sepak bola.
Sejin mendengus kesal saat lagi-lagi dirinya hanya terpilih sebagai pemain cadangan pada turnamen sepak bola.
Sudah setahun ini, Sejin bergabung pada tim sepakbola tetapi belum pernah sekalipun dirinya turun kelapangan untuk bertanding.
Salah satu alasan yang membuat Sejin selalu duduk dikursi cadangan adalah kapten tim, Cho Seungyoun yang selalu mengatakan kepada pelatih jika Sejin belum siap bertanding.
“Udah duduk disana dulu, nanti pergantian pemain lo baru turun”
Seungyoun selalu berucap hal yang sama setiap saat ketika Sejin meminta untuk turun kelapangan dan bertanding. Tetapi nihil, hingga saat ini, Sejin belum sekalipun turun kelapangan.
Pritttt... Pritttt...
Seorang wasit membunyikan peluit ketika seorang pemain terjatuh karena di jegal pemain lawan. Pelatih serta pemain dalam tim sepakbola Sejin cemas karena salah satu pemain mereka cedera.
“Sejin, siap-siap!!”
Sejin terkejut saat namanya dipanggil oleh pelatih. Dirinya segera melepas baju penanda pemain cadangan dan mulai melakukan peregangan sebelum benar-benar masuk ke dalam lapangan pertandingan.
“Coach! Yang lain aja jangan Sejin”
Sejin samar-samar mendengar suara Seungyoun yang berlari ke pinggir lapangan untuk mengambil minuman. Lagi, Seungyoun tidak menyetujui saran pelatih.
“Sejin satu-satunya pemain paling fit saat ini! Saya gamau ngambil resiko lebih jauh”
Kali ini Seungyoun kalah, sarannya tidak diterima pelatih dan Sejin pun masuk ke lapangan menggantikan pemain yang baru saja cedera karena pemain lawan.
Permainan baru berjalan lima belas menit saat Sejin hampir saja memasukan bola ke gawang lawan. Tapi sayang, tendangannya itu menabrak mistar gawang.
“Sejin! Pelan aja, sabar!! Oper ke yang lain kalo kira-kira ga akan masuk”
Sejin mengangguk saat mendengar saran dari Seungyoun karena walau bagaimanapun, Seungyoun adalah kapten tim yang arahannya harus ia dengarkan setelah arahan pelatih.
Sejin kembali berlari, kali ini ia mengimbangi lari Seungyoun yang sedang menendang bola menuju gawang. Tubuh kecil Sejin membuat dirinya mampu melewati beberapa pemain, bahkan Sejin berhasil menerima operan bola yang diberikan Seungyoun.
“GOAL!!!!!!!”
Sejin mencetak gol pertamanya pada pertandingan perdananya dan hal itu membuat Seungyoun tanpa sadar memeluk Sejin karena terlampau bahagia. Bahkan Seungyoun mengusak puncak kepala Sejin sebelum dirinya kembali ke tengah lapangan.
.
“Khawatir boleh, tapi jangan berlebihan! Kasian udah setahun gabung belum pernah tanding. Buktinya tadi dia engga apa-apa kan?”
Sejin berjalan tidak jauh di belakanh Seungyoun dan pelatihnya saat istirahat turun minum, membuat ia dapat mendengar percakapan antara Seungyoun dan pelatihnya.
“Saya tau, Youn! Jangan kira kalo saya gatau, tenang aja yang lain ga akan ada yang tau kok”
“Thanks, coach!!”
Sejin berpura-pura menatap kearah lain saat Seungyoun berjalan kearahnya setelah berbicara dengan pelatih. Satu buah botol minuman isotonik diberikan Seungyoun kepadanya.
“Babak kedua biasanya mereka agak kasar apalagi uda ketinggalan dua angka, jadi jangan terlalu mikirin angka lagi yang penting jangan sampe luka sama jaga lawan terus”
Sejin mengangguk mendengar penjelasan Seungyoun yang entah mengapa membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Seungyoung yang sedang memberikan arah seperti tadi, membuat dirinya terlihat lebih tampat dari biasanya.
Peluit tanda babak kedua dimulai pun dibunyikan dan sesuai dugaan Seungyoun, pemain dari tim lawan bermain lebih kasar demi mencetak angka. Beberapa kali mereka menjeggal pemain tim Sejin dan membuat beberapa diantaranya terjatuh.
