Untitled.

tw:// kebohongan, pertengkaran, mention about kiss mark dan alkohol


Tidak seperti biasanya, Seungyoun bangun dipagi hari dengan sisi tempat tidurnya yang kosong. Seungyoun menarik nafasnya panjang, segala kemungkinan buruk ia buang dari fikirannya. Jam masih menunjukan pukul tujuh pagi, tetapi Seungyoun memutuskan untuk keluar kamar tanpa melanjutkan tidurnya lagi.

Langkah Seungyoun terhenti ketika ia mendapati seseorang meringkuk di sebuah sofa dengan cara tidur yang jauh dari kata nyaman. Seungyoun kembali membuang nafasnya pelan dan kembali menjernihkan fikirannya. Ia melangkah, mendekati seseorang yang masih nyenyak di alam mimpinya, orang itu adalah Sejin, tunangan Seungyoun.

Seungyoun dengan sabar merapihkan satu persatu benda yang mungkin tidak sengaja dijatuhkan Sejin semalam. Sepatu, tas, jas bahkan scarf yang sempat Sejin kenakan itu berantakan. Terhitung sudah satu bulan Seungyoun melakukan kegiatan yang sama hampir setiap pagi, membersihkan semua kekacauan yang dibuat Sejin semalam.

“Sayang, bangun yuk? Mau sarapan apa? Atau mau lanjut tidur dikamar?Seungyoun berucap terlampau lembut membuat Sejin tidak bergeming dari tidurnya.

“Sayang?“Seungyoun menghentikan gerakan tangannya yang akan merapihkan rambut Sejin saat melihat adanya bekas kemerahan di bagian leher belakang Sejin. Bahkan Seungyoun dapat dengan jelas mencium aroma alkohol yang menguar dari tubuh Sejin.

Seungyoun masih mencoba berfikir jernih, mungkin semalam Sejin berpesta dengan rekan kerjanya walaupun tidak memberitahu apa-apa kepada Seungyoun sebelumnya. Seungyoun menggendong tubuh kecil Sejin dan memindahkannya ke kamar, kasur yang mungkin lebih nyaman sebagai tempat tidur Sejin pagi itu.

Seungyoun baru saja ingin keluar dari kamar dan menyiapkan sarapan untuk Sejin, tetapi langkahnya terhenti saat ponsel Sejin berdering dan memunculkan notifikasi pesan masuk yang langsung terbaca oleh Seungyoun secara tidak sengaja.

Hey, bayi! Sudah bangun? Terimakasih untuk semalam! Ayok kita rencanakan pesta selanjutnya

Tubuh Seungyoun menegang. Ia tahu betul siapa yang mengirimkan pesan itu, karena dirinyalah yang memperkenalkan Sejin dan lelaki itu. Seungyoun menarik nafas panjang sebelum keluar kamar dan menyiapkan sarapan untuk Sejin.


“Hey, sudah bangun? Ingin langsung makan? Aku panaskan supnya dulu ya?“pertanyaan bertubi dilontarkan Seungyoun saat melihat Sejin keluar dari kamar dengan langkah terseok. Sejin menggeleng sebagai jawaban dan memilih menegak satu gelas air mineral untuk mengembalikan kesadarannya.

“Aku mau pergi lagi habis ini”ucap Sejin yang kembali masuk ke dalam kamar, meninggalkan Seungyoun yang bahkan hanya dapat terpaku ditempatnya.

“Kamu mau pergi kemana lagi? Kepala kamu emang ga pusing? Semalam pulang jam berapa?“Sejin baru saja keluar dari kamar mandi, ketika Seungyoun kembali mengeluarkan pertanyaan bertubi. Sejin menatap Seungyoun tajam tanpa mau menjawab satupun pertanyaan Seungyoun.

“Aku capek butuh refreshing“ucap Sejin seadanya. Seungyoun menatap Sejin tidak percaya. Sejin, orang paling lembut yang pernah Seungyoun kenal berubah sifatnya sebulan belakangan ini.

