semestakapila

Isi hati.


Yohan masuk ke dalam rumahnya setelah seharian pergi dan meninggalkan rumah. Tidak lupa dirinya mengambil sebuah barang yang ia ketahui sebagai kirimin Yuvin dan Hyeongjun, senyum Yohan muncul walaupun hanya senyum tipis.

“Apaan itu?“jawab seseorang yang sudah berdiri dibelakang Yohan.

“Hm? Kado dari muridku. Tadi dia kesini, walinya tadi bilang ke aku”ucap Yohan singkat dan orang berada dibelakangnya tersebut mengangguk mengerti.

“Gimana? Packing kamu udah selesai?“Yohan menoleh dan meneliti sekeliling rumahnya dimana terdapat beberapa box besar tersebar. Yohan menggeleng.

“Kita gabisa tinggal disini aja mas? Rumah ini terlalu banyak kenangannya buat aku”ucap Yohan pelan.

“Rumah ini dan kenangannya ga akan hilang, sayang... Tetap akan ada dihati kamu, oke? Nanti kalo kamu kangen rumah ini, kita bisa pulang dan nginep disini beberapa hari. Gimana?“Yohan yang sudah dalam pelukan lelaki tinggi tersebut pun mengangguk.

“Yaudah aku bantuin kamu beres-beres ya sebelum pulang?“ucap lelaki tersebut sambil mengusak puncak kepala Yohan gemas.

“Hm.. Mas Seungwoo mau pulang? Gamau nginep disini aja sama aku? Besok ke rumah sakitnya dari sini ajaaa”ucap Yohan manja yang membuat Seungwoo, dokter yang menjabat sebagai tunangannya tersebut merasa gemas.

“Wah tumben? Kenapa jadi clingy begini?“ucap Seungwoo yang kembali membawa Yohan dalam dekapannya. Yohan hanya terdiam dan melirik bungkusan kado dari Yuvin dan Hyeongjun yang ia letakan asal diatas meja.

Yohan sadar, bahkan sangat sadar jika Yuvin memberikannya perhatian lebih. Banyak pesan masuk dari Yuvin selama lebih dari dua bulan ini yang membuat Yohan dapat merasakan perhatian kecil Yuvin tersebut. Bahkan tidak jarang Yohan tersenyum saat menerima pesan dari Yohan.

Tetapi Yohan sadar, jika rasa nyaman yang muncul dari dalam hatinya tersebut salah. Yohan salah karena dua bulan ini dengan senang hati menerima perhatian Yuvin tanpa tau akibatnya. Tanpa tau bahwa mungkin akan ada hati yang dikemudian hari akan tersakiti.

Yohan sadar dan Yohan mulai menghilangkan rasa nyaman tersebut. Menghilangkan sedikit demi sedikit hingga ia sadar jika Yuvin mungkin sudah mengetahui hal yang sebenarnya. Yuvin yang memberikan perhatiannya lebih kepada Yohan, seorang lelaki yang sudah mempunya kekasih selama lima tahun belakang, seorang dokter bernama Han Seungwoo yang sering dibicarakan oleh Hyeongjun.

“Sayang... Kok bengong? Kamu capek? Istirahat aja yuk?“ucap Seungwoo saat melihat Yohan berhenti dari kegiatannya mengemas barang-barangnya. Yohan menoleh dan tersenyum.

“Istirahat aja ya? Besok kan kamu harus ngajar. Hari hari terakhir kamu jadi guru, jangan sampe kamu sakit!“ucap Seungwoo mengingatkan dan Yohan mengangguk.

“Kok kedengerannya sedih ya mas? Hari hari terakhir aku jadi guru?“ucap Yohan lemas.

“Hm... Gimana? AKu ga pernah maksa kamu untuk berhenti loh... Kamu yang mau berhenti kan?“ucap Seungwoo bingung.

“Iyaaa, aku takut kalo aku terlalu sibuk nanti perhatian aku ke kamu sama aja kayak pas kita pacaran! Alias dikittt banget”ucap Yohan mengerucutkan bibirnya.

“Hahaha jadi alasan kamu itu? Aduh aku jadi seneng deh tiap pulang kerja ada yang nungguin”ucapan Seungwoo membuat wajah Yohan bersemu merah.

Yohan dan keputusan bulatnya meninggalkan pekerjaannya. Awalnya hanya agar ia tidak bertemu dengan Yuvin kembali setelah ia menikah nanti, tetapi ia merasa itu adalah alasan yang kurang tepat jadi ia memilih alasan lain, yaitu demi tidak berkurangnya perhatian dirinya kepada Seungwoo setelah menikah nanti.

“Oh iya! Undangan untuk wali murid kamu gimana? Dikirim atau kamu kasih langsung disekolah?“tubuh Yohan seketika menegang ketika mendengar pertanyaan Seungwoo. Sebuah undangan yang harus ia serahkan ke Yuvin, berat tetapi harus ia lakukan.

“Liat nanti aja deh mas! Kalo aku keburu cuti, mungkin aku titip guru pengganti aja disekolah”ucap Yohan santai dan seungwoo mengangguk mengerti.

(xposhie)

Memulai Misi.


Pagi itu, Sam terbangun disebuah hotel di kepala berdenyut. Sesekali Sam mengaduh karena rasa berdenyut dikepalanya semakin menjadi ketika dirinya bergerak.

“Sudah bangun pemalas?“Sam menoleh dan mendapati sang manajer berdiri menatapnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Kau... Kenapa aku bisa ada disini?“tanya Sam pelan yang membuat Byungchan tertawa hambar.

“Terimakasihlah kepada orang baik yang membawamu kesini dan menelfonku, karena jika kau ditemukan orang jahat maka aku rasa kau tidak akan terbangun di hotel ini”ucap Byungchan sinis. Sam diam, mencerna semua perkataan Byungchan.

“Berhentilah bermain-main, Sam! Aku tau kau ini model papan atas, tapi tolong tetap dengarkan semua masukanku”ucap Byungchan lagi.

“Kau minta bayaranmu aku naikan, hm?“ucap Sam menyeringai dan Byungchan hanya dapat menggelengkan kepalanya.

“Karena kabar hubunganmu dengan pengusaha tersebut, Sunghwan mencabut kontrakmu dan kita kehilangan banyak pekerjaan”ucap Byungchan menjelaskan.

“Aku sudah tidak membutuhkan pekerjaan lagi, toh aku punya kekasih super kaya”ucap Sam santai.

“Ah benar! Samuel Kim, kekasih pengusaha kaya bernama Sunho Park yang bahkan tidak sama sekali mencari kekasihnya dan sibuk dengan pekerjaannya”ucap Byungchan sarkas.

“Apa maksudmu?“Sam mulai tersulut emosi karena ucapan Byungchan tersebut.

“Saingan Sunho dalam berbisnis, sudah mencabut semua sahamnya dan sekarang Sunho adalah pemegang saham tertinggi di beberapa tempat. Ia sibuk, namanya muncul dimanapun, kecuali diponselmu”ucap Byungchan dan melempar ponsel Sam ke kasur dimana Sam berada.

“Kamu yakin dia tidak memanfaatkanmu saja? Bertemu sekali di sebuah kelab malam, lalu bercinta dan akhirnya berpacaran? Ah klise sekali permainan seorang pembisnis handal”ucap Byungchan dengan tenang.

“Nanti malam kita akan bertemu Sunghwan, kau harus meminta maaf kepadanya. Jika kita tidak mendapatkan semua pekerjaan itu kembali, setidaknya kita masih dapat 25 % kontrak dari sebelumnya”ucap Byungchan menjelaskan.

“Aku tidak mau! Dalam kamusku, aku tidak akan mengemis kepada siapapun terlebih lagi kepada mantan kekasihku”ucap Sam naik pitam.

“Jadi, kau akan mengemis kepada kekasihmu? Sunho Park? Meminta dia menjemputmu dan memberimu uang? Atau memberimu satu dari sekian banyak perusahaannya?“tanya Byungchan yang terus menekan posisi Sam.

“Aku ikuti maumu, tetapi setelah kita bertemu Sunho”ucap Sam yang kemudian sibuk menghubungi Sunho walaupun tidak berhasil.

(xposhie)

Gerhana.


I. Kawanan Baru

Meningkatnya jumlah orang hilang di Seattle membuat keluarga Cullen meradang. Bukan karena penculikan atau terkaman hewan buas seperti dilansir berita tivi, tapi karena ulah kawanan baru yang entah dimana keberadaannya.

Mimpi Buruk.


