Obsesi.
Terinspirasi dari sebuah film yang berjudul Secret Obsession
⚠️Kekerasan, darah dan adegan yang mungkin membuat pembaca cemas serta takut.
Sejin terbangun dengan kepala berdenyut, kaki dan tangan yang tidak bisa di gerakan serta nyeri di sekujur tubuhnya. Sinar yang masuk ke indera penglihatan Sejin membuat dirinya harus menyesuaikan pandangannya dan menyipitkan kedua matanya. Sejin juga berusaha sekuat tenaga menggerakan jari jemari tangannya, walaupun beberapa kali ia gagal melakukannya.
Sejin akhirnya berhasil membuka kedua kelopak matanya dan mengedarkan pandangannya. Sejin mengenyitkan keningnya, ia mencoba menyentuh kepalanya dengan tangan kirinya ketika merasakan sesuatu berada di kepalanya, kepalanya diperban. Sejin pun menarik nafas panjang dan melihat tangan kanannya disanggah sesuatu.
“Ah...“Sejin mengaduh kesakitan, membuat seseorang yang berdiri membelakanginya sejak tadi berbalik dengan raut wajah cemas.
“Sayang? Kamu udah sadar, hm? Aku panggil dokter sebentar”Sejin hanya dpaat terdiam bahkan ketika dokter yang memeriksanya sudah selesai dan sedang berbicara dengan lelaki yang mengkhawatirkannya tadi.
“Pelan-pelan mungkin memorinya akan kembali, jika ada keluhan bisa hubungi saya kembali”Sejin dapat mendengar penjelasan Dokter tersebut sebelum akhirnya Dokter paruh baya tersebut meninggalkan ruang rawat milik Sejin.
“Kau siapa?“tanya Sejin penuh kebingungan. Lelaki tersebut tersenyum dan menarik pelan tangan kiri Sejin. Sejin dapat melihat dengan jelas sebuah cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya sama dengan cincin yang juga melingkar di jari manis lelaki tersebut.
Sejin kembali terdiam, mendengar setiap penjelasan lelaki tersebut. Sejin menarik nafas panjang ketika lelaki tersebut sudah selesai menceritakan kejadian yang terjadi kepadanya seminggu yang lalu. Kecelakaan, itu yang di alamai Sejin. Tertabrak mobil dan tidak sadarkan diri selama seminggu.
Kepala diperban, tangan kanan di gips, kedua kaki yang kini susdah di gerakan. Sejin pun memilih kembali memejamkan matanya, karena otaknya belum dapat mencerna kejadian yang ia lalui seminggu yang lalu. Sejin akhirnya tertidur, dengan usapan lembut di punggung tangannya yang dilalukan oleh lelaki tersebut.
“Hm... Ini rumah kita?“Sejin yang masih duduk diatas kursi roda memandang takjub sebuah rumah kayu dihadapannya, indah dan memukau dirinya.
“Iya, welcome home, babe!“ucap lelaki tersebut yang mencuri satu kecupan di bibir Sejin yang tersipu malu setelahnya.
Lelaki tersebut mendorong kursi roda milik Sejin dan Sejin kembali terperangah dengan isi rumah yang ia lihat. Hilang ingatan tidak pernah ada dalam bucket list yang ingin dirasakan Sejin, tetapi sekarang ia mengalami hal itu. Semua terasa asing dan baru baginya.
“Aku mau masak makan siang, kamu mau tunggu dikamar aja?“ucap lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai suami Sejin beberapa saat setelah Sejin tersadar. Sejin menggeleng dan memilih tetap berada di dapur, memperhatikan lelaki dengan bahu lebar tersebut memasak di dapur miliknya.
“Selamat makan!“ucap lelaki tersebut ketika seluruh makanan sudah tersedia diatas meja makan. Mungkin Tuhan tidak menghapus semua memori Sejin, karena Sejin masih ingat betul jika makanan yang tersedia diatas meja makan adalah makanan kesukaannya.
“Boleh ceritain tentang kita?“ucap Sejin pelan yang membuat lelaki tersebut menoleh dan tersenyum.
Lelaki tersebut menceritakan semua hal yang Sejin lupakan. Awal mereka bertemu, bagaimana mereka saling megutarakan cinta hingga mereka menikah dan pindah kerumah tersebut. Tangan pria tersebut senantiasa mengusap punggung tangan Sejin guna menenangkan lelaki kecil tersebut.
