WHY.


My watch is just fine but time has stopped Nothing is working out, I’m so pathetic In our world that we endlessly built out I remain all alone

Entah sudah malam keberapa, Seungyoun tidak pernah tertidur nyenyak di malam hari. Suara detak jarum jam yang menempel di dinding apartmentnya terdengar lebih bising dan memekkan telinga. Sekuat apapun Seungyoun mencoba memejamkan mata selalu gagal.

Detik jam berbunyi seiring dengan memori yang ingin ia hapuskan. Seperti enggan dilupakan, memori dan kenangan tersebut selalu datang setiap malam dan membuat Seungyoun semakin sadar bahwa malam itu hanya ada dirinya sendiri.

I want to ask up above, yeah What did love even mean? You’re the only one missing in my world But it feels like I’ve lost everything It’s just me

Seungyoun menyibakkan selimutnya. Ia menghembuskan nafasnya kasar dan melirik ke arah jendela dimana matahari sudah naik sepenuhnya dan menerangi bumi, membuat Seungyoun harus rela bangun dari tempat tidurnya yang nyaman.

Berjalan gontai ke arah dapur tanpa ada aroma kopi dan roti bakar kesukaannya. Seungyoun mengacak rambutnya dan memilih sebotol air mineral pagi hari itu. Nafas berat tidak henti-hentinya ia hembuskan.

Sesekali Seungyoun memejamkan matanya, berharap ia dapat menjalani hari tersebut dengan baik. Setidaknya, lebih baik dari hari kemarin atau kemarin lusa. Lebih baik dari sebelumnya, saat ia belum mengenal lelaki tersebut.

Siang hari, saat dirinya seharusnya berada di dalam kelas sebuah universitas, Seungyoun memilih duduk di sebuah toko kelontong dengan tiga potong onigiri dihadapannya dan satu kotak susu coklat. Setidaknya, hal tersebut ia lakukan semenjak ia dan lelaki tersebut mengakhiri semuanya.

Matanya sesekali menatap ke samping, melihat sepasang anak sekolah menengah atas yang sedang menghabiskan makan siang mereka dengan satu cup ramen serta dua kotak susu pisang. Lagi, Seungyouun tersenyum miris sebelum melangkahkan kakinya pergi setelah meninggalkan dua potong onigiri untuk sepasang anak remaja tersebut.

Why why why Why can’t I go on without you? Just why why why? Just tell me, can’t I go if it’s not you?

Matahari sudah bersiap pergi ketika Seungyoun sudah terduduk malas di depan televisi. Televisi tersebut menanyangkan sebuah tayangan yang tidak satu kalipun dilirik Seungyoun, karena Seungyoun justru fokus dengan ponsel ditangannya. Setidaknya sudah sejam hal tersebut terjadi.

Jarinya terhenti kala ia melihat sebuah foto pada layar utama media sosialnya. Seungyoun memilih pergi dan menuliskan sebuah username yang telah ia hafal diluar kepala. Sebuah halaman muncul dan menampilkan halaman media sosial lelaki tersebut. Lelaki yang muncul di layar utamanya beberapa saat lalu, di media sosial milik kawan Seungyoun lainnya.

Seungyoun kembali tersenyum miris, karena sejauh layar ponselnya ia gulirkan pada halaman tersebut, ia sudah tidak dapat menemukan fotonya lagi, semua sudah hilang. Tidak ada lagi foto dirinya, bahkan satu foto pun tidak tersisa. Hanya ada satu foto dimana dalam foto tersebut ada dua tangan saling menggenggam, dengan pemandangan kota malam yang indah. Seungyoun tau, lelaki tersebut tidak menghapus foto tersebut bukan karena dirinya, melainkan pemandangan dibelakang tangan yang saling menggengam tersebut yang sangat sayang untuk dihilangkan.

Seungyoun kembali menggulirkan layar ponselnya setelah keluar dari halaman media sosial lelaki tersebut. Ia kembali masuk ke halaman utama media sosial miliknya, melihat setiap foto dalam halaman media sosialnya tersebut. Seungyoun kembali mengingat setiap kejadian dan waktu berlangsung saat foto tersebut diambil. Jari jemari Seungyoun memperbesar setiap foto dan menekan tombol hapus setelahnya tanpa berfikir dua kali.

After midnight passes and another day starts Will we have gotten more farther apart? If I hold my breath and take off my ventilizer that is you Will I be able to endure? oh baby

Seungyoun kembali ke kamar saat jam menunjukan pukul satu dini hari. Dadanya terasa sesak sejak tadi, entah kenapa. Nafasnya hanya dapat menjangkau oksigen seperempat dari biasanya. Seungyoun berbaring di kasurnya dan menatap hampa langit-langit kamar pribadinya.

Seungyoun memejamkan mata ketika ia sudah tidak sanggup menahan sesak di dadanya. Kenangan itu muncul, memori tersebut kembali hadir seperti enggan dihapuskan. Seungyoun menangis untuk pertama kalinya karena lelaki tersebut.

Seungyoun memukulkan dadanya beberapa kali, mencoba bernafas senormal mungkin. Layaknya seseorang yang kehilangan pasukan oksigen, malam itu Seungyoun merintih, menangis dan berusaha mengambil pasokan oksigen sebanyak mungkin.

Can’t you be with me? just stay with me If I silently forget you and wait Will we be able to meet again like destiny? Even if it’s just a nod, answer me Even if it’s a lie, answer me, answer me

Seungyoun berhasil tidur malam itu, tetapi ia bermimpi. Bermimpi jika ia bertemu kembali dengan lelaki tersebut. Lelaki yang sudah menggandeng dan menggenggam tangan lelaki lain. Lelaki yang berjalan menjauhinya.

Seungyoun berujar lirih, memanggil nama lelaki tersebut. Entah bisikan darimana, lelaki tersebut berhenti melangkah dan menoleh, ia menatap Seungyoun. Lelaki tersebut menatap Seungyoun bingung, membuat lelaki tinggi yang sedang menggandengnya juga terbawa keadaan.

“Sejin! Ayok!!”

Seungyoun masih menatap lelaki tersebut seakan ia ingin lelaki tersebut menjawabnya. Menjawab berjuta pertanyaan dalam benaknya. Menjawab semua pertanyaan yang membuat tidurnya tidak nyenyak belakangan ini. Lelaki tersebut tersenyum kearah Seungyoun sebelum kembali berbalik dan berjalan bersama lelaki lain.

Seungyoun terduduk dan kembali menangis. Tetapi tangisnya tidak di dengar lelaki kecil tadi, karena lelaki tersebut tetap berjalan menjauhinya tanpa sedikitpun menoleh kembali padanya. Lelaki tersebut pergi menggapai kebahagiannya, meninggalkan Seungyoun seorang diri.

Seungyoun, hanya kehilangan lelaki tersebut, Lee Sejin. Tetapi dunia seperti merenggut seluruh kehidupannya, membuat ia tidak memiliki arah untuk kembali berjalan, membuatnya susah bernafas dan membuatnya terus bertanya, “Mengapa hanya dirinya yang merasakan ini? Mengapa dirinya tidak dapat kembali berjalan jika tanpa lelaki tersebut? Mengapa Lee Sejin tidak bisa tetap bersamanya? Hanya bersamanya...”

(xposhie)