Seungwoo masuk ke kamar tidurnya dan tersenyum ketika melihat Byungchan tertidur di kasurnya. Setidaknya sudah dua malam ini Byungchan bermalam di tempat Seungwoo atas inisiatif Seungwoo. Tetapi Senyum Seungwoo pudar saat melihat Byungchan gelisah dalam tidurnya, membuat Seungwoo menghampiri Byungchan.

“Chan.... Sayang... Bangun dulu yuk?“Seungwoo mencoba membangunkan Byungchan yang gelisah dalam tidurnya. Byungchan mencoba membuka kelopak matanya, tetapi badannya menegang saat melihat Seungwoo dihadapannya.

“Sssstttt.... Kenapa, hm? Ini aku, gausah takut ya?“ucap Seungwoo mencoba menenangkan Byungchan dan membawa masuk Byungchan dalam dekapannya. Tubuh Byungchan gemetar dan keringat membasahi pelipisnya.

“Tenang ya... Kamu cuma mimpi buruk...“ucap Seungwoo sambil mengusap punggung Byungchan menenangkan.

“Seungyoun... Ka... Dateng ke mimpi aku”ucap Byungchan bergetar yang membuat tubuh Seungwoo menegang.

“Ssttt... Itu cuma mimpi, oke? Dia ga akan nyakitin kamu lagi...“ucap Seungwoo yang semakin membawa Byungchan masuk ke dalam dekapannya.

Tubuh Byungchan masih gemetar. Byungchan melepaskan pelukan Seungwoo, membuat Seungwoo menatap Byungchan bingung. Byungchan terisak sambil menatap Seungwoo penuh ketakutan. Byungchan bahkan menjauhkan dirinya dari Seungwoo.

“Hei... Sayang, kenapa?“tanya Seungwoo dan menahan pergerakan tubuh Byungchan. Byungchan menggeleng terisak.

“Engga ka.... Aku jahat... Aku jahat sama Ka Seungwoo... Engga boleh... Aku engga boleh ada disini...“ucap Byungchan terisak yang membuat hati Seungwoo sakit.

“Sayang... Engga apa-apa, oke? Lupain semua yang terjadi kemarin ya? Aku tau itu bukan kemauan kamu. Tenang ya?“ucap Seungwoo meyakinkan Byungchan.

“Engga.. AKu udah nyakitin Ka Seungwoo... Ka Seungwoo harusnya benci sama aku...“ucap Byungchan lagi dan detik berikutnya Seungwoo kembali membawa Byungchan dalam dekapannya.

“Engga, aku ga akan pernah benci sama kamu... Engga akan pernah bisa”ucap Seungwoo dengan suara bergetar.

“Kamu ga nyakitin aku sama sekali, sayang.... Aku yang nyakitin kamu... Aku bikin kamu sakit...“ucap Seungwoo yang intens mengusap rambut serta punggung Byungchan.

“Maaf... Maafin aku yang gabisa bawa kamu pergi dari Seungyoun secepatnya... Maafin aku, karena aku juga kamu jadi sakit kayak gini...“ucap Seungwoo lagi.

Byungchan terdiam tetapi tubunya sudah tidak gemetar seperti tadi. Kedua tangan Byungchan menggenggam baju kaos yang dikenakan Seungwoo dengan erat. Byungchan pun kembali tertidur pulas dalam dekapan Seungwoo.

(xposhie)

Rasa Penasaran


Yuvin meletakan sebuah paper bag yang berisikan hadiah untuk Yohan tepat di depan pintu rumah Yohan yang tertutup karena pemiliknya sedang tidak berada dirumah. Hyeongjun yang berdiri disebelah Yuvin beberapa kali mengintip ke dalam rumah karena dirinya tidak tau jika Yohan tidak ada dirumah saat ini.

“Pulang, yuk!“ucap Yuvin menggandeng tangan kecil sang adik. Hyeongjun menatap Yuvin bingung.

“Kayo mana? Kok kadonya disitu aja?“tanya Hyeongjun bingung dan Yuvin memilih berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan sang adik.

“Kayo lagi pergi, jadi kadonya kita tinggal disini aja dulu ya? Soalnya kayo masih lama pulangnya”ucap Yuvin mengusap puncak kepala sang adik. Hyeongjun mencebikkan bibirnya karena kecewa. Yuvin dan Hyeongjun pun meninggalkan rumah Yohan setelah meletakan kado yang mereka peruntukan untuk Yohan.

Sudah lebih dari sebulan ini, Yuvin sulit bertemu Yohan kecuali saat Yuvin menjemput Hyeongjun tepat waktu di sekolahan. Ketika Yuvin telat menjemput Hyeongjun, Yohan tidak ada disana dan hanya ada guru pengganti yang menunggu kedatangan Yuvin. Yuvin juga jarang mengunjungi rumah Yohan seperti dua bulan lalu.

“Kaviiiinnn....“Yuvin tersentak saat sang adik masuk ke kamarnya membawa sebuah boneka kelinci lusuh.

“Mau bobo sama kaviiiinnn”ucap Hyeongjun gemas dan Yuvin mengangguk menyetujui.

“Kaviiiin bisa dongeng?“tanya Hyeongjun yang sudah berada dalam pelukan Yuvin diatas kasur.

“Kayo udah jarang bacain dongeng sebelum pulang sekolah... Kayo pulang sekolah buru-buru terussss dijemput om dokter!“ucap Hyeongjun polos.

“Kayo dijemput Om dokter terus?“tanya Yuvin dan Hyeongjun mengangguk.

“Setiap hari!!! Kayo dijemput setiap hari”ucap Hyeongjun gemas.

“Kemaren pas ulang tahun, om dokter juga yang bawa kuenya!! Kayo sampe mau nangis, tapi akhirnya senyum pas dipeluk Om dokter”ucap Hyeongjun lagi.

Yuvin terdiam. Kedekatannya dengan Yohan selama dua bulan lalu membuat dirinya nyaman, bahkan teramat nyaman. Sudah lama Yuvin tidak merasakan rasa nyaman seperti itu ketika dekat dengan orang lain.

“Kemaren Jun juga denger! Katanya Kayo udah ga ngajar kelas Jun lagi, makanya ada guru pengganti”ucap Hyeongjun.

“Hm? Kayo pindah kelas?“tanya Yuvin bingung dan Hyeongjun menggeleng.

“Engga! Katanya kayo udah ga disekolah lagi bulan depan, gatau kemana...“ucap Hyeongjun lemah.

“Makanya Jun sedih... mau pisah sama kayo...“ucap Hyeongjun dengan suara bergetar.

“Jun sayang sama kayo?“tanya Yuvin dan Hyeongjun mengangguk.

“Sayaaanggg banget!! Sayangnya Jun ke kayo cuma beda dikit sama sayang jun ke kavinnn”ucap Hyeongjun polos.

“Banyakan mana sayangnya?“tanya Yuvin yang membuat Hyeongjun berfikir sebentar.

“Sayang sama kavin dong!!“ucap Hyeongjun yang setelah memeluk kakanya erat dengan tangan kecilnya, membuat Yuvin tersenyum dan memeluk Jun kembali.

(xposhie)

Bencana Pagi.


Seungwoo mendecak sebal tapi pelan. Dirinya bangun dari tepat tidur tanpa berniat menganggu tidur nyenyak Byungchan disebelahnya. Suara ponsel bergetar di meja tuang tamu membuatnya terusik dan memaki dalam hati. Siapa yang membangunkan tidur nyenyaknya di hari minggu pagi seperti ini.

Seungwoo mengeyitkan keningnya saat melihat nama salah satu temannya pada display name pemanggil di ponselnya. Sebuah ketukan juga muncul dari pintu utama apartment milik Seungwoo. Panik? Tentu. Tapi Seungwoo mencoba untuk berfikir jernih.

Seungwoo mengambil hoodie hitam yang semalam ia letakan asal di sandaran sofa. Langkahnya gontai menuju pintu, membuka sedikit pintunya dan menyambutnya orang yang menganggu tidurnya.

“Ngapain lo?“ucap Seungwoo ketus. Minho dan Taemin disebelahnya berdrii di depan apartment Seungwoo.

“Pinjem sepeda dong! Gue tuh chat lo dari semalem, tapi ga lo read sama sekali. Ngapain deh?“ucap Minho curiga.

“Tidur lah, mumpung weekend kan”ucap Seungwoo sekenanya.

“Tunggu bentar, gue ambil kuncinya”ucap Seungwoo yang detik berikutnya berbalik dan hendak masuk kembali ke apartmentnya.

