Ujian.
Day-1
“Pssttt... Dek... Dek...”
Yohan menoleh saat seseorang disebelahnya, lebih tepatnya kaka kelas yang menjadi teman sebangkunya selama ujian itu memanggilnya. Awalnya Yohan enggan menoleh, tetapi saat kertas ujiannya sedikit ditarik, akhirnya Yohan menoleh.
“Pinjem penghapus dong! Ada ga? Gue ga bawa nih?”
Yohan mengangguk pelan sebelum mengeluarkan penghapusnya dari dalam tempat pensil, setelahnya tidak ada komunikasi diantara mereka lagi.
“Yuvin! Kamu kenapa absennya cuma sekali? Kan saya bilang dua rangkap!”
Yohan yang sedang merapihkan peralatan menulisnya itu menoleh ke depan kelas. Seorang guru pengawas memanggil kaka kelas yang merupakan teman sebangkunya. Kakak kelas Yohan yang bernama Yuvin itu tersenyum sambil menggaruk tengkuknya.
“Dek, pinjem pulpen dong! Punya gue udah dimasukin nih”
Yohan menatap tangannya yang memang sedang memegang sebuah pulpen dan reflek memberikannya kepada Yuvin. Yuvin dengan kecepatan kilat pun menghampiri guru pengawas yang menunggunya di depan kelas.
“Yohan!!! Ayokkk pulang”
Yohan mempercepat gerakannya yang masih merapihkan alat tulisnya saat teman-temannya berteriak dari luar kelas sebelum mereka kembali teriak dan membuat Yohan malu.
“Ah kan! Penghapus sama pulpen gue engga dibalikin”
Yohan mendecak sebal saat diperjalanan pulang, membuat teman-temannya bingung.
“Kenapa deh, Han?”
“Penghapus sama Pulpen gue dipinjem kakak kelas terus ga dikembaliin! Mana pulpen kesayangan gue...”
“Yaelah kirain apaan! Yaudah minta besok aja, kan besok masih seruangan”
Day-2
“Makasih ya pulpennya! Kemarin mau gue balikin tapi lo keburu dipanggil temen-temen lo”
“Yuvin, jangan ngobrol!! Kerjakan saja ujian kamu sendiri”
Yohan yang semula ingin menanyakan penghapusnya pun mengurungkan niatnya karena teguran pengawas dan hanya membalas ucapan terimakasih Yuvin dengan anggukan.
“Pssttt... Dek, ada rautan ga?”
Yohan menoleh dan menatap Yuvin sejenak. Awalnya enggan meminjamkan karena takut tidak dikembalikan, tapi akhirnya Yohan meminjamkan karena melihat pensil Yuvin yang sudah tumpul.
“Buang disini aja ka, jangan dikolong meja. Kotor sama jorok soalnya”
Yohan menggeser sebuah tisu kearah Yuvin saat Yuvin hendak membuang sisa pensil yang ia raut ke kolong meja. Yuvin tersenyum sebelum membuang sisa rautannya di tempat yang sudah Yohan sediakan.
“Yupin! Buruan, nanti gue tinggal lo ya!!!”
Waktu ujian telah selesai, Yohan lagi-lagi gagal meminta penghapusnya karena Yuvin yang terburu-buru saat dipanggil temannya dari luar kelas.
“Yaudah deh besok aja mintanya”
Day-3
“Psttt... Dek, bawa tipe-x ga? Pinjem dong! Essay gue kalo dicoret minus nih”
Yohan ingin rasanya mendesahkan nafasnya kasar, tetapi ia tahan. Ia tetap meminjamkan tipe-x yang ia punya kepada kaka kelasnya walaupun sambil menggerutu dalam hati Ini kakak kelas, ujian modal apa sih? Dari kemaren minjem mulu!
“Lah... Dek... Dek... Kok gini?”
Yohan membulatkan matanya sempurna saat Yuvin menggoyangkan lengannya. Yuvin tidak bisa menggunakan tipe-x yang Yohan pinjamkan dan berakibat isinya keluar kemana-mana. Yohan menarik nafas panjang sebelum membantu Yuvin dengan berat hati.
