Pundung.
Hai! Ketemu lagi sama Dek Sejin yang sekarang lebih sering dipanggil Bubu hehe Bahkan Mas Seungyoun lebih sering manggil aku Bubu ketimbang Dek Sejin! Katanya biar bisa dicontoh Dodo, karena bahaya kalo Dodo manggil aku dengan sebutan Dek Sejin kan?
Kehidupanku dan Mas Seungyoun setelah kedatangan Dodo berubah 180 derajat. Apartment kami lebih ramai karena celotehan Dodo dan aku juga semakin sibuk karena harus mengurusi Dodo serta Mas Seungyoun. Belum lagi jika mode manja Mas Seungyoun datang, aku harus memperhatikan Mas Seungyoun seutuhnya terlebih jika Dodo sudah tidur.
Setelah kedatangan Wonyoung atau yang lebih sering kupanggil Dede, kehidupan kami berubah kembali. Celotehan anak bertambah satu. Perhatian kami terbagi dua. Perhatianku khususnya terbagi tiga. Aku senang karena aku punya dua orang teman di apartment jika Mas Seungyoun pergi bekerja atau harus ke luar kota untuk alasan pekerjaan.
Seperti saat akhir pekan seperti ini, perhatianku akan terbagi tiga. Jalan tengahnya, Mas Seunngyoun mengalah untuk siang hari dan akan mendapatkan perhatianku pada malam hari. Biasanya kita habiskan untuk berbicara atau menonton film bersama dikamar, tidak lebih.
“Bubuuu!!“Dodo berteriak dari kamarnya membuatku harus menghampirinya dan mendapati ia berdiri di depan lemari tempat menyimpan banyak mainannya.
“Pensil warna!“ucapnya singkat dan aku langsung tau apa yang ia butuhkan. Aku pun mengambil sebuah buku gambar dan pensil warna untuk Dodo.
“Dodo mau gambar apa hari ini?“ucapku duduk disebelah Dodo yang sudah berbaring dengan pensil warna yang sudah ia keluarkan semuanya. dari tempatnya.
“Mobil! Dodo mau gambar mobil Baba yang baru!!“ucapnya bersemangat dan aku mengangguk.
Belum ada lima menit aku menemani Dodo, Mas Seungyoun sudah memanggilku dengan Dede yang menangis di gendongannya.
“Sayanggg, Dede kayanya haus”ucap Mas Seungyoun yang terus menimang Dede dalam gendongannya.
“Dodo gambar sendiri dulu bisa? Bubu mau kasih makan Dede dulu ya?“ucapku dan Dodo mengangguk. Mas Seungyoun pun menggantikan posisiku menemani Dodo dikamar.
Waktu menunjukan hampir pukul empat sore ketika aku meletakan Dede di bouncer yang sengaja aku letakan di ruang tamu.
“Dodo, sayang... Ayok kecilin suara tivinya. Dedenya kan lagi bobo”ucapku pelan. Dodo yang sebelumnya sedang melompat kegirangan mengikuti irama kartun yang ia tonton, mendadak diam dan melirik Wonyoung yang tertidur.
“Tapi engga kedengeran bubu kalo dikecilin”ucap Dodo dengan bibir yang mengerucut.
“Nanti kalo Dede nangis kebangun gimana, hm? Dodo kan abang! Jadi Dodo harus bisa jagain Dede dan jangan bikin Dede nangis, ya?“ucapku memberi pengertian dan akhirnya Dodo mengangguk mengerti.
Waktu luang aku gunakan untuk mandi. Kebetulan Mas Seungyoun sedang mengerjakan beberapa pekerjaan kantor yang ia bawa kerumah diruang kerjanya. Aku baru saja hendak meletakan handuk basah ke tempatnya ketika aku mendengar benda terjatuh yang disusul suara tangisan. Aku panik. Aku keluar dari kamar bersamaan dengan Mas Seungyoun yang keluar dari ruang kerjanya.
“Dodo!!“Mas Seungyoun lari ke dapur ketika melihat Dodo terjatuh dari tangga kecil yang memang aku sengaja letakan di dapur guna membantuku mengambil barang yang tinggi.
Aku menghampiri Mas Seungyoun yang sudah menggendong Dodo. Keadaan di dapur cukup berantakan dengan beberapa buah strawberry berceceran dan pintu kulkas yang terbuka. Aku bisa mengambil kesimpulan jika Dodo hendak mengambil buah strawberry miliknya dari dalam kulkas tetapi tidak sampai hingga akhirnya hanya ujung tempatnya saja yang tertarik sebelum akhirnya ia terjatuh.
