Officially Missing You.


Bunyi suara rintik hujan, sudah tidak terdengar indah. Bau tanah basah, sudah tidak lagi menenangkan.

Aroma coklat panas memenuhi ruangan tersebut. Suara sendok beradu dengan wadah keramik itu terdengar seperti sebuah lantunan musik. Tetapi lantunan musik tersebut harus terhenti ketika lelaki yang sejak tadi mengaduk coklat panasnya itu mendengar suara lain yang sukses membuat dirinya menegang sempurna.

“yah habis”ucapnya suara lain tersebut.

Tidak ada sapaan hingga lelaki yang sekarang menggenggam coklat panas di tangannya tersebut menoleh, ia sendirian. Hanya ada suara yang ditimbulkan dipenser atau suara printer dari ruangan sebelah.

“Darimana Nyuwi?“seorang wanita menyapa lelaki putih tersebut.

“Indomei, coklat di pantry habis. Jadi gue beli ke bawah. Eh engga ada juga, jadinya gue beli kopi sachet aja”ucap lelaki tersebut memperlihatkan beberapa bungkus kopi yang belum di seduh.

Lelaki tersebut membatalkan langkahnya. Ia berbalik dan membaca sebuah pesan pada gelas keramik yang sudah tersedia di atas meja kerjanya.

*“Minumlah! Kebetulan diluar hujan, coklat panas bisa membantu menghangatkanmu. Jangan terlalu sering minum kopi karena perutmu tidak kuat dengan kadar kafein yang tinggi di dalam kopi sachet itu”*

Lelaki tersebut duduk di kursi kerjanya. Ia menyimpan kopi yang sudah ia beli ke dalam laci. Pelan tapi pasti, lelaki tersebut menyesap coklat panas yang ia sangat tau siapa pengirimnya.


Suara kicau burung tidak lagi pernah terdengar merdu Paparan sinar matahari tidak lagi pernah membuat hangat

“Yohan, jangan lupa nanti habis latihan langsung pulang ya! Itu pocari sweat kamu udah mama siapin di meja makan ya. Jangan lupa dibawa”

Lelaki tersebut meninggalkan kediamannya pastinya setelah berpamitan dengan sang bunda. Ia berjalan ke sebuah bangunan tua yang telah seperti rumah keduanya.

“Yah kok engga ada?“Lelaki tersebut terlihat tidak semangat setelah membongkar tas punggung miliknya.

“Yohan, buruan dipanggil pelatih!“Ia menoleh sejenak sebelum berlari mengejar teman setimnya.

Langkahnya lemas. Berapa kalipun mencoba, ia tidak akan menemukan sosok jangkung itu. Langkahnya membawa ia kembali ke loker penyimpanan, mengambil selembar uang sepuluh ribuan demi membasahi kerongkongannya.

“Lain kali jangan ketinggalan! Kebetulan tadi aku lewat depan rumah kamu pas bunda kebingungan nyariin kamu. Jangan lupa langsung pulang, mandi dan istirahat”

Senyumnya merekah. Sebuah post it berwarna kuning ia lepas dari botol air mineral tersebut sebelum ia menegak habis isinya.

xposhie