Remember Me.
⚠️ Major Character Death.
📌 This story contains scenes that some readers may find uncomfortable and hurt
“Seungyoun, sarapan udah siap!!!“Pagi itu seperti biasa, Sejin harus membangunkan suaminya agar tidak terlambat ke kantor. Sejin tersenyum melihat langkah gontai suaminya yang keluar dari kamar. Sebuah kecupan pun mendarat singkat di bibir Sejin, membuatnya tersenyum.
“Pagiiii!!!“Sejin menoleh dan mendapati anak tunggalnya menyapanya dengan riang.
“Hai, jagoan! Sudah siap?“tanya Sejin mengusak rambut anak lelaki yang mengangguk antusias.
“Hari ini Dohyon akan camping dari sekolahannya bersama Jinwoo. Aku akan pergi mengantarnya bersama Wooseok, mungkin setelah itu kita akan bertemu Byungchan serta Yohan di kafe biasa”Sejin menjelaskan secara rinci kegiatannya hari itu kepada suaminya dan Seungyoun mengangguk.
“Mau dijemput”tanya Seungyoun. Sejin sempat berfikir sejenak sebelum mengangguk.
“Iya boleh! Kasihan kalo Jinhyuk dan Wooseok harus mengantarku sampai rumah”ucap Sejin dan Seungyoun mengangguk.
“Nikmati sarapan kalian! Aku mau mandi agar tidak terlambat mengantar Dohyon”Sejin mendaratkan kecupannya di puncak kepala Dohyon dan bibir Seungyoun, membuat Dohyon terkikir geli sambil menutup kedua matanya.
“Hai, Youn!“Jinhyuk menyapa Seungyoun yang berada di dalam mobilnya, ketika mengantar Sejin dan Dohyon kerumahnya.
“Titip ya! Gue hari ini ada meeting yang engga bisa ditinggal”ucap Seungyoun dan Jinhyuk mengangguk. Dohyon pun mencium pipi Seungyoun dan melambaikan tangannya saat sang papi pergi menjauh melajukan mobilnya.
“Jinhyuk, tidak bawa mobil?“tanya Sejin dan Jinhyuk tersenyum menggeleng.
“Aku naik bis saja! Nanti menambah polusi kalo setiap orang dalam rumah membawa dua mobil sekaligus”Wooseok dan Sejin tertawa mendengar ucapan Jinhyuk.
Setelah memastikan seluruh barang bawaan Dohyon dan Jinwoo lengkap, Wooseok pun melajukan mobilnya dengan Sejin yang duduk disebelahnya. Mereka pergi menuju tempat dimana Dohyon dan Jinwoo akan berkemah selama dua hari ini.
“Ikuti kata gurumu ya! Jangan nakal! Jangan terlalu banyak makan karena nanti perutmu akan sakit, oke?“ucap Sejin dan Dohyon mengangguk.
“Kalian jangan berpisah ya! Selalu bersama dan ikuti apa kata guru”ucap Wooseok menambahkan.
Wooseok dan Sejin pun meninggalkan lokasi perkemahan tersebut setelah menitipkan Dohyon dan Jinwoo kepada guru mereka.
“Seok, guru tadi baru ya? Kok gue baru liat?“Wooseok mengedipkan matanya beberapa kali dan tersenyum kikuk.
“Iya, guru tambahan. Karena engga mungkin kalo cuma ngandelin guru yang ada”ucap Wooseok dan Sejin mengangguk.
“Ah iya sih! Soalnya kan engga mungkin guru yang ada bisa handle anak sebanyak tadi”ucap Sejin lagi.
“Jadi... Lo udah dilamar sama Yuvin? Kapan? Sumpah gue kok gatau?“Sejin berteriak histeris kala melihat sebuah cincin melingkar di jari manis Yohan.
Yohan tersenyum malu menatap teman lamanya tersebut dan menyembunyikan tangannya di balik meja yang sekarang sedang mereka tempati di sebuah kafe langganan mereka berempat.
