semestakapila

Rasa Nyaman.


Akhir Minggu, Yuvin ikut serta ke dalam acara yang diadakan taman kanak-kanak dimana Hyeongjun saat pergi ke taman strawberry dan disanalah Yohan melihat betapa Yuvin sangat memperhatikan Hyeongjun bagaimana manjanya Hyeongjun kepada YUvin yang tidak pernah diperlihatkan Hyeongjun.

“Waaahhh Kayo bawa makanan! Jun mauuu!!“ucap Hyeongjun gemas yang membuat Yohan tersenyum.

“Jun, ga boleh gitu ya? Kan kita udah bawa bekal sendiri?“ucap Yuvin pelan tetapi Hyeongjun menggeleng dan mengerucutkan bibirnya.

“Makanan kaka ga seenak punya Kayo...“ucap Hyeongjun pelan yang membuat Yohan tertawa.

“Jun boleh ambil makanan Kayo sebanyak yang Jun mau”ucap Yohan yang menggeser tempat makannya.

“Maaf lagi-lagi merepotkan... Disekolah Jun juga suka merepotkan?“tanya Yuvin dan Yohan menggeleng.

“Tidak pernah ada anak yang merepotkan. Jun bahkan suka membantu teman-temannya yang lain”ucap Yohan menjelaskan.

Setelah pertemuan beberapa kali dan acara taman kanak-kanak ke ke taman strawberry, pertemuan Yuvin dan Yohan intens terjadi. Beberapa kali Yuvin bertandang ke rumah Yohan karena Yohan yang membawa Hyeongjun pulang kerumahnya jika Yuvin terlalu sore menjemput sang adik. Makan malam dirumah Yohan juga terasa lebih berwarna karena Hyeongjun yang selalu ceria.

“Jun kalo besar mau jadi apa? Jadi guru kayak Kayo atau jadi Dosen kayak kavin?“tanya Yohan malam itu setelah makan malamnya bersama Yuvin dan Hyeongjun.

“No! Jun mau jadi dokter kayak temennya Kayo yang pak dokter ganteng itu hehe”ucap Hyeongjun tersenyum.

“Hm... Emang Jun engga takut dokter? Pertama kali ketemu pak dokter, Jun kan nangis peluk Kayo...“ucap Yohan bertanya.

“Ihhh kayo! Jangan bilang-bilang... Kavin gatau kalo aku nangis”ucap Hyeongjun pelan yang membuat Yohan membungkam mulutnya.

“Hayooo!! Jun ngomongin kavin yaaa?“tanya Yuvin yang mengangakat adiknya dan menggelitiknya hingga membuat Jun tertawa terbahak-bahak.

Suasana berubah sunyi saat ponsel Yohan berbunyi yang membuat Yohan menjauhi Yuvin dan Hyeongjun untuk sesaat.

“Pak Dokter siapa Jun? Ganteng?“tanya Yuvin pelan dan Hyeongjun mengangguk.

“Temennya Kayo! Soalnya, Jun pernah liat Pak Dokter cium pipi Kayo hhehehe Tapi kavin jangan cerita ke Kayo kalo Jun pernah liat itu, ya?“ucap Jun dan Yuvin mengangguk.

Yuvin menarik nafas panjang setelah mendengar pernyataan Hyeongjun. Ada rasa sakit yang menggerogoti hatinya saat mendengar hal tersebut. Perkenalan dan pertemuan Yuvin dengan Yohan, membuat Yuvin nyaman dengan Yohan. Bahkan sesekali mereka bertukar pesan diluar konteks membicarakan Hyeongjun.

“Akhir pekan kita jadi kan?“tanya Yohan yang sudah kembali keluar tengah, membuat Yuvin tersadar dari lamunannya.

“Jadiiii!! Jun mau naik mobil-mobilan”ucap Hyeongjun antusias.

“Mas Yuvin sama Hyeongjun sebelum berangkat sarapan dirumah aku dulu ya? Kita berangkat jam 9 atau 10, jadi jam 8 kalo Mas Yuvin udah ada disini ga kepagian kan?“tanya Yohan dan Yuvin tersenyum.

“Nanti saya usahakan ya, soalnya Jun suka susah bangun kalo haru sabtu”ucap Yuvin mencubit adik kecilnya.

“Bohong!! Kavin yang suka telat banguuuun, malahan aku yang bangunin Kavin karena aku laper”ucap Hyeongjun yang membuat Yohan tertawa.

“Yaudah kami pulang dulu ya? Makasih makan malamnya, lagi-lagi kami merepotkan”ucap Yuvin yang menggendong Hyeongjun dengan mudahnya.

“Ahhhh Jun mau nginep dirumah kayo!!“ucap Hyeongjun yang tiba-tiba menangis.

“Ssttt... Jun kapan-kapan ya nginep rumah Kayo? Kan kasian Kavin bobo sendirian dirumah? Sabtu kita ketemu lagi, oke?“ucap Yohan mengusap kepala Hyeongjun yang sedang terisak dan Hyeongjun lambat laun mulai lebih tenang.

“Jun gampang banget antengnya kalo sama kamu...“ucap yuvin pelan yang membuat Yohan menoleh dan tersenyum.

“Yang penting sabar mas, anak segini cuma butuh perhatian sama kasih sayang”ucap Yohan dan Yuvin mengangguk.

Lagi, malam itu Yuvin dibuat Jatuh sedalam-dalamnya dengan pesona seorang Kim Yohan. Seorang guru taman kanak-kanak dengan semua perhatian dan kasih sayangnya terhadap anak kecil, khususnya Hyeongjun, adik dari Yuvin.

(xposhie)

Kali kedua.


Hyeongjun tersenyum riang, kala Yohan membelikannya satu box bento yang berhadiah sebuah mainan. Hyeongjun memainkan mainan barunya saat Yohan mempersiapkan makan siang keduanya. Yohan dan Hyeongjun kembali menghabiskan siang mereka di dalam kelas.

“Hm... enak! Jun sama kaka ga pernah makan ini”ucap Hyeongjun tersenyum memamerkan deretan gigi susunya.

“Jun sama kaka suka makan apa emangnya?“tanya Yohan yang sesekali menyuapi Hyeongjun dengan nasi dihadapannya.

“Kakak suka masak pagi-pagi buat Jun sama Kaka sarapan! Terus malemnya diangetin lagi masakan kakak yang pagi, buat kita makan malem”ucap Hyeongjun tersenyum.