“Nyet, lo ga nyuruh gue masuk?“ucap Minho menarik tudung hoodie yang Seungwoo gunakan sehingga membuat Seungwoo sedikit tertarik ke belakang.

“Anj! Pantesan lo kaga nyuruh gue masuk”Seungwoo belum sempat menjawab pertanyaan Minho sebelumnya, tetapi Minho sudah terlebih dahulu menyampaikan pernyataan baru. Seungwoo mengenyitkan keningnya bingung.

Minho tersenyum jahil dan Taemin disebelah Minho juga sama, bahkan dengan wajah bersemu merah. Minho menggaruk leher kanannya, membuat Seungwoo otomatis melihat leher sebelahnya kanannya. Seungwoo menarik nafas panjang sebelum menutupi tanda kemerahan yang mungkin ditimbulkan oleh Byungchan semalam.

“Diem disini dulu lo!“ucap Seungwoo lagi dan Minho mengangguk sambil menahan senyumnya.

Seungwoo kembali dua menit setelahnya dan menyerahkan kunci yang biasa ia gunakan untuk mengunci sepedanya.

“Bawa aja kuncinya! Nanti lo kunci lagi kalo udah dibalikin”ucap Seungwoo dan Minho kembali mengangguk.

“Oke thank you! Have fun, sorry nih ganggu”ucap Minho menahan senyumnya.

“Oh iya! Sekali-kali diajak ke tongkrongan dong”ucap Minho menunjuk leher Seungwoo lagi. Tetapi belum sempat Seungwoo berucap apapun, Taemin sudah menarik Minho menjauh dengan permintaan maaf kepada Seungwoo.

“Ahhhh Seungwoo bodoh!!!”Seungwoo merutuki dirinya sendiri dalam hati.

“Ka seungwoo, ngapain?“Seungwoo menoleh dan tersenyum, sebelum menutup kembali pintu apartmentnya Seungwoo memastikan bahwa Minho dan Taemin sudah pergi dan tidak mendengar suara Byungchan tadi.

“Kok kamu udah bangun?“ucap Seungwoo yang membawa Byungchan kedalam pelukannya dan menghujani Byungchan dengan kecupan di seluruh wajahnya.

“Hehehe enak ya kalo gini, aku dicium-cium ka seungwoo terus”ucap Byungchan dengan senyum yang berhasil memperlihatkan kedua lesung pipinya. Seakan menular, Seungwoo juga tersenyum dan semakin gencar menghujani wajah Byungchan dengan kecupan yang membuat Byungchan sesekali berteriak karena geli.

(xposhie)

Rencana Lain.


Hari itu, Seungwoo dan Byungchan berencana menghabiskan akhir pekan mereka dengan berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Mall yang dipilih mereka adalah Mall yang jarang di kunjungi circle Seungwoo maupun Byungchan.

Tetapi, hari itu keberuntungan tidak sedang memihak pada mereka berdua. Sejun, teman Seungwoo sekaligus Minho berada di kawasan pusat perbelanjaan yang sama. Beruntungnya, saat itu Byungchan pamit ke toilet sehingga Sejun hanya bertemu Seungwoo.

“Kaaa, kok ninggalin...“Byungchan mengerucutkan bibirnya saat memasuki mobil Seungwoo. Ya, mereka berencana pindah tempat agar tidak lagi bertemu Sejun.

“Ihhhh masa Ka Sejun bilang ke abang?“ucap Byungchan malas yang membuat Seungwoo menoleh.

“Nih!! Abang jadi nanya ke aku tentang temenku yang sakit. Terus aku mau dijemput abang dirumah temenku”Byungchan menjelaskan.

Tiga tahun berhubungan sembunyi-sembunyi, sebenarnya membuat Seungwoo dan Byungcha terbiasa dengan kondisi seperti ini. Tetapi terkadang masih ada hal yang membuat mereka kaget sehingga harus sedikit berbohong

“Loh kok jadi senyum-senyum?“Seungwoo kembali menoleh dan mendapati kekasihnya tersenyum simpul.

“Kita gausah ke mall yuk, kaaa!! Pulang ajaaa”ucap Byungchan bersemangat.

“Tapi pulang ke apartment ka seungwoo”ucap Byungchan lagi yang membuat Seungwoo mengernyitkan keningnya.

“Aku bilang ke abang kalo mau nginep ditempat temen aku yang sakit, soalnya aku alesan kalo temenku ga ada yang nemenin dirumah”Byungchan tersenyum super lebar ketika menjelaskan hal tersebut.

Sebenarnya, Byungchan sudah beberapa kali berkunjung ke apartment Seungwoo. Tetapi tidak sampai menginap dan malam ini adalah malam pertama Byungchan menginap di tempat Seungwoo.

“Pilih aja filmnya, aku yang siapin camilan”ucap Seungwoo.

Byungchan juga Seungwoo memutuskan menonton film di apartment Seungwoo hari itu. Byungchan bertugas mencari film dan Seungwoo menyiapkan camilan.

“Ka seungwoo cepetan!!!“ucap Byungchan bersemangat.

Sebuah selimut sudah tersedia di sofa panjang milik Seungwoo sebagai property menonton mereka malam itu. Seungwoo menyusul duduk disebelah Byungchan saat intro pada filn sudah berputar.

Seungwoo melingakrkan lengannya di bahu Byungchan dengan Byungchan yang bersandar pada dada Seungwoo. Sesekali Byungchan menyuapi Seungwoo popcorn yang ia pangku. Suasana berubah hening tanpa suara kunyahan makanan ketika pada film terputar adegan intim.

Byungchan tau jika adegan itu akan membuat suasana canggung sehingga Byungchan memilih mengambil remote untuk mempercepat film yang sedang berputar. Gerakan Byungchan ditahan Seungwoo, membuat popcorn yang sebelumnya Byungchan pangku menjadi tumpah ke selimut serta lantai ruang tamu.

Byungchan beberapa kali berkedip ketika Seungwoo menahan tangannya lalu menarik tengkuk Byungchan untuk mempersatukan bibir keduanya. Seungwoo juga menarik pinggang Byungchan hingga kink Byungchan sudah duduk dipangkuan Seungwoo. Selimut dan popcorn yang mereka konsumsi sudah tidak mereka hiraukan.

Byungchan sedikit berjengit saat dirinya tanpa sengaja menggesek kejantanan Seungwoo yang sudah setengah mengeras. Byungchan dan Seungwoo sebelumnya sudah sama-sama mengganti pakaian mereka dengan yang lebih nyaman. Pakaian mereka yang terlampau tipis saat ini, membuat dua bongkahan kenyal Byungchan dapat merasakan kejantanan Seungwoo dibawah sana.

“Nghhh... Kaaaa...“Byungchan beberapa kali mendesah, saat lidah Seungwoo menjelajahi isi mulutnya. Bahkan tangan Seungwoo tanpa permisi sudah masuk ke dalam kaos yang digunakan Byungchan.

“Hhh... Ka seungwoohhhh....“Byungchan kembali mendesah saat tanpa sadar dirinya sudah menggesek bokongnya dengan penis Seungwoo.

Seungwoo melepas tautan mereka dan menengadahkan kepalanya. Tangannya berhenti bermain di tubuh Byungchan dan saat ini sibuk memegangi pinggang Byungchan, membantu Byungchan bergerak.

“Nghhh... Terushhh....“ucap Seungwoo saat merasakan kejantaannya semakin mengeras.

Jangan lupakan jika mereka masih berpakaian rumah lengkap, masih berada di ruang tamu dengan tivi masih menyala. Byungchan terus bergerak mencari kenikmatan. Tangan Seungwoo digunakan mengusap kejantanan Byungchan dari luar celana tidur tipis yang Byungchan kenakan.

Keduanya terus bergerak, hingga akhirnya keduanya mencapi putih dengan pakaian yang masih lengkap. Byungchan meletakan kepalanya di pundak Seungwoo dengan nafas yang tidak beraturan sedangkan Seungwoo mengusap punggung kekasihnya itu.

“Maaf...“ucap Seungwoo ketika sadar apa yang mereka lakukan sebelumnya. Byungchan menggeleng.

“Aku suka...“jawaban Byungchan membuat Seungwoo tertawa.

“Tapi kotor... Mau mandi...“ucap Byungchan gemas.

“Yaudah yuk kita mandi”ucap Seungwoo yang masih mengusap punggung Byungchan.

Seungwoo dan Byungchan memutuskan untuk mandi tanpa melakukan kegiatan lainnya. Setelahnya, mereka hanya berbaring dan saling bertukar cerita diatas kasur king size milik Seungwoo.