“Jadi kapan tanggalnya? Wooseok sama Byungchan tau?“Sejin menoleh ke arah dua teman lainnya. Byungchan hampir saja menjatuhkan gelasnya jika Wooseok tidak dengan segera menahannya.
“Hah? Eh gue? Tau dong! Kan gue special“ucap Byungchan sombong, yang membuat Sejin mendecih.
“Jahat lo! Masa gue doang yang gatau sih?“ucap Sejin mengerucutkan bibirnya. Yohan tersenyum sebelum menyerahkan sebuah undangan berwarna putih kebiruan. Undangan pernikahannya bersama Yuvin yang berlangsung sepuluh hari lagi.
“Sepuluh hari lagi? Terus selama ini gue gatau apa-apa? Wah tega lo, Yo! Pertemanan kita selama lima tahun engga ada artinya?“ucap Sejin pelan yang membuat Wooseok memebelalakan matanya.
“Jangan sedih dong, Jiiiin!! Yohan cuma terlalu sibuk ngurus acaranya sama Yuvin. Gue juga baru tau tadi pagi kok, bukan lo doang”ucap Wooseok memeluk Sejin menenangkan.
“Hm... Semoga lancar sampai hari-H!!! Jangan kebanyakan makan, Yo! Nanti baju lo ga muat”ucap Sejin bercanda.
“Loh? Harus makan banyak dong? Biar malem pertamanya panjang!!“kali ini Byungchan yang angkat bicara membuat Wooseok dan Sejin tertawa, sedangkan Yohan tersipu malu.
“Gue ke toilet dulu ya!“ucap Yohan cepat yang dibalas anggukan kedua temannya.
“Engga bisa, Seok.... Kalo kita begini mulu, gue engga yakin kondisi dia bakalan baik-baik aja”
“Bisa, Yo... Pelan-pelan ya? Kita bisa kok. Kita bertiga, ada Ka Seungwoo, Jinhyuk sama Yuvin juga kan? Kita bisa kok....”
“Loh? Yohan kenapa nangis? Gue tadi bercanda doang....”
Yohan segera menghapus air matanya yang turun ketika Sejin menyusulnya ke toilet. Yohan sadar, dirinya terlalu lama berada di toilet, sehingga membuat Sejin juga menyusulnya setelah Wooseok menyusulnya terlebih dahulu lima belas menit yang lalu.
“Hah? Eh engga apa-apa kok! Yohan cuma terharu aja, sepuluh hari lagi mau nikah!“Wooseok menepuk pelan punggung Yohan membuat Yohan lambat laun menyunggingkan senyumnya.
“Bahagia ya, Yo! Lo harus selalu bahagia sama Yuvin!! Jangan suka nangis-nangis lagiiii. Yuvin udah 100% milik lo kok sepuluh hari lagi”Sejin memeluk Yohan dan menepuk pelan punggungnya, menenagkan Yohan yang masih terisak.
“Gimana? Udah mau sebulan dan engga perkembangan... Setiap hari selalu sama, kan?“Yuvin menghela nafas panjang dan duduk di sebuah sofa panjang di sebuah ruang tamu.
“Jujur, gue engga ngerti ini bakalan sampai kapan. Wooseok selalu ngingetin gue kalo semuanya bakalan baik-baik aja”ucap Jinhyuk kepada dua ornag teman dihadapannya.
“Baik-baik aja? Udah lebih dari sebulan, kita ngelakuin hal yang sama setiap harinya. Kita harus berhenti bohongin Sejin...“kali ini Seungwoo sebagai pria paling tua di ruangan tersebut angkat bicara.
“Bilang apa? Bilang kalo Seungyoun sama Dohyon udah engga ada? Engga segampang itu bang....“Jinhyuk mengepalkan tangannya menahan emosi.
Ketiga pria dewasa tersebut terdiam cukup lama hingga suara pintu terbanting mengejutkan mereka bertiga. Dibalik pintu utama apartment tersebut, ada empat orang dewasa laki-laki lainnya. Sejin berdiri disana dengan air mata yang menggenang di kedua pipinya.