“Kalo makan siang, Jun sama Kakak biasanya makan apa?“tanya Yohan lagi.

“Hm... Jun makan sama Bibi yang punya toko bunga! Biasanya kakak beliin Jun kimbap sama sosis juga”ucap Hyeonjun. Yohan berfikir sejenak, Kimbap dan Sosis bukanlah makanan yang cocok di konsumsi untuk makan siang, anak kecil seperti Hyeongjun butuh makanan lebih dari itu.

“Kakak! Kenapa diem aja?“ucap Hyeongjun saat Yohan diam dan mengabaikannya.

“Jun habis ini mau mewarnai lagi?“tanya Yohan dan Hyeongjun menggeleng.

“Jun ngantuk... Kakak masih lama ya?“tanya Hyeongjun. Yohan pun memeriksa ponselnya dan belum menerima pesan terbaru dari Yuvin. Hyeongjun sudah mulai menguap kecil, membuat Yohan menarik Hyeongjun mendekat.

Hyeongjun melingkarkan tangannya pada badan Yohan. Posisi duduk tidak menjadi halangan Hyeongjun untuk tertidur pulas hingga sejam kemudian Yuvin menjemput.

“Permisi... Maaf saya terlambat lagi”ucap Yuvin. Yohan yang semula sedang memeriksa pekerjaan murid-muridnya itu pun berdiri dan tersenyum.

“Jun tidur lagi, tadi habis makan langsung ketiduran”ucap Yohan yang berjalan mendekati Hyeongjun yang sudah ia baringkan diatas matras.

“Maaf, saya tidak tau jika praktikum mahasiswa bisa selama ini”ucap Yuvin yang merasa tidak enak dan Yohan pun hanya tersenyum.

Sejak saat itu, dalam seminggu bisa dua hingga tiga kali Yuvin terlambat menjemput Hyeongjun dan membuat Yohan harus menemani Hyeongjun di kelas. Seperti hari ini, Yuvin terlambat menjemput Hyeongjun tanpa kabar.

“Ka... tau ga? Kapin suka nanyain kayo kalo dirumah! Ditanyain, kayo galak apa engga terus aku diajarin apa aja sama kayo hari ini”ucap Hyeongjun tersenyum yang membuat hati Yohan menghangat.

“Wah! Jun jawabnya apa? Kayo galak ga?“ucap Yohan mengerucutkan bibirnya dan Hyeongjun menggeleng.

“KaYo paling baik diantara kakak-kakak sekolah lainnya! Tapi KaYo nomer dua ya? Soalnya KaPin yang pertama”ucap Hyeongjun terkekeh dan Yohan ikut tertawa.

Waktu menunjukan hampir pukul setengah lima sore dan Yuvin masih belum memberikan kabar. Panggilan Yohan beberapa kali tersambung ke voicemail dan bukan Yuvin yang mengangakt telfonnya.

“Jun mau main kerumah kaka ga?“pertanyaan Yohan membuat Hyeongjun berfikir.

“Hm... Nanti Ujun dicari Kapin, gimana?“tanya Hyeongjun.

“Kayo nanti telfon Ka Yuvin! Biar Jun dijemput kerumah kaka, ya?“tanya Yohan dan Hyeongjun pun mengangguk.

Disinilah mereka berdua berada, di kediaman Yohan yang sederhana. Yohan sedang menyiapkan malam dengan Hyeongjun yang juga membantunya. Ditengah kesibukan Yohan, ponsel Yohan berdering.

“Hallo? Ah mas maaf, saya bawa Hyeongjun kerumah saya karena sudah terlalu sore.... Iya mas engga apa-apa! Nanti saya share location rumah saya ya mas?“ucap Yohan sebelum mematikan sambungan telfonnya.

Empat puluh limat menit kemudian, Yuvin sudah sampai di rumah Yohan bahkan duduk di meja makan bersama Yohan dan Hyeongjun. Yuvin semula menolak permintaan Yoha, tetapi karena Hyeongjun dijadikan alasan, akhirnya Yuvin bersedia makan malam bersama.

“Wahhh enak! Makanan kakyo enak banget!! Lebih enak dari makanan kapin”ucap Hyeongjun tertawa.

“Jun suka? Besok Kayo bawain ke sekolah, mau?“tanya Yohan dan Hyeongjun mengangguk antusias.

Jam delapan malam, Yuvin dan Hyeongjun baru pergi meninggalkan kediaman Yohan. Baru saja Yohan akan berbalik masuk kerumahnya, sebuah mobil yang berhenti di depan rumahnya membuat ia diam ditempat sambil tersenyum cerah.

“Ada tamu?“tanya seseorang yang baru saja keluar dari mobil mewah tersebut. Yohan tersenyum dan mengangguk.

“Murid aku! Tadi dijemput sama walinya kesini, soalnya walinya baru pulang ngajar sore”ucap Yohan menjelaskan.

“Kamu udah makan?“tanya Yohan dan orang tersebut mengangguk.

“Mau langsung tidur? Apa mau mandi dulu?“tanya Yohan lagi.

Nope aku ga mau mandi karena nanti keringetan dan gamau langsung tidur karena....“Yohan berteriak karena orang tersebut menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Yohan tertawa setengah berteriak karena orang tersebut menghujaninya dengan kecupan diseluruh wajahnya.

From: Mas Yuvin (Kakak Hyeongjun) Terimakasih makan malamnya. Mohon maaf merepotkan berulang kali. Selamat istirahat.

Yohan tidak memeriksa kembali ponselnya hingga esok pagi karena dirinya sibuk dengan seseorang yang berada diatasnya sepanjang malam.


(xposhie)

Prolog.


“Hyeongjun, hari ini dijemput siapa?“tanya Yohan yang duduk mensejajarkan dirinya dengan anak lelaki yang baru akan berusia enam tahun tersebut.

“Sama kaka! Tapi kaka lama, ga jemput-jemput aku!!“ucap Hyeongjun mengerucutkan bibirnya.

“Hm... Hyeongjun tunggu di dalam sama Ka Yohan mau ga? Sambil mewarnai? Tungguin kaka Hyeongjun sampai datang?“tanya Yohan dan Hyeongjun menatap Yohan dengan tatapan sayu. Hyeongjun pun mengikuti Yohan untuk kembali masuk ke dalam kelasnya untuk menunggu sang kakak hingga datang.