(xposhie)

Obsesi 3

⚠️Kekerasan, Darah dan Adegan yang mungkin membuat pembaca merasa kesal, cemas, gelisah dan trauma.


Seungju's Story & POV

Hari ini hari pertama orientasi mahasiswa baru dan aku sudah dibuat terpana oleh seorang lelaki mungil yang tersenyum sepanjang hari. Siang itu, aku memberikan diri berkenalan dengannya, dia adalah Lee Sejin.

Masa orientasiku banyak kuhabiskan bersama Sejin, sesekali aku menjemput Sejin dan mengantarnya pulang. Tidak jarang juga aku mengajaknya makan siang bersama dan makan malam bersama. Beberapa kali Sejin menolak, tetapi akhirnya ia luluh dan menerima ajakanku dengan sedikit paksaan.

Siang itu, aku bersama Sejin sedang menikmati makan siang kami seperti biasa. Hari itu, Sejin bersama seorang teman lainnya yang kuketahui bernama Kim Wooseok. Kami bertiga menghabiskan waktu setidaknya selama satu jam di kantin sebelum akhirnya dua orang lelaki menghampiri kami.

Lee Jinhyuk dan Cho Seungyoun, dua nama yang diperkenalkan kepadaku juga Sejin. Jinhyuk, aku tau dia menaruh hati pada Wooseok karena beberapa aku lihat ia menggoda Wooseok yang membuat wajah Wooseok merona merah karena malu.

Aku mengabaikan pasangan Jinhyuk dan Wooseok dihadapanku dan memutuskan untuk fokus kepada Sejin yang berada disebelanya. Untuk pertama kalinya, aku merasakan perasaan marah saat melihat Seungyoun dan Sejin bercengkrama. Meja kita siang itu dikantin mendadak hening saat aku menggebrak meja karena marah.

“Jin, pulang yuk?“ucapku dengan sedikit paksaan. Awalnya Sejin menolak, tetapi akhirnya ia menurutiku setelah aku memintanya sekali lagi.

Sejak hari itu, intensitas bertemuku dengan Sejin semakin jarang. Aku susah menemui Sejin karena Sejin yang selalu mempunyai alasan masuk akal untuk menghindariku. Tetapi sore itu, aku melihat Sejin di pelataran kampus.

“Sejin?“Sejin menoleh dengan wajah yang sulit aku deskripsikan. Aku tidak tau apa yang dirasakan Sejin, tetapi detik berikutnya yang aku tau Sejin membuang padangannya dariku dan menarik Wooseok menjauh.

Aku tau Sejin menghindariku, tetapi aku tidak tahu alasan apa yang melatar belakangi Sejin untuk menghindariku. Aku kesal? Ya, sangat kesal. Tetapi, aku tidak dapat melampiaskan amarahku pada siapapun.

Semakin hari, aku semakin susah menemui Sejin dan aku semakin kalut. Layaknya orang jatuh cinta yang takut jika pasangan yang dicintainya menghilang, itulah perasaan yang aku rasakan saat itu.

“Sejin! Boleh kita ngomong?“Aku tau Sejin terkejut saat aku muncul dibelakangnya. Sejin menoleh dan mendapati senyum terpaksanya, tetapi dia masih terlihat menawan.

“Hm... Sorry, aku gabisa kalo sekarang. Besok sore gimana?“ucap Sejin teramat pelan.

“Tidak! AKu mau sekarang juga”ucapku dengan emosi yang sedikit kutahan. Aku melihat tubuh Sejin sedikit tersentak saat aku berbicara. Sejin kembali menurutiku dan berjalan bersamaku ke sebuah taman yang sepi.

“Kamu menghindar dari aku, kenapa?“tanyaku frustasi.

“Maaf. Aku... Aku terlalu sibuk dengan kuliahku, tugasku menumpuk jadi... aku tidak bisa bertemu denganmu”AKu tau, Sejin takut karena suaranya bergetar saat itu.

“Tidak bisa juga membalas pesanku?“tanyaku dengan nada tegas dan Sejin menatapku takut.

“Maaf, Seungju. Aku... Saat sudah tiba dirumah, aku terlalu lelah dan lupa membalas semua pesanmu”ucap Sejin lagi.

“Tetapi kamu masih punya waktu itu pria itu? Siapa namanya? Cho Seungyoun?“tanyaku meremehkan.

“Seungju, stop! Jangan urusi kehidupanku. Kita hanya teman dan tolong buat jarak teman sewajarnya, oke? Aku sudah cukup menuruti kemauanmu sebelumnya dan untuk sekarang, beri aku sedikit ruang”ucap Sejin lantang. Aku tersenyum kearah Sejin. Tanganku menarik pergelangan tangan Sejin dan menggenggamnya erat hingga membuat Sejin kesakitan.

“Seungju... Please, lepas!!“ucap Sejin meronta, tetapi kuabaikan. Aku tetap pada pendiranku, ingin Sejin selalu menuruti apa mauku dan selalu bersamaku.

“Jika dia bilang lepaskan, tolong lepaskan”aku melepas cengkaramku dan menoleh. Aku mendapati Seungyoun berdiri disana dengan wajah menahan emosi. Entah emosi karena apa, karena yang kutau adalah Seungyoun juga tidak punya hak atas Sejin.

“AKu harus pergi, maaf permisi”Sejin pergi meninggalkanku dan diikuti Seungyoun beberapa langkah dibelakangnya. Aku frustasi, sangat.


Kehidupan masa kuliahku tidak bisa dikatakan baik, terlebih lagi setelah Sejin benar-benar menjauhiku. Sejin bahkan mengganti nomer ponselnya agar aku tidak dapat menghubunginya lagi. Kabar yang kudengar terakhir, Sejin berpacaran dengan Seungyoun dan kabar itu semakin membuatku frustasi.

Setiap hari, aku mengikuti Sejin pada setiap kegiatannya. Aku mencari tahu setiap detail kebiasannya hinga tanpa aku sadar, Sejin sudah dinyatakan lulus dari kampus tempatku dan Sejin berada. Sejin sudah menjadi sarjana.

Hari itu, aku memberanikan diri untuk mendatangi acara kelulusan Sejin. Aku melihat kesekelilingku dan tidak mendapati Seungyoun berada disana, aku tersenyum senang dan menang. Aku pun berjalan mendekati Sejin.

“Sejin, sorry...“ucapku pelan. Sejin dengan wajah penuh ketakutan itu berjalan undur beberapa langkah.

“Untuk beberapa tahun lalu, aku minta maaf... Selamat untuk gelar barumu! Aku harap setelah ini, hubungan pertemanan kita akan semakin membaik”ucapku sembari menyerahkan sebuah buket bunga. Sejin tersenyum dan menerima bungaku. Aku senang dengan perubahan Sejin walaupun sedikit.

Setelah saat itu, hubunganku dan Sejin semakin membaik. Aku masih suka mengikutinya diam-diam dan berpura-pura tanpa sengaja bertemu dengannya. Semua itu akan aku lakukan jika Sejin seorang diri, tanpa ada Seungyoun disekitarnya.

“Hai, Sejin! Sendirian?“sapaku saat bertemu Sejin di sebuah minimarket. Sejin tersenyum dan mengangguk. Siang itu, aku menghabiskan waktuku bersama Sejin disebuah kedai kopi setelah Sejin selesai berbelanja.

“Sejin!! Wah ketemu lagi?“ucapku tersenyum yang membuat Sejin tersenyum juga. Malam itu, aku berhasil mengantar Sejin hingga ke apartmentnya saat kami bertemu dijalan dan aku tau bahwa Sejin sudah tinggal bersama Seungyoun.

Tidak hanya Sejin, aku juga bisa dengan mudah melacak semua kegiatan Seungyoun yang masih menjabat sebagai kekasih Sejin. Dunia memang sempit, sehingga aku dipertemukan dengan Seungyoun dalam dunia kerja, walaupun Seungyoun sepertinya sedikit melupakanku.

“Selamat bergabung, Seungju! Saya harap, kita bisa bekerjasama dengan baik”aku tersenyum saat bersalaman dengan Seungyoun.

“Bekerjasama lah dengan baik, sehingga kelak aku bisa merebut Sejin darimu”

Aku dan Seungyoun sering menghabiskan makan siang bersama dan dari sanalah aku mendapatkan informasi mengenai Sejin. Seungyoun dan rasa cintanya dengan Sejin yang sesekali ingin membuatku memukulkan kursi yang kududuki saat itu tepat ke kepala Seungyoun.

