Presentasi
Sangyeon menarik nafas panjang sesaat setelah mengirimkan pesan kepada kekasihnya, Chanhee. Kekasih yang bahkan dalam seminggu kebelakang tidak ia ketahui kabarnya jika tidak melalui Kim Younghoon.
Senyum Sangyeon merekah saat tidak sengaja melihat postingan terakhir Chanhee. Foto yang entah diambil kapan itu baru saja diunggah Chanhee dengan caption memberikan semangat. Senyum Sangyeon yang kelewat sumringah membuat beberapa teman sejawatnya menatap Sangyeon bingung.
“Habis dapat ucapan semangat dari pacarnya ya, pak?“ucap salah satu guru disana.
Sangyeon hanya tersenyum dan engga menanggapi pertanyaan rekannya tersebut. Setengah jam sebelum presentasi dimulai, Sangyeon memilih kembali melihat materi yang akan ia sampaikan serta menata kembali penampilannya, karena bagaimanapun presentasi hari itu menetukan hal yang berkaitan dengan tempatnya mengajar saat ini.
Chanhee melempar ponselnya asal ke atas sofa sebelum berlari kecil ke kamar mandi. Sepuluh menit, rekor tercepat Chanhee berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya pagi itu.
Chanhee menghentakan kakinya gelisah saat mencoba mencari baju di dalam lemarinya yang super besar. Berkat bantuan bibi Jung, Chanhee berhasil menetapkan pilihannya pada sebuah setelan yang kini telah ia gunakan.
“Papi sudah berangkat tuan muda, bagaimana?“ucap bibi Jung bingung.
“Engga apa-apa! Aku naik taksi aja ya? Tapi jangan bilang papi mami, oke?“ucap Chanhee cepat sebelum kembali berlari ke depan rumahnya.
Chanhee terus menggerakan kakinya gelisah, membuat dirinya beberapa kali mendapat pertanyaan dari sang supir taksi. Hari pertama sekolah setelah liburan memang selalu menjadi momok menakutkan bagi semua orang karena jalanan akan kembali padat dari biasanya.
“Masih jauh ya pak?“tanya Chanhee gelisah.
“Seharusnya lima belas menit lagi, mas. Tapi kalo diliat dari ramainya, bisa setengah jam atau bahkan empat puluh lima menit”jawaban sang supir membuat Chanhee menhela nafas berat.
“Saya turun disini aja ya, pak. Ini ongkosnya, kembaliannya bapak ambil aja! Terimakasih pak”ucap Chanhee sebelum keluar dari taksi dan kembali berlari kecil.
“Ka chanhee!!!“Chanhee menoleh dan mendapati Subin berlari kearahnya dan berusaha memeluknya.
“Kenapa Subin diluar? Emang engga ada pelajaran, hm?“tanya Chanhee bingung dan Subin menggeleng.
“Guru-guru rapat, disana! Jadi kita main aja hehe”Chanhee mengusak pelan rambut Subin dan mengusap peluh yang menetes di pelipis sang anak.
“Ka chanhee mau ketemu Pak Sangyeon ya?“tanya Subin dan Chanhee mengangguk ragu.
Subin menarik Chanhee menuju sebuah ruang aula yang dipergunakan untuk rapat pagi itu dan benar saja, disana Sangyeon sedang berbicara yang entah mengapa membuat detak jantung Chanhee berdegup cepat.
“Kamu selalu keren ya, mas!”ucap Chanhee teramat pelan.
Chanhee masih berdiri di depan ruang tersebut, sedangkan Subin sudah kembali bermain bersama teman-temannya saat Sangyeon telah menyelesaikan presentasinya. Chanhee mencoba mengedarkan pandangnya dan menemukan sang papi yang duduk di barisan terdepan, selang beberapa orang dari tempat papi Chanhee duduk, terlihat Daniel yang entah mengapa bisa berada di aula tersebut juga.
Chanhee tidak tau persis tujuan presentasi dan rapat tersebut diadakan, tetapi ia cukup tau bahwa saat ini Sangyeon sedang berusaha menjawab beberapa pertanyaan dari anggota yayasan dan orang-orang yang berasal dari perusahaan sang papi. Nafas Chanhee tercekat saat melihat Daniel mengangkat tangannya dan mulai mengajukan pertanyaan.
Chanhee mengernyitkan keningnya saat mendengat pertanyaan yang diajukan Daniel. Entah mengapa, lelaki tersebut menanyakan kapabilitas Sangyeon sebagai guru disekolah tersebut serta pendidikan yang Sangyeon miliki. Chanhee tahu betul bahwa pertanyaan Daniel hanya bertujuan menjatuhkan harga diri Sangyeon di depan aula.
“Maaf interupsi...“semua orang menoleh saat Chanhee masuk ke dalam aula. Sangyeon terdiam ditempat dengan tatapan tidak percaya.
“Menurut saya, pertanyaan yang diajukan saudara Daniel tidak ada sangkut pautnya dengan presentasi yang disampaikan oleh pak guru Sangyeon pagi hari ini”ucap Chanhee tenang.
“Jika memang anda semua mempertanyakan kapabilitas pak sangyeon, bukankah seharusnya hal tersebut dipertanyakan sejak awal kepada kepala sekolah? Tidak mungkin kepala sekolah merekrut seorang guru yang tidak mempunyai kemampuan mumpuni, bukan?“ucap Chanhee lagi dengan percaya diri.
“Sedikit tambahan dari saya. Jika memang Tuan Choi ingin menjadikan sekolah ini lebih maju dibandingkan sekolah lain, menapa Tuan Choi tidak membiayai Pak Sangyeon bersekolah kembali? Hal itu membuat Pak Sangyeon terikat dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap sekolah ini serta yayasan dan Tuan Choi dapat dengan mudah mengontrol Pak Sangyeon sesuai kemauan anda, bukan?“ucap Chanhee menatap tajam sang papi yang tepat berhadapan dengannya saat ini.
“Menurut saya, penjelasan yang disampailan Pak Sangyeon sudah memperlihatkan kapabilitas dirinya sebagai seorang guru. Bahkan jika saya boleh menyarankan, seharusnya Pak Sangyeon tidak lagi menjadi seorang guru honorer disekolah ini melainkan menjadi seorang guru tetap”ucap Chanhee menambahkan.
Chanhee tersenyum diakhir penjelasannya. Ia bahkan sempat menoleh dan tersenyum kepada Sangyeon yang masih berdiri di tempatnya. Pernyataan demi pernyataan yang Chanhee ucapkan sukses membuat anggota yayasan dari perusahaan orang tua Chanhee berbicara satu sama lain.
“Kami setuju dengan apa yang disampaikan oleh Tuan Muda Chanhee. Tetapi kami juga harus mempertimbangkan kembali terkait pendidikan Pak Sangyeon selanjutnya”ucap salah satu perwakilan yayasan.
Hari itu, rapat diakhiri dengan Sangyeon yang dapat tersenyum cerah serta Daniel yang hanya dapat menatap tajam kearah Sangyeon.