Wooseok, Byungchan dan Yohan berdiri dibelakang Sejin menatap pasangan mereka masing-masing dengan tatapan tidak percaya. Seungwoo yang pertama bangkit dari sofa dan berjalan menghampiri Sejin yang masih mematung.
“Apa kabar, Jin?“ucap Seungwoo tersenyum dan berdiri di hadapan Sejin. Dibelakang sana ada Byungchan yang sedang berdiri sambil menggelengkan kepalanya, memberikan isyarat agar Seungwoo tidak mengatakan apapun.
Tetapi, sebelum Seungwoo berhasil mengeluarkan suara, sebuah tangan menarik paksa Sejin dan berjalan kearah sebuah kamar. Semua mata menatap orang itu tidak percaya. Disana Yohan sedang berjalan menarik Sejin menuju sebuah kamar, kamar pribadi milik Yohan dan Yuvin.
Sejin mengerutkan keningnya, melihat sebuah foto pernikahan Yuvin dan Yohan disana. Disana semua teman-teman Yuvin serta Yohan berdiri, ada Sejin juga Seungyoun serta ada Dohyon, Jinwoo dan Dongpyo yang berdiri di depan kedua mempelai.
Sejin menoleh menatap Yohan, meminta penjelasan. Tetapi Yohan memilih diam hingga semua temannya menghampiri mereka berdua. Wooseok merangkul pundak Sejin dan menepuk pelan pundah kecil tersebut. Sejin terenyum dan menatap teman-temannya dengan tatapan sinis.
“Gue balik! Seungyoun udah dibawah”Sejin memilih keluar dari kamar dan apartment tersebut setelah memeriksa ponselnya.
Semua teman Sejin dalam kamar tersebut tercengang. Mereka tau, bahwa tidak ada notifikasi masuk ke dalam ponsel Sejin. Semua itu hanya bayangan Sejin, semua yang terjadi hari itu hanyalah bayangan Sejin semata.
Flashback
“Seungyoun, sarapan udah siap!!!“Pagi itu seperti biasa, Sejin harus membangunkan suaminya agar tidak terlambat ke kantor. Sejin tersenyum melihat langkah gontai suaminya yang keluar dari kamar. Sebuah kecupan pun mendarat singkat di bibir Sejin, membuatnya tersenyum.
Apartment tersebut kosong, putih tanpa ada satupun perabotan di dalamnya. Sejin tidak memasak, itu hanya bayangannya saja. Bahkan kecupan yang diberikan Seungyoun pagi itu pun tidak ada
“Pagiiii!!!“Sejin menoleh dan mendapati anak tunggalnya menyapanya dengan riang.
“Hai, jagoan! Sudah siap?“tanya Sejin mengusak rambut anak lelaki yang mengangguk antusias.
Lagi, Sejin terlihat sedang berbicara dengan dirinya sendiri dalam ruangan putih tersebut. Tidak ada Dohyon yang menyapanya. Tidak ada siapapun yang dapat ia usak puncak kepalanya pagi itu. Semua itu semu dan hanya bayangan Sejin semata
“Hari ini Dohyon akan camping dari sekolahannya bersama Jinwoo. Aku akan pergi mengantarnya bersama Wooseok, mungkin setelah itu kita akan bertemu Byungchan serta Yohan di kafe biasa”Sejin menjelaskan secara rinci kegiatannya hari itu kepada suaminya dan Seungyoun mengangguk.
Sejin ceria seperti biasa, menceritakan apa yang akan ia lakukan dalam sehari ke depan. Cerita yang selalu ia ceritakan setiap pagi, dalam satu bulan belakangan ini. Bercerita pada dirinya sendiri, walau dalam bayangannya ada Seungyoun dan Dohyon yang sedang mendengarkannya
“Mau dijemput”tanya Seungyoun. Sejin sempat berfikir sejenak sebelum mengangguk.
“Iya boleh! Kasihan kalo Jinhyuk dan Wooseok harus mengantarku sampai rumah”ucap Sejin dan Seungyoun mengangguk.
“Nikmati sarapan kalian! Aku mau mandi agar tidak terlambat mengantar Dohyon”Sejin mendaratkan kecupannya di puncak kepala Dohyon dan bibir Seungyoun, membuat Dohyon terkikir geli sambil menutup kedua matanya.