“Sejin! Makan malam sudah siap?“Malam itu, Seungyoun mengundangku makan malam ke apartmentnya. Sejin terkejut saat melihatku bersama Seungyoun dan ia semakin terkejut ketika menyadari bahwa Seungyoun tidak mengenal diriku.

Satu tahun berada di perusahaan yang sama, Seungyoun mendapatkan promosi atas jabatannya saat ini. Perayaan kecil-kecilan dibuat oleh Seungyoun sore itu. Sejin, undangan terhormat sore itu mendapat kejutan sebuah lamaran sederhana dari kekasihnya. Aku berdiri dibelakang saat itu, memperhatikan semuanya. Aku marah, kesal dan benci keadaan tersebut. Tetapi saat itu, aku tidak mau gegabah, aku tidak mau Sejin kembali membenciku.


Di altar, Seungyoun dan Sejin berciuman mesra setelah mengikat perjanjian dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Aku dengan tenang memberi mereka selamat dan mendoakan kebahagiaan untuk mereka berdua. Aku tersenyum walaupun dalam hati, aku marah.

Setelah itu, aku mengambil cuti beberapa hari guna mengikuti Seungyoun dan Sejin selama mereka berbulan madu. Anggaplah aku gila, tetapi demi Sejin apapun akan aku lakukan. Aku bahkan sudah mengunjungi beberapa psikiater untuk menceritakan semuanya, tetapi pesan mereka seperti kuabaikan karena aku tetap pada pendirianku.

Aku tau jika Seungyoun dan Sejin membeli sebuah rumah dan pindah dari apartment mereka sebelumnya. Aku tau, jam berapa Seungyoun pergi dan pulang dari kantor. Aku tau kapan Sejin mengajak jalan anjing kesayangannya. Bahkan aku hafal berapa lama waktu yang mereka habiskan untuk bercinta.

Hari itu, aku melihat Sejin seorang diri mengendarai mobilnya. Saat berhenti untuk mengisi bahan bakar, sayup aku mendengar bahwa Sejin akan pergi kerumah orang tuanya dan aku tau berapa jauhnya jarak kerumah orang tua Sejin.

Aku mengikutinya, lagi. Aku marah saat beberapa orang menggoda Sejin hingga tanpa sadar aku menginjak pedal gas terlalu kencang dan menabrak Sejin malam itu. Aku berusaha tidak panik, membawa Sejin pergi kerumah sakit terdekat dan Tuhan sepertinya berpihak padaku, karena Sejin kehilangan memorinya.

Aku memulai semuanya hari itu, saat Sejin membuka mata dan melupakan semuanya. Aku buat semua seolah-olah nyata. Aku buat seolah-olah Seungyoun tidak ada dan aku buat seolah-olah aku dan Sejin saling mencintai. Aku sangat senang karena akhirnya aku mendapatkan Sejin dalam kehidupanku.


Aku akui aku bodoh, aku melakukan satu kesalah kecil. Semua bukti yang kubuat terasa percuma dan sia-sia, Sejin mengetahui semuanya. Sejin tidak bertanya, tapi aku tau jika ia menyembunyikan sesuatu dariku termaksud keinginan dia mengusut kembali kasus kecelakaan yang membuat memorinya menghilang.

Aku adalah penulis skenario dalam cerita ini, jadi aku akan sangat marah jika seseorang menghancurkan skenario yang kubuat. Wooseok dan Jinhyuk datang menghancurkan semuanya. Mereka menghancurkan kebahagiaanku dan membuatku ingin menghancurkan kebahagiaan mereka juga.

Ujung ceritaku hanya satu, aku bahagia bersama Sejin selamanya. Aku akan menghilangkan siapapun yang menghalangiku seperti orang-orang itu. Aku mencoba tenang memikirkan skenario indah lainnya yang bisa kujalani bersama Sejin. Lee Sejin, tidak boleh lepas lagi dariku.

Malam itu semua rencanaku berantakan, Sejin lepas dari pengawasanku. Aku marah dan mencari Sejin. Aku dapat dengan mudah mendapatkan Sejin walaupun beberapa waktu kemudian Sejin kembali lepas dari diriku. Sejin pergi, berlari tanpa alas apapun yang kukenakan. Aku tidak akan tinggal diam, aku mengejarnya. Tetapi aku menghentikan langkahku dan memilih pergi menjauh saat dari kejauhan aku melihat mobil polisi mendekat. Aku kabur untuk memulai skenarioku yang baru.


Aku tau, Sejin kembali bersama Seungyoun. Dia Seungyoun yang kusekap selama beberapa hari, berhasil melarikan diri. Amarahku semakin memuncak. Aku tidak ingin, Seungyoun kembali mendapatka Sejin, karena Sejin hanyalah milikku.

Hari itu, saat rumah Seungyoun dan Sejin sepi, aku mengendap-endap masuk kerumah tersebut. Memeriksa segala hal yang dapat kuperiksa, hal yang dapat membantuku mendapatkan Sejin. Hingga akhirnya aku memutuskan mengintai mereka langsung dari dalam rumah.

Informasi mengenai kepindahan Sejin dan Seungyoun membuatku terkejut. Aku memang bodoh tapi aku adalah penulis skenarion dengan ending dimana diriku dan Sejin bersama selamanya.

Aku tidak ingat yang terjadi hari itu, yang aku ingat adalah aku tanpa sengaja memukul Sejin dengan pemukul yang aku gunakan untuk melukai Seungyoun. Aku melukai orang yang paling aku sayang dan aku marah pada diriku sendiri.

Aku marah dan aku melampiaskannya pada Seungyoun hingga aku merasakan darah mengalir dari beberapa titik diwajahku dan Seungyoun. Aku tau kemenanganku di depan mata saat aku mengambil pistol yang sudah aku persiapkan, setelah ini Sejin benar-benar hanya akan menjadi miliku.

Skenario yang kita buat, memang tidak boleh bertentangan dengan apa yang Tuhan tuliskan. Beberapa menit lalu aku bahagia karena berhasil membuat Seungyoun tak berdaya. Tetapi menit ini, aku tidak berdaya dengan Seungyoun dihadapanku dan pistol mengarah pada wajahku.

Aku tersenyum melihat wajah panik Sejin. Wajah yang tetap mempesona bagiku bagaimanapun caranya. Mereka berdua tersenyum satu sama lain, membuatku semakin kesal. Tetapi rasa kesalku harus aku kubur dalam-dalam saat aku merasakan timah panas menyapa kulitku dan semuanya mulai terlihat gelap.


Aku sadar, aku menuliskan skenario yang aku mau tanpa sadar jika Tuhan punya skenario berbeda denganku.

(xposhie)

Obsesi 2

⚠️ Kekerasan, Senjata Api, Darah, Major Character Death, Adegan seks serta Adegan yang mungkin dapat membuat pembaca merasa cemas, gelisah dan trauma.


“Tolong...“Semua orang dalam ruangan kepolisian tersebut menoleh dan mendapati seseorang dengan baju dan wajah lusuh memasuki ruangan kepolisian tersebut.

“Seungyoun!!!“ucap Jinhyuk saat melihat Seungyoun tergopoh dan terseok merangkul seseorang yang sudah tidak sadarkan diri.

Sejin terus berlari, mengabaikan rasa sakit yang dirasakan oleh kakinya. Sesekali ia menoleh untuk memastikan bahwa Seungju tidak mengikutinya. Tetapi perkiraan Sejin melesat, ia dapat melihat cahaya dari kejauhan. Sejin pasrah untuk saat ini.

“Sejin... Dimana?“ucap seungyoun lirih.

“Jinhyuk lagi susul Sejin kerumahnya, lo disini dulu. Istirahat”ucap Wooseok menenangkan Seungyoun.

Setiba Seungyoun di kepolisian, dirinya segera dibawa kerumah sakit bersama dengan pria yang ia papah sebelumnya. Ternyata lelaki yang Seungyoun papah merupakan supir truk yang seharusnya menderek mobil Sejin pada malam itu.

Sejin pasrah dan berlutut di aspal dingin tersebut. Kepalanya menunduk, menerima apapun yang akan dilakukan Seungju kepada dirinya selanjutnya. Lampu yang semula masih terasa jauh terlihat, sekarang sudah benar-benar berada di dekat Sejin bahkan Sejin juga dapat mendengar langkah orang mendekatinya.


“Selamat, pak!”

“Weits! Selamat nih boss!! Makan-makan!!!”