“Yuvin! Yohan! Saya liat daritadi kalian ribut ya? Mau saya keluarkan dari kelas?”
Tubuh Yohan menegang karena seumur-umurnya, dirinya tidak pernah berulah dan mendapat hukuman dari sekolah.
“Ini saya gabisa pake Tipe-x masa kini, pak! Nih lagi dibantuin sama dia”
Seluruh kelas tertawa karena ucapan Yuvin dan sedikit membiat Yohan dapat bernafas lega.
“Semua jangan berisik! Kerjakan lagi ujiannya, waktu kalian tiga puluh lima menit lagi”
“Makasih ya! Hehe maaf ngerepotin”
Yohan kembali mengangguk membalas ucapan terimakasih Yuvin, tetapi kali ini entah kenapa hatinya merasa hangat.
Day-4
“Yohan! Ujian apa nih hari ini?”
Yohan menoleh dan mendapati Yuvin yang datang lebih pagi dari biasanya. Ah! Satu lagi, Yuvin memanggilnya dengan nama bukan Dek atau Dia seperti kemarin saat ditanyakan guru.
“Hari ini cuma fisika aja ka”
Yuvin mengangguk sebelum akhirnya kembali keluar kelas dan masuk saat bel berbunyi.
“Lah? Kok ga ada? Kemarin perasaan masih ada satu deh disini”
Yohan melirik saat Yuvin heboh mengobrak-abrik tasnya sebelum dikumpulkan di depan kelas.
“Yuvin, cepat kumpulkan tasnya! Kertas ujiannya ga akan saya berikan sebelum semua mengumpulkan tasnya di depan”
Yuvin menghembuskan nafasnya kasar, sebelum berjalan kedepan kelas sambil masih memeriksa tasnya. Saat kembali ke kursinya, beberapa kali Yuvin bertanya pada temannya entah apa itu dan berakhir nihil.
“Nih ka, aku bawa tiga kok”
Wajah Yuvin sumringah saat Yohan memberikannya pensil yang masih utuh dan tajam, berbeda dengan pensil Yuvin yang sudah setengah dan tumpul itu.
“Loh Han udah selesai ujiannya?”
Yohan mengangguk dan tersenyum saat Yuvin bertanya.
“Iya ka, hari ini cuma satu mata pelajaran hehe”
“Yahhh pensilnya mau dibawa juga?”
“Hah? Eh engga usah ka! Pake dulu aja, di balikin besok ga apa-apa. Sekalian sama penghapus aku waktu itu ya? Hehe”
“Oh iya! Besok gue bawain ya, soalnya ada dirumah hehe”
Yuvin tersenyun kaku dan Yohan menanggapi dengan anggukan seadanya sebelum meninggalkan ruang ujian.
Day-5
“Nih Han, makasih ya!!”
Yohan menoleh saat Yuvin datang menyodorkan pensil dan penghapus beserta satu buah Chocopie.
“Ini apaan ka? Kan ka Yuvin ga pinjem Chocopie dari aku”
Yuvin tertawa saat mendengar ujaran polos Yohan. Setelahnya Yuvin mengusak rambut Yohan dan memberikannya satu buah kotak susu.
“Jangan dibiasain engga sarapan! Apalagi kalo mau ujian haha Gue denger lo dari kemaren”
Yohan terpaku saat Yuvin mengatakan hal tersebut. Setelahnya Yuvin kembali keluar kelas, meninggalkan Yohan yang masih diam di tempat dengan wajah memerah.
“Han, udah belajar— LOH HAN LO SAKIT? KOK MUKANYA MERAH?”
“Diem deh, Gyul! Gue maluuu”
Yohan menyembunyikan wajahnya diantara kedua tangannya, menyembunyikan wajahnya yang memerah. Tanpa Yohan sadari, Yuvin melihat ekspresi malu Yohan itu dari luar kelas.
“Gemes banget! Ujian terindah yang pernah gue lalui”
Yuvin tersenyum sambil masih memperhatikan Yohan dari jauh.
fin
Kapila.