Pemeran Utama
⚠️ Mohon persiapkan diri kalian, karena cerita ini akan menjadi cerita yang sangat panjang
⚠️ Mohon untuk dapat memperhatikan latar belakang waktu dalam cerita ini
Februari, 2010
Hyunjae mengambil salah satu kertas yang terjatuh tidak jauh dari ujung sepatu yang ia kenakan. Ia membaca dengan seksama kertas dalam genggamannya yang ternyata adalah sebuah brosur pembukaan sebuah kafe kecil. Lelaki berusia tiga puluh dua tahun itu mencoba memperhatikan sekelilingnya dan menemukan fakta bahwa tidak hanya satu atau dua buah brosur yang tergeletak setengah rusak di jalanan, tetapi lebih dari sepuluh brosur dan sedang ia coba untuk ambil satu persatu.
Tidak jauh dari tempat Hyunjae berdiri, ada seorang lelaki yang membagikan brosur yang sama seperti yang Hyunjae genggam saat ini. Wajah lelah lelaki tersebut berbanding terbalik dengan senyum yang merekah di bibirnya, sebuah senyuman yang bahkan membuat Hyunjae tersenyum saat melihatnya. Keringat menetes di wajah lelaki tersebut, mungkin efek matahari yang bersinar terik serta kostum yang dikenakan pria tersebut untuk menarik pejalan kaki.
“Selamat Siang, kak! Jangan lupa datang ke pembukaan kafe kecil kami. Ada berbagai jenis minuman serta kue dan juga potongan harga saat pembukaan nanti. Semoga hari kakak menyenangkan!!”
Langkah Hyunjae pelan tapi pasti mendekati lelaki yang terus menerus mengucapkan kalimat yang sama dengan tangan yang gesit membagikan brosur. Hyunjae memberhentikan langkahnya tepat di depan lelaki tersebut. Sinar matahari yang semula menyapa wajah letih lelaki pembagi brosur tersebut perlahan hilang karena terhalang tubuh menjulang Hyunjae dan membuat lelaki di hadapan Hyunjae menengadahkan kepalanya.
“Selamat siang, kak! Ja— ah, maaf Pak! Aku akan membuang brosur yang bertebaran itu nanti”
Lelaki di hadapan Hyunjae itu tidak lagi mengulang kalimat yang sama saat melihat Hyunjae menggengam lebih dari sepuluh brosur. Lelaki yang lebih kecil dari Hyunjae itu justru panik dan mengambil alih brosur-brosur kusut dari genggaman Hyunjae.
“Maaf....“Lelaki yang telah melepas kostumnya itu berbicara terlampau pelan. Ia adalah Changmin, lelaki pembagi brosur tersebut bukanlah pemain baru dalam kehidupan Hyunjae. Beberapa tahun yang lalu, Changmin masih bekerja di salah satu restaurant milik Hyunjae. Salah satu dari sekian banyak restaurant mewah yang dimiliki Hyunjae. Tetapi entah karena apa, Changmin pergi tanpa kabar dan meninggalkan pekerjaannya.
“Saya sudah memberhentikan orang yang nyebar rumor itu”ucap Hyunjae tenang. Tetapi ketenangan dalam suara Hyunjae itu tidak dapat dirasakan Changmin, lelaki yang lebih muda itu justru panik. Ia berusaha menjelaskan sesuatu, walaupun pada akhirnya ia lebih memilih diam saat Hyunjae menatapnya lekat. Changmin, terlampau takut.
“Kamu tinggal dimana sekarang?“tanya Hyunjae yang masih menatap Changmin lekat. Changmin menarik nafasnya panjang sebelum merapihkan kostum dan semua barang bawaannya, membuat Hyunjae mengernyitkan keningnya heran.
“Di tempat dimana aku akan mulai semuanya”ucap Changmin tersenyum sebelum berjalan tanpa sepatah katapun. Langit sudah sepenuhnya berwarna jingga saat Hyunjae mengikuti langkah kecil Changmin ke tempat dimana Changmin menyebutnya Tempat dimana ia akan memulai semuanya kembali.