“Dodo ada yang sakit sayang, hm?“tanya Mas Seungyoun memeriksa Dodo yang masih sedikit terkejut. Aku memutuskan merapihkan kekacauan yang dibuat Dodo didapur.
“Strawberry... Bubu... Mau...“Dodo yang masih terisak menunjuk strawberry yang aku bersihkan. Aku menggeleng.
“Dodo kenapa engga bilang sama Bubu atau Baba kalo mau strawberry?“tanya Mas Seungyoun lembut tetapi Dodo diam dan masih memperhatikanku.
“Dodo udah engga punya strawberry. Semua jatoh, kotor”ucapku membuang strawberry tersebut. Dodo kembali menangis.
“Dodo mau strawberry? Beli sama Baba yuk! Mau?“ucap Mas Sengyoun menenangkan Dodo. Tangisan Dodo membuat Dede terbangun dan aku menghela nafas panjang. Keadaan yang sangat aku hindari, tangisan dua anak sekaligus.
Aku meninggalkan Mas Seungyoun dan Dodo di dapur untuk melihat Dede yang terbangun karena tangisan Dodo barusan.
“Bubu... Mau susu...“setelah insiden sejam yang lalu, Dodo akhirnya tenang. Ia menghampiriku yang sedang memberikan susu kepada Wonyoung yang baru saja selesai aku mandikan.
“Sebentar ya sayang... Bubu kasih susu Dede dulu?“ucapku dan Dodo mengangguk lemah sebelum akhirnya berjalan masuk ke kamarnya.
“Dodo mana?“Mas Seungyoun menghampiriku yang sedang menyiapkan makan malam.
“Dikamar dari tadi sore”ucapku santai dan Mas Seungyoun pun memutuskan pergi ke kamar Dodo.
“Baba.... Bubu engga sayang Dodo lagi ya? Kenapa Bubu engga pernah main sama Dodo lagi?”
Langkahku terhenti di depan kamar Dodo ketika mendengar perkataan Dodo dari dalam kamar dengan suara terisak.
“Kenapa Dodo bilang gitu? Bubu sama sayang kok sama Dodo. Baba juga sayang sama Dodo”
“Bubu engga pernah main sama Dodo lagi. Bubu tinggalin Dodo gambar sendirian. Bubu lupa kasih Dodo buah kayak tadi... Bubu juga selalu gendong Dede, engga gendong Dodo lagi”Aku hanya dapat terdiam.
“Dodo kan udah gede sayang, masa masih mau di gendong? Kalo Dede kan masih bayi, jadi harus digendong Bubu”ucap Mas Seungyoun menjelaskan.
“Kalo Dodo udah gede itu engga bisa minta gendong Bubu lagi? Kalo gitu, Dodo engga mau jadi gede. Dodo mau kecil terus aja kayak Dede...”
Aku menetralkan deru nafasku. Aku ingat tiga bulan setelah kedatangan Wonyoung, perhatianku benar-benar terbagi. Aku jarang bermain dengan Dodo. Aku terkadang lupa membacakan buku sebelum Dodo tidur. Bahkan aku lebih sering menghabiskan waktu dengan Wonyoung dibanding Dodo, aku kira ia mengerti dan tidak terlalu memikirkannya tetapi aku salah.
“Gini... Bubu sama Baba itu selalu sayang sama Dodo sampai kapanpun. Walaupun Dodo udah besar, udah sekolah sekalipun Bubu sama Baba tetap akan sayang sama Dodo”
“Bubu engga pernah engga sayang sama Dodo. Bubu sayang sama Dodo, sama Dede juga. Dodo sayang Dede kan?”Tanya Mas Seungyoun dan aku dapat melihat anggukan kecil dari Dodo disela pintu.
“Dodo sayang Dede... Sayang banget...”ucap Dodo teramat pelan.
“Dede kan masih kecil, belum bisa jalan kayak Dodo. Dede juga cuma baru bisa minum susu aja. Dede belum bisa ngomong kalo Dede laper, engga kayak Dodo... Dodo udah gede, bisa jalan bisa lari. Kalo Dodo laper bisa ngomong sama Bubu. Kalo Dodo mau dibacain dongeng, juga bisa ngomong sama Bubu. Baba yakin kok Bubu bakalan ngelakuin itu semua buat Dodo karena Bubu sayang sama Dodo”ucap Mas Seungyoun.
