Sebab – Akibat.
Malam itu, Wooseok tidak bisa tidur nyenyak. Wooseok memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi esok malam. Semua chat dari teman-temannya hanya berakhir dalam keadaan terbaca tanpa ada niat untuk Woosek membalasanya, terlebih pesan terakhir yang berasal dari Jinhyuk. Sebuah pesan yang membuatnya terdiam lama.
Wooseok menarik nafas panjang. Ia sudah berbaring di tempat tidur sejak satu jam yang lalu tetapi matanya enggan terpejam. Fikiran Wooseok melanglang buana jauh mundur tepat sebulan yang lalu. Sebulan yang lalu ketika ide gila muncuk di fikirannya karena terlalu lelah dnegan hubungannya dan kekasihnya kala itu, Jinhyuk.
Wooseok tidak tahu, jika ketiga temannya merasakan hal yang sama. Mereka juga jenuh, tetapi enggan untuk mengakhiri hubungan mereka karena tidak ada jaminan jika hubungan selanjutnya akan lebih baik drai hubungan ini. Ketiga teman Wooseok menyetujui ide Wooseok kala itu, tanpa berfikir panjang dan tanpa membicarakan hal tersebut ke kekasih masing-masing.
Wooseok mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping, menatap dua buah figura yang sengaja ia letakan di nakan samping tempat tidurnya. Satu figura berisi fotonya dan JInhyuk saat merayakan ulang tahunnya dan foto lainnya foto Wooseok bersama teman-temannya diacara yang sama. Wooseok tiba-tiba menangis, tanpa sebab.
“Berapa banyak hati yang lo sakitin karena keegoisan lo, Kim Wooseok?”Wooseok berbicara dalam hati sambil sesekali memukul dadanya, sesak. Wooseok menggigit bibirnya, setidaknya tidak boleh ada orang yang tau ia menangis malam itu. Wooseok tertidur beberapa saat kemudian.
Kesulitan tidur malam itu tidak hanya dialami oleh Wooseok, tetapi dialami juga oleh Byungchan, Sejin, Yohan, serta Seungwoo, Seungyoun, Jinhyuk dan Yuvin. Mereka masing-masing memikirkan skenario apa yang terjadi besok hari.
Byungchan memikirkan bagaimana ia menyambur Seungwoo esok hari kembali kedalam pelukannya, setelah apa yang ia lakukan dengan Seungyoun sebulan yang lalu. Byungchan bingung, haruskah ia menceritakan semua yang ia lakukan dengan Seungyoun kepada Seungwoo? Atau merahasiakannya? Apakah Seungwoo akan menerimanya kembali seperti dahulu jika ia menceritakan semuanya?
Sejin yang sedang duduk di depan tivi yang menyala itu juga memikirkan hal yang serupa walau tak sama. Ia memikirkan, apakah hubungannya dengan Seungyoun setelah ini akan baik-baik saja? Atau semakin buruk? Apakah Byungchan membuat Seungyoun membuka sedikit kesadarannya atau malah Byungchan membuat Seungyoun terlampau nyaman? Sejin takut. Ia takut kehilangan Seungyoun-nya.
Yohan mengusak rambutnya hingga berantakan. Ia sudah mencoba berbaring, mencoba menghitung domba dan bahkan mencoba melakukan olahraga kecil agar merasa lelah dan mengantuk tetapi semua usahanya gagal. Malam itu yang ada difikirannya hanya Yuvin. Yuvin yang tersenyum dengan tangan terulur kearahnya. Yohan bingung, apakah ia harus menggapai tangan YUvin atau justru berbalik dan mengabaikan uluran tangan Yuvin? Yohan bahkan bingung dengan fikiran dan perasannya sendiri.
Dua buah kaleng alkohol sudah berasa di dekat kaki Seungwoo. Dua kaleng, tidak membuat Seungwoo mabuk atau hilang kesadaran, bahkan ia justri semakin segar dan tidak merasa mengantuk sama sekali. Seungwoo pusing, memikirkan bagaimana cara yang tepat menyambut Byungchan yang sebulan jauh darinya. Seungwoo bingung, haruskah ia bersikap seperti seolah-olah tidak terjadi apapun? atau Seungwoo harus menyambut Byungchan dengan permintaa maaf yang tanpa henti?
Asap mengepul keluar dari balkon sebuah apartment yang sepenuhnya sudah gelap. Seungyoun menghisap panjang batang nikotin dalam mulutnya. Ia meringis, mengingat bagaimana Sejin akan meneriakinya ketika ia kembali menkonsumsi musuh terbesar Sejin itu. Seungyoun akhirnya mematikan rokoknya dan bersandar pada pagar pembatas yang berada dihadapannya. Senyum kecil merekah pada bilah bibirnya. Seungyoun sangat siap kembali merengkuh Sejinnya esok hari. Mendengarkan apapun yang akan keluar dari bibir Sejin, terlebih lagi hal yang berkaitan dengan kejadian sebulan ini.
Yuvin baru saja menyelesaikan ritual mandi malamnya dengan maksud agar bisa membuatnya tidur dengan nyaman malam ini. Yuvin melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian, tetapi kegiatannya terhenti ketika sebuah foto mengusik indera penglihatannya. Yohan kecil dengan seragam taekwondo. Yuvin sengaja memintanya langsung ke orang tua Yohan tanpa sepengetahuan Yohan. Yuvin tersenyum, memikirkan bagaimana Yohan akan terus menerus memarahinya esok hari dan membadingkannya dengan Seungwoo. Yuvin juga tidak sabar, kembali membawa Yohan mencicipi makanan kesukaan Yohan yang biasa ia makan selepas berlatih taekwondo.
Setidaknya sudah sejam Jinhyuk menatap aplikasi bertukar pesannya dengan Wooseok. Pesan terakhirnya hanya berakhir terbaca tanpa dibalas oleh Wooseok. Jinhyuk menghela nafas panjang. Rangkaian kata sudah Jinhyuk siapkan, setidaknya untuk meminta maaf kepada Wooseok. Jam sudah menunjukan pukul dua dini hari, tetapi mata JInhyuk belum juga mau terpejam. Jinhyuk hanya berharap nanti ia tidak telat bangun dan membuat keadaan semakin berantakan.
Setiap perbuatan yang kita lakukan pasti memiliki sebuah sebab dan akibat. Seperti ide Wooseok ini, ada sebab mengapa ia melakukannya dan pasti ada akibat setelahnya yang mungkin baru akan diketahui esok hari saat mereka semua bertemu.
(xposhie)