“Aku sebel sama kaka! Selalu telat jemput aku”ucap Hyeongjun yang masih merajuk. Yohan tersenyum dan duduk disamping Hyeongjun dengan sebuah buku cerita bergambar di tangannya.

“Kita mewarnai yuk! Nanti kakak sekalian ceritain cerita dari gambar yang kamu warnai, gimana?“ucap Yohan yang berusaha menghibur Hyeongjun. Lama berfikir, Hyeongjun akhirnya mengangguk.

Hyeongjun akhirnya bisa tertawa, saat Yohan bercerita tentang gambar-gambar yang telah ia warnai. Tanpa terasa, mereka sudah menghabiskan waktu hampir dua jam menunggu kaka Hyeongjun yang belum terlihat batang hidungnya. Bahkan sekarang Hyeongjun sudah terlelap tidur dalam dekapan Yohan.

“Permisi....“Yohan menoleh dan mendapati seorang laki-laki berperawakan tinggi muncul dari balik pintu kelas.

“Saya kakaknya Hyeongjun, maaf telat menjemput”ucap lelaki tersebut. Yohan tersenyum sebelum berjalan mendekati pria tersebut. Yohan pun memeriksa semua hal yang harus diperiksa sesuai dengan peraturan taman kanak-kanak tempatnya berkerja.

“Sekali lagi saya minta maaf. Karena dosen yang mengajar berhalangan hadir, saya harus menggantikan beliau mengisi kelas”ucap kaka Hyeongjun yang sudah menerima Hyeongjun dalam dekapannya.

“Iya pak tidak apa-apa, mungkin lain kali bapak bisa hubungi saya jika memang terlambat menjemput agar saya bisa temani Hyeongjun makan siang terlebih dahulu. Karena Hyeongjun belum sempat makan siang”ucap Yohan tersenyum.

“Saya belum setua itu untuk dipanggil pak. Panggil saya Mas saja, nama saya Yuvin”ucap kaka Hyeongjun tersebut dan Yohan mengangguk mengerti.

“Maaf... Kalo boleh saya minta nomer...?“ucapan Yuvin tersebut.

“Yohan pak eh mas... Nama saya Yohan dan kebetulan saya yang bertugas mengajar dikelas Hyeongjun”ucap Yohan.

Yohan pun memberikan nomer handphonenya kepada Yuvin agar sewaktu-waktu Yuvin dapat menghubungi Yohan jika ia kembali terlambat menjemput Hyeongjun.

“Makasih sekali lagi... Maaf merepotkan”ucap Yuvin dan Yohan hanya tersenyum.

“Engga apa-apa kok, mas. Lebih baik sekarang Mas Yuvin pulang, agar Hyeongjun bisa tidur lebih nyaman dirumah”ucap Yohan lagi sambil mengusap rambut Hyeongjun yang masih nyenyak tertidur di pelukan sang kakak.

Yuvin pun menidurkan Hyeongjun di bangku belakang dan kembali berpamitan dengan Yohan sebelum mengendarai mobilnya menjauhi taman kanak-kanak tersebut.


Kim Yohan, seorang guru di salah satu taman kanak-kanak, Menjadi guru bukanlah impiannya sejak kecil. Seperti layaknya anak kecil pada umunya, Yohan bermimpi ingin menjadi seorang Dokter, tetapi takdir berkata lain. Yohan senang bekerja di tempat sekarang, bertemu dengan banyak anak kecil dengan perilaku berbeda membuat Yohan selalu belajar setiap harinya.

Seperti hari ini, ia mempunyai waktu berdua lebih lama bersama Song Hyeongjun. Anak kecil yang berusia belum genap enam tahun yang tinggal hanya berdua dengan kakak lelakinya Song Yuvin. Yuvin yang setiap hari mengantar serta menjemput Hyeongjun. Bahkan Yuvin yang menjemput Hyeongjun juga setiap harinya.

Song Yuvin, kakak lelakinya satu-satunya yang Hyeongjun miliki. Tidak banyak yang Hyeongjun tau tentang keluarganya, yang ia tau hanya Yuvin kakak lelaki satu-satunya yang setiap hari dia temui atau satu keluarga tetangga mereka yang mempunyai toko bunga dan biasa disapa bibi.

Yuvin merupakan seorang asisten dosen disalah satu universitas. Beberapa kali harus mengajukan cuti karena keterbatasan biaya, membuat Yuvin telat lulus dibanding teman-teman lainnya. Beruntungnya, seorang dosen menjadikannya asisten dengan bayaran yang cukup untuk menambah pemasukannya setiap bulan.

Kesibukan Yuvin sebagai asisten dosen ternyata berdampak buruk pada siklus kehidupan Yuvin. Beberapa kali terlambat dan lupa menjemput sang adik, membuat Yuvin harus meminta bantuan salah seorang guru Hyeongjun di taman kanak-kanak. Terbiasa bertemu dengan Yohan membuat Yuvin menaruh perasaan terhadap Yohan, hingga Yuvin tau jika semua itu salah.


“Jangan menyalahkan takdir jika dua insan yang saling mencintai tidak dapat bersatu” – Kim Yohan.

“Jika tidak dapat menyalahkan takdir, siapakah yang patut disalahkan jika dua insan tidak dapat bersatu walaupun saling mencintantai?” – Song Yuvin.


(xposhie)

A fight.


Sepasang anak adam tersebut berteriak. Beradu oktaf satu dengan yang lainnya. Membuat otot leher mereka bekerja lebih berat dari biasanya. Mata mereka merah karena amarah. Nafas mereka beradu karena emosi yang memuncak.

“Aku kan udah bilang dari awal, kalo aku sibuk. Kok kamu ga ngerti sih?”

“Aku selalu ngertiin kamu! Aku ga pernah ganggu jadwal kamu sehari pun, tapi aku mohon untuk kali ini luangin waktu kamu. Aku ini sebenernya siapa kamu sih? Cuma pajangan kamu di apartment ini?”

Seungyoun dan Sejin yang sudah berteriak kurang lebih sejam di dalam apartment pribadi mereka. Teriakan dan emosi seakan sudah menjadi makan sehari-hari mereka berdua. Mereka saling mencintai tetapi di sisi lain, mereka juga sering menyakiti.

Seungyoun dan Sejin beradu tatap dengan tatapan emosi satu sama lain sebelum Seungyoun menarik tengkuk dan pinggang Sejin agar jarak diantara keduanya semakin dekat. Seungyoun mendaratkan bibirnya di bibir Sejin yang serta merta di balas Sejin dengan mengalungkan kedua tangannya di leher Sejin.

