Wooseok terbangun saat mendengar bunyi bising dari arah dapur. Bukannya memeriksa kondisi dapur, Wooseok justru pergi ke kamar lain untuk memeriksa anaknya yang baru saja tertidur dua jam yang lalu.

“Eh? Aku bangunin kamu ya?“tanya Seungyoun saat Wooseok menghampirinya di dapur dan Wooseok hanya tersenyum kecil.

“Kenapa engga bangunin aku kalo mau bikin juice?“ucap Wooseok dengan suara serak. Seungyoun menghampiri Wooseok dan mencium keningnya lembut.

“Engga apa-apa, aku bisa sendiri kok! Lagian kamu baru tidur jam empat kan karena Esa nangis mulu?“tanya Seungyoun dan Wooseok mengangguk lemah. Baru saja Seungyoun menyelesaikan kalimatnya, suara tangis bayi terdengar dari dalam kamar.

“Biar aku aja”ucap Seungyoun saat Wooseok akan bergegas menghampiri Eunsang yang tengah menangis.

Wooseok pun memilih untuk mencuci peralatan yang baru saja digunakan Seungyoun membuat jus dan setelah selesai, ia melihat Seungyoun menggendong Eunsang dan menghampirinya.

“Eh? Udah di cuci? Padahal aku mau cuci setelah ambil Esa”ucap Seungyoun yang membuat Wooseok tersenyum setelahnya.

“Kamu gendong Esa sebentar bisa? Aku mau bikinin susunya dulu”ucap Wooseok dan Seungyoun mengangguk menjawab pertanyaan Wooseok sebelumnya.

Seungyoun bermain dengan Eunsang dimeja makan sambil memperhatikan Wooseok yang tengah fokus membuat susu untuk anak lelakinya tersebut. Sesekali Wooseok melirik untuk melihat Seungyoun yang sedang bermain dengan Eunsang tersebut.

“Esa... Kalo malem jangan nangis dong sayang, ya? Kasian Papa kebangun mulu tiap malam! Atau Esa mau bobo sama Papi aja? Biar kalo Esa nangis yang kebangun bukan Papa tapi biar Papi aja”

“Terus aku tidur sendirian gitu dikamar?“ucap Wooseok menimpali yang sukses membuat Seungyoun terkejut.

“Aku ga tega sama kamu, yang... Seharian ngurusin rumah sama Esa terus malem tetep harus kebangun buat nidurin Esa lagi kalo dia nangis”ucap Seungyoun cemas.

“Engga apa-apa! Kan udah tugas aku? Waktu nikah sama kamu, aku udah janji jadi full time Papa kan? Jadi aku harus nepatin janji itu”ucap Wooseok yang kemudian mengambil alih Eunsang untuk ia gendong.

“Satu-satunya Janji yang bikin aku nyesal mengiyakan”ucapa datar Seungyoun membuat Wooseok menatap suaminya dengan tatapan bingung.

“Aku nyesal mengiyakan janji itu kalo akhirnya kamu harus jatoh sakit kayak seminggu lalu. Sebenarnya kita bisa jalan sama-sama, tapi mengorbankan waktu kamu sepenuhnya. AKu ngerasa bodoh baru sadar setelah kamu sakit. Kenapa engga dari dulu aja aku sadar dan bantuin kamu ngurus rumah?“ucap Seungyoun lagi.

“Aku engga apa-apa, kok. Aku sennag ngurus rumah dan ngurus kamu plus Esa dalam satu waktu”ucap Wooseok tersenyum.

“No, kamu engga apa-apa tapi aku kenapa-napa. Tolong kasih tau aku kalo kamu capek, ya? Bangunin aku kalo Esa bangun ditengah malem atau minta tolong ke aku buat bikin Esa susu. Oke?“ucap Seungyoun memohon dan Wooseok mengangguk pelan.

“Sebelum nikah, aku selalu pake asisten rumah tangga. Aku bahkan engga pernah bikin jus sendiri sebelum pergi workout tapi setelah liat kamu dan gimana pintarnya kamu bagi waktu, aku jadi sadar kalo sebenarnya aku juga bisa kayak kamu dan bantuin kamu”ucap Seungyoun lagi.

Wooseok tertawa kecil mendengar ucapan Seungyoun dan menyadari satu hal. Seungyoun hari ini bangun lebih pagi dari Wooseok dan membuat jus untuk dirinya sendiri. Bahkan Seungyoun sukarela menghampiri Eunsang yang menangis karena terbangun dari tidurnya.

Wooseok senang. Tanpa harus memberitahukan kepada Seungyoun apa yang ia inginkan, suaminya tersbeut telah lebih dahulu menyadari bahwa ia butuh bantuan. Wooseok bahagia bersama Seungyoun dan keluarga kecilnya. Wooseok bahagia bagaimana Seungyoun menghargai keberadaan dirinya di keluarga tersebut.

fin