November, 2001
“Baik, Changmin! Kamu bisa mulai bekerja mulai minggu depan. Asisten saya akan memberitahukan apa yang harus kamu siapkan untuk memulai pekerjaan kamu minggu depan”
Changmin tersenyum bahagia. Akhirnya, setelah beberapa bulan berkeliling mencari pekerjaan, hari itu ia diterima bekerja di salah satu restaurant di pusat kota. Ucapan terima kasih tidak hentinya diucapkan Changmin hingga ia meninggalkan ruangan lelaki yang akan menjadi atasannya mulai minggu depan.
Hari pertama Changmim bekerja, beberapa kesalahan ia lakukan. Salah satunya membuat noda pada gelas yang harus ia sajikan kepada pelanggan. Changmin merutuki kebodohan dirinya dan berjanji akan bekerja lebih teliti lagi di kemudian hari.
“Changmin! Kamu di panggil ke ruangan Pak Hyunjae...“Tubuh Changmin menegang. Hari itu tepat tiga bulan dirinya bekerja di restaurant tersebut dan berakhirlah masa uji coba seperti yang dibicarakan atasannya tepat tiga bulan yang lalu.
“Bagaimana, Changmin? Apa yang kamu dapatkan setelah tiga bulan bekerja disini?“tipikal seorang Lee Hyunjae. Ia adalah seorang atasan yang akan langsung menanyakan kemajuan apa yang dirasakan oleh semua karyawannya.
Hyunjae tersenyum mendengar cerita Changmin yang bahkan telah ia ketahui sebelumnya. Hyunjae menerima Changmin bekerja di restaurant mewah miliknya itu bukan tanpa alasan. Sebelumnya, Hyunjae sudah melihat Changmin keluar masuk toko, kafe hingga restaurant untuk melamar pekerjaan dan selalu gagal. Hingga akhirnya Hyunjae memberikan kesempatan kepada Changmin untuk bekerja di tempatnya.
Juni, 2003
“Gimana, enak?“Changmin duduk bersama teman-temannya di dapur yang sudah ia bersihkan beberapa waktu lalu dan menunggu tanggapan teman-temannya tersebur mengenai makanan penutup yang baru saja ia buat.
Changmin bernafas lega saat semua teman-temannya memberi tanggapan positif untuk makanan penutup tersebut. Bahkan beberapa diantaranya, meminta Changmin untuk mengajukan makanan penutup buatannya untuk di jadikan salah satu menu di restaurant tempat mereka bekerja.
“Kenapa engga coba ngelamar jadi tukang masak aja sih, min? Atau koki?“tanya salah satu temannya dan Changmin hanya tertawa hambar.
“Aku cuma hobi dan bisa masak. Engga punya title koki atau chef kayak chef hebat disini”ucap Changmin tersebut.
“Coba kasih ini ke Pak Hyunjae! Siapa tau di jadiin salah satu menu di restaurant ini kan?“ucapan salah satu rekan Changmin itu membuat Changmin berfikir keras.
“Iya, silahkan masuk!“Pagi harinya, setelah Changmin memikirikan perkataan teman-temannya, akhirnya Changmin memberanikan diri bertemu dengan atasannya.
“Oh? Changmin? Ada yang bisa saya bantu?“tanya Hyunjae saat melihat Changmin masuk ke ruangannya dan membuat sepotong kue coklat.
Hyunjae tersenyum melihat kue coklat yang dibawa Changmin. Hyunjae tidak percaya bahwa Changmin berani menunjukan kepadanya makanan penutup hasil karyanya tersebut.
“Udah kamu coba kasih ke kepala koki disini? Kata dia apa?“pertanyaan Hyunjae membuat Changmin meringis.
“Teksturnya masih kurang lembut, Pak. Terus rasanya juga masih terlalu manis”ucap Changmin pelan dan Hyunjae mengangguk mengerti.
“Kamu suka masak? Mau pindah bagian jadi ke dapur? Biar bisa ngasah kemampuan kamu?“Changmin mengerjapkan matanya berulang kali. Sebuah tawaran yang jauh dari ekspektasinya.
“Hm... Tapi pak, saya engga pernah sekolah atau belajar tentang tata boga. Saya cuma hobi sama suka masak makanan penutup aja”ucap Changmin menjelaskan.