“Jangan dipaksa ya? Pelan-pelan aja...“ucap Lelaki tersebut yang membawa masuk Sejin ke dalam pelukannya, membuat stau tetes air mata turun dari mata indah Sejin.
Beberapa minggu setelahnya, Sejin terbangun ditengah malam dan tidak mendapati suaminya yang biasa berbaring disebelahnya. Awalnya Sejin mengira suaminya berada di dalam kamar mandi, tetapi tidak ada suara dari kamar mandi pribadi mereka. Setidaknya dua puluh menit yang dibutuhkan Sejin untuk mencari keberadaan suaminya tersebut.
“Sayang....“ucap Sejin pelan. Gelap adalah suasana yang dapat digambarkan saat ini. Panggilan Sejin tidak mendapat balasan dari sang suami, membuat Sejin memutuskan keluar dari kamarnya dan mencari keberadaan suaminya.
“Sayang, kamu dimana?“ucap Sejin lagi, tetapi yang ia dapati hanya sepi. Bulu kuduk Sejin meremang, karena suasana gelap dan sepi. Samar, Sejin mendengar suara dari halaman rumahnya. Sejin sempat berfikir, apakah ia harus mendatangi sumber suara tersebut atau tidak.
“Sayang, kamu dibelakang?“tanya Sejin tetapi tetap tidak ada jawaban dan membuat Sejin akhirnya menghampiri sumber suara tersebut. Pelan, Sejin berjalan kearah halaman belakang dan Sejin mendapati suaminya berdiri di halaman belakang. Sejin menyipitkan matanya, mencoba melihat apa yang sedang dilakukan suaminya pada tengah malam tersebut.
“Sayang?“ucapan Sejin akhirnya dapat di dengar oleh suaminya karena tubuh lelaki tersebut seketika menegang dan berbalik ebberapa detik setelahnya. Lelaki tersebut memberikan isyarata 'tunggu sebentar' saat melihat Sejin berdiri menunggunya di halaman belakang.
“Hm... Kamu ngapain?“tanya Sejin yang melingkarkan tangan kanannya ke pinggang sang suami.
“Ada kucing mati dan barusan aku kuburin, kasian...“ucap sang suami yang memberikan kecupan di puncak kepala Sejin. Sejin tidak membalas perkataan sang suami, walaupun sebenarnya ia teramat bingung dengan alasan yang dilontarkan suaminya. Kucing mati adalah hal yang mustahil ditemukan di lingkungan rumahnya dan mengubur kucing mati di tengah malam membutuhkan effort yang cukup besar.
“Tidur lagi ya?“ucap sang suami sata mereka sudah kembali keatas kasur. Sejin mengangguk dan memeluk sang suami untuk kembali menyapa mimpi.
Sejin berjalan cepat keluar rumah saat seseorang mengetuk pintu rumahnya. Beberap orang yang Sejin kenal itu menyambangi rumah Sejin siang itu. Polisi serta detektif yang bertugas menangani kasus kecelakannya beberapa waktu lalu. Polisi menceritakan sebuah fakta baru yang ditemukan yang berada dilokasi kecelakaan tersebut.
Sesuai dengan pengamatan CCTV pada malam kejadian, mobil Sejin berada di tempat kejadian dimana Sejin mengalami kecelakaan. Sejin mendengarkan dengan seksama penjelasan polisi tersebut.
“Sesuai dengan history panggilan dari handphone Tn. Sejin, kami menemukan bahwa malam itu Tuan menghubungi petugas derek mobil dan kami juga menemukan truck yang biasa bertugas menderek mobil berada di tempat kejadian perkara”ucap polisi tersebut menjelaskan.
“Tetapi kami tidak bisa menemukan supir yang bertugas malam itu. Kami sudah selidiki ke kantor yang bersangkutan dan sang atasan mengatakan bahwa anak buahnya memang tidak pernah masuk kantor setelah malam itu. Ada kabar yang mengatakan bahwa sang supir membawa kabur truck yang biasa ia gunakan untuk bekerja”ucap sang polisi melanjutkan.
“Kami juga sudah mendatangi rumah supir tersebut dan hasil yang kami dapat sama, bahwa supir tersebut juga tidak pulang sejak malam tersebut”Sejin masih diam mendengarkan penjelasan polisi dihadapannya dengan wajah cemas.
