Soulmate.
Setelah mendapatkan dukungan dari beberapa pihak, akhirnya Yuvin memutuskan untuk mendatangi apartment Yohan. Apartment yang dulu hampir setiap hari ini datangi. Ini adalah kunjungannya pertama kali dalam sebulan setelah kejadian tersebut. Yuvin menarik nafas panjang, terlalu bingung harus memilih menekan password sendiri atau menekan bel dan menunggu Yohan membuka pintu.
Yuvin menggigit kukunya sambil sesekali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sudah hampir lima menit ia berdiri di depan pintu apartment Yohan hingga akhirnya pintu apartment tersebut terbuka. Yuvin terdiam dan Yohan, orang yang keluar dari dalam apartment tersebut terkejut.
“H-Hai...“sapa Yuvin terbata. Yohan menatap Yuvin sejenak sebelum menarik nafas panjang dan kembali masuk ke dalam apartmentnya.
“Mau masuk atau disitu aja?“ucap Yohan dingin ketika Yuvin hanya diam di tempatnya.
“Hm... Tadi kamu mau kemana? Bukannya mau keluar?“tanya Yuvin hati-hati.
“Beli soju”ucap Yohan singkat dan tenang. Yuvin melangkah berat masuk ke dalam apartment Yohan, ia merutuki dirinya sendiri yang lupa membawa buah tangan sebelum datang ke apartment Yohan.
“Duduk, aku mau bersihin dulu”ucap Yohan sambil merapihkan botol bekas soju, beberapa kaleng beer, bungkus makanan ringan seperti keripik kentang, kacang kulit dan kacang pilus.
“Apa kabar?“tanya Yuvin setelah terdiam beberapa saat. Bentuk ruang tengah apartment Yohan sudah terlihat lebih manusiawi.
“Kamu liat aku baik-baik aja atau engga?“tanya Yohan ketus dan Yuvin menggeleng lemah.
“Kamu ngapain kesini? Bukannya kita udah selsai? Kamu dan aku engga ada hubungan apapun lagi kan?“tanya Yohan menatap Yuvin tajam. Yuvin menarik nafas panjang, menetralkan emosinya yang bisa muncul kapan saja.
“Boleh duduk dulu? Kamu bediri kayak gitu bikin aku ngerasa bakalan di usir”ucap Yuvin takut.
“Iya, emang bener. Kalo kamu engga ada kepentingan yang mendesak, aku bakalan usir kamu”ucap Yohan lagi dan Yuvin hanya dapat mengeryitkan keningnya.
“Kookheon... Dia bikah bulan depan”Yuvin kembali merutuki kebodohannya. Dari sekian banyak bahan obrolan dnegan Yohan kenapa harus hal mengenai Kookheon yang harus keluar dari mulutnya.
“Iya aku tau”jawaban Yohan membuat yuvin terkejut.
“Kamu kesini sebenernya mau ngapain, Yuvin? Cuma mau bilangin hal yang aku udah tau atau mau liat ekspresi aku pas tau soulmate aku mau nikah sama orang lain?“tanya Yohan bingung.
“Kamu masih sebut Kookheon soulmate kamu? Walaupun kamu tau dia bakalan nikah bulan depan? Nikah sama orang yang namanya tercetak di dadanya?“tanya Yuvin mendecih.
“Kamu mending keluar, kalo engga ada hal yang mau diomongin lagi”ucap Yohan tanpa menoleh ke arah Yuvin.
“Keluar Yuvin!!!“teriak Yohan ketika hampir dua menit tidak ada pergerakan dari Yuvin.
“Yohan.... Please, kali ini kamu yang berhenti”ucap Yuvin melangkah mendekati Yohan.
“Please berhenti mikirin Kookheon yang emang bukan soulmate kamu. Berhenti nyakitin diri kamu sendiri. Lupain Kookheon! Lupain hal bodoh yang berhubungan dengan soulamte itu!!!“ucap Yuvin bergetar.
“Song yuvin!!! Keluar dari apartment aku, sekarang!“ucapan Yohan juga bergetar. Jika suara Yuvin bergetar karena menahan amarah, suara Yohan bergetar karena menahan tangis.
“Kalo kamu engga mau keluar, biar aku yang keluar”ucap Yohan yang kemudian berbalik hendak melangkah keluar apartmentnya.
“Kim Yohan!!“Yuvin berteriak. Menarik pergelangan tangan kiri Yohan dan menjatuhkan tubuh Yohan di sofa. Yohan terduduk di sofa dengan tatapan marah ke arah Yuvin.
Yuvin berbalik menatap Yohan tajam. Detik berikutnya, tubuh Yuvin sudah berada diatas pangkuan tubuh Yohan dan mencoba mencium lelaki yang sampai sata ini masih sangat ia cintai. Yohan menolah. Menolak ciuman dari lelaki yang dulu pernah ia cintai. Berkali-kali Yohan mencoba mendorong Yuvin, tapi gagal. Hingga Yuvin akhirnya menahan kedua tangan Yohan dan menyilangkannya di depan dada sang submisif.
Yuvin menahan kedua tangan Yohan dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menahan dagu milik Yohan. Yuvin menyatukan bibirnya dengan Yohan, bibir yang sangat ia rindukan dalam satu bulan ini. Yohan terisak dalam ciuman tersebut, membuat Yuvin menjauhkan bibirnya dari bibir Yohan.