“Saya engga butuh orang yang pernah belajar tata boga. Saya cuma butuh orang yang punya kemampuan dan kemauan untuk belajar. Nanti coba saya tanyakan kepala koki, kalo memang dia butuh tambahan orang. Kamu siap kan?“tanya Hyunjae dan Changmin akhirnya mengangguk antusias.
September, 2004
“Happy birthday, Pak Hyunjae! Happy birthday, Pak Hyunjae! Happy birthday, Happy Birthday, Happy Birthday, Pak Hyunjae!!”
Seperti tahun-tahun sebelumnya. Karyawan di restaurant milik Hyunjae memberikan kejutan saat atasan mereka berulang tahun. Sebuah perayaan ulang tahun sederhana yang dapat dirasakan kekeluargaannya.
“Jadi, tahun ini kue ulang tahun saya masih beli di luar atau buatan kalian nih?“tanya Hyunjae dengan tawa khasnya.
“Tahun ini spesial, Pak! Changmin udah berani buatin Kue buat bapak. Kalo tahun lalu, dia belum percaya diri katanya!!“Wajah Changmin memerah saat salah sagi kepala koki yang berdiri disebelahnya membuat sebuah pengakuan.
“Jangan lupa harapannya, pak! Semoga cepat dapat jodoh!!“Celetukan ringan salah satu karyawan tepat sebelum Hyunjae meniup lilinya itu mendapatkan tanggapan luar biasa dan membuat Hyunjae tertawa.
November, 2004
“Selamat ulang tahun, Changmin!“Tubuh Changmim tersentak saat seseorang yang tiba-tiba hadir dibelakangnya dengan satu potong kue dengan lilin kecil.
“Pak Hyunjae? Belum pulang, pak?“tanya Changmin panik saat melihat atasan tempat ia bekerja masih berada di restaurant, karena Changmin kira ia tinggal seorang diri di tempat tersebut.
“Ditiup dulu dong lilinya, panas nih”ucap Hyunjae dengan tawa renyah yang mengakhiri kalimatnya.
“Jadi, kamu disini udah berapa lama? Tiga tahun ya?“tanya Hyunjae dan Changmin mengangguk pelan.
Setelah kejutan sederhana dari Hyunjae tersebut, keduanya memutuskan berjalan di sekitar pusat kota untuk mencari minimarket dua puluh empat jam. Awalnya Changmin ingin menolak karena rasa canggunh diantara keduanya, tetapi karena sedikit paksaan dari Hyunjae akhirnya Changmin menerima ajakan Hyunjae untuk berjalan-jalan saat jam hampir menunjukan tengah malam.
“Makasih ya, pak? Udah mau nerima saya kerja. Bahkan, pak hyunjae mau ngasih kesempatan saya biar bisa jadi asisten koki”ucap Changmin pelan.
“Saya sudah pernah bilang kan, kalo saya hanya butuh seseorang yang punya kemampuan dan kemauan. Seseorang yang punya kemauan untuk maju, pasti akan mengasah kemampuan yang dia punya untuk lebih baik lagi. Orang-orang seperti itu yang nantinya bisa jadi orang sukses, karena mereka akan terus berusaha mencapai apapun yang mereka impikan. Sama seperti kamu, kamu ada kemauan untuk belajar dan bahkan kemampuan membuat makanan penutup. Saya yakin dan percaya, bahwa kamu akan terus belajar dan mengasah kemampuan kamu itu bahkan mungkin sampai kamu punya toko makanan penutup sendiri?“ucapan Hyunjae malam ini membuat hati Changmin terketuk.
Changmin bertemu orang sebaik Hyunjae yang membuka jalan untuknya agar bisa lebih maju adalah sebuah anugerah. Sebuah anugerah yang tidak akan Changmin sia-siakan. Changmin malam itu berjanji, akan terus mengasah kemampuannya dan membuat Hyunjae bangga karena telah memberikannya pekerjaan beberapa tahun silam.
Desember 2005
“Changmin, kamu tau kan kalo hal ini krusial banget? Kita bisa mencelakakan orang lain kalo kita engga teliti”ucapan kepala koki siang itu menggema di penjuru dapur.