“Tetapi beberapa hari yang lalu supir tersebut menghubungi keluarga dan mengatakan bahwa dirinya dalam bahaya. Kami sudah melacak semuanya termaksud tempat terakhir supir tersebut menghubungi keluarganya dan kami mendapatkan fakta terbaru dari sana yang berhubungan dengan suami anda”Nafa Sejin tercekat, ia mencoba menghilangkan fikiran-fikiran kotor yang ada di kepalanya saat ini.
“Suami anda berada di tempat yang sama di malam yang sama beberapa jam setelah sang supir menghubungi keluarganya”ucap Polisi tersebut dan tubuh Sejin merosot lemas di sofa.
“Kami tidak dapat mengambil kesimpulan apapun dari penyelidikan kali ini, tapi kami akan memanggil suami anda dalam beberapa hari kedepan”Sejin memijat kepalanya yang terasa pusing.
“Maaf, kejadian malam itu tepatnya kapan?“ucap Sejin dan polisi memberitahukan bahwa itu baru terjadi beberapa hari lalu. Sejin mencoba mengingat hari tersebut, dimana ia tidak mendapati suaminya di tempat tidur saat tengah malam dan tidak berlangsung lama, suami Sejin kembali dari kantor.
“Maaf? Bukankah kasus ini sudah saya tutup?“ucap suami Sejin saat melihat polisi di dalam rumahnya.
“Suami saya sudah sembuh dan saya rasa, saya tidak akan melanjutkan kasus ini lagi”ucap lelaki yang sudah berdiri disebelah Sejin tersebut. Beberapa polisi dan detektif itu memutuskan pulang dan kembali ke kantornya setelah mendapatkan penjelasan dari suami Sejin.
“Hallo?“Sejin tersenyum, mendapat telfon dari sang suami siang itu.
“Sayang, aku boleh minta tolong? Ada flashdisk yang masih tersambung di laptopku. Boleh minta tolong untuk kirimkan data dari flashdisk itu?”
Sejin pun masuk ke dalam kamar kerja sang suami setelah mendapatkan penjelasan dan arahan suaminya. Sejin dapat dengan mudah mengakses laptop pribadi suaminya dan mengirimkan email kepada sang suami.
From: Husband
Terimakasih sayang
Aku mencintaimu
Sejin tidak lantas meninggalkan kamar kerja suaminya setelah urusannya selesai. Fokus Sejin sedikit terganggu saat sebuah email asing masuk ke dalam kotak masuk email milik sang suami. Sejin pun membuka email tersebut dan detik berikutnya, Sejin memegang kepalanya karena rasa sakit yang menyerang tiba-tiba.
Sejin berbaring di kasurnya dengan tangan yang sibuk mengutak-atik ponselnya. Dirinya membuka beberapa media sosial dan mencari namanya. Sejin terperangah saat dirinya menemukan sebuah media sosial yang sudah lama tidak digunakan.
Sejin membuka dan memeriksa halaman media sosial tersebut dan menemukan beberapa foto yang membuatnya terkejut. Foto yang ia kenal yang ditunjukan suaminya beberapa saat yang lalu tetapi terlihat berbeda saat ini. Sejin pun mencari foto yang sebelumnya diperlihatkan oleh sang suami guna mencari perbedaan diantara dua foto tersebut.
Sejin semakin terkejut, saat melihat dua perbedaan yang jelas dari dua foto yang terlihat yang sama tersebut. Foto yang terdapat pada halaman media sosial Sejin, terlihat Sejin sedang dipeluk seseorang yang jelas bukan suaminya saat ini, karena orang yang mengaku suaminya saat ini berada dibelakang bersama teman-teman Sejin lainnya.
Sejin lebih terkejut lagi, saat melihat foto pernikahannya. Foto dalam halaman media sosialnya jelas memperlihatkan dirinya berciuman dengan orang lain dan orang yang sekarang mengaku suaminya berdiri dikursi undangan. Sedangkan pada foto yang tercetak, orang yang mencium Sejin dalam pernikahan tersebut ialah orang yang mengaku suaminya saat ini.
Pintu rumah terbuka dan membuat tubuh Sejin menegang. Sejin dengan tenang merapihkan foto yang sebelumnya ia buka dan menyimpan ponselnya. Ia menyambut kedatangan suaminya yang pulang dengan senyum yang ia buat senatural mungkin.
