The Final


Seungwoo mencoba menetralkan detak jantungnya sesaat setelah mengetuk pintu kediaman keluarga Choi tersebut. Kemungkinannya hanya dua, Byungchan yang membuka pintu rumah tersebut atau Minho, kakak Byungchan yang membukakan pintu untuk Seungwoo. Seungwoo berharap bahwa kemungkinan pertama yang terjadi dan sepertinya malam itu Seungwoo sedang beruntung, karena yang muncul dari balik pintu adalah Byungchan. Seungwoo pun memberikan senyum terbaiknya kepada lelaki yang beberapa minggu ini sudah menganggu hati dan fikirannya.

“Abang baru mandi, kamu duduk disitu dulu aja ya ka?“ucap Byungchan dan Seungwoo mengangguk menyetujui.

Byungchan kembali masuk ke dalam dapur dengan membawa berbagai macam camilan yang dibawa Seungwoo. Seungwoo sudah mengatakan kepada Byungchan bahwa dirinya lah yang akan membawakan camilan untuk mala ini, karena Seungwoo tidak mau menyusahkan tuan rumah yang telah menyediakan tempat untuknya mennton pertandingan sepak bola malam ini.

“Eh! Woo, kapan nyampe?“Tubuh Seungwoo seketika menegang saat mendengar sapaan dari anak sulung di keluarga tersebut. Seungwoo menoleh dan tersenyum kepada Minho yang berjalan ke arahnya.

“Baru nyampe banget kok, bang”ucap Seungwoo mencoba tetap santai.

“Engga apa-apa kan nih, kalo gue ngajak nonton bareng disini? Belum janjian sama temen-temen kan?“tanya Minho lagi dan Seungwoo menggeleng.

“Engga ada janjian kok, bang. Tapi kalo MU main, emang biasanya kita ngumpul di kafe tempat biasa nonton bareng”ucap Seungwoo tanpa mencoba menyembunyikan sesuatu lagi.

“Oh? Lo sukanya MU?“tanya Minho dan Seungwoo mengangguk.

“Saingan dong kita malem ini?“tanya Minho dengan tawa di ujung kalimantnya dan membuat Seungwoo juga tertawa setelahnya.


Seungwoo dan Minho memilih duduk di balkon rumah setelah pertandingan yang mereka saksikan telah selesai dengan kemenangan MU atas Chelsea 1-0. Tidak ada yang membuka percakapan selama hampir lima belas menit sebelum akhirnya Seungwoo mencoba memecahkan keheningan.

“Bang, gue mau minta maaf...“ucap Seungwoo pelan yang membuat Minho menoleh ke arah Seungwoo tanpa satu katapun.

“Perihal omongan gue dan temen-temen gue tempo hari di kafe, seharusnya kita engga ngomong kayak gitu tentang Chelsea atau grup lainnya”ucap Seungwoo melanjutkan.

“Gue kira, lo ga akan minta maaf sama gue dan anggep gue engga denger”ucap Minhoo dengan senyum di wajahnya.

“Gue engga pernah marah denger omongan orang yang jelekin tim kesukaan dan kebangaan gue aja. Tapi gue cuma engga habis fikir, kenapa masih ada aja orang yang jelekin tim lawan? Padahal kan engga ada untungnya untuk lo maupun temen-temen lo kan?“Tanya Minho dan Seungwoo mengangguk.

“Yaudah santai aja, gue ga pernah marah sama lo atau temen-temen lo kok! Selamat ya, akhirnya MU bawa piala”ucap Minho mengulurkan tangan untuk memberikan selamat dan Seungwoo menerima uluran tangan Minho tersebut.

“Yaudah gue masuk, ya? Jagain ade gue! Kalo mau nonton bola atau nobar, izin ke gue dulu”ucap Minho sebelum kembali masuk ke rumah dan Seungwoo mengangguk dengan senyuma sumringah di wajahnya.

kapila