Nafas mereka berdua memburu sama seperti gerakan bibir mereka yang berantakan. Seakan-akan ada pohon besar dihadapannya, Sejin melompat kecil dan melingkarkan kakinya di pinggang Seungyoun persis seperti seekor koala. Sesekali Sejin menarik rambut Seungyoun dengan bibir yang masih beradu lumat dengan Seungyoun.

Seungyoun berjalan pelan tapi pasti menuju kamar pribadi miliknya dan juga milik Sejin. Tangan Seungyoun tidak tinggal diam, tangan besar tersebut mengusap punggung Sejin dari dalam kaos yang Sejin kenakan membuat Sejin melenguh pelan karena sentuhan tersebut.

Tepat di depan pintu kamar, Seungyoun membuka kaos Sejin dan membuangnya asal membuat tautan bibir keduanya terputus beberapa detik, Dada keduanya naik turun, tatapan keduanya masih sarat akan emosi tetapi keduanya tetap memilih menautkan bibir mereka kembali.

Kaki kiri Seungyoun seperti sudah hafal apa yang harus dilakukan, yaitu menendang pelan pintu kamar agar tertutup. Seakan tidak mau kalah dengan kekasihnya, Sejin juga membuka kaos milik Seungyoun dan membuangnya asal. Tubuh bagian atas mereka sudah polos, membuat sentuhan diantara kulit dapat semakin mereka rasakan.

Panas, itu yang dirasakan keduanya. Seungyoun melempar pelan tubuh kecil Sejin ke atas kasur. Wajah merah Sejin dan bibir merah sedikit membengkak itu membuat Seungyoun menyunggingkan senyumnya. Seungyoun dan Sejin bergerak serempak, membuka pelapis kaki mereka masing-masing menyisakan lapisan terakhir yang menutupi kebanggaan mereka.

Seungyoun menunduk dan kembali menyapa bibir Sejin, membuat Sejin berbaring sepenuhnya diatas kasur dengan Seungyoun berada diatasnya. Emosi keduanya masih jelas terasa, karena apa yang mereka lakukan saat ini terkesan terburu dan berantakan.

Menit berikutnya, yang terdengar di dalam kamar temaram tersebut hanya desahan dan lenguhan serta bunyi kulit saling beradu. Seungyoun tersu bergerak diatas Sejin yang sudah bermandi peluh di bawahnya. Keduanya saling tatap saat masing-masing diantara mereka mencapi putih.

“I love you”ucap Seungyoun mencium singkat bibir Sejin yang masih mengatur ritme nafasnya.

“I love you, more...”ucap Sejin sambil mengusap kepala kekasihnya tersebut.


“Aku udah batalin jadwal aku seminggu ke depan, jadi apa rencana kamu?“ucap Seungyoun berjalan kearah dapur, dimana Sejin sedang menyiapkan sarapan mereka.

“Kerumah orang tuaku dua hari, setelahnya kita liburan berdua”ucap Sejin santai sambil menatap Seungyoun.

Seungyoun tersenyum, tetapi tangannya yang nakal juga mengusap paha Sejin hingga membuat Sejin membulatkan matanya.

“Can i get more?”ucap Seungyoun yang mencium tengkuk kekasihnya dan Sejin menggeleng.

“Apa kita harus berantem dulu?“ucap Seungyoun yang membuat Sejin menatap Seungyoun malas.

Melupakan soal sarapan, Seungyoun mengangkat Sejin dan menggendongnya menuju kamar mereka. Tidak perlu ada pertengkaran pagi itu untuk membuat Sejin mendesah kembali dibawah Seungyoun.

(xposhie)

Misi Hangyul.


Seongjun menyipitkan matanya ketika melihat Hangyul yang sesekali mengintip keluar dari sebuah kamar.

“Ngapain sih lo?“ucap Seongjun yang sedikit mengangetkan Hangyul.

Hangyul menarik Seongjun masuk ke dalan sebuah kamar dimana Sihun telah tertidur pulas.

Hangyul juga menceritakan semua hal yang diceritakan Sihun sebelum tertidur pulas. Seongjun menatap Sihun dengan perasaan yang sulit untuk diungkapkan.

“Berarti kita ga akan ketenu Boss Sihun lagi?“tanya Seongjun dan Hangyul menggeleng.

“Gue juga gatau, gue kan bukan Dr. Seungwoo”ucap Hangyul santai.

Selanjutnya Hangyul juga menceritakan bahwa Sihun menitipkan Sam kepada dirinya. Sihun berpesan agar dalam waktu dekat Sam dapat mengakhiri hubungannya dengan Sunho.

“Gimana caranya, Anjir?“tanya Seongjun yang membuat Hangyul menutup mulut Seongjun karena berbicara terlalu keras.

“Gue udah chat manager Sam dan nyuruh dia kesini, gue rasa dia bisa kita ajak kerjasama”ucap Hangyul lagi dan Seongjun hanya dapat menggelengkan kepalanya tidak mengerti.


“Wait... Cerita lo itu ga masuk akal, gue harus percaya sama lo?“ucap Byungchan yang sudah berdiri di dalam kamar bersama dengan Hangyul dan Seongjun.

“Terserah mau percaya atau engga, tapi kalo anda cari tau sendiri tentang kelainan yang dialami Sam, mungkin anda bisa percaya”ucap Hangyul meyakinkan.

“Terus gue harus gimana? btw jangan pake anda. Gue lo aja biar nyaman”ucap Byungchan lagi dan Hangyul menggeleng.

“Lo bisa minta Sam putus sama Sunho? Bilang aja ada perjanjian kerja yang mengharuskan Sam tanpa ikatan dengan orang lain”ucap Hangyul lagi.

“Hah? Ga mungkin! Lo kira Sam kerja di ikatan dinas yang tidak memperbolehkan orang menikah?“ucap Byungchan sarkasme.

“Apapun itu alasannya, gue yakin lo pasti punya alasan yang lebih kuat”ucap Hangyul meyakinkan.

Byungchan berfikir sejenak. Sejujurnya dirinya sangat menyetujui ide putus Sam dan Sunho karena dirinya tidak kuat dengan sikap membangkang Sam yang semakin keterlaluan.

