Yohan.
Sudah sebulan aku mengabaikannya. Setelah insiden hari itu di apartmentku, dia tidak pernah datang lagi. Nomer ponselnya aku block sehingga komunikasi kami benar-benar putus.
Aku tidak bisa melacaknya bahkan dari teman-temannya. Bukan tidak bisa, tapi aku tidak mau. Aku yang menghancurkan, jadi aku harus mengambil resiko ini sendiri.
Aku masih pada pendirianku mengenai soulmate walaupun aku tau, lelaki yang namanua tercetak di pergelangan tanganku akan menikah bulan depan. Aku tersenyum miris, melihat namanya yang semakin hari semakin menghilang dari pergelangan tangaku.
Semalam aku bermimpi. Dia pergi dan tidak pernah kembali. Dia dan semua kenangan manis yang pernah kita lalui selama tiga tahun, hilang dan lenyap. Aku gemetar saat bangun tidur, aku takut jika semua itu menjadi nyata.
Aku menangis sejadi-jadinya sambil memegang dadaku yang terasa perih. Sakit sekali. Aku mencoba melacak keberadaannya dan sebuah updatean media sosial miliknya kembali menamparku. Dia menyerah. Menyerah kepadaku, karena keegoisanku. Aku kembali menangis.
Aku bertemu pagi ke sekian kalinya tanpa sapaan darinya. Kegiatan pagiku, seperti biasa, membuka kulkas dan mencari sebotol soju. Aku mendengus kesal ketika hanya mendapati satu botol soju di dalam kulkas.
Siang hari, aku memutuskan untuk keluar dari apartment untuk membeli beberapa keperluan bulananku termaksud membeli beberapa botol soju dan beberapa kaleng bir.
Aku membuka pintu apartmentku dan sedikit terkejut ketika menemukan seorang laki-laki berdiri di depan apartmentku. Dia, Yuvin yang aku rindukan berdiri disana. Aku sebisa mungkin menahan ekspresiku dan mengizinkannya masuk.
Aku telah menyakitinya sekali. Aku tidak mau menyakitinya lagi. Aku sengaja membuat percakapan kami terdengar tidak baik. Hingga sore hari, aku menemukan diriku sudah dikungkung oleh Yuvin diatas kasur kamarku.
Malam itu, aku mendesah dibawah Yuvin. Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi malam itu setelah kami menyelesaikan urusan kami diatas ranjang, Yuvin mengerang kesakitan sambil memegang pergelangan tangannya.
Aku beberapa kali mengusapnya, membuatnya tenang dalam tidur malamnya. Hingga pagi kembali menyapaku. Aku mendapati tertidur dalam dekapan Yuvin dan tanpa sadar aku tersenyum.
Aku menarik pergelangan tangan Yuvin dan mendapati namaku terukir indah di pergelangan tangannya. Hal yang membuat Yuvin beberapa kali mengerang kesakitan semalam.
Isakan tangisku membangunkan Yuvin dalam tidurnya. Aku mengucapkan kata sayang berulang kali kepada Yuvin hingga ia menyadari jika namaku terukir di pergelangan tangannya.
Aku juga mengucapkan kata maaf kepada Yuvin karena namanya belum terukir ditangaku. Yuvin baik, sangat baik. Ia menungguku hingga namanua benar-benar muncul dipergelangan tangaku seminggu kemudian.
Aku sadar pertemuanku dengan Yuvin bukanlah sebuah ketidaksengajaan. “Your soulmate understands and connects with you in every way and on very level”. Karena Yuvin selalu mengertiku bahkan saat aku marah dan benci kepadanya.
FINISHED
xposhie