“Waaahhh gue udah yakin sih kalo lo bakalan dapet promosi!”

“Gila meng gila! Temen gue satu ini emang gila!!!”

“Jadi gue harus manggil lo Boss Seungyoun nih?”

Banyak orang memberikan ucapan selamat kepada Seungyoun sore itu ketika Seungyoun berhasil mendapatkan promosi untuk menduduk jabatan baru. Sejin ada disana, merangkul Seungyoun dan menemani Seungyoun saat itu. Suasana yang semula riuh ramai seketika menjadi senyap ketika Seungyoun berlutut dihadapan Sejin dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berawarna biru.

“Lee Sejin, terimakasih untuk beberapa tahun ini sudah selalu ada disamping aku disaat terendah maupun tertinggi aku. Disaat aku sedih maupun susah, disaat ga ada orang yang percaya aku, tetapi disana kamu selalu ada. Terimakasih untuk segala perhatiannya”ucap Seungyoun.

“Sejin... Aku mau dihari-hari selanjutnya, kamu tetap disamping aku. Menemani aku hingga nanti mau memisahkan. My one and only Lee Sejin, would you marry me?“ucapan Seungyoun membuat mata Sejin berkaca-kaca dan membuat suasana yang semula sepi menjadi kembali riuh.

Sejin terbangun seiring dengan riuh tepuk tangan di dalam mimpinya. Lagi, mimpi yang terasa nyata datang menyapanya. Tubuh Sejin berkeringat dan nafasnya sedikit tersenggal.

“Sejin?“Sejin yang awalnya ingin menutup kembali matanya karena kembali merasakan pusing pun kembali membuka mata saat seseorang memanggil namanya.

Disana, berdiri seorang lelaki lusuh dengan wajah lelah. Selang infus tersambung dilengan kirinya dan jalannya harus dipapah oleh Jinhyuk. Air mata Sejin menetes tanpa sebab dan hatinya menghangat hanya karena melihat orang tersebut.

“Sejin.... Sayang?“ucap lelaki tersebut lagi yang membuat Sejin terisak.

Seungyoun mencoba merengku tubuh gemetar yang sangat ia rindukan tersebut. Tubuh mungil yang sedang terisak karena rindu yang sama membuncah seperti rindu yang Seungyoun rasakan.

“Maaf... Maafin aku...“ucap Seungyoun yang mempererat pelukannya dan mengusap puncak kepala Sejin dan Sejin masih terus terisak.

“Youn... Lo pindah ke kasur aja. Biar Sejin gue yang aja”Seungyoun menoleh dan mendapati Wooseok berjalan kearahnya. Seungyoun menggeleng dan tersenyum.

“Gue mau disini aja, Seok... Gue mau tetep disini sampe dia bangun”ucap Seungyoun dengan sebelah tangannya yang mengusap punggung tangan Sejin yang sedang tertidur pulas. Wooseok pun mengangguk dan meninggalkan Sejin serta Seungyoun di dalam kamar tersebut.


“Kami tidak dapat menemukan Tuan Seungju dirumahnya, tetapi kami menemukan tiga orang pria terkubur di halaman belakangan rumah milik Tuan Seungju”Tubuh Jinhyuk menegang, mendengarkan penjelasan polisi pagi itu.

Jinhyuk dan Wooseok gelisah dan bingung menyampaikan informasi yang mereka dapatkan dari kepolisian. Seungju tidak ditemukan dimanapun, tetapi pencarian atas diri Seungju masih dilakukan.

“Besok kalian udah boleh pulang. Mau nginep dirumah kita dulu?“ucap Wooseok pelan tetapi Seungyoun menggeleng.

“Kita mau balik kerumah aja. Makasih ya, Seok... Hyuk...“ucap Seungyoun.

“Kalian yakin? Seung...“Jinhyuk menghentikan ucapannya saat Wooseok dan Seungyoun memberikan isyarat.

“Seung? Kenapa Hyuk, kok ga dilanjutin?“ucap Sejin bingung dan Jinhyuk hanya dapat tertawa kaku.

“Seungyoun kan keadaannya belum pulih banget, jadi maksud Jinhyuk kalian lebih baik tinggal dirumah kita dulu mungkin seminggu?“ucap Wooseok dengan nada memohon tetapi Seungyoun tetap pada pendiriannya.

“Makasih buat tawarannya. Tapi gue beneran mau balik kerumah, gue kangen semuanya...“ucap Sejin pelan yang selanjutnya mendapatkan pelukan hangat dari Wooseok.

“Telfon kita kalo ada apa-apa ya?“ucap Jinhyuk beberapa saat sebelum pergi meninggalkan rumah kediaman Seungyoun dan Sejin.

“Iya! Kalian hati-hati dijalan, makasih sekali lagi”ucap Sejin yang dibalas anggukan oleh Wooseok.

Seungyoun dan Sejin masuk kerumah yang selama dua bulan tidak mereka tempati. Sejin tersenyum karena semua yang ia lihat saat ini nyata dan bukan hanya mimpinya. Semua yang Sejin lihat saat ini membuat perasaan hangat dihatinya dan meyakinkan Sejin bahwa ini memang rumahnya dan Seungyoun memang suaminya.

“Youn...“ucap Sejin saat merasakan sepasang tangan melingkar di pinggang rampingnya. Seungyoun berdeham dan meletakan dagunya di bahu Sejin.

“Aku kangen kamu...“ucap Sejin dengan tangan kanan mengusap pipi Seungyoun pelan.

Sejin berbalik, mengalungkan kedua tangannya di leher Seungyoun sebelum melumat bibir Seungyoun dengan terburu-buru. Seungyoun yang sama rindunya dengan Sejin, memeluk Sejin dan merapatkan jarak keduanya.

Sejin melompat kecil dan melingkarkan kakinya di pinggang Seungyoun layaknya koala. Seungyoun tersenyum dalam ciuman tersebut sebelum berjalan pelan menuju kamar pribadi mereka.

“Nghhh.... Younhhh....“Sejin membusungkan dadanya saat kejantanan milik Seungyoun menyapa lubangnya. Seungyoun memberikan kecupan disekitar perut Sejin untuk membuat Sejin melupakan rasa sakit itu.

“Ahhh....“Sejin mendesah saat kejantanan Seungyoun sudah seutuhnya masuk kedalam lubangnya sebeluk Seungyoun menggerakan pinggangnya mencari kenikmatan.

Sejin menarik wajah Seungyoun mendekat dan melumat bibir Seungyoun saat Seungyoun sedang sibuk menggerakan pinggangnya. Seungyoun rindu Sejin dan Sejin rindu rengkuhan Seungyoun.

“Nghhhh.... Sayanghhhh....“Seungyoun mengerang saat dirinya sampai pada pelepasannya. Tidak jauh berbeda, Sejin juga mencapai putihnya bersama dengan Seungyoun.

Sejin dan Seungyoun berpelukan malam itu, bercerita banyak tentang dua bulan lalu. Sejin sesekali terisak saat mengingat bagaimana dirinya mengizinkan Seungju menjamah dirinya karena Seungju mengaku sebagai suaminya saat itu.

“Sssttt... Udah ga usah difikirin ya? Lupain dan lihat kedepan aja. Di depan ada aku, ada kita berdua. Oke?“ucap Seungyoun menenangkan Sejin dan mengusap punggung Sejin hingga suaminya lelap tertidur.


Setidaknya sudah seminggu Sejin dan Seungyoun kembali tinggal di rumah mereka tetapi hampir setiap malam Sejin selalu terbangun di tengah malam karena dirinya merasa seseorang mengawasinya dan Seungyoun.

“Kamu mau tinggal di hotel sementara?“ucap Seungyoun saat melihat Sejin lesu pagi itu.

“Hm? Engga usah, kan bulan depan kita juga udah pindah”tepat saat Sejin berkata hal tersebut, baik Sejin maupun Seungyoun mendengar sesuatu terjatuh dari sebuah ruangan dimana perkakas tidak digunakan disimpan.

“Kamu ngeletakin sesuatu ga bener?“tanya Sejin mendekat kearah Seungyoun yang dengan sigap menggenggam tangan suaminya tersenyum.

“Engga, kan ruangan itu belum pernah kita buka selama kita pindah kesini”Ucap Seungyoun bingung. Sejin dan Seungyoun pun berjalan kearah dimana suara tersebut berasal.

Seungyoun masuk ke sebuah ruangan kecil yang biasa digunakan untuk meletakan perkakas rumah tangga dan membuat Sejin harus menunggu di depan ruangan karena ruangan yang terlalu sempit dan berdebu.