“Kita harus minta tolong satu orang lagi”ucap Byungchan yang membuat Hangyul dan Seongjun menatap Byungchan bingung.

“Mantan pacar Sam...“ucap Byungchan datar.


“Gyul, lo yakin gamau bilang sama Ka Wooseok tentang ini?“tanya Seongjun.

Hangyul dan Seongjun sudah menempati kamar berbeda dengan Byungchan. Mereka berdua berada persis disebelah kamar sebelumnya, memastikan semua rencana mereka berjalan lancar.

“Atau Dr. Seungwoo? Sihun itu pasien Dr. Seungwoo dan setidaknya dia harus tau kondisi Sihun saat ini”ucap Seongjun lagi.

“Sebenernya gue takut...“ucap Hangyul sambil menarik nafasnya panjang.

“Tadi gue sempet kepikiran. Apa yang buat Sam susah sembuh dan mungkin Ka Wooseok salah satunya?“ucap Hangyul pelan.

“Engga mungkin! Ka Wooseok sayang sama Sihun, masa dia bisa ngelakuin itu?“ucap Seongjun tidak percaya.

“Ka Wooseok sayang Ka Sihun kan? Kayak Pak Sejin sayang Sihyeon? Mereka sama-sama melindungi orang yang mereka sayang dan bikin Sam....“ucapan Hangyul terhenti.

“Oke gue ngerti maksud lo, tapi kita tetep harus bilang Ka Wooseok”ucap Seongjun dan Hangyul hanya dapat mengangguk pasrah.

(xposhie)

Sekilas Kisah.


Jinhyuk memasuki rumahnya dengan satu tas ransel yang ia sampirkan di lengan sebelah kirinya. Langkahnya terhenti saat dirinya melihat Sejin duduk santai diruang tamu rumahnya.

“Lah ngapain lo disini?“ucap Jinhyuk santai.

Jinhyuk pun duduk disebelah Sejin dan membatalkan niatnya yang semula ingin segera berbaring dikasur empuknya.

“Wah curang nih! Lo liburan ga ngajak-ngajak gue!!“ucap Sejin mengerucutkan bibirnya.

“Lah ngapain gue ngajak lo? Siapa lo?“ucap Jinhyuk santai yang mendapat satu pukulan ringan di lengannya.

“Lo lupa status gue? Gue kan sepupu lo!!“ucap Sejin merajuk dan Jinhyuk tertawa.

“Beda konteks! Lagian kalo gue ajak lo, ada Seungyoun sama Wooseok. Emang lo ga apa-apa?“tanya Jinhyuk dan Sejin mengangguk.

“Gue kan putus baik-baik sama Seungyoun, beberapa kali juga lo ngajak gue nongkrong pas gue udah putus sama Seungyoun”ucap Sejin yang disetujui Jinhyuk.

“Giliran jalan-jalan fancy lo kagak ngajak gue! Giliran nongkrong di cafe pinggir jalan, lo bawa-bawa gue!“ucap Sejin lagi dan Jinhyuk tertawa.

“Ngambek nih ceritanya?“tanya Jinhyuk dan Sejin menatap Jinhyuk dengan acuh tak acuh.

“Terus ini lo mau balik kerumah? Sendirian?“tanya Jinhyuk dan Sejin menggeleng.

“Dijemputlah sama pacar gue! Emang lo yang betah amat jomblo?“ucap Sejin yang diakhiri dengan juluran lidah, meledek Jinhyuk.

“Wah parah!! Lo punya laki baru ga bilang-bilang gue? Siapa? Ganteng? Lebih ganteng mana sama Seungyoun?“tanya Jinhyuk semangat.

“Gue bukan tipe orang yang suka bedain pacar gue sama mantan gue, jadi gue gatau gantengan mana”ucap Sejin santai.

“Namanya Seungju! Konten kreator di youtube gitu”ucap Sejin sambil memperlihatkan fotonya bersama Seungju.

“Gede banget badannya! Engga berat kalo dia diatas lo?“tanya Jinhyuk dengan tidak tau malunya.

“Anjir! Otak lo kemana-mana ya?“Sejin menggeleng tak mengerti.

“Gue auto fokus kesitu! Lo sama Seungyoun aja kelelep apalagi sama nih orang...“ucap Jinhyuk tidak percaya yang membuat Sejin tertawa.

“Udah ah! Seungju udah mau nyampe nih, gue mau balik dulu!!“ucap Sejin yang lalu berdiri dan berjalan menuju pintu rumah Jinhyuk.

Jinhyuk mengikuti Sejin, guna melihat kekasih baru sepupunya tersebut.

“Juju!!“ucap Sejin yang membuat Seungju keluar dari mobilnya menghampiri Sejin dan Jinhyuk.

“Hallo! Gue jinhyuk, sepupunya Sejin”ucap Jinhyuk memperkenalkan diri.

“Gue Seungju! Sorry, sepupu lo gue jemputnya kemaleman”ucap Seungju tersenyum.

“Santai! Engga usah dipulangin nih anak ga apa-apa kok! Tolong kasih makan yang banyak ya! Kasian badannya kecil gini”ucap Jinhyuk bercanda.

“Udah ah! Jinhyuk suka ga jelas, mending kita berangkat”ucap Sejin menarik Seungju menjauhi Sejin.

Jinhyuk tertawa melihat Sejin menjauhinya dan pergi bersama Seungju.

(xposhie)

Cerita Singkat


Taemin membawa dua buah kaleng soda dingin dari kotak pendingan di dekat pintu masuk. Satu untuk dirinya sendiri dan satu untuk Minho yang sedang sibuk menusuk daging di tusuknya.

“Makasih”ucap Minho sambil tersenyum.

“Byungchan itu udah punya pacar apa belum sih?“tanya Taemin tiba-tiba dengan pandangan luru menatap Byungchan yang sedang bercanda dengan Sejun, Jinhyuk serta Dongpyo.

“Hm? Gatau, dia ga pernah cerita”ucap Minho sekenanya.

“Kalo dia cerita udah punya pacar, kamu bakalan bersikap gimana?“Minho menoleh dan menatap Taemin lekat tanpa sebuah jawaban.

“Kamu tau sesuatu ya?“tanya Minho dan Taemin menggeleng.

“Bahkan aku sama Byungchan baru ketemu lagi kemarin, setelah kita putus”jawab Taemin dan Minho mengangguk.

