Sebuah Kenangan.
Semua orang pasti mempunyai sebuah kenangan, baik itu kenangan baik maupun kenangan buruk. Kenangan yang akan selalu diingat maupun kenangan yang ingin dikubur dan dilupakan selamanya. Kenangan yang hanya terjadi seper-sekian detik dalam hidup atau yang terjadi dalam kurun waktu lebih dari dua puluh empat jam.
Seperti lelaki tinggi di depan sana saat menemukan sebuah kotak yang sengaja ia turunkan dari atas lemari, Sebuah kotak yang menyimpan kenangan dan memunculkan sedikit senyuman di bibirnya. Kotak berdebu tersebut dapat menjadi saksi, bahwa begitu lamanya ia berada di atas lemari tanpa pernah tersentuh sedikitpun.
“Udah lama banget ya? Lo udah mau nikah dan gue bahkan ga bisa move on dari lo”pelan, tapi terdengar menyakitkan.
Flashback On
“Nempel mulu nih pasangan, makin anget aja”
Ia melepaskan rangkulannya dari lelaki yang lebih kecil yang berdiri disebelahnya. Tangan mencoba memukul sosok yang sebelumnya melontarkan sebuah kalimat sederhana yang kaya akan makna.
“Iya pak santai! Engga usah mukul juga kalo emang ga pacaran”
Lelaki kecil yang semula dirangkul itu pun berjalan sedikit lebih cepet, membuat lelaki yang sebelumnya merangkulnya itu berlari kecil menghampiri dan kembali merangkulnya.
“Gue ga ngerti sama Yury, ga mau dibilang pacaran tapi kemana-mana nempel mulu tuh si Baekjin baru jalan agak jauh langsung disusul”
“Denial kali! Biasanya kan orang kayak gitu denial cuma biar ga mau kehilangan aja kalo ada status”
Beberapa orang bisa berasumsi apapun yang mereka inginkan, tetapi yang sebenarnya terjadi antara Yury dan Baekjin tetaplah mereka berdua yang tau, bahkan orang lain tidak perlu tau hal tersebut.
“Baekjin!!!!! Duduk sini!!!!”
“Jangan, kamu disini aja sama aku. Mereka semua ngerokok”
Bahkan Baekjin belum mengelurakan satu patah katapun tetapi Yury sudah melarangnya. Tetap menyuruh Baekjin berada pada radius penglihatan bahkan pendengaran Yury dan tidak boleh lebih dari itu.
“Yur, lo tuh jangan ngatur Baekjin. Kan lo bukan siapa-siapanya dia”
Rahang Yury menegas kala mendengar omongan salah satu temannya. Menurut Yury, status bukanlah hal penting karena yang terpenting bagi mereka adalah saling menjaga satu sama lain.
_“Gue ga ngatur-ngatur kok? Emang kamu merasa aku atur-atur?”
Baekjin lebih banyak mengalah dan kali ini dirinya menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Yury dan cukup membuat Yury puas dan tersenyum.
“Nah liat kan? Dia aja ga ngerasa gue atur-atur kok hidupnya”
Yury tersenyum sambil mengusak gemas puncak kepala Baekjin uanh membuat teman-teman mereka berdua mendengus malas.
On another day...
“Ga bisa, Jin! Lo harus bisa tegas sama Yury demi diri lo sendiri. Lo tau berapa banyak orang yang nanya dan mau kenalan sama lo dan berakhir mundur karena tau lo deket sama Yury? Karena mereka taunya lo sama Yury itu pacaran!!”
“Engga kok, gue sama Yury ga pacaran”
“Nah itu! Lo harus tegas sama Yury. Kalo emang kalian ga pacaran, Yury harusnya lebih bebas ngelepas lo dan ga ngatur-ngatur lo”
“Sorry? Gue ga pernah nahan Baekjin ngelakuin hal yang dia suka dan gue ga pernah ngatur-ngatur hidup dia”
Tubuh Baekjin menegang saat mendengar suara Yury muncul dibelakangnya. Lawan biacaea Baekjin bahkan membuang muka, karena terlalu malas menganggapi omongan Yury.
“Jin, udah ngobrolnya? Yuk pulang!”
“Ga pacaran tapi ngatur. Engga ngerasa ngatur padahal suka ngelarang ini itu”
“Maksud lo apa?”
Baekjin menarik Yury menjauh dan memberikan isyarat agar temannya menghentikan semua omongannya jika tidak mau membuat Yury semakin marah.
“Yur, pesan gue cuma satu. Jangan Denial!”
“Aku tuh bingung! Kamu ga ngerasa aku atur kan hidupnya? Kenapa orang-orang selalu bilang aku ngatur hidup kamu?”