Siang itu, Changmin baru saja salah memasukan bahan makanan ke dalam makanan pesanan pelanggan dan yang lebih memprihatinkan adalah, bahan makanan yang Changmin masukan merupakan bahan makanan penyebab alergi yang dapat mencelakai pelanggan tersebut.
“Saya buat makanan sesuai dengan pesanan. Saya sudah coba cek berkali-kali, chef!“ucap Changmin dengan suara bergetar.
Akibat insiden tersebut, setidaknya lima orang yang terlibat dalam penyajian makanan kepada pelanggan di panggil oleh Hyunjae ke ruangannya.
“Saya tidak akan menyalahkan siapapun malam ini. Saya hanya harap kalian semua lebih berhati-hati kedepannya”ucap Hyunjae malam itu menutup perbincangan dengan kelima karyawannya.
“Mentang-mentang anak kesayangan pak hyunjae, jadi engga di pecat. Coba kalo orang lain yang salah, pasti langsunh di pecat”
Changmin mengepalkan telapak tangannya untuk menahan emosinya. Sejak malam itu, Changmin selalu mendengar rumor-rumor mengenaik dirinya dan pak hyunjae yang membuat Changmin harus rela menebalkan telinganya.
Januari, 2006
“Selamat, Changmin! Semoga kamu bisa menjadi lebih baik lagi setelah ini”Changmin tersenyum menerima uluran tangan Hyunjae dan menjabatnya. Hari itu, Changmin di nobatkan menjadi karyawan terbaik di restaurant. Sebuah penghargaan yang pertama kalia ia terima setelah hampir lima tahun bekerja.
“Orang yang hampir celakain orang kok bisa jadi karyawan terbaik? Kayanya dia udah ngapa-ngapain deh sama si boss”
Lagi, Changmin hanya dapat menahan amarahnya saat mendengar beberapa orang membicarakannya di belakangnya. Changmin tetap memasang ekspresi tenang saat berbicara dengan Hyunjae dan kepala koki malam itu.
“Changmin, habis ini kamu ada acara?“tanya Hyunjae sesaat setelah acara pemilihan karyawan terbaik tersebut selesai.
“Engga ada kok, Pa—– Kak...“ucap Changmin tersenyum.
Changmin mengubah panggilannya terhadap Hyunjae atas permintaan Hyunjae saat mereka berjalan kaki bersama malam itu. Hyunjae bilang, ia tidak mau ada sekat jabatan jika mereka berada di luar pekerjaan, sehingga Hyunjae meminta Changmin merubah panggilannya diluar jam bekerja.
Maret, 2006
“Eh, udah denger kabar kalo Pak Hyunjae mau buka cabang baru?”
“Iya, kemarin gue denger kabar dari cabang sebelah. Katanya kepala manajernya mau di ambil dari karyawan sini!”
“Hah? Yang bener? Siapa? Kepala koki? Tapi ga mungkin, kalo kepala koki tiba-tiba jadi manajer....”
“Ada kabar sih katanya Changmin! Awal tahun kan dia baru dapet predikat karyawan terbaik. Katanya tuh dia dapet predikat karyawan terbaik biar ga ada yang curiga pas dia di angkat jadi kepala manajer cabang baru”
“Pantesan!!! Akhir tahun habis bikin kesalahan fatal, bikin pelanggan sampe masuk rumah sakit. Terus masa awal tahun langsung jadi karyawan terbaik? Pada curiga ga sih?”
Changmin menahan nafasnya beberapa detik sebelum menghembuskannya secara perlahan. Rumor yang beredar di tempatnya ia bekerja semakin tidak terkendali. Kedekatannya dengan Hyunjae, menjadi perbincangan dan alasan mengapa Changmin bisa dengan cepat mendapatkan kenaikan jabatan secara cepat.
Agustus, 2007
Hyunjae mengernyitkan keningnya saat melihat surat pengunduran diri Changmin tergeletak di atas mejanya pagi itu. Hyunjae sempat bertanya kepada beberapa rekan kerja Changmin, tetapi mereka semua menjawab dengan jawaban yang sama, yaitu tidak tau alasan pengunduran diri Changmin dari tempat kerjanya.
