Prolog.


Serim memicingkan matanya, mencoba memperjelas pandangannya akan sosok mungil di hadapannya. Tanpa sadar, Serim tersenyum saat orang yang sedari tadi ia perhatikan tersebut menggaruk tengkuknya yang Serim tebak sebenarnya itu tidaklah gatal. Sosok mungil tersebut terlalu bingung dengan lingkungan yang baru ia temui hari itu.

“Allen?”

Sosok mungil tersebut menoleh saat Serim mendekat dan menyapanya. Butuh waktu beberapa detik hingga Allen akhirnya tersenyum ketika mengetahui seseorang di hadapannya saat ini.

“Serim! Masuk sini juga? Jurusan apa?”

Serim sungguh tidak bisa menyembunyikan senyumnya kala Allen bertanya dengan mimik yang menggemaskan. Hari itu Serim menemani Allen seharian saat pembukaan penerimaan mahasiswa baru. Walaupun Allen harus sedikit kecewa karena ternyata dirinya dan Serim tidaklah satu fakultas.

Tiga tahun yang lalu

“Jin, kita mampir ke sekolah Serim bentar ya?”

“Serim? Kenapa lagi?”

Sejin tau benar, Serim -adik lelaki, Seungyoun adalah tipikal anak lelaki yang enggan di jemput oleh anggota keluarganya ke sekolah. Jika Seungyoun sampai harus menjemput Serim, maka pasti sesuatu telah terjadi pada anak lelaki yang baru saja menginjakkan kakinya di Sekolah Menengah Atas tersebut.

“Bilangin adek kamu! Jangan bandel-bandel, nanti ga punya pacar!!”

Seungyoun hampir saja tertawa mendengar perkataan Sejin, karena dari sekian banyak kalimat yang mungkin keluar dari bibir Sejin, justru kalimat yang jauh dari bayangan Seungyoun yang keluar dari bibir sang kekasih.

“Adek kamu ga bandel, tapi ga punya pacar juga tuh!”

“Hm... beda! Kalo Allen, emang aku larang pacaran sampe kuliah nanti”

Seungyoun mengusak kepala Sejin gemas. Seorang Sejin yang bahkan sudah berpacaran dengan Seungyoun sejak kelas tiga sekolah Menengah Pertama itu melarang sang adik untuk berpacaran dengan alasan yang Seungyoun sangat tahu persis, “Aku gamau nanti Allen disakitin! He's too precious to be hurt”

Sejin menunggu di dalam mobil setidaknya hampir selama empat puluh lima menit sebelum akhirnya melihat kakak beradik yang berjalan ke arah mobil yang terparkir di pelataran parkir sekolah sambil tertawa dan bercanda.

“Lagian kok itu kakak kelas mainnya keroyokan, terus ngadu ke guru kesiswaan”

Sejin menatap sang kekasih yang baru saja masuk ke dalam mobil dengan tatapan penuh pertanyaan. Pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi terhadap Serim sehingga Seungyoun di panggil ke sekolah oleh guru kesiswaan di sekolah Serim.

Seungyoun menceritakan semua yang terjadi sambil sesekali melirik ke kursi belakang, kearah sang adik yang asik dengan ponsel pintarnya. Sejin sesekali menggeleng mendengar pernyataan Seungyoun tanpa mau menanggapi terlalu banyak.

“Youn, jemput Allen dulu bisa ga? Dia di tempat les deket sini, kasian udah sore, pulang sendirian...”

Seungyoun mengiyakan permintaan sang kekasih dan melajukan mobilnya ke tempat yang telah di tunjuk oleh Sejin sebelumnya dan disana, Allen sudah berdiri menunggu sang kakak menjemputnya.

Serim menoleh saat pintu di bagian penumpang terbuka dan menegakkan posisi duduknya saat seseorang masuk ke dalam mobil dengan senyum yang menghiasi wajah kecilnya. Oh ini yang namanya, Allen, ucap Serim dalam hati.