“Yur... Aku mau tanya”
Yury menghentikan caci makinya dan menatap Baekjin lekat. Membuat jantung Baekjin berdegup kencang. Baekjin tau, apa yang ia tanyakan pasti akan mempengaruhi semua hal termaksud hubungannya dengan Yury.
“Hm... Kamu sayang sama aku?”
Tidak perlu waktu lama untuk Yury mengangguk dan menjelaskan bahwa Yury menyayangi Baekjin, tetapi kembali lagi kepada komiten utama Yury dimana status bukanlah hal penting selama mereka saling menjaga satu sama lain.
Baekjin menarik nafasnya panjang dan tersenyum. Jawaban Yury adalah jawaban yang sudah sering ia dengar selama lima tahun mereka dekat tanpa sebuah status dan jawaban itu juga yang membawa Baekjin yakin pada keputusannya.
A month later...
“Wah tumben Yur, sendirian? Kemana laki lo?”
Yury diam tidak menjawab bahkan ia mengabaikan teman-temannya dan memilih duduk sendiri. Sejak hari dimana Baekjin menanyakan perasaannya terhadap Baekjin, sejak hari itu Baekjin membatasi hubungan keduanya.
Baekjin mengatakan bahwa dirinya ingin mencoba hal-hal baru sendirian, tanpa Yury disebelahnya. Yury awalnya setuju karena Yury fikir ia tetap dapat berkomunikasi dengan Baekjin, tetapi Yury salah. Karena sejak hari itu, Baekjin membatasi komunikasi keduanya.
“Putus sama Baekjin ya? Gue liat Baekjin kemarin jalan sama orang lain”
“Putus gimana? Kan mereka ga pernah pacaran!”
Yury bisa mendengar semuanya, tapi lagi-lagi ia enggan menjawab dan menggubrisnya omongan teman-temannya tersebut. Hingga suara heboh membuat Yury menoleh dan mendapati orang yang ia rindukan sedang tersenyum bersama orang lain.
Yury dan Baekjin beradu tatap sebelum seseorang disebelah Baekjin merangkul Baekjin untuk duduk di salah satu kursi yang tidak jauh dari radar penglihatan Yury. Ya, karena Yury bisa melihat jika lelaki tersebut mengusap puncak kepala Baekjin yang membuat wajah Baekjin bersemu merah.
Sejak hari itu, Yury tau bahwa hubungannya dan Baekjin tidak akan pernah sama seperti dulu. Tidak akan ada sapaan selamat pagi maupun selamat malam. Tidak akan ada Baekjin yang panik mencari dirinya jika ponselnya lowbatt pada malam hari. Maupun Baekjin yang rela hujan-hujanan ketika mendengar kabar bahwa Yury demam di malam hari.
Yury juga tau, sejak malam terakhir ia dan Baekjin berbicara serius, sejak hari itu juga ia mengakui bahwa dirinya denial. Denial terhadap perasannya terhadap Baekjin hanya karena dirinya enggan berpisah dengan Baekjin sewaktu-waktu jika mereka menjalin sebuah hubungan.
“Nyet! Diajak ngobrol anjir”
Yury tersadar dari lamunannya dan di hadapannya sudah berdiri Baekjin tanpa pria tadi. Baekjin tersenyum dan duduk disebelah Yury dan menanyakan kabar Yury sebagai peruntuh kecanggungan yang ada.
“Jin, pacar?”
Baekjin tersenyum malu sambil melihat pria yang berdiri di depan meja kasir itu. Baekjin tidak mengiyakan dan juga tidak membantah, tetapi gesturenya menjawab semuanya jika keduanya memang sedang dekat.
“Bener sama dia aja, Jin! Jangan sama nih anak satu, ga jelas juntrungannya”
Yury menatap temannya dengan tatapan tajam, sedangkan Baekjin tertawa canggung. Sebenarnya banyak yang ingin Yury tanyakan kepada Baekjin, tetapi kedatangan pria itu membuat Yury mengubur semua pertanyaannya.
Flashback Off
Yury meletakan album foto yang sejak tadi ia pegang dan lihat. Foto terakhir yang ia lihat adalah fotonya bersama Baekjin saat tahun baru beberapa tahun silam. Yury tepat meletakan album foto tersebut di sebelah sebuah undangan pernikahan. Undangan pernikahan Baekjin dengan pria lain.
Yury ingin menyesal, tetapi semua penyesalannya tidak akan mengubah apapun. Yury juga tidak ingin mengubur kenangannya bersama Baekjin, karena menurutunya kenangannya bersama Baekjin terlalu indah jika harus dilupakan dan dikubur begitu saja.
Ya, Yury memilih untuk tetap mengingat kenangannya bersama Baekjin sebagai kenangan manis yang hanya dirinya dan Baekjin yang tau dan mengubur rasa penyesalannya sedalam-dalamnya demi kebaikan dirinya sendiri dan demi kebahagiaan Baekjin.
(KAPILA)