“Jujur aku gatau bersikap kayak gimana kalo belum liat pacarnya Byungchan. Kalo orangnya model kayak mantannya sebelumnya, udah pasti aku suruh Byungchan mutusin dia sih”ucap Minho acuh tak acuh.

“Minta putus walaupun Byungchan sayang pacarnya?“tanya Taemin lagi dan Minho mengganguk.

“Byungchan sayang pacarnya, tapi kelakuan pacarnya ga bener ya lebih baik putus dibanding kedepannya Byungchan kebanyakan nangis”Minho menjelaskan dan Taemin mengangguk.

“Kalo pacarnya Byungchan itu salah satu temen kamu gimana?“Minho tersedak karena pertanyaan Taemin tersebut.

“Siapa? Sejun? Nope! Dia kebanyakan bercanda, aku ga bisa bayangin Byungchan pacaran sama dia”ucap Minho menjelaskan.

“Jinhyuk? Hm... Engga terlalu sering bercanda kayak Sejun, tapi still nope karena aku tau kelakukan aneh dia semua dan ga kebayang harus punya adik ipar kayak dia”ucap Minho dan Taemin tertawa mendengar jawaban Minho tersebut.

“Hello? Aku nanya pacar, bukan calon suami! Jauh banget sih pandangan kamu?“Taemin menggeleng tak percaya.

“Jin? Seungwoo?“tanya Taemin lagi.

“Setauku Jin masih belum move on dari mantan sebelumnya, ga mungkin suka Byungchan. Kalo Seungwoo? Dia baik, banget. Engga aneh kayak Jinhyuk dan engga sebercanda Sejun...“ucap Minho membandingkan teman-temannya.

“Seungwoo paling normal diantara semuanya. Tapi fansnya dia tuh banyak banget! Kayak kalo kita nongkrong tuh selalu aja ada yang nanyain nomer telfonnya Seungwoo”ucap Minho.

“Seungwoo ngasih nomernya? Tebar pesona sama yang suka deketin dia?“tanya Taemin penasaran dan Minho menggeleng.

“Engga! Sekalipun aku ga pernah liat dia bales orang yang deketin dia dimanapun...“ucap Minho bingung.

“Wait... Kamu nanyain Seungwoo mulu, kamu suka sama dia?“tanya Minho yang kali ini membuat Taemin tersedak.

“Hah? Ya enggalah! Tapi ga nutup kemungkinan sih aku suka sama dia, apalagi kalo kita gini-gini aja?“ucap Taemin santai.

“Gini gimana?“tanya Minho bingung.

“Ya begini? Jalan terus berdua? Tapi... masih mantan kan?“tanya Taemin dengan sudut bibir terangkat satu.

“Hm... Aku kira kamu ga mikir gituan? Jadi... mau balikan?“tanya Minho menatap Taemin lekat.

“Kembang api!!!“Minho menarik nafas panjang saat Taemin berteriak dan menunjuk kerumunan orang di hadapan mereka.

Seungwoo yang entah sejak kapan membawa kembang api sudah sibuk menyalakan satu persatu kembang api tersebut bahkan petasan layaknya tahun baru.

Minho menggeleng tak mengerti dan menyusul Taemin yang berjalan mendekati kerumunan. Minho dengan santai merangkul pinggang Taemin yang membuat pria yang lebih kecil darinya tersentak.

“Ayok balikan! Jangan jauh-jauh lagi dari aku”ucap Minho pelan tepat di samping telinga Taemin dan membuat Taemin tersenyum dengan semburat merah dipipinya.

(xposhie)

Futsal.


Byungchan, Wooseok dan Sejin diam menonton pertandingan futsal di hadapan mereka. Sesekali salah satu diantara mereka memeriksa ponsel untuk melihat apakah Yohan memblasa pesan yang mereka kirimkan beberapa waktu lalu.

“Belum ada yang dibales Yohan chatnya?“tanya Wooseok. Byungchan dan Sejin menggeleng bersamaan.

“Hm... Dia ga mungkin marah kan? Gara-gara kita bertiga kumpul karena diajak terus Yohan ga ada yang ngajak...“ucap Byungchan mengerucutkan bibirnya.

“Yohan bukan orang yang kayak gitu sih menurut gue...“ucap Sejin meyakinkan.

Byungchan, Wooseok dan Sejin kembali terdiam hingga suara ramai mengalihkan perhatian mereka bertiga. Yuvin baru saja mausk ke arena futsal yang disambut Kooheon, orang yang mengundang mereka untuk bermain futsal malam itu.

Byungchan, Wooseok dan Sejin beradu tatap saat melihat seseorang yang berjalan dibelakang Yuvin. Orang yang mereka kenal dan bahkan mereka bertiga tunggu kabarnya beberapa waktu lalu.

“Yohan?!?!?“ucap Byungchan, Wooseok dan Sejin bersamaan membuat Yohan menoleh karena merasa seseorang memanggilnya.

Yohan meminta izin kepada Yuvin yang masih berbicara dengan Kookheon, Yuvin pun mengangguk dan mempersilahkan Yohan untuk pergi ke tempat teman-temannya berada.

“Oke gue cerita!“ucap Yohan tanpa basa basi saat mendapatkan tatapan mematikan dari ketiga temannya.

Flashback On

“Hallo, Ka Mingyu? Ah bermasalah lagi ka? Oke aku kesana deh, aku punya buktinya kok ka. Ini aku berangkat sekarang ya ka, maaf ngerepotin mulu...“Yohan tidak berbohong, chat terakhir ia di grup memang bersamaan dengan masuknya telfon Mingyu.

Yohan pun segera bersiap dan pergi ke kantor Mingyu. Awalnya ia ingin membalas chat teman-temannya, tetapi akhirnya hanya berakhir read karena Yohan terburu-buru untuk pergi ke kantor MIngyu.

“Makasih ya ka! Aku jadi keseringan nyusahin ka mingyu...“ucap Yohan setelah menyelesaikan urusannya. Mingyu tersenyum simpul.

“Engga bareng Yuvin? Biasanya kalian kalo kesini selalu bareng?“tanya Mingyu bingung dan Yohan hanya dapat tersenyum kaku.

“Nah tuh panjang umur anaknya dateng! Vin, Yuvin!!“Yohan menoleh ketika Mingyu memanggil nama seseorang yang ia kenal.

“Loh Yohan? Kesini juga? Dikerjain Mingyu ya?“ucap Yuvin santai yang mendapat satu pukulan pelan dikepalanya.