Pagi itu untuk pertama kalinya, Sejin keluar dari rumah tersebut untuk pergi ke kantor polisi setelah sebelumnya mendapatkan kabar bahwa polisi mempunyai sebuah fakta baru yang perlu Sejin ketahui. Ketika Sejin tiba di kantor polisi sudah ada dua orang asing yang berada disana. Orang asing yang membuat kepala Sejin berputar kembali.
“Sejin? Duduk dulu”ucap seorang lelaki yang lebih tinggi dari lelaki lainnya.
Setelah merasa lebih tenang, Sejin pun menjelaskan penjelasan polisi mengenai fakta terbaru yang perlu ia ketahui. Dua orang lelaki yang asing baginya tersebut adalah Wooseok dan Jinhyuk, sahabat Sejin dan suami asli Sejin.
“Kabar terakhir yang gue denger, lo sama Seungyoun mau liburan dua minggu ke luar negeri. Gue engga bisa ngubungin lo bahkan Seungyoun”ucap lelaki yang duduk disebelah Sejin dan menggenggam erat tangan Sejin.
“Tuan Wooseok dan Jinhyuk datang kesini setelah mendapat informasi dari kami, mereka membawa bukti yang juga perlu anda lihat”ucap polisi dihadapan Sejin. Foto pernikahannya.
“Orang yang ada di foto ini sama dengan foto yang mungkin anda upload ke media sosial beberapa tahun lalu”ucap polisi tersebut menambahkan.
“Tuan Wooseok dan Jinhyuk juga sudah menceritakan semuanya kepada kami dan cerita yang mereka ceritakan sama dengan cerita yang suami anda sampaikan kepada kami”ucap polisi tersebut
“Seungyoun siapa?” ucap Sejin bingung yang kemudian jatuh pingsan.
Beberapa jam kemudian, Sejin terbangun ketika mendengar teriakan seseorang. Sejin sudah kembali berada di kamar tidurnya. Langkah Sejin gontai dan terseok ketika ia mencoba berjalan mendekati sumber suara.
“Saya sudah mengatakan berulang kali! Saya mencabut laporan ini karena suami saya sudah sehat, tapi kenapa anda masih memanggil suami saya?“langkah Sejin terhenti ketika mendengar nada tinggi suaminya.
“Untuk kalian berdua, jangan campuri urusan rumah tangga saya dan Sejin! Biarkan Sejin disini dan beristirahat dengan tenang setelah peristiwa tersebut”Sejin dapat dengan jelas melihat sang suami menunjuk Wooseok dan Jinhyuk yang juga berada diruang tamunya.
“Seungju! Lo harusnya sadar, Sejin bukan punya lo.... Dia punya Seungyoun”ucap Wooseok mencoba bernegosiasi.
“Seungyoun udah mati! Sejin punya gue dan selamanya cuma punya gue”ucap lelaki yang sebelumnya dipanggil Seungju oleh Wooseok.
“Stop!“ucap Sejin lirih, membuat semua orang menoleh. Wooseok yang awalnya ingin mendekati Sejin itupun dilarang oleh Seungju untuk mendekat.
“Sayang? Kamu udah bangun, hm? Kepala masih sakit? Mau ke dokter aja?“Sejin menggeleng mendengar pertanyaan Seungju tersebut.
“Seungyoun? Siapa Seungyoun?“tanya Sejin bingung.
“Suami lo... Nama suami asli lo Cho Seungyoun bukan Han Seungju”ucap Woosok pelan.
“Diam! Kalian semua pergi selama saya melakukan hal yang lebih buruk”ucap Seungju yang merangkul Sejin dan membawanya masuk ke dalam kamar lagi.
“Sayang... Seungyoun siapa? Kenapa kamu usir Wooseok sama Jinhyuk?“tanya Sejin bingung.
“Nanti biar aku urus mereka ya? Kamu minum obatnya dulu, biar kepalanya engga sakit lagi”ucap Seungju yang dituruti Sejin dan beberapa menit kemudian, Sejin kembali tertidur.
Flashback On
“Hai! Aku sedang mengisi bahan bakar dan sepertinya dalam sejam aku akan tiba di rumah ibu”
Sore itu, Sejin berencana mengunjungi orang tuanya yang tinggalnya berpuluh-puluh kilometer dari kediaman pribadinya. Sejin sesekali tersenyum dan memutar cincin di jari manisnya.
