Taste.
Remember when we first met? You said “light my cigarette”
Malam itu saat musim dingin. Aku ingat dengan jelas karena aku berusaha keras memasukan kedua tanganku ke dalam saku jaket yang kukenakan demi mencari kehangatan.
Malam itu, entah datang darimana seseorang menghampiriku dengan sebatang rokok utuh dikedua belah bibiru. Aku menaikan alisku, menatapnya bingung. Sebelum akhirnya aku tau, ia menginginkan pemantik yang memang suka aku letakan di pergelangan tanganku.
Aku bukan perokok, pemantik tersebut dan beberapa barang lainnya yang menggantung di pergelangan tangan kugunakan sebagai alat perlindungan diriku. Entah apa yang ia katakan malam itu, keinginanku untuk pulang kerumah aku urungkan. Aku mengirim pesan kepada kedua orang tuaku sebelum mematikan ponselku.
So I lied to my mom and dad I jumped the fence and I ran
Aku ingat dengan jelas, bagaimana ia menariku malam itu. Rokok yang semula ia jepit diantara dua belah bibirmu, rela ia buang ke sembarang arah. Ia tersenyum menatapku yang berlari lebih lamban, dengan sisa asap dari kedua belah bibirnya.
“Ayokkk lompat!!!”Ia memberi arahan kepadaku ketika aku takut melompati pagar yang tingginya lebih tinggi dari pinggangku. Dan ya, aku melompatinya walaupun ia harus menangkapku dan tertawa karena kami terjatuh.
Ia tertawa, aku ingat jelas bagaimana suara tawanya. Jarak kita dekat, bahkan aku masih bisa merasakan bau asap rokok yang sudah lama ia buang sembarang beberapa waktu lalu.
But we couldn't go very far 'Cause you locked your keys in your car
Malam itu, aku berlari lagi. Tetapi anehnya aku tidak merasa lelah karena terus berlari bersamanya. Akhirnya ia melambatkan gerakan kakinya dan berhenti didepan sebuah mobil hitam yang terparkir asal. Aku menatapnya, berharap ia dapat menjelaskan segalanya kepadaku.
“Hahaha bego! Cho Seungyoun goblok!! Bisa-bisaan kunci ketinggalan di dalem!!”Aku terseyum kecil melihatmu berteriak memaki diri sendiri.
Jadi namanya Seungyoun? Yang berani-beraninya membuatku berlari sejauh tadi? Hai Seungyoun, aku Sejin! Tidak, kita tidak berkenalan saat itu. Maaf ya Seungyoun.
So you sat and stared at my lips And I could already feel your kiss
Mungkin karena terlalu lelah, ia akhirnya duduk disamping mobil hitamnya. Lagi, dan lagi aku tidak tahu kenapa aku mengikutinya dan duduk disebelahnya mengabaikan rasa dingin yang semakin menusuk kulitku karena sudah tidak lagi berlari.
Aku tidak tahu berapa waktu yang kita habiskan hanya bersadar pada body mobil hitamnya. Tetapi yang aku tau, malam itu ia mencuri sebuah ciuman dariku. Bibirnya dingin, itu yang membuatku sedikit terkejut ketika ia menciumku.
Jantungku berdegup terlalu cepat ketika aku merasa lidahnya tanpa izin sudah manerobos masuk menembus belah bibirku. Dingin yang kurasa disekujur tubuhku mendadak berganti panas malam itu.
Long nights, daydreams
Masih di malam itu, ah sudah hampir pagi karena jam sudah hampir menunjukkan pukul lima pagi. Aku memandang langit-langit sebuah kamar yang masih asing tetapi sudah cukup membuatku nyaman. Iya nyaman, hingga saat ini aku berbaring di kasur tanpa busana. Baju hingga celanaku berserakan dilantai.
Sebuah lengan menjadi bantalku saat ini dengan tangan lainnya tergeletak diatas perutku. Bunyi dengkuran halus terdengar dari pria disebelahku. Iya, dia Seungyoun yang mungkin terlalu lelah karena ia yang terus bergerak diatasku dua jam yang lalu.
Sugar and smoke rings, I've been a fool
Bau manis serta bau asap rokok berhasil membuatku terbangun dan menemukan diriku seorang diri diatas kasur yang bentuknya sudah tidak terlihat seperti kasur karena spreinya tidak terpasang rapih.
Kamar berbentuk studio ini membuatku dengan mudah menemukan asal dari dua buah jenis bau yang berbeda. Bau manis karena ia sedang memotong gula merah untuk campuran kopinya serta asap rokok yang ternyata berasal dari asbak di dekat tempat tidur yang sedang menjadi singgasanaku.
But strawberries and cigarettes always taste like you
Aku bersandar pada dinding dingin karena sesungguhnya, kasur ini bahkan tidak memiliki kepala dan kaki kasur. Itulah yang membuat aku tidak mendengar suara decitan kayu semalam saat kami bergerak cepat mencari kenikmatan kami maisng-masing.
Ia tersenyum kepadaku, membawa dua buah cangkir kopi dengan sebuah lollipop yang berada diantara bibirnya. Sebuah lollipop strawberry yang semalam juga ia konsumsi karena ia kehabisan batang rokok di sakunya.