“Engga kok ka! Emang agak bermasalah aja nih barangnya hehe”ucap Yohan yang tidak kalah singkat.

“Hm... Aku duluan ya ka!!“ucap Yohan yang berusaha mengambil satu box besar yang sebelumnya berada di lantai.

“Naik apa?“tanya Yuvin dan Yohan berfikir sejenak.

“Taksi kayanya ka, engga enak juga bawa barang gede naik kendaraan umum takut ganggu”ucap Yohan dan Yuvin mengangguk.

“Mau nungguin gue ga? Bareng aja pulangnya! Nanti gue anterin deh”ucap Yuvin yang membuat Yohan kembali berfikir.

“Bareng aja, Han! Lumayan kan ngirit ongkos? Mumpung Yuvin lagi baik!“ucap Mingyu pelan dan Yohan tersenyum.

“Tunggu situ sebentar ya?“ucap Yuvin dan Yohan akhirnya mengalah dan menunggu Yuvin.


“Han, mau nonton futsal dulu ga?“ucapan Yuvin membuat Yohan menoleh.

“Ah yang tadi diomongin di grup”ucap Yohan dalam hati.

“Tapi kalo kamu mau langsung pulang, aku anterin dulu”ucap Yuvin lagi saat tidak mendengar jawaban Yohan selama beberapa detik.

“Kalo Ka Yuvin mau nonton futsalnya, ga apa-apa ka! Ka Yuvin udah janjian sama yang lain kan?“tanya Yohan spontan yang membuat Yohan menyesalinya.

“Kok tau? Ah temen-temen kamu ya?“tanya Yuvin dan Yohan mengangguk.

“Tadinya aku juga mau ajak kamu, tapi aku harus ke kantor Mingyu dulu. Engga enak kalo aku bawa kamu kesana kemari”ucap Yuvin yang membuat wajah Yohan memerah.

“Udah makan belum? Makan disana aja ya? Atau sama yang lain habis futsalan, biasanya mereka habis futsal selalu makan sih”ucap Yuvin menjelaskan.

“Aku ikut ka yuvin aja! Kan aku nebeng ka yuvin”ucap Yohan pelan.

“Yaudah nanti aku bawa ke KUA ya? Gimana?“Yohan otomatis menoleh saat Yuvin berkata seperti itu, membuat Yuvin tertawa dan mengusak kepala Yohan gemas.

Flash Off

Yohan baru saja menyelesaikan cerita ketika ketiga teman Yohan menahan senyumnya, membuat Yohan menatap ketiga temannya bingung.

“Han, nitip tas ya! Mau gantian main sama yang lain”Yohan menoleh dan mendapati Yuvin yang sudah berganti baju seperti sebagian orang di lapangan futsal. Yohan pun menerima tas ransel serta jaket yang sebelumnya digunakan Yuvin.

“Pake aja jaketnya kalo dingin atau banyak nyamuk”ucap Yuvin tersenyum sambil mengusak kepala Yohan gemas.

Byungchan, Wooseok dan Sejin serempak tertawa pelan ketika Yuvin telah menjauhi tempat mereka berada hingga membuat beberapa orang menatap mereka karena terkejut.

“Ssstt! Diliatin orang tuh”ucap Yohan yang menutup wajahnya dengan jaket milik Yuvin.

“Jangan dicium gitu! Ada peletnya loh”ucap Sejin menggoda, membuat Yohan menurunkan jaket Yuvin agar tidak menutupi wajahnya lagi.


“Makan sate yuk!“ucap Seungyoun saat permainan bola mereka telah berakhir.

“Sate depan? Yuk deh gas”ucap Yuvin yang dengan santai duduk disebelah Yohan yang menyerahkan sebotol air mineral yang sebelumnya sudah Yohan beli khusus buat Yuvin.

“Kamu ga apa-apa pulang malem? Atau perlu izin?“tanya Yuvin pelan dan Yohan menggeleng.

“Engga apa-apa kok ka! Aku bilang aja jalan sama mereka, pasti aman hehehe”ucap Yohan tertawa.

“Jangan bohong! Kalo jalan sama aku, bilang sama aku. Biar nanti kalo kamu emang ga diizinin, biar aku yang ngomong”ucap Yuvin serius dan Yohan mengangguk.

Tanpa Yohan dan Yuvin sadari, perbincangan singkat mereka di dengar oleh tiga pasang lainnya yang sedang memperhatikan mereka sambil menahan senyum.

“Eh gue punya temen! Di grup chat ditanyain ngegas, eh pas udah ketemu gasnya makin kenceng ternyata!“ucap Jinyuk tiba-tiba, membuat Yohan dan Yuvin menoleh. Byungchan, Wooseok, Sejin, Seungyoun dan Seungwoo pun tertawa mendengar perkataan Jinhyuk tersebut.

(xposhie)

Memories.


“Dodo.... Sayang, ayok sarapan!“Sejin berteriak kecil, memanggil nama anak lelaki semata wayangnya. Tidak perlu panggilan kedua kalinya, Dohyon sudah berada di meja makan lengkap dengan seragam yang ia kenakan dan sebuah ransel yang ia letakan di kursi sebelahnya.

“Pih, kok telurnya nasi gorengnya ada tiga piring?“Sejin tersentak dan terdiam ketika mendengar pertanyaan anak semata wayangnya tersebut.

“Hm... Itu papih mau bawa bekal ke studio, biar papih ga malas makan siang diluar”ucap Sejin mengusak puncak kepala anaknya tersebut. Dohyon pun mengangguk dan menikmati sarapannya berdua bersama Sejin.

“Papih... Nanti aku mau main kerumah Jinwoo dulu habis pulang sekolah ya?“ucap Dohyon saat Sejin sudah menghentikan mobilnya di depan sekolah Dohyon dan Sejin tersenyum.

“Oke! Tapi jangan berantakin rumah Jinwoo ya? Kasian uncle yang harus beresin rumah lagi habis kerja”ucap Sejin lembut dan Dohyon mengangguk mengerti.

Sejin pun kembali mengendarai mobilnya setelah memastikan Dohyon memasuki sekoahnya. Di sebuah studio mini dimana ia biasa menghabiskan waktunya untuk membuat boneka berbulu sebagai mata pencahariannya tersebut.

“Apa lagi kali ini?“Wooseok, sahabat serta rekan kerja Sejin menyambut kedatangan Sejin yang berjalan lesu.

