Prolog.
“Hyeongjun, hari ini dijemput siapa?“tanya Yohan yang duduk mensejajarkan dirinya dengan anak lelaki yang baru akan berusia enam tahun tersebut.
“Sama kaka! Tapi kaka lama, ga jemput-jemput aku!!“ucap Hyeongjun mengerucutkan bibirnya.
“Hm... Hyeongjun tunggu di dalam sama Ka Yohan mau ga? Sambil mewarnai? Tungguin kaka Hyeongjun sampai datang?“tanya Yohan dan Hyeongjun menatap Yohan dengan tatapan sayu. Hyeongjun pun mengikuti Yohan untuk kembali masuk ke dalam kelasnya untuk menunggu sang kakak hingga datang.
“Aku sebel sama kaka! Selalu telat jemput aku”ucap Hyeongjun yang masih merajuk. Yohan tersenyum dan duduk disamping Hyeongjun dengan sebuah buku cerita bergambar di tangannya.
“Kita mewarnai yuk! Nanti kakak sekalian ceritain cerita dari gambar yang kamu warnai, gimana?“ucap Yohan yang berusaha menghibur Hyeongjun. Lama berfikir, Hyeongjun akhirnya mengangguk.
Hyeongjun akhirnya bisa tertawa, saat Yohan bercerita tentang gambar-gambar yang telah ia warnai. Tanpa terasa, mereka sudah menghabiskan waktu hampir dua jam menunggu kaka Hyeongjun yang belum terlihat batang hidungnya. Bahkan sekarang Hyeongjun sudah terlelap tidur dalam dekapan Yohan.
“Permisi....“Yohan menoleh dan mendapati seorang laki-laki berperawakan tinggi muncul dari balik pintu kelas.
“Saya kakaknya Hyeongjun, maaf telat menjemput”ucap lelaki tersebut. Yohan tersenyum sebelum berjalan mendekati pria tersebut. Yohan pun memeriksa semua hal yang harus diperiksa sesuai dengan peraturan taman kanak-kanak tempatnya berkerja.
“Sekali lagi saya minta maaf. Karena dosen yang mengajar berhalangan hadir, saya harus menggantikan beliau mengisi kelas”ucap kaka Hyeongjun yang sudah menerima Hyeongjun dalam dekapannya.
“Iya pak tidak apa-apa, mungkin lain kali bapak bisa hubungi saya jika memang terlambat menjemput agar saya bisa temani Hyeongjun makan siang terlebih dahulu. Karena Hyeongjun belum sempat makan siang”ucap Yohan tersenyum.
“Saya belum setua itu untuk dipanggil pak. Panggil saya Mas saja, nama saya Yuvin”ucap kaka Hyeongjun tersebut dan Yohan mengangguk mengerti.
“Maaf... Kalo boleh saya minta nomer...?“ucapan Yuvin tersebut.
“Yohan pak eh mas... Nama saya Yohan dan kebetulan saya yang bertugas mengajar dikelas Hyeongjun”ucap Yohan.
Yohan pun memberikan nomer handphonenya kepada Yuvin agar sewaktu-waktu Yuvin dapat menghubungi Yohan jika ia kembali terlambat menjemput Hyeongjun.
“Makasih sekali lagi... Maaf merepotkan”ucap Yuvin dan Yohan hanya tersenyum.
“Engga apa-apa kok, mas. Lebih baik sekarang Mas Yuvin pulang, agar Hyeongjun bisa tidur lebih nyaman dirumah”ucap Yohan lagi sambil mengusap rambut Hyeongjun yang masih nyenyak tertidur di pelukan sang kakak.
Yuvin pun menidurkan Hyeongjun di bangku belakang dan kembali berpamitan dengan Yohan sebelum mengendarai mobilnya menjauhi taman kanak-kanak tersebut.
Kim Yohan, seorang guru di salah satu taman kanak-kanak, Menjadi guru bukanlah impiannya sejak kecil. Seperti layaknya anak kecil pada umunya, Yohan bermimpi ingin menjadi seorang Dokter, tetapi takdir berkata lain. Yohan senang bekerja di tempat sekarang, bertemu dengan banyak anak kecil dengan perilaku berbeda membuat Yohan selalu belajar setiap harinya.
Seperti hari ini, ia mempunyai waktu berdua lebih lama bersama Song Hyeongjun. Anak kecil yang berusia belum genap enam tahun yang tinggal hanya berdua dengan kakak lelakinya Song Yuvin. Yuvin yang setiap hari mengantar serta menjemput Hyeongjun. Bahkan Yuvin yang menjemput Hyeongjun juga setiap harinya.
Song Yuvin, kakak lelakinya satu-satunya yang Hyeongjun miliki. Tidak banyak yang Hyeongjun tau tentang keluarganya, yang ia tau hanya Yuvin kakak lelaki satu-satunya yang setiap hari dia temui atau satu keluarga tetangga mereka yang mempunyai toko bunga dan biasa disapa bibi.
Yuvin merupakan seorang asisten dosen disalah satu universitas. Beberapa kali harus mengajukan cuti karena keterbatasan biaya, membuat Yuvin telat lulus dibanding teman-teman lainnya. Beruntungnya, seorang dosen menjadikannya asisten dengan bayaran yang cukup untuk menambah pemasukannya setiap bulan.
Kesibukan Yuvin sebagai asisten dosen ternyata berdampak buruk pada siklus kehidupan Yuvin. Beberapa kali terlambat dan lupa menjemput sang adik, membuat Yuvin harus meminta bantuan salah seorang guru Hyeongjun di taman kanak-kanak. Terbiasa bertemu dengan Yohan membuat Yuvin menaruh perasaan terhadap Yohan, hingga Yuvin tau jika semua itu salah.
“Jangan menyalahkan takdir jika dua insan yang saling mencintai tidak dapat bersatu” – Kim Yohan.
“Jika tidak dapat menyalahkan takdir, siapakah yang patut disalahkan jika dua insan tidak dapat bersatu walaupun saling mencintantai?” – Song Yuvin.
(xposhie)