Hyunjae mendatangi tempat tinggal Changmin sore itu. Nihil, Changmin tidak ada di tempat tinggalnya lagi. Changmin sudah pindah sebulan yang lalu menurut tetangga Changmin yang Hyunjae temui. Hyunjae malam itu pasrah, ketika dirinya benar-benar tidak bisa menemui Changmin dimanapun.
Februari, 2008
“Changmin, minta tolong cek persediaan kayak biasa ya? Kalo udah ada yang habis, kita beli sore ini”Changmin mengangguk mengerti dan dengan sigap mengerjakan hal yang diperintahkan atasannya tersebut.
Changmin dan pekerjaan barunya. Rumor yang beredar di tempat kerjanya yang lama, membuat Changmin memutuskan mengundurkan diri. Tanpa persetujuan Hyunjae, enam bulan yang lalu Changmin memutuskan segala hal yang berhubungan dengan Hyunjae.
Sesuai janji pada dirinya sendiri saat bulan November di tahun 2004, Changmin akan terus mengasah kemampuannya dan karena itulah ia memilih bekerja pada sebuah toko kue sederhana di pinggiran kota. Changmin memulai semuanya dari nol. Tanpa bantuan Hyunjae seperti yang dibicarakan teman-teman terdahulunya.
Februari 2010
“Jadi, kenapa kamu pergi tanpa sebab waktu itu?“tanya Hyunjae saat keduanya sudah duduk di depan minimarket yang bersebrangan dengan tempat dimana Changmin akan memulai semuanya dari awal.
Changmin menarik nafasnya panjang sebelum memulai ceritanya. Memulai cerita dimana ia pertama kali bekerja untuk Hyunjae sembilan tahun silam. Bagaimana ia yang tidak mempunyai keahlian apapun itu bisa bekerja tanpa mendapatkan diskriminasi dari siapapun.
“Siapa bilang? Kamu kan bisa masak hidangan penutup! Kamu punya keahlian, saya tau itu, makanya saya terima kamu bekerja di tempat saya”Changmin hanya tersenyum mendengar ucapan Hyunjae tersebut dan ia melanjutkan kisahnya.
Hyunjae mendengarkan semua kisah yang Changmin alami. Bagaimana jika ternyata Changmin suka mendapatkan gunjingan teman-temannya karena dirinya yang dengan mudah masuk ke dapur walaupun baru bekerja beberapa tahun. Bahkan Changmin bisa dengan mudah menjadi asisten koki pada saat itu.
Hyunjae menahan nafasnya selama beberapa detik sebelum membuangnya secara perlahan. Hyunjae tidak pernah tau, jika semua kemudahan yang ia berikan justru menjadi boomerang untuk lelaki di hadapannya ini.
“Changmin, maaf... Maaf kalo kemudahan yang saya berikan saat itu justru jadi boomerang untuk kamu. Saya suka memperhatikan karyawan saya, saya suka menilai kinerja mereka dan jika kinerja mereka bagus, maka saya akan menempatkan mereka di tempat terbaik”ucao Hyunjae menjelaskan.
“Engga apa-apa, pak...“ucap Changmin tersenyum.
Hyunjae merutuki orang-orang yang menggunjing di belakang Changmin. Orang-orang yang membicarakan orang lain tanpa tahu bagaimana sebenarnya kehidupan orang tersebut sebenarnya. Hyunjae tidak memberikan pekerjaan kepada Changmin secara cuma-cuma, ia memberikan pekerjaan kepada Changmin karena Changmin mampu dan mau untuk selalu belajar.
“Jadi, kapan kafenya bakal dibuka?“tanya Hyunjae sesaat setelah keduanya larut dalam keheningan.
“Sebulan lagi... Ah sebentar ya pak”ucap Changmin sebelum berlari kecil menyebrang kearah kafenya berada dan menarik seorang lelaki yang lebih tinggi darinya.