Sejin berjalan santai, masuk ke dalam kamar pribadinya. Kamar yang putih polos dengan sebuah kasur yang sama polosnya dengan kamar dan seisi apartment tersebut. Sejin bersenandung, tanpa sadar bahwa ia sebenarnya seorang diri dalam apartment tersebut
“Hai, Youn!“Jinhyuk menyapa Seungyoun yang berada di dalam mobilnya, ketika mengantar Sejin dan Dohyon kerumahnya.
“Titip ya! Gue hari ini ada meeting yang engga bisa ditinggal”ucap Seungyoun dan Jinhyuk mengangguk. Dohyon pun mencium pipi Seungyoun dan melambaikan tangannya saat sang papi pergi menjauh melajukan mobilnya.
Pandangan aneh Jinwoo setiap hari tidak membuat Sejin curiga. Sapaan yang dilemparkan Jinhyuk kepada Seungyoun sebenarnya hanyalah ucapan terimakasih yang Jinhyuk ucapkan kepada seorang pengemudi taksi yang sengaja ia bayar untuk menjemput Sejin. Pesan Seungyoun terhadap Jinhyuk yang Sejin dengar, sebenarnya hanyalah senyum simpul yang diberikan oleh pengemudi taksi tersebut
“Jinhyuk, tidak bawa mobil?“tanya Sejin dan Jinhyuk tersenyum menggeleng.
“Aku naik bis saja! Nanti menambah polusi kalo setiap orang dalam rumah membawa dua mobil sekaligus”Wooseok dan Sejin tertawa mendengar ucapan Jinhyuk.
Pertanyaan sama yang selalu Sejin tanyakan setiap hari harus dijawab Jinhyuk dengan senyum terbaiknya. Sejin tidak sadar bahwa hari itu adalah akhir minggu, Jinhyuk tidak akan membawa mobilnya karena ia tidak bekerja hari itu
Setelah memastikan seluruh barang bawaan Dohyon dan Jinwoo lengkap, Wooseok pun melajukan mobilnya dengan Sejin yang duduk disebelahnya. Mereka pergi menuju tempat dimana Dohyon dan Jinwoo akan berkemah selama dua hari ini.
“Ikuti kata gurumu ya! Jangan nakal! Jangan terlalu banyak makan karena nanti perutmu akan sakit, oke?“ucap Sejin dan Dohyon mengangguk.
“Kalian jangan berpisah ya! Selalu bersama dan ikuti apa kata guru”ucap Wooseok menambahkan.
Wooseok dan Sejin pun meninggalkan lokasi perkemahan tersebut setelah menitipkan Dohyon dan Jinwoo kepada guru mereka.
“Seok, guru tadi baru ya? Kok gue baru liat?“Wooseok mengedipkan matanya beberapa kali dan tersenyum kikuk.
“Iya, guru tambahan. Karena engga mungkin kalo cuma ngandelin guru yang ada”ucap Wooseok dan Sejin mengangguk.
“Ah iya sih! Soalnya kan engga mungkin guru yang ada bisa handle anak sebanyak tadi”ucap Sejin lagi.
Semuanya berjalan sesuai bayangan Sejin. Bayangan Sejin beberapa bulan lalu, saat dirinya dan Wooseok mengantar anak mereka menuju lokasi perkemahan. Semua sama dalam bayangan Sejin, tetapi tidak bagi Wooseok. Ia harus berpura-pura menjadi orang tua murid setiap harinya, menyapa guru yang tidak ia kenal dan mengucapkan terimakasih setelahnya karena bantuan guru tersebut
“Jadi... Lo udah dilamar sama Yuvin? Kapan? Sumpah gue kok gatau?“Sejin berteriak histeris kala melihat sebuah cincin melingkar di jari manis Yohan.
Yohan tersenyum malu menatap teman lamanya tersebut dan menyembunyikan tangannya di balik meja yang sekarang sedang mereka tempati di sebuah kafe langganan mereka berempat.
