Seungju saling beradu pukul satu sama lain hingga Seungyoun tersungkur dan membuat Seungju dengan mudah menguasai tubuh Seungyoun dan mendaratkan pukulan lebih dari sebelumnya. Keduanya dalam kondisi tidak baik karena pukulan yang sama-sama mereka terima.
“Kalo gue gabisa dapetin Sejin, lo juga ga akan bisa”Mata Seungyoun membulat saat Seungju mengeluarkan sebuah pistol dari kantong celananya. Seungyoun berusaha sekuat tenaga menjauhkan Seungju dari dirinya tapi beberapa kali juga usahanya gagal dilakukan.
Seungju tersenyum licik dengan pistol ditangannya. Tetapi pistol yang dipegang Seungju terlepas saat Sejin yang sadar, menarik tangan Seungju dan membuat pistol tersebut meluncur kesembarang arah. Seungyoun dan Seungju menoleh. Mereka mendapati Sejin dalam kondisi payah mencoba mengambil pistol milik Seungju yang terlempar tidak begitu jauh.
Sejin merangkak, mencoba mengambil pistol tersebut tetapi usahanya digagalkan Seungju yang lebih dahulu mendapatkan pistol tersebut. Seungju tersenyum. Luka di seluruh wajahnya tidak membuat Seungju kesulitan sama sekali. Seungyoun yang kondisinya yang juga tidak kalah memprihatinkan itu mendekati Sejin dan merangkul Sejin. Seungju tertawa melihat Seungyoun dan Sejin yang berada dihadapannya. Seungju lengah karena hal yang ia lihat dihadapannya sehingga Seungyoun dengan mudah mengambil pistol dalam genggaman Seungju
“Telfon polisi, sekarang...“ucap Seungyoun gemetar dengan pistol mengarah tepat kearah wajah Seungju itu memperintahkan Sejin untuk segera menelfon polisi. Sejin dengan langkah terseok mencoba mengambil telfon dan menghubungi polisi.
“Ada seorang penyusup datang kerumah saya...“ucap Sejin terbata. Seungyoun dan Sejin pun beradu tatap setelah Sejin memutuskan sambungan telfonnya dan setelahnya terdengar bunyi letusan dari rumah mereka.
Sejin dan Seungyoun mengetahui fakta bahwa segala sesuatu yang terjadi dua bulan ini adalah rancangan Seungju. Seungju yang terlalu terobsesi dengan Sejin semenjak bangku kuliah itu mengetahui hampir seluruh seluk beluk kehidupan Sejin. Mengetahui jadwal kegiatan Sejin setiap harinya tanpa tertinggal satu informasi pun.
Tingkat obsesi Seungju semakin tinggi semenjak Sejin memutuskan menikahi Seungyoun yang juga rekan kerja Seungju. Seungyoun tidak begitu mengenal Seungju, ia hanya tau karena ia beberapa kali melihat Seungju berada disekitarnya tanpa menaruh sedikit pun rasa curiga.
Beberapa bulan kemudian, Sejin dan Seungyoun benar-benar sudah hidup tenang dan bahagia. Bahkan, Seungyoun dan Sejin sudah merencanakan pergi berlibur dalam waktu dekat ini.
“Berduaan aja nih liburannya?“ucap Wooseok yang sore itu mengunjungi rumah baru Seungyoun dan Sejin.
“Emang ga kesepian? Engga ada rencana tambah personil? Seru loh kalo ramean”kali ini Jinhyuk berucap dengan sebuah robot mainan ditangannya. Seungyoun dan Sejin tertawa bersamaan sebelum mereka melihat bagaimana kewalahan Jinhyuk mengurusi kedua anaknya, Jinwoo serta Junseo.
Note: Mohon maaf jika ada kesalahan informasi dalam cerita yang disampaikan! Jika ingin mengirim kritik maupun saran, boleh ketuk link cc pada bio saya! ^^
Obsesi adalah ide, pikiran, bayangan, atau emosi yang tidak terkendali, sering datang tanpa dikehendaki atau mendesak masuk dalam pikiran seseorang yang mengakibatkan rasa tertekan dan cemas
(xposhie)