“Ini boss yang aku pernah ceritain waktu itu! Yang ngasih aku kerjaan dan kesempatan belajar banyak di restaurantnya“Tanpa diminta, Hyunjae bangkit dari kursi dan menjabat tangan lelaki di hadapannya.
“Kalo pak hyunjae mikir saya buka kafe sendirian, itu salah pak! Saya mau mulai semuanya sama dia. Soalnya cerita hidup kita sedikit mirip dan kita sepakat untuk bangun sesuatu bersama-sama dari nol”ucap Changmin tersenyum.
Hyunjae mengangguk dan melihat bagaimana Changmin tersneyum saat berbicara dengan lelaki yang berdiri di sebelahnya. Lelaki di sebelah Changmin pun menatap Changmin dengan tatapan memuja, persis seorang pemeran utama di dalam sebuah cerita.
Oktober 2017
Hyunjae merapatkan mantel yang sudah rapih ia kenakan. Hembusan angin di pertengahan bulan Oktober, membuat ia harus ekstra melindungi dirinya dari dingin, jika ia tidak ingin terserang flu saat musim dingin nanti. Hyunjae tersenyum saat menatap wajahnya di cermin dan sebelum pergi meninggalkan kamar mewahnya.
“Pak Hyunjae! Makasih banget ya pak, udah mau dateng dan ngasih sambutan”ucap Changmin saat menyambut kedatangan Hyunjae malam itu.
Tujuh tahun setelah melepaskan diri dari Hyunjae dan memulai semuanya dari awal bersama orang lain, Changmin akhirnya bisa berdiri sendiri. Changmin berhasil membangun sebuah restaurant mewah yang hampir sama denganrestaurant miik Hyunjae.
Hyunjae kembali merapihkan penampilannya saat namanya disebut untuk memulai memberikan sambutan. Changmin mengatakan bahwa Hyunjae merupakan salah satu orang berpengaruh dalam kehidupan pekerjaannya sampai saat ini, sehingga Changmin meminta Hyunjae untuk memberikan sambutan di acara pembukaan restaurant miliknya.
“Selamat malam! Perkenalkan nama saya Lee Hyunjae, tepat tujuh tahun silam saya merupakan atas dari seorang Ji Changmin. Ji Changmin, seseorang yang hari ini sukses membuka restaurant mewah miliknya. Jika saya harus menceritakan perjuangan Changmin saat itu, mungkin akan terlampau panjang dan sambutan saya akan berubah menjadi ajang curhat...“ucapa Hyunjae membuat tamu undangan malam itu tertawa, begitu juga dengan Changmin.
“Changmin, pada saat itu datang dengan wajah letih. Waktu dia datang, saya tersenyum. Saya sebenarnya sudah lihat dia beberapa minggu terakhir, keluar masuk banyak sekali toko, kafe dan restaurant hingga akhirnya dia datang dan melamar pekerjaan ke restaurant milik saya”ucap Hyunjae yang kembali menceritakan jalan hidup Changmin beberapa tahun silam.
“Anda semua mungkin bisa menanyakan langsung kepada Changmin, kalo saya sama sekali tidak memberikan test apapun untuk Changmin pada saat itu. Saya hanya mewawancarai dia dan menerima dia sebagai karyawan saya pada hari itu juga”ucap Hyunjae tersenyum.
“Saya merupakan tipikal orang yang sangat suka memperhatikan kinerja orang lain. Saya juga tidak akan segan-segan memberikan reward kepada karyawan saya yang mempunyai kinerja cemerlang atau justru memberikannya teguran ketika kinerjanya menurun”ucap Hyunjae melanjutkan kisah Changmin malam itu.
“Saya berani memperintahkan Changmin agar bergabung dengan tim dapur pada saat itu, setelah saya mencoba makanan penutup yang dibuat langsung oleh dia. Mungkin Changmin kira itu pertama kalinya saya mencoba makanan buatannya, tetapi sebenarnya saya sering melihat ia terkadang mengolah makanan saat karyawan lain sudah pulang”ucapan Hyunjae membuat Changmin terkejut. Karena ia baru mengetahui fakta tersebut malam itu.