Terlampau santai, ia duduk disebelahku dan membuatku harus sedikit menggeser tubuhku. Ia melempar batang lollipop yang ternyata sudah habis itu ke tempat sampah, tapi naasnya batang lollipop tersebut harus berakhir teronggok dilantai.
Kami baru bertemu semalam, baru beberapa jam yang lalu tepatnya. Tetapi ketika ia mencodongkan kepalanya kearahku aku tau apa maksudnya dan aku pun memberikannya sebuah kecupan di bibirnya. Seperti semalam saat bertukar saliva di atas tempat tidur, rasa bibirnya pagi ini merupakan perpaduan rasa lollipop strawberry yang ia konsumsi beberapa menit lalu dengan rokok yang mungkin ia bakar satu jam yang lalu.
Remember when you taught me fate Said it'd all be worth the wait
Bersandar pada dada bidangnya yang telanjang, aku memainkan jari jemariku diantara jari jemarinya. Mendengarkan ceritanya. Kisahnya yang sangat menarik untuk aku dengar. Ia adalah Seungyoun, nama yang aku ketahui ketika ia sedang memaki dirinya sendiri semalam. Lelaki yang berani menciumku tanpa meminta izinku terlebih dahulu. Tetapi tetap meminta izinku ketika semalam akhirnya kami bercinta dan berbagi peluh diatas kasur yang sekarang sedang kami duduki ini.
Ia bilang ini takdir. Bertemu denganku adalah takdir. Aku tersenyum ketika ia mengatakan hal tersebut berulang kali dengan sebelah tangan mengusap pundak telanjangku. Takdir yang ia tunggu sejak lama. Ia bercerita bagaimana ia kadang suka bermimpi bertemu denganku. Cerita tersebut bukanlah bualan bagiku, karena setiap ucapan yang ia lontarkan siang itu dapat kudengar sebuah kesungguhan. Ia mengatakan bahwa penantiannya selama ini tidak mengecewakannya karena penantiannya membawa dirinya kepadaku.
Next day, nothin' on my phone But I can still smell you on my clothes
Sore itu aku kembali kerumahku. Karena aku tidak mungkin berbohong kepada orang tuaku lagi. Malam sudah semakin larut ketika aku memeriksa ponselku dan tidak ada apapun di ponselku. Tidak ada pesan singkat darinya. Ponselku yang mati dan kehabisan daya, membuatku tidak bisa menyimpan nomermu dan berakhir hanya ia yang menyimpan nomerku diponselnya.
Seungyoun, aroma strawberry dan rokok masih dapat kucium di baju yang aku gunakan. Baju yang kembali aku gunakan walaupun aku baru saja mandi dan membersihkan tubuhku. Terlalu sayang untuk aku tumpuk dan letakan di tumpukan baju kotor di sudut kamarku.
Always hoping things would change But we went right back to your games
Keesokan harinya, aku terbangun dan masih mencium aroma strawberry serta rokok yang begitu pekat walaupun aku tertidur dikamarku malam itu. Semalam aku berharap bahwa aku hanya bermimpi dan kembali terbangun di kamarnya. Kamar Seungyoun yang berantakan. Kamar Seungyoun dengan aroma khas miliknya.
Kembali ke tempat yang sama dengan udara yang sama, masih dingin. Malam itu aku tidak berharap bertemu dengannya. Tetapi malam ini aku berharap bertemu dengannya dan kembali berlari dengannya seperti beberapa hari yang lalu. Kembali bercumbu dengannya. Kembali bercinta dengannya.
And even if I run away Give my heart a holiday
Udara sudah semakin hangat. Matahari perlahan kembali ke peraduannya. Orang-orang lambat laun sudah mulai berkurang. Deburan ombak semakin jelas terdengar. Tetapi aku enggan melangkahkan kakiku menjauh dari bibir pantai. Merasakan air yang menyapa jari jemari kakiku.
Still strawberries and cigarettes always taste like you You always leave me wanting more
Aku menyunggingkan bibirku. Memantikkan api dan membakar batang nikotin dibelah bibirku. Entah sejak kapan merokok menjadi teman sepiku. Sedikit berbeda dengannya, strawberry aku hasilkan dari sebotol soda di hadapanku bukan dari permen lollipop yang ia beli di toko dua puluh empat jam itu.
Mengembalikan aromanya setiap kali sepi mendatangiku. Berharap ia akan memunculkan dirinya dihadapanku dengan aroma serupa. Aroma yang membuatku semakin menginginkannya setiap hari. Aroma yang membuatku semakin merindukannya.
Ia bilang awalnya bertemu denganku dalam mimpi. Tapi aku rasa aku yang sedang bermimpi. Bermimpi pernah bertemu dengannya. Bermimpi pernah berlari bersamanya. Bermimpi pernah bercumbu dengannya bahkan bermimpi pernah bercinta dengannya. Mungkin itu semua hanya mimpi.
Strawberries and cigarettes always taste like you
Tetapi aromanya jelas, sangat jelas bagiku. Aromanya sangat nyata. Bahkan ketika diriku sendiri yang menghasilkan aroma tersebut. Aroma strawberry bercampur aroma nikotin. Aroma yang tidak akan pernah aku lupakan. Aroma yang selalu akan aku hasilkan sendiri selama aku belum dapat bertemu kembali dengannya.
FIN
(xposhie)