“Hm.. Baiklah aku akan menunggumu! Jika lelah, tidak usah kau paksakan ya? Besok sore aku kembali”
“Aku juga mencitaimu!!”
Sejin memutuskan sambungan telfonnya dan kembali mengendarai mobilnya. Langit sore itu berubah gelap tanda hujan akan turun. Sesekali, Sejin menggumamkan lagu yang berputar di radio untuk menghapus sepi tetapi sebuah ketidakberuntungan menyapa Sejin karena mesin mobil yang ia gunakan tiba-tiba mati.
Sejin memeriksa mesin mobilnya tetapi karena pengetahuannya mengenai mesin mobil sama dengan nol, membuat Sejin memutuskan untuk menghubungi jasa derek mobil terdekat dari tempatnya berada.
“Setengah jam? Apa tidak bisa lebih cepat?”
Sejin menghembuskan nafasnya kasar. Dirinya harus menunggu setengah jam hingga truk yang akan menderek mobilnya tiba. Sejin melihat kesekelilingnya, gelap dan sepi karena Sejin sudah berada di pinggir kota. Beberapa kali angin berhembus kencang, membuat Sejin harus merapatkan cardigan yang ia gunakan.
Sejin menoleh ketika mendengar suara lelaki yang mendekat. Beberapa lelaki bertubuh tinggi mendekati Sejin, membuat Sejin berjalan menjauh dengan harapan menemui sebuah kedai disekitar lingkungan tersebut. Langkah lebar Sejin membuat jarak antara Sejin dan beberapa lelaki tadi. Sejin pun bernafas lega. Ia pun memutuskan akan kembali ke mobilnya setelah merasa aman.
Tetapi, Sejin harus mendecak sebal ketika lelaki tadi kembali terlihat dan membuat Sejin kembali berjalan cepat bersamaan dengan hujan yang mulai turun. Panik, Sejin berlari dibawah guyuran hujan dengan harapan yang sama dengan sebelumnya, menemukan kedai kecil.
Hujan yang turun dengan deras, membuat Sejin kehilangan arah dan yang ia tau selanjutnya ia melihat sebuah lampu mendekatinya dan seketika tubunya terhempas ke aspal yang basah. Sayup, Sejin mendengar beberapa lelaki yang tadi ia lihat berbicara pelan. Tetapi akhirnya semua gelap saat Sejin merasa seseorang mengangkat dirinya yang berbaring di aspal.
Flashbak Off
Sejin kembali terbangun di tengah malam. Kali ini, karena sebuah mimpi yang terlihat begitu nyata. Mimpi yang terlihat seperti kepingan memori yang coba ia hadirkan kembali. Seungyoun, nama itu muncul di mimpi Sejin yang membuatnya kembali diam dalam kebingungan.
“Sayang, kamu kebangun? Hm... Kenapa?“ucap Seungju yang menarik pelan Sejin masuk ke dalam pelukannya.
“Semua akan baik-baik aja, aku janji...“ucap Seungju yang mengusap punggung telanjang Sejin dan membawa Sejin kembali ke alam mimpi.
“Aku sebenarnya mau ajak kamu, tapi gabisa karena ini masuk perjalanan dinas”ucap Seungju sesaat sebelum dirinya pergi untuk perjalanan dinas ke luar kota.
“Engga apa-apa! Aku bisa sendiri kok dan aku udah engga terlalu sering sakit kepala”ucap Sejin tersenyum yang membuat Seungju mengusak kepala suaminya, gemas.
“Telfon aku kalo kamu butuh apapun ya? Lusa aku janji udah pulang”ucap Seungju sebelum mendaratkan bibirnya di bibir Sejin tetapi detik berikutnya Sejin memutus ciuman tersebut karena ciuman tersebut terasa asing baginya.
Setelah Seungju pergi, Sejin tidak menunggu waktu lama untuk dapat menghubungi Wooseok dan Jinhyuk tetapi beberapa kali telfon Sejin tidak tersambung dan membuat Sejin semakin panik. Sejin pun berusaha menelfon kepolisian untuk melacak keberadaan Wooseok dan Jinhyuk.
“Semalam Tuan Wooseok dan Tuan Jinhyuk menelfon kepolisian. Mereka mendapatkan ancaman dari seseorang yang belum kami ketahui, saat ini mereka berada disalah satu hotel.”