Tetapi detik berikutnya pintu tersebut tertutup dan memperlihatkan sosok Seungju yang tersenyum kearah Sejin. Seungju mengunci pintu tersebut dan mengejar Sejin yang sudah berlari karena melihat kedatangan dirinya.

Seungju, pria tersebut datang lagi. Sejin meronta saat Seungju berhasil menangkap dirinya dan menariknya. Disisi lain, Seungyoun yang panik mendengar teriakak Sejin tersebut ikut berteriak dan beberapa kali mencoba mendobrak pintu yang terkunci dari luar.

Seungju membawa Sejin masuk ke dalam kamar, mengikat Sejin dan meninggalkannya sementara Seungju kembali ke tempat Seungyoun berada. Seungyoun masih berteriak hingga Seungju membuka pintu tersebut dan melayangkan sebuah bogem mentah kearah Seungyoun.

Mungkin hari itu bukanlah hari keberuntungan Seungju, karena Seungyoun dapat menghindari pukulan Seungju dan membalasnya tepat mengenai ujung bibir Seungju dan berhasil membuat Seungju tersungkur. Seungyoun mengabaikan Seungju dan berlari ke kamar untuk menyelamatkan Sejin.

Seungyoun sibuk membuka ikatan tangan Sejin sehingga tidak menyadari Seungju datang dari arah belakang. Ikatan tangan Sejin yang berhasil terbuka, membuat Sejin dapat mendorong Seungyoun kesamping dan menghindari pukulan yang Seungju arahkan kepada Seungyoun dan berakibat pukulan tersebut mengenai tubuh Sejin. Pukulan yang cukup keras menggunakan pemukul bola baseball yang dilayangkan Seungju membuat Sejin tersungkur.

“Sejin!!“ucap Seungyoun panik saat melihat Sejin tersungkur di lantai. Amarah Seungyoun meluap dan ia lampiaskan kepada Seungju. Seungyoun dan Seungju saling beradu pukul satu sama lain hingga Seungyoun tersungkur dan membuat Seungju dengan mudah menguasai tubuh Seungyoun dan mendaratkan pukulan lebih dari sebelumnya. Keduanya dalam kondisi tidak baik karena pukulan yang sama-sama mereka terima.

“Kalo gue gabisa dapetin Sejin, lo juga ga akan bisa”Mata Seungyoun membulat saat Seungju mengeluarkan sebuah pistol dari kantong celananya. Seungyoun berusaha sekuat tenaga menjauhkan Seungju dari dirinya tapi beberapa kali juga usahanya gagal dilakukan.

Seungju tersenyum licik dengan pistol ditangannya. Tetapi pistol yang dipegang Seungju terlepas saat Sejin yang sadar, menarik tangan Seungju dan membuat pistol tersebut meluncur kesembarang arah. Seungyoun dan Seungju menoleh. Mereka mendapati Sejin dalam kondisi payah mencoba mengambil pistol milik Seungju yang terlempar tidak begitu jauh.

Sejin merangkak, mencoba mengambil pistol tersebut tetapi usahanya digagalkan Seungju yang lebih dahulu mendapatkan pistol tersebut. Seungju tersenyum. Luka di seluruh wajahnya tidak membuat Seungju kesulitan sama sekali. Seungyoun yang kondisinya yang juga tidak kalah memprihatinkan itu mendekati Sejin dan merangkul Sejin. Seungju tertawa melihat Seungyoun dan Sejin yang berada dihadapannya. Seungju lengah karena hal yang ia lihat dihadapannya sehingga Seungyoun dengan mudah mengambil pistol dalam genggaman Seungju

“Telfon polisi, sekarang...“ucap Seungyoun gemetar dengan pistol mengarah tepat kearah wajah Seungju itu memperintahkan Sejin untuk segera menelfon polisi. Sejin dengan langkah terseok mencoba mengambil telfon dan menghubungi polisi.

“Ada seorang penyusup datang kerumah saya...“ucap Sejin terbata. Seungyoun dan Sejin pun beradu tatap setelah Sejin memutuskan sambungan telfonnya dan setelahnya terdengar bunyi letusan dari rumah mereka.

Sejin dan Seungyoun mengetahui fakta bahwa segala sesuatu yang terjadi dua bulan ini adalah rancangan Seungju. Seungju yang terlalu terobsesi dengan Sejin semenjak bangku kuliah itu mengetahui hampir seluruh seluk beluk kehidupan Sejin. Mengetahui jadwal kegiatan Sejin setiap harinya tanpa tertinggal satu informasi pun.

Tingkat obsesi Seungju semakin tinggi semenjak Sejin memutuskan menikahi Seungyoun yang juga rekan kerja Seungju. Seungyoun tidak begitu mengenal Seungju, ia hanya tau karena ia beberapa kali melihat Seungju berada disekitarnya tanpa menaruh sedikit pun rasa curiga.


Beberapa bulan kemudian, Sejin dan Seungyoun benar-benar sudah hidup tenang dan bahagia. Bahkan, Seungyoun dan Sejin sudah merencanakan pergi berlibur dalam waktu dekat ini.

“Berduaan aja nih liburannya?“ucap Wooseok yang sore itu mengunjungi rumah baru Seungyoun dan Sejin.

“Emang ga kesepian? Engga ada rencana tambah personil? Seru loh kalo ramean”kali ini Jinhyuk berucap dengan sebuah robot mainan ditangannya. Seungyoun dan Sejin tertawa bersamaan sebelum mereka melihat bagaimana kewalahan Jinhyuk mengurusi kedua anaknya, Jinwoo serta Junseo.


Note: Mohon maaf jika ada kesalahan informasi dalam cerita yang disampaikan! Jika ingin mengirim kritik maupun saran, boleh ketuk link cc pada bio saya! ^^

Obsesi adalah ide, pikiran, bayangan, atau emosi yang tidak terkendali, sering datang tanpa dikehendaki atau mendesak masuk dalam pikiran seseorang yang mengakibatkan rasa tertekan dan cemas

(xposhie)

Obsesi.

Terinspirasi dari sebuah film yang berjudul Secret Obsession

⚠️Kekerasan, darah dan adegan yang mungkin membuat pembaca cemas serta takut.


Sejin terbangun dengan kepala berdenyut, kaki dan tangan yang tidak bisa di gerakan serta nyeri di sekujur tubuhnya. Sinar yang masuk ke indera penglihatan Sejin membuat dirinya harus menyesuaikan pandangannya dan menyipitkan kedua matanya. Sejin juga berusaha sekuat tenaga menggerakan jari jemari tangannya, walaupun beberapa kali ia gagal melakukannya.

Sejin akhirnya berhasil membuka kedua kelopak matanya dan mengedarkan pandangannya. Sejin mengenyitkan keningnya, ia mencoba menyentuh kepalanya dengan tangan kirinya ketika merasakan sesuatu berada di kepalanya, kepalanya diperban. Sejin pun menarik nafas panjang dan melihat tangan kanannya disanggah sesuatu.

“Ah...“Sejin mengaduh kesakitan, membuat seseorang yang berdiri membelakanginya sejak tadi berbalik dengan raut wajah cemas.

“Sayang? Kamu udah sadar, hm? Aku panggil dokter sebentar”Sejin hanya dpaat terdiam bahkan ketika dokter yang memeriksanya sudah selesai dan sedang berbicara dengan lelaki yang mengkhawatirkannya tadi.

“Pelan-pelan mungkin memorinya akan kembali, jika ada keluhan bisa hubungi saya kembali”Sejin dapat mendengar penjelasan Dokter tersebut sebelum akhirnya Dokter paruh baya tersebut meninggalkan ruang rawat milik Sejin.

“Kau siapa?“tanya Sejin penuh kebingungan. Lelaki tersebut tersenyum dan menarik pelan tangan kiri Sejin. Sejin dapat melihat dengan jelas sebuah cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya sama dengan cincin yang juga melingkar di jari manis lelaki tersebut.

Sejin kembali terdiam, mendengar setiap penjelasan lelaki tersebut. Sejin menarik nafas panjang ketika lelaki tersebut sudah selesai menceritakan kejadian yang terjadi kepadanya seminggu yang lalu. Kecelakaan, itu yang di alamai Sejin. Tertabrak mobil dan tidak sadarkan diri selama seminggu.

Kepala diperban, tangan kanan di gips, kedua kaki yang kini susdah di gerakan. Sejin pun memilih kembali memejamkan matanya, karena otaknya belum dapat mencerna kejadian yang ia lalui seminggu yang lalu. Sejin akhirnya tertidur, dengan usapan lembut di punggung tangannya yang dilalukan oleh lelaki tersebut.