Sejin kembali menggiring bola ke gawang lawan tanpa memperhatikan bahwa ada beberapa pemain lawan yanh memperhatikannya. Sejin baru saja akan menendang bola ke gawang saat kakinya di jenggal pemain lawan, membuat tubuh kecil Sejin tersungkur.
Pemai lawab tadi tepat menendang tulang kering Sejin membuat Sejin meringia kesakitan. Seungyoun yang melihat kejadian itu dari jarak kurang dari lima meter berlari menghampiri Sejin yang masih meringis memegang tulang keringnya.
“Jangan kasar! Engga bisa sportif, hah?”
Seungyoun yang emosi menghampiri pemain lawan membuat suasana dilapangan menjadi panas dari sebelumnya. Sejin sudah dibawa ke pinggir lapangan dan diganti pemain lain sedangkan Seungyoun menerima kartu kuning karena dirinya membuat sedikit keributan.
“Are you okay?”
Seungyoun menghampiri Sejin yang duduk di ruang ganti pemain. Kaos kakinya sudah dibuka dan tulang keringnya sedang dikompres menggunakan air dingin. Sejin mengangguk sambil sesekali meringis.
“Kok lo disini? Bukannya masih ada sepuluh menit lagi?“tanya Sejin bingung.
“Yellow card! Gue soalnya ngajak ribut pemain yang jenggal lo”ucap Seungyoun santai.
“Gue udah bilang kan? Mereka bakal main kasar, kenapa lo sampe ga liat yang mau jenggal lo sih?“ucap Seungyoun menatap Sejin tajam.
“Sorry....“ucap Sejin menunduk.
“Gue ga pernah ngijinin pelatih buat masukin lo ke daftar pemain inti, karena gue gamau kejadian kayak gini”ucap Seungyoun yang menghembuskan nafasnya kasar.
“Kenapa? Kenapa lo gamau kejadian kayak gini? Bukannya pemain bola biasa cedera ya?“tanya Sejin bingung dan Seungyoun hanya dapat menarik nafasnya panjang.
“Gue perduli sama lo, sejak pertama kali gue liat lo gabung ke tim sepakbola ini. Gue tau ini bukan kemauan lo dan bukan hobi lo juga kan?“tanya Seungyoun dan Sejin mengangguk.
“Gue tau bahkan saat pertama kali lo latihan. Walaupun gue liat perkembangan lo selama latihan, tapi gue ga tega kalo sampe liat lo jatoh atau luka dilapangan. Gue perduli sama lo, Sejin”ucap Seungyoun serius sambil menatap Sejin intens.
“Perduli sebagai kapten kan?“tanya Sejin dan Seungyoun menggeleng.
“Engga, bukan perduli yang kayak gitu. Gue suka sama lo, Lee Sejin...“tubuh Sejin menegang saat mendengar Seungyoun mengutarakan perasannya. Tubuh Sejin diam di tempat bahkan saat Seungyoun mendekat dan mengikis jarak diantara keduanya.
“GOAL!!!!!!!”
Seungyoun dan Sejin kembali menjaga jarak saat mendengar teriakan dari luar lapangan. Keduanya saling tatap sebelum tertawa setelahnya. Seungyoun pun kembali mengikis jarak keduanya hanya untuk mengecup bibir Sejin.
“Jangan terluka lagi, janji?“ucap Seungyoun dan Sejin mengangguk.
“Selamat untuk kemenangan pertama dipertandingan pertamanya!!“ucap Seungyoun lagi.
“Can i get a reward?”pertanyaan Sejin membuat Seungyoun memandangnya bingung.
“A kiss. Can i get another kiss for a reward?”
Seungyoun tersenyum sebelum kembali mendaratkan bibirnya di belah bibir Sejin. Seungyoun bahkan menarik tengkuk Sejin untuk memperdalam ciuman keduanya. Ciuma tersebut terhenti saat seluruh tim sepakbola masuk ke dalam ruang ganti sambil bersorak riang karena kemenangan yang mereka raih, membuat wajah Sejin merah seketika.
“Jin, kaki lo masih sakit? Lo ga demam kan? Muka lo kok sampe merah?“ucap seorang pemain yang membuat Sejin menunduk malu.
fin
Kapila.