Pertemuan.
Aroma kopi memenuhi indera penciuman ke delapan pria dewasa yang sudah berkumpul dalam satu meja di sudut sebuah kafe. Masing-masing dari mereka sibuk memandangi gelas di hadapannya. Beberapa diantaranya ada pula yang sibuk bermain ponsel dan sisanya memandang kesekeliling tanpa tau apa yang ia perhatikan.
Setidaknya sudah sejam, mereka berdelapan hanyut dalam sunyi dan diam. Tidak ada yang membuka suara, bahkan membuang nafaspun dilakukan secara hati-hati agar tidak menganggu pihak lainnya. Semua terdiam, kikuk dan merasakan hal yang aneh. Raga mereka berkumpul, tetapi jiwa mereka serasa pergi jauh entah kemana.
“Ehem...”
Seorang pria dewasa akhirnya membuat dehaman kecil, berharap dehamannya mampun mencairkan suasana. Beberapa diantaranya menoleh, menatap lelaki yang mengeluarkan suara tersebut. Mereka beradu pandang seperti menanyakan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.
“Sorry...”
Pergerakan seorang lelaki kecil membuat semua mata tertuju padanya. Tetapi tetap tidak ada yang berani mengeluarkan kata. Mereka hanya menatap lelaki kecil tersebut. Lelaki yang sedang menunduk dengan ujung jari memainkan ujung bajunya. Ia kemudian berdiri dan berjalan menjauhi meja tersebut.
“Seok!”
“Bentar... Gue ke kamar mandi, sebentar....”
Tangannya dihempas. Orang yang sebelumnya menahan langkah lelaki kecil tersebut itu akhirnya melepaskan genggamannya. Membiarkan lelaki mungil bernama Wooseok menjauhi meja mereka. Tersisa tujuh orang di meja tersebut. Tujuh orang dewasa yang akhirnya berani menatap satu sama lain walau masih tanpa suara.
“Yang lain kemana?”
Bingung. Wooseok kembali dengan keadaan bingung. Karena meja yang semula berisikan delapan lelaki dewasa termaksud dirinya, kini hanya tersisa satu orang dewasa yang sibuk mengaduk cairan berwarna kecoklatan dihadapannya.
“Pulang... kayanya”Ada jeda dalam jawaban lelaki yang berlum berani menatap Wooseok tersebut.
“Kamu engga pulang?“kikuk, pertanyaan yang terlampau awkward dari Wooseok hari itu.
“Aku pulang kalo kamu udah mau pulang. Kalo kamu masih mau disini, aku tungguin.... Atau kamu mau aku keluar sebentar? Mau sendiri dulu?“Lelaki tersebut akhirnya menatap Wooseok. Bukan dengan tatapan intimidasi, melainkan tatapan iba terhadap sosok yang kini duduk disebelahnya.
Wooseok menggeleng. Dua lengan kecilnya menggapai ujung lengan sweater yang digunakan lelaki dihadapannya. Wooseok menahan pergerakan orang tersebut. Sikapnya menandakan bahwa ia tidak ingin ditinggal seorang diri. Ia ingin ditemani.
“Disini aja. Jinhyuk disini aja, jangan kemana-mana lagi”ucap Wooseok terlampau pelan. Jinhyuk tersenyum kecil dan dengan tangannya yang bebas, ia mengusap rambut Wooseok. Usapan yang berharap mendatangkan ketenangan untuk lelaki yang masih sibuk menunduk dihadapannya saat ini.
(xposhie)