Sejin tidak menjawab pertanyaan Wooseok dan justru mengeluarkan sebuah kotak makan beserta tupperware berwarna hitam. Wooseok tau tanpa bertanya dan ia tahu tanpa harus memastikan. Wooseok tersenyum kecil sebelum duduk disebelah Sejin dan menepuk pundak temannya tersebut.

“Mau ketempat Seungyoun nanti? Gue temenin”tanya Wooseok dan Sejin menggeleng. Wooseok menerima jawaban Sejin dan memilih memeluk Sejin erat.


“Papih.... Bangun... Papih... Jangan tidur di sofa...“Sejin membuka matanya perlahan. Sinar televisi yang belum sempat dimatikan membuat Sejib sedikit menyipitkan matanya.

“Hm... Dodo? Kenapa bangun, sayang?“tanya Sejin dengan suara serak.

“Dodo mau ambil minum terus liat papih disini ketiduran...“ucap Dohyon pelan dan Sejin tersenyu.

“Dodo udah ambil minumnya?“tanya Sejin dan Dohyon menggeleng.

“Yaudah Dodo ambil minumnya ya? Papih tunggu disini”ucap Sejin dan Dohyon mengangguk.

Sejin menoleh dan mendapati jam menunjukan pukul dua dini hari. Sejin memutuskan mematikan televisi. Sebelum bangkit dari duduk, Sejin menarik nafas panjang.

Kamar pribadinya terlalu sepi, sehingga Sejin tadi memutuskan menonton televisi hingga tanpa sadar dirinya ketiduran dengan televisi yang masih menyala.

Sejin tersenyum tipis sebelun menghampiri sang anak yang masih menenggak minumannya. Sejin mengusap kepala anak lelaki yang tingginya hanya sebatas dadanya saja.

“Dodo... Papih boleh ya tidur sana Dodo?“ucap Sejin yang membuat Dohyon menoleh kebingungan.

“Papih kangen tidur sama bayi gedenya papih”ucap Sejin dan Dohyon pun mengangguk.

Malam itu, menghindari sepi Sejin memutuskan tidur dikamar anak lelakinya. Memeluk anak lelakinya, satu-satunya orang yang pelukannya tidak akan ia lepaskan.


“Gue denger dari Dohyon katanya dia pernah ngeliat lo tidur di ruang tengah?“tanya Wooseok dan Sejin mengangguk.

Akhir pekan, Wooseok memilih mengunjungi Sejin. Kebetulan hari itu Jinwoo dan Dohyon sedang berkemah bersama keluarga Han sedangkan Jinhyuk sedang dinas diluar kota.

“Kamar gue sepi banget... Jadi gue nonton tivi eh ketiduran”ucap Sejin tersenyum tipis.

“Gue pernah janji sama Dohyon ga akan cerita tentang ini ke lo... Tapi dia sering denger lo nangis sendirian dikamar, lo sering buat kopi pas sarapan bahkan sering buat makanan dengan jumlah lebih. Bener?“tanya Wooseok dan Sejin hanya dapat menatap Wooseok sayu.

“Susah Seok...“ucap Sejin yang mulai terisak.

“Lo mau pindah?“tanya Wooseok dan Sejin menggeleng.

“Gue jahat banget kalo sampe pindah dari sini. Seakan-akan pengen jauhin Dohyon dari satu-satunya kenangan bareng papahnya...“ucap Sejin.

Wooseok memeluk Sejin yang terisak. Setahun bukan waktu yang sebentar untuk Sejin melakukan semuanya sendiri. Jika dulu ia mempunya pasangan yang menemaninya, sekarang tidak ada.

Sejin harus kuat di depan anak semata wayangnya. Tetapi kenangan itu selalu datang yang akan mengembalikan Sejin pada sebuah rasa rindu yang berlebih.

“Lo bisa! Semua demi Dohyon juga demi Seungyoun. Jangan biarin Dohyon liat lo sedih dan nyalahin dirinya sendiri karena ga bisa jagain papihnya. Lo tau kan pesannya Seungyoun? Dohyon harus selalu jagain lo dan mastiin lo selalu ketawa dan ga pernah nangis”ucap Wooseok sambil mengusap punggung sahabatnya.

Sejin kembali menangis di pelukan sahabatnya. Sejin berjanji setelah ini ia akan kembali menata kehidupannya. Sejin berjanji bahwa ia akan membuat Dohyon menepati janjinya kepada papahnya, untuk membuat Sejin tersenyum. Sejin berjanji.

(xposhie)

Memories.


“Dodo.... Sayang, ayok sarapan!“Sejin berteriak kecil, memanggil nama anak lelaki semata wayangnya. Tidak perlu panggilan kedua kalinya, Dohyon sudah berada di meja makan lengkap dengan seragam yang ia kenakan dan sebuah ransel yang ia letakan di kursi sebelahnya.

“Pih, kok telurnya nasi gorengnya ada tiga piring?“Sejin tersentak dan terdiam ketika mendengar pertanyaan anak semata wayangnya tersebut.

“Hm... Itu papih mau bawa bekal ke studio, biar papih ga malas makan siang diluar”ucap Sejin mengusak puncak kepala anaknya tersebut. Dohyon pun mengangguk dan menikmati sarapannya berdua bersama Sejin.

“Papih... Nanti aku mau main kerumah Jinwoo dulu habis pulang sekolah ya?“ucap Dohyon saat Sejin sudah menghentikan mobilnya di depan sekolah Dohyon dan Sejin tersenyum.

“Oke! Tapi jangan berantakin rumah Jinwoo ya? Kasian uncle yang harus beresin rumah lagi habis kerja”ucap Sejin lembut dan Dohyon mengangguk mengerti.

Sejin pun kembali mengendarai mobilnya setelah memastikan Dohyon memasuki sekoahnya. Di sebuah studio mini dimana ia biasa menghabiskan waktunya untuk membuat boneka berbulu sebagai mata pencahariannya tersebut.

“Apa lagi kali ini?“Wooseok sahabat serta rekan kerja Sejin menyambut kedatangan Sejin yang berjalan lesu.

Sejin tidak menjawab pertanyaan Wooseok dan justri mengeluarkan sebuag kotak makan beserta tupperware berwarna hitam. Wooseok tau tanpa bertanya dan ia tahu tanpa harus memastikan. Wooseok tersenyum kecil sebelum duduk disebelah Sejin dan menepuk pundak temannya tersebut.