“Saya tau jika Changmin ini memiliki kemampuan dalam bidang tersebut dan punya kemauan untuk belajar. Maka saya mengizinkan dia bergabung dengan tim dapur dan menjadikannya asisten koki, denagn persetujuan kepala koki pada saat itu”Hyunjae sedikit memberikan jeda untuk kisah berikutnya.
“Tetapi saya tidak tahu, jika ada beberapa pihak yang kurang senang ketika saya memberikan kemudahan-kemudahan kepada Changmin. Beberapa orang berfikir jika Changmin suka menggoda saya sehingga ia bisa mendapatkan segalanya dengan mudah”Hyunjae tersenyum sedikit sambil menggelengkan kepalanya.
Beberapa orang di dalam ruangan tersebut terdiam, saat Hyunjae menceritakan bagaimana akhirnya ia tahu mengenai orang-orang yang suka menggunjing di belakang Changmin dan bagaimana Hyunjae menjelaskan kepada semua karyawannya bahwa apa yang mereka lihat belum tentu sama dengan apa yang mereka fikirkan.
“Pak, terimakasih...“ucap Changmin sambil menyerahkan sebuah gelas berisikan anggur merah yang disediakan malam itu. Hyunjae hanya bisa tersenyum.
“Tapi, kenapa Pak Hyunjae baru cerita semuanya?“tanya Changmin dengan raut wajah kecewa dan membuat Hyunjae tertawa.
“Kamu bisa panggil saya ka hyunjae lagi engga? Engga akan ada orang yang ngomongin kamu lagi dan saya bukan atasan kamu lagi, Ji Changmin”ucap Hyunjae tersenyum dan Changmin mengangguk mengerti.
“Kamu lihat, semua orang di dalam ruangan ini sebenarnya adalah sutradara”ucap Hyunjae menunjuk sekeliling tempat acara tersebut berlangsung dan Changmin hanya dapat menatap heran ke arah Hyunjae.
“Mereka adalah sutradara untuk kehidupan mereka sendiri dan mereka juga yang bisa menentukan apakah diri mereka yang akan menjadi pemeran utama atau bukan”ucap Hyunjae melanjutkan.
“Seperti apa yang saya ceritakan tadi di depan, kamu pasti bisa ambil kesimpulan kan siapa pemeran utama dalam kehidupan saya beberapa tahun lalu?“tanya Hyunjae dan Changmin mengangguk pelan.
“Kamu mungkin adalah pemeran utama dalam kisah saya beberapa tahun lalu. Tetapi, saya belum tentu jadi pemeran utama dalam kisah kamu dan saya engga bisa memaksakan kamu untuk menjadikan saya pemeran utama. Karena apa? Karena kamu sutradara dalam kehidupan kamu sendiri dan cuma kamu yang bisa mengatur jalan cerita di kehidupan kamu sendiri”ucapan Hyunjae membuat Changmin terdiam.
Satu persatu fakta baru Changmin ketahui malam itu. Bagaiman Hyunjae dengan segala kebaikannya membuat ia menjadi seseorang seperti ini dan bagaimana Hyunjae menjadi Changmin seorang Pemeran Utama di dalam kehidupannya tanpa Changmin ketahui sema sekali.
“Changmin, dicariin tuh”ucap Hyunjae menyadarkan Changmin dari lamunannya.
“Sutradara lain yang menjadikan kamu pemeran utamanya!“ucap Hyunjae tersenyum sebelum meninggalkan Changmin utuk berbincang dengan tamu-tamu lain yang ia kenal.
“Semoga Ka Hyunjae bisa menjadi pemeran utama di kisah hidup orang lain ya, ka! Atau menjadi Pemeran Utama dikisah kehidupan ka hyunjae nantinya. Terimakasih sudah mau menjadikan aku pemeran utama dalam kehidupan ka hyunjae beberapa tahun silam”
Changmin tersenyum melihat Hyunjae yang berjalan menjauh sembari bermonolog pada dirinya sendiri, agar Hyunjae kelak mendapatkan peran utama dalam kehidupan orang lain atau menjadikannya pemeran utaman dalam kehidupannya sendiri.
[Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti pemeran utama adalah pemeran (dalam film dan sebagainya) yang menjadi tokoh utama dalam cerita}
selesai