“Jadi... Bubu beneran sayang sama Dodo kan Ba? Bubu engga sayang sama Dede aja kan?”ucap Dodo dan Mas Seungyoun menggangguk.
“Jadi Dodo sekarang mau makan? Bubu bikinin makanan kesukaan Dodo loh! Wanginya enak! Pasti rasanya juga enak!!”Aku memutuskan melangkahkan kakiku kembali ke dapur setelah mendengar perkataan Mas Seungyoun tersebut.
Aku melirik ketika melihat Mas Seungyoun berjalan ke dapur dengan Dodo dalam gendongannya. Dodo terlihat sudah tidak menangis, bahkan ia sudah tertawa karena Mas Seungyoun yang suka menggelitiknya.
“Bubuuu!! Baba nakal kelitik Dodo mulu”ucap Dodo tertawa terbahak dan aku tersenyum melihatnya.
“Dodo mau makan sendiri atau Bubu suapin?“tanyaku ketika Mas Seungyoun sudah meletakan Dodo dikursi khusus miliknya.
“Suapin, boleh?“tanya Dodo pelan dan aku mengganguk.
“Boleh dong! Dodo kan anak Bubu, masa engga boleh disuapin”ucapku dan Dodo tersenyum kegirangan.
Setelah makan malam, karena kebetulan Wonyoung sudah tidur, aku dan Mas Seungyoun menemani Dodo bermain. Dodo tertawa ketika aku atau Mas Seungyoun salah dalam memainkan permainan dihadapan kami. Aku tersadar, jika seminggu ini senyum Dodo benar-benar hilang. Kenapa aku tidak pernah sadar?
“Udah malem, waktunya Dodo tidur!“ucapku melirik jam yang sudah menunjukan pukul sembilan malam.
“Hm... Masih mau main”ucap Dodo sedih dan aku segera menggendong Dodo.
“Besok kita main ke taman! Tapi sekarang Dodo bobo dulu ya? Bubu bacain dongeng biar Dodo cepet tidur, gimana?“ucapku dan Dodo mengangguk setuju.
Setelah memastikan Dodo dan Dede tertidur, aku menyusul Mas Seungyoun ke kamar. Mas Seungyoun sedang asik dengan buku dipangkuannya, tetapi buku tersebut di tutup segera ketika aku masuk ke dalam kamar.
“Mas...“ucapku tepat setelah duduk di sebelah Mas Seungyoun yang bersandar pada headboard tempat tidur kami.
“Aku ini masih belum bisa jadi orangtua yang baik ya? Padahal aku udah tiga tahun ngurus Dodo, tapi masih aja kayanya engga bisa jadi orang tua yang bisa dibanggain”
Mas Seungyoun menoleh dan tersenyum kearahku sebelum menariku masuk ke dalam pelukannya. Aku bersandar tepat di dada bidang Mas Seungyoun. Tangan Mas Seungyoun mengusap kepalaku.
“Siapa bilang kamu engga becus jadi orang tua? Engga ada yang berhak nilai kamu pantes atau tidak pantes jadi orang tua. Tiga tahun kamu ngurus Dodo, ngajarin ini itu dan hasilnya? Dodo mandiri kan? Dodo pinter, bahkan lebih pinter dari anak-anak seusianya”ucap Mas Seungyoun menjelaskan.
“Perhatian aku ke Dodo sama Dede, engga adil mas... Tadi Dodo cerita kan ke kamu? Umur dia baru tiga tahun lebih tapi dia udah ngomong begitu...“ucapku pelan.
“Wajar kan, Dek? Dodo tiga tahun sendirian. Dapet perhatian kamu seutuhnya. Sekarang ada Wonyoung, dia mungkin kaget dan belum terbiasa. Wajar kok”ucap Mas Seungyoun lagi sambil masih mengusap puncak kepalaku.
“Kamu jangan bilang kamu engga pantes jadi orang tua. Engga becus jadi orang tua. Jangan ya, dek? Kamu hebat. Hebat banget...“ucap Mas Seungyoun.
“Besok kamu mau ajak Dodo piknik?“tanya Mas Seungyoun dan aku mengangguk.
“Aku merasa bersalah sama Dodo, jadi aku mau ajak dia ke taman besok. Piknik sederhana aja”ucapku dan Mas Seungyoun mengangguk.
“Yaudah tidur yuk? Aku yakin besok kamu mau nyiapin semuanya dari pagi kan?“aku mengganguk.
[Ever had a job where you had no experience, no training, you weren't allowed to quit and people's lives were at stake? That's Parenting ]
(xposhie)