“Maaf....“ucap Yuvin pelan. Kedua kening mereka masih menyatu. Yohan terisak dan menangis karena takut dengan semua sikap Yuvin yang kini ada dipangkuannya.
“Aku sayang kamu.... Yohan”ucap Yuvin mengusap pipi kiri Yohan, membuat Yohan menatap Yuvin dengan tatapan sayu.
Yohan dengan nafas yang tersenggal, menarik tengkuk Yuvin medekat. Mencium bahkan melumat bibir sang dominan. Yohan kacau. Ia rindu, sangat rindu dengan Yuvin.
Yuvin yang sebelumnya terkejut, mengimbangi permainan Yohan. Ia mengalungkan tangannya di leher Yohan. Ciuman mereka menuntut satu sama lain. Tangan Yohan mulai membuka jaket yang masih dikenakan Yuvin dan membuangnya asal. Nafas mereka tersenggal hingga Yuvin harus menjauhkan bibir keduanya lagi.
Yuvin bangun dan berdiri dari pangkuan Yohan sebelum menarik Yohan dan membawanya ke kamar milik Yohan. Yohan ia jatuhkan dengan kasar ke atas kasur. Ia kasar hingga Yohan meringis kesakitan. Yuvin gelap mata. Setelah melepas kaos yang ia kenakan, ia merangkak naik ke atas kasur dan mengungkung Yohan dibawahnya.
Dada Yohan naik turun, nafasnya sama sekali belum kembali normal. Tapi detika berikutnya, Yuvin seperti mengambil semua pasukan oksigen yang tersisa dari tubuh Yohan. Yuvin mencium leher Yohan, meninggalkan beberapa tanda kemerahan yang ia banggakan. Yuvin mengusap perut rata Yohan dan mulai memasukan tangannya ke dalam kaos tidur milik Yohan.
Yuvin mendecak sebal, karena kaos yang Yohan gunakan memperlambat kinerja tangannya. Yuvin menarik kaos Yohan, membukanya dan membuangnya entah kemana. Yohan dan Yuvin sudah bertelanjang dada. Yuvin masih memberikan kecupan singkat di seluruh tubuh Yohan dengan kedua tangan yang sibuk meraba perut hingga kedua tonjolan kecoklatan di dada Yohan.
Yuvin kembali berdiri, hanya untuk membuka celananya dan celana milik Yohan, membuat tubuh mereka tidak dilapisi satu benang pun. Yohan menatap Yuvin sayu. Yuvin kembali mengungkung Yohan dibawahnya. Yuvin kembali memberikan kecupan di seluruh wajah Yohan membuat Yohan menarik pelan rambut Yuvin.
“Aku sayang kamu....“ucap Yuvin pelan sebelum desahan dan erangan memenuhi kamar Yohan malam itu.
Yohan terbangun dan mendapati dirinya berada di pelukan Yuvin pagi itu. Ia mengingat semua kejadian yang terjadi selama sebulan ini hingga kejadian semalam antara dirinya dan Yuvin. Yohan tersenyum sambil memainkan tangan Yuvin yang mendekapnya. Yohan terdiam dan tiba-tiba terisak.
“Yohan.... kamu kenapa?“isakan tangis Yohan yang teramat perlan, berhasil membangunkan Yuvin.
Yohan masih terisak, enggan menjawab pertanyaan Yuvin. Dirinya justru memilih menyamankan posisinya di dada bidang milik Yuvin, membuat Yuvin akhirnya memilih mengusap puncak kepala Yohan.
“Aku sayang kamu, Yuvin....“ucap Yohan teramat pelan tetapi berhasil membuat senyum merekah di bibir Yuvin.
Yuvin mendadak bangun dan bersandar pada headboard tempat tidur dan membuat Yohan juga harus mengikuti pergerakan Yuvin. Yuvin menatap Yohan lama membuat Yohan tersipu malu. Yohan lalu menarik tangan Yuvin dan memperlihatkan pergelangan tangan Yuvin.
Yuvin mengamati ukiran yang muncul di pergelangan tangannya, entah sejak kapan ukiran tersebut muncul juga Yuvin tidak mengetahuinya. Yuvin tersenyum menatap Yohan sebelum membawa Yohan masuk ke dalam dekapannya.
“Tapi maaf....“ucap Yohan pelan.
“Nama kamu belum muncul...“ucap Yohan melepas pelukan Yuvin.
Yuvin menarik tangan Yohan dan mengamati ukiran nama yang samar di pergelangan tangan Yohan. Nama Kookheon sudah memudar, tetapi nama Yuvin belum muncul sama sekali. Yuvin mengusap pergelangan tangan Yohan sebelum menciumnya lama.
“It's okay... I'm okay!“ucap Yuvin tersenyum.
“Nama aku bakalan muncul suatu saat! Aku yakin”ucap Yuvin semangat.
“Tapi....”
“Aku bakalan nunggu sampe nama aku muncul dan engga akan ninggalin kamu”ucap Yuvin. Yohan mengedipkan matanya berulang kali, menahan airmata yang akan keluar dari kedua matanya.
“Makasih....“ucap Yohan dan Yuvin tersenyum.
Yuvin pun membawa wajah Yohan mendekat dan mencium bibir Yohan yang masih sedikit membengkak. Yohan tersenyum dalam ciuman tersebut karena ia tahu, hari itu ia tidak akan turun dari kasur sepanjang hari.
xposhie