Sejin lebih sering menghabiskan waktunya diluar rumah bahkan tanpa memberitahu Seungyoun. Tidak jarang, Sejin pulang larut malam yang membuat Seungyoun bertanya apa yang Sejin lalukan di luar sana dan membuat mereka berakhir bertengkar tengah malam. Puncaknya semalam, bahkan Seungyoun tidak tau kapan Sejin pulang dan diantar oleh siapa. Seungyoun juga tidak tau apa yang Sejin lakukan sehingga tubuhnya bau alkohol dan ada tanda yang bahkan malas untuk Seungyoun ingat.

“Leher kamu kenapa?“pertanyaan tajam Seungyoun sukses membuat Sejin terdiam ditempat. Butuh waktu lama untuk Sejin mencerna pertanyaan Seungyoun dan menemukan jawaban yang tepat.

“Ke pentok botol”ucap Sejin dengan tangan meraba tepat ditanda yang menjadi pertanyaan Seungyoun.

Seungyoun mengambil nafas panjang sebelum menghembuskannya secara perlahan. Ia tidak boleh emosi, setidaknya untuk saat ini agar permasalahan mereka berdua cepat selesai.

“Kalo aku larang kamu pergi, kamu bakalan dengerin aku?“tanya Seungyoun lagi. Sejin kembali tidak menjawab pertanyaan Seungyoun, tangannya masih mencari baju yang akan ia kenakan hari itu.

“Jawab aku... Lee Sejin!“ucap Seungyoun dengan suara rendah miliknya yang mampu membuat siapapun merinding mendengarnya. Sejin berbalik hanya untuk menatap Seungyoun sebentar sebelum dirinya menjawab pertanyaan Seungyoun dengan datar.

“Engga. Jangan suka larang aku, kamu bukan—”

“Bukan apa? Bukan suami kamu? Iya bener, aku belum jadi suami kamu! Tapi aku tunangan kamu, kalo kamu lupa. Ah emang lupa kali ya? Cincinnya aja ga dipake? Mana mungkin inget punya tunangan”ucap Seungyoun yang diikuti tawa hambar di ujung kalimat. Tubuh Sejin menegang kala mendengar ucapan Seungyoun.

“Aku nyesel ngenalin kamu sama dia kalo begini caranya”ucap Seungyoun pasrah. Sejin kembali menatap Seungyoun, tetapi kali ini tatapan Sejin sulit di artikan.

“Jangan bawa-bawa orang lain dalam hubungan kita”ucap Sejin singkat dan jelas.

“Aku ga akan bawa-bawa orang lain, kalo emang orang itu ga masuk dalam hubungan kita... Aku ga akan bawa-bawa orang lain, kalo emang dia ga berusaha ngambil kamu dari aku”ucap Seungyoun frustasi.

“Seungyoun!!!“Sejin berteriak untuk pertama kalinya dalam tiga tahun hubungan mereka. Seungyoun menatap Sejin dengan tatapan sayu, tatapan penuh rasa marah yang bahkan tidak bisa ia luapkan kepada tunangan kecilnya itu.

“Jangan pernah salahin orang! Dia ga salah dan kamu ga pantes ngomong gitu”ucap Sejin dengan amarah yang ia coba tahan. Sejin emosi, hal itu jelas terlihat.

“Aku pergi! Mungkin pulang malem, ga usah ditungguin”ucap Sejin setelah selesai bersiap, meninggalkan Seungyoun seorang diri di dalam kamar tanpa sebuah kecupan hangat yang biasa Sejin berikan kepada Seungyoun.

Malam itu Sejin kembali ke apartment sesuai janjinya. Sejin bahkan tidur di sisi lain tempat tidur dimana Seungyoun sudah tertidur lebih dahulu di sisi satunya. Sejin kembali, setidaknya itu yang dapat Seungyoun syukuri walau dirinya tidak bisa mendapatkan kecupan dan pelukan hangat dari Sejin.

Mungkin Sejin butuh waktu, mungkin Sejin butuh refreshing seperti apa yang di ucapkan Sejin siang tadi. Seungyoun hanya dapat menunggu, menunggu Sejinnya kembali ke pelukannya. Menunggu Sejin kembali memberikan kecupan hangat untuknya. Menunggu Sejin untuk kembali menghangatkan apartment mereka yang sekarang terasa semakin dingin.

fin

(Kapila.)