Wooseok membuka pintu kamar hotelnya tepat ketika Sejin tiba di depan kamar hotelnya. Wooseok memeluk Sejin dan membawanya masuk dengan wajah yang cemas. Didalam kamar hotel tersebut, ada Jinhyuk dan dua anak lelaki kecil yang Sejin simpulkan sebagai anak dari Wooseok dan Jinhyuk.
“Om!!!“kedua anak tersebut memanggil Sejin dan tersenyum saat melihat Sejin datang.
“Kalian main dikamar sebelah dulu sama Papa ya? Papi mau ngobrol sama Om dulu”ucap Wooseok yang dituruti kedua anaknya.
Jinhyuk membawa anaknya ke kamar sebelah, meninggalkan Wooseok dan Sejin berdua di dalam kamar tersebut. Wooseok tidak henti-hentinya menggenggam tangan Sejin, dari raut wajah Wooseok terlihat jelas raut kecemasan dan kekhawatiran.
Wooseok menceritakan semuanya. Siapa dirinya, siapa Jinhyuk, siapa Sejin, siapa Seungyoun bahkan menceritakan siapa Seungju orang yang mengaku suami Sejin selama dua bulan tersebut. Nafas Sejin tercekat, semua pernyataan Woosoek terasa nyata karena memori Sejin seperti kembali ke masa itu.
“Seungju suka sama lo dari jaman masuk kuliah... Gue tau persis karena lo selalu cerita sama gue”ucap Wooseok lagi.
Sejin ingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Seungju, bagaimana Seungju menyatakan perasaan kepadanya, bagaimana Seungju selalu berada disekitarnya dan juga Seungyoun.
Sejin juga ingat saat kelulusannya, dimana Seungyoun berhalangan hadir saat itu dan Seungju hadir dengan satu buket bunga besar yang menarik perhatian banyak orang. Seungju yang ternyata satu kantor dengan Seungyoun juga ada saat Seungyoun mendapatkan promosi kenaikan jabatan dimana dihari yang sama Seungyoun melamar Sejin.
Kepala Sejin terus berdenyut, memori abu-abu dikepala semakin lama semakin jelas berwarna. Memori indah bersama Seungyoun lambat laun mulai kembali dalam fikiran Sejin. Sejin menarik nafas panjang, mengatur nafasnya dan mengeratkan genggamannya ditangan Wooseok.
“Seungyoun... Dimana?“tanya Sejin lirih tetapi Wooseok menggeleng sebagai jawabannya.
Sejin menangis dalam dekapan Wooseok dan disaat yang bersamaan telfon dalam kamar hotel tersebut berdering, membuat Jinhyuk sedikit berlari untuk menerima panggilan tersebut.
“Hallo?”
Tubuh Jinhyuk menegang saat mendengar suara orang disebrang telfon. Jinhyuk menoleh menatap Wooseok dan memberikan isyarat yang membuat tubuh Wooseok juga menegang.
“Seungju...“ucap Jinhyuk pelan.
Pintu kamar hotel tersebut diketuk, membuat Sejin menatap Wooseok dan Jinhyuk dengan tatapan bingung. Jinwoo dan Junseo, kedua anak Wooseok itu berlari menghampiri Jinhyuk dan memeluk papa mereka karena mereka tau jika mereka dalam bahaya.
Sejin menghapus air matanya dan berjalan mendekati pintu hotel yamg terus diketuk seseorang dari luar kamar. Beberapa kali Wooseok melarang, tetapi Sejin tetap dalam pendiriannya. Pintu terbuka dan disana berdiri Seungju, lelaki yang beberapa jam lalu berpamitan kepada Sejin untuk dinas keluar kota.
Seungju menyunggingkan senyum mengerikan sambil menatap Wooseok dan Jinhyuk sebelum menarik Sejin keluar dari kamar tersebut. Sejin tidak menolak saat Seungju menarik tangannya, walaupun Wooseok beberapa kali berteriak meminta Seungju melepaskan Sejin.
Setidaknya sudah tiga hari, Sejin terkunci di dalam sebuah kamar tanpa jendela. Kamar yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya selama ia tinggal bersama Seungju dirumah tersebut.
Sejin mencoba membuka kelopak matanya saat merasakan seseorang mengusap lembut pipinya. Tubuh Sejin kaku, saat melihat Seungju berada di dekatnya dan tidur disebelahnya.