“Jadi kapan tanggalnya? Wooseok sama Byungchan tau?“Sejin menoleh ke arah dua teman lainnya. Byungchan hampir saja menjatuhkan gelasnya jika Wooseok tidak dengan segera menahannya.
“Hah? Eh gue? Tau dong! Kan gue special“ucap Byungchan sombong, yang membuat Sejin mendecih.
“Jahat lo! Masa gue doang yang gatau sih?“ucap Sejin mengerucutkan bibirnya. Yohan tersenyum sebelum menyerahkan sebuah undangan berwarna putih kebiruan. Undangan pernikahannya bersama Yuvin yang berlangsung sepuluh hari lagi.
“Sepuluh hari lagi? Terus selama ini gue gatau apa-apa? Wah tega lo, Yo! Pertemanan kita selama lima tahun engga ada artinya?“ucap Sejin pelan yang membuat Wooseok memebelalakan matanya.
“Jangan sedih dong, Jiiiin!! Yohan cuma terlalu sibuk ngurus acaranya sama Yuvin. Gue juga baru tau tadi pagi kok, bukan lo doang”ucap Wooseok memeluk Sejin menenangkan.
“Hm... Semoga lancar sampai hari-H!!! Jangan kebanyakan makan, Yo! Nanti baju lo ga muat”ucap Sejin bercanda.
“Loh? Harus makan banyak dong? Biar malem pertamanya panjang!!“kali ini Byungchan yang angkat bicara membuat Wooseok dan Sejin tertawa, sedangkan Yohan tersipu malu.
“Gue ke toilet dulu ya!“ucap Yohan cepat yang dibalas anggukan kedua temannya.
Bukan hanya Wooseok dan Jinhyuk yang harus berakting di hadapan Sejin, Byungchan dan Yohan pun sama. Harus rela berakting yang membawa mereka pada kejadian yang sama beberapa bulan yang lalu. Waktu dimana mereka berempat benar-benar bahagia, menunggu pernikahan Yohan yang tinggal menghitung hari.
“Gue balik! Seungyoun udah dibawah”Sejin memilih keluar dari kamar dan apartment tersebut setelah memeriksa ponselnya.
Semua teman Sejin dalam kamar tersebut tercengang. Mereka tau, bahwa tidak ada notifikasi masuk ke dalam ponsel Sejin. Semua itu hanya bayangan Sejin, semua yang terjadi hari itu hanyalah bayangan Sejin semata.
Setiap malam dalam satu bulan belakang. Sekeras apapun Wooseok, Jinhyuk, Byungchan, Seungwoo, Yohan dan Yuvin berusaha, mereka tetap belum bisa mengembalikan Sejin
Malam itu pun sama, sebuah taksi sudah menunggu di depan sebuah gedung apartment. Dalam bayangan Sejin, itu adalah Seungyoun, tetapi sebenarnya bukan. Sejin dan kenangan yang sama sekali tidak ingin ia lupakan bersama orang terkasihnya.
Sesampainya di apartment pribadinya. Sama seperti malam sebelumnya, Sejin bercengkrama dengan Seungyoun hingga mereka tertidur. Sejin tidur seorang diri di apartment tersebut, tidak ada Seungyoun disampingnya.
“Kata mereka masa kamu sama Dohyon udah engga ada? Mereka tuh kalo bercanda suka kebangetan!”
“Iyalah Dohyon engga ada, kan dia lagi kemah sama Jinwoo! Hhhh aku sebel!!!”
“Kenapa sih mereka bercandanya kayak gitu? Aku ga suka! Besok pagi aku mau ngomong serius sama mereka!!”
Dan saat terbangun dipagi hari, semua akan dimulai sama seperti hari kemarin. Terus menerus hingga waktu yang belum dapat bisa dipastikan. Hingga waktu dimana Sejin dapat menerima kepergian Seungyoun dan Dohyon beberapa bulan lalu dalam sebuah kecelakaan tunggal, tepat saat mereka dalam perjalanan pulang setelah mereka menghadiri pernikahan Yohan dan Yuvin.
END
(xposhie)