“Yuvin, bangun!!! hari ini kamu ujian nasional! Jangan sampai terlambat”suara ibunda Yuvin menggema di dalam rumah. Anak lelaki yang sedari tadi menjadi objek panggilan itu menuruni anak tangga satu persatu dengan pakaian sekolah rapih.
“Oh udah rapih? Sarapan dulu biar nanti ujiannya konsen!“ucap ibunda Yuvin lagi.
Yuvin menyantap sarapannya dengan tidak berselera. Setidaknya sudah seminggu, Yuvin tidak mempunyai semangat untuk menyambut hari baru. Bukan karena berlangsungnya 'Ujian Nasional' tetapi karena ada makna lain di balik kata tersebut.
“Janji? Kita harus sama-sama terus! Sampe nanti masuk kuliah, oke?”
Yuvin dan anak lelaki di hadapannya itu saling mengaitkan jari kelingking mereka dan berjanji satu sama lain. Janji dua anak lelaki berumur sepuluh tahun. Sebuah janji yang terucap lebih dari delapan tahun yang lalu.
“Jangan kebanyak bengong! Kalo udah selesai sarapannya, coba dibaca lagi materinya”Yuvin mengangguk pelan saat Ibundanya kembali dari kamar dan melanjuti kegiatannya di dapur.
“Hati-hati ke tempat testnya ya? Kerjainnya santai aja, hm? Hasil itu engga pernah membohongi usaha”Yuvin berpamitan kepada kedua orang tuanya pagi itu untuk berangkat ke tempat ujian perguruan tinggi.
“Kim Yohan!“Langkah Yuvin saat akan memasuki kelas itu tiba-tiba berhenti, saat sebuah nama yang tidak asing menyapa indera pendengarannya.
Yuvin membalikan tubuhnya, mencari sosok yang bernama sama dengan nama anak lelaki yang berjanji kepadanya delapan tahun silam. Tetapi saat Yuvin berbalik, orang tersebut sudah masuk ke dalam kelas dan Yuvin mengurungkan niatnya untuk menyusul anak lelaki tersebut ke dalam kelas.
“Yuvin? Song yuvin?“Yuvin yang sedang asik memainkan ponsel pintarnya saat jam istirahat pun menoleh saat seseorang memanggil namanya. Seingat dia, tidak ada satupun siswa dari sekolahnya yang mengikuti ujian perguruan tinggi dilokasi yang sama dengan Yuvin saat ini.
“Bener kan, Song Yuvin?“ucap lelaki di hadapan Yuvin.
Yuvin mematung, karena sekarang ia dapat dengan jelas melihat sosok anak lelaki dihadapannya. Dia Kim Yohan, anak lelaki yang sama dengan yang berjanji dengannya delapan tahun lalu. Pipi gembul Yohan sedikit menirus, tetapi gigi kelinci itu tetap sama. Gigi kelinci yang selalu menjadi favorit Yuvin saat Yohan tersenyum.
“Lupa ya? Aku, Yohan!“ucap lelaki di hadapan Yuvin lagi.
Tidak, Yuvin tidak lupa sama sekali. Yuvin ingat dengan jelas siapa lelaki di hadapannya. Lelaki yang berjanji akan bersama terus sampai mereka masuk ke jenjang perkuliahan tetapi harus berpisah saat Yohan harus mengikuti kedua orang tuanya yang berpindah tempat kerja saat itu.
“Yohan tau? Semenjak Yohan pindah tuh Yuvin jadi nakal! Kalo bangun selalu kesiangan, pulang sekolah juga engga langsung pulang tuh gatau main kemana”ucap Ibunda Yuvin saat Yohan bermain kerumah Yuvin setelah ujian masuk perguran tinggi di laksanakan.
“Kalo pas ada Yohan tuh Yuvin manis banget. Selalu bangun pagi karena katanya gamau telat jemput Yohan terus selalu pulang tepat waktu, soalnya mau anter Yohan juga sampai rumah”ucap Ibunda Yuvin lagi.
Yuvin sesekali menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas mendengar semua cerita yang dibeberkan sang ibunda kepada Yohan. Sedangkan Yohan sesekali tertawa menanggapi cerita ibunda Yuvin tersebut.
“Jadi nakal ya dulu?“ucap Yohan saat Yuvin mengantarnya pulang. Yuvin yang mendengar pertanyaan Yohan hanya tertawa.
“Kan lagi puber, jadi nakal sedikit engga apa-apa dong?“ucap Yuvin mengelak.
“Lagi puber atau karena berontak? Marah karena aku ngingkarin janji?“ucap Yohan mencoba menebak. Yuvin hanya diam dan fokus ke jalanan di hadapannya.
“Waktu pindah, aku demam seminggu. Kata bunda, aku sempet manggil nama kamu. Engga tau deh bagian itu Bunda karang atau beneran”ucap Yohan tertawa setelahnya.
“Dulu kita tuh terlalu bergantung satu sama lain, jadi pas kita pisah sama-sama kehilangan”ucap Yohan dengan senyum di wajahnya. Hening menyelimuti keadaan di dalam mobil Yuvin malam itu.
“Jangan pisah lagi ya? Biar kita engga ngerasa kehilangan buat kedua kalinya”ucap Yuvin mencoba menghangatkan suasana malam itu.
“Kalo kita keterima di universitas yang beda, berarti pisah dong?“ucap Yohan tertawa yang mendapat rajukan dari Yuvin.
fin