“Lepaskan... Aku mohon...“ucap Sejin memohon tetapi Seungju menolak.
“Sepuluh tahun aku hanya dapat mengagumimu dari jauh. Aku rasa pengorbananku cukup. Sekarang kamu milikku dan hanya milikku”ucap Seungju yang kemudian mencoba melumat bibir Sejin.
Sejin meronta enggan diberi kecupan oleh Seungju yang membuat Seungju marah dan menampar Sejin hingga Sejin terdiam. Seungju pun kembali keluar dari kamar tersebut saat ponselnya berdering.
Seungju kembali ke kamar Sejin saat mendengar suara benda jatuh dikamar Sejin dan saat Seungju masuk ke kamar, ia tidak menemukan Sejin di dalam kamar tersebut. Seungju menoleh dan mendapati Sejin dibelakangnya dengan sebuah kursi kayu ditangannya. Seungju tersungkur saat Sejin memukulnya dengan kursi kayu tersebut.
Sejin berlari, mencoba keluar dari rumah tersebut. Tetapi hal yang ia lakukan sebelumnya ialah mencari ponselnya yang kemungkinan besar disembunyikan oleh Seungju, Disisi lain, Seungju memegang kepalanya yang baru saja menjadi korban pukulan beda tumpul tersebut. Seungju tidak tinggal diam dan memilih mencari Sejin.
Sejin panik dan membuatnya kesulitan mencari benda yang ia maksud hingga ia merasakan Seungju yang berjalan terseok mendekatinya lagi. Sejin memilih bersembunyi di dalam lemari, dibelakang puluhan baju yang tergantung dan berharap Seungju tidak dapat menemukannya.
“Sayang... Kamu dimana? Aku ga marah sama kamu kok”ucap Seungju yang sesekali meringis karena darah segar menetes di kepalanya.
Seungju kembali keluar dari kamar ketika tidak dapat menemukan Sejin di dalam kamar tersebut dan kesempatan tersebut digunakan Sejin untuk keluar dari lemari tetapi detik berikutnya, seseorang membekap mulut Sejin dan membuat Sejin teriak meronta.
“Aku udah bilang kan, pengorbanan aku udah cukup selama sepuluh tahun dan sekarang aku ga akan kehilangan kamu lagi”ucap Seungju santai. Sejin mengigit tangan Seungju yang membekap mulutnya serta menginjak kaki Seungju dengan kencang, membuat Seungju kembali merasakan kesakitan. Sejin memutuskan lari keluar dari rumahnya, tanpa menggunakan alas kaki dan tanpa alat bantuan apapun.
Disisi lain.....
“Han Seungju, sudah lima tahun menjadi pasien saya karena ia memiliki sebuah kepribadian dimana ia akan melakukan apapun untuk sesuatu yang inginkan. Walaupun itu menyakiti orang lain”Wooseok memijat pelipisnya pelan.
“Semua bukti sudah cukup untuk menangkap Seungju kan?“tanya Jinhyuk dan polisi dihadapannya menggeleng.
“Kami tidak dapat menangkap seseorang tanpa bukti yang jelas”ucap Polisi tersebut.
“Semua dokumen yang Tuan Seungju miliki merupakan dokumen yang sah, termaksud surat pernikahan antara dirinya dan Tuan Lee Sejin”ucap polisi tersebut menjelaskan.
“Bagaimana dengan dokumen pernikahan Seungyoun dan Sejin? Itu semua juga sah kan? Apakah itu tidak dapat dijadikan bukti? Foto-foto? Kesaksian kami?“ucap Wooseok memohon dan polisi tersebut hanya menggeleng.
“Jika Tuan Seungju bisa memalsukan foto tersebut, hal tersebut juga dapat dilakukan siapapun”Wooseok menarik nafasnya saat mendengar penjelasan polisi tersebut.
“Jadi, apakah yang bisa kita lakukan? menunggu?“tanya JInhyuk yang membuat semua orang dalam ruangan tersebut terdiam.
“Tolong...“Semua orang dalam ruangan kepolisian tersebut menoleh dan mendapati seseorang dengan baju dan wajah lusuh memasuki ruangan kepolisian tersebut.
“Seungyoun!!!“ucap Jinhyuk saat melihat Seungyoun tergopoh dan terseok merangkul seseorang yang sudah tidak sadarkan diri.
TBC