“Hm... Ini rumah kita?“Sejin yang masih duduk diatas kursi roda memandang takjub sebuah rumah kayu dihadapannya, indah dan memukau dirinya.

“Iya, welcome home, babe!“ucap lelaki tersebut yang mencuri satu kecupan di bibir Sejin yang tersipu malu setelahnya.

Lelaki tersebut mendorong kursi roda milik Sejin dan Sejin kembali terperangah dengan isi rumah yang ia lihat. Hilang ingatan tidak pernah ada dalam bucket list yang ingin dirasakan Sejin, tetapi sekarang ia mengalami hal itu. Semua terasa asing dan baru baginya.

“Aku mau masak makan siang, kamu mau tunggu dikamar aja?“ucap lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai suami Sejin beberapa saat setelah Sejin tersadar. Sejin menggeleng dan memilih tetap berada di dapur, memperhatikan lelaki dengan bahu lebar tersebut memasak di dapur miliknya.

“Selamat makan!“ucap lelaki tersebut ketika seluruh makanan sudah tersedia diatas meja makan. Mungkin Tuhan tidak menghapus semua memori Sejin, karena Sejin masih ingat betul jika makanan yang tersedia diatas meja makan adalah makanan kesukaannya.

“Boleh ceritain tentang kita?“ucap Sejin pelan yang membuat lelaki tersebut menoleh dan tersenyum.

Lelaki tersebut menceritakan semua hal yang Sejin lupakan. Awal mereka bertemu, bagaimana mereka saling megutarakan cinta hingga mereka menikah dan pindah kerumah tersebut. Tangan pria tersebut senantiasa mengusap punggung tangan Sejin guna menenangkan lelaki kecil tersebut.

“Jangan dipaksa ya? Pelan-pelan aja...“ucap Lelaki tersebut yang membawa masuk Sejin ke dalam pelukannya, membuat stau tetes air mata turun dari mata indah Sejin.


Beberapa minggu setelahnya, Sejin terbangun ditengah malam dan tidak mendapati suaminya yang biasa berbaring disebelahnya. Awalnya Sejin mengira suaminya berada di dalam kamar mandi, tetapi tidak ada suara dari kamar mandi pribadi mereka. Setidaknya dua puluh menit yang dibutuhkan Sejin untuk mencari keberadaan suaminya tersebut.

“Sayang....“ucap Sejin pelan. Gelap adalah suasana yang dapat digambarkan saat ini. Panggilan Sejin tidak mendapat balasan dari sang suami, membuat Sejin memutuskan keluar dari kamarnya dan mencari keberadaan suaminya.

“Sayang, kamu dimana?“ucap Sejin lagi, tetapi yang ia dapati hanya sepi. Bulu kuduk Sejin meremang, karena suasana gelap dan sepi. Samar, Sejin mendengar suara dari halaman rumahnya. Sejin sempat berfikir, apakah ia harus mendatangi sumber suara tersebut atau tidak.

“Sayang, kamu dibelakang?“tanya Sejin tetapi tetap tidak ada jawaban dan membuat Sejin akhirnya menghampiri sumber suara tersebut. Pelan, Sejin berjalan kearah halaman belakang dan Sejin mendapati suaminya berdiri di halaman belakang. Sejin menyipitkan matanya, mencoba melihat apa yang sedang dilakukan suaminya pada tengah malam tersebut.

“Sayang?“ucapan Sejin akhirnya dapat di dengar oleh suaminya karena tubuh lelaki tersebut seketika menegang dan berbalik ebberapa detik setelahnya. Lelaki tersebut memberikan isyarata 'tunggu sebentar' saat melihat Sejin berdiri menunggunya di halaman belakang.

“Hm... Kamu ngapain?“tanya Sejin yang melingkarkan tangan kanannya ke pinggang sang suami.

“Ada kucing mati dan barusan aku kuburin, kasian...“ucap sang suami yang memberikan kecupan di puncak kepala Sejin. Sejin tidak membalas perkataan sang suami, walaupun sebenarnya ia teramat bingung dengan alasan yang dilontarkan suaminya. Kucing mati adalah hal yang mustahil ditemukan di lingkungan rumahnya dan mengubur kucing mati di tengah malam membutuhkan effort yang cukup besar.

“Tidur lagi ya?“ucap sang suami sata mereka sudah kembali keatas kasur. Sejin mengangguk dan memeluk sang suami untuk kembali menyapa mimpi.


Sejin berjalan cepat keluar rumah saat seseorang mengetuk pintu rumahnya. Beberap orang yang Sejin kenal itu menyambangi rumah Sejin siang itu. Polisi serta detektif yang bertugas menangani kasus kecelakannya beberapa waktu lalu. Polisi menceritakan sebuah fakta baru yang ditemukan yang berada dilokasi kecelakaan tersebut.

Sesuai dengan pengamatan CCTV pada malam kejadian, mobil Sejin berada di tempat kejadian dimana Sejin mengalami kecelakaan. Sejin mendengarkan dengan seksama penjelasan polisi tersebut.

“Sesuai dengan history panggilan dari handphone Tn. Sejin, kami menemukan bahwa malam itu Tuan menghubungi petugas derek mobil dan kami juga menemukan truck yang biasa bertugas menderek mobil berada di tempat kejadian perkara”ucap polisi tersebut menjelaskan.

“Tetapi kami tidak bisa menemukan supir yang bertugas malam itu. Kami sudah selidiki ke kantor yang bersangkutan dan sang atasan mengatakan bahwa anak buahnya memang tidak pernah masuk kantor setelah malam itu. Ada kabar yang mengatakan bahwa sang supir membawa kabur truck yang biasa ia gunakan untuk bekerja”ucap sang polisi melanjutkan.

“Kami juga sudah mendatangi rumah supir tersebut dan hasil yang kami dapat sama, bahwa supir tersebut juga tidak pulang sejak malam tersebut”Sejin masih diam mendengarkan penjelasan polisi dihadapannya dengan wajah cemas.

“Tetapi beberapa hari yang lalu supir tersebut menghubungi keluarga dan mengatakan bahwa dirinya dalam bahaya. Kami sudah melacak semuanya termaksud tempat terakhir supir tersebut menghubungi keluarganya dan kami mendapatkan fakta terbaru dari sana yang berhubungan dengan suami anda”Nafa Sejin tercekat, ia mencoba menghilangkan fikiran-fikiran kotor yang ada di kepalanya saat ini.

“Suami anda berada di tempat yang sama di malam yang sama beberapa jam setelah sang supir menghubungi keluarganya”ucap Polisi tersebut dan tubuh Sejin merosot lemas di sofa.

“Kami tidak dapat mengambil kesimpulan apapun dari penyelidikan kali ini, tapi kami akan memanggil suami anda dalam beberapa hari kedepan”Sejin memijat kepalanya yang terasa pusing.

“Maaf, kejadian malam itu tepatnya kapan?“ucap Sejin dan polisi memberitahukan bahwa itu baru terjadi beberapa hari lalu. Sejin mencoba mengingat hari tersebut, dimana ia tidak mendapati suaminya di tempat tidur saat tengah malam dan tidak berlangsung lama, suami Sejin kembali dari kantor.

“Maaf? Bukankah kasus ini sudah saya tutup?“ucap suami Sejin saat melihat polisi di dalam rumahnya.

“Suami saya sudah sembuh dan saya rasa, saya tidak akan melanjutkan kasus ini lagi”ucap lelaki yang sudah berdiri disebelah Sejin tersebut. Beberapa polisi dan detektif itu memutuskan pulang dan kembali ke kantornya setelah mendapatkan penjelasan dari suami Sejin.


“Hallo?“Sejin tersenyum, mendapat telfon dari sang suami siang itu.

“Sayang, aku boleh minta tolong? Ada flashdisk yang masih tersambung di laptopku. Boleh minta tolong untuk kirimkan data dari flashdisk itu?”

Sejin pun masuk ke dalam kamar kerja sang suami setelah mendapatkan penjelasan dan arahan suaminya. Sejin dapat dengan mudah mengakses laptop pribadi suaminya dan mengirimkan email kepada sang suami.

From: Husband Terimakasih sayang Aku mencintaimu

Sejin tidak lantas meninggalkan kamar kerja suaminya setelah urusannya selesai. Fokus Sejin sedikit terganggu saat sebuah email asing masuk ke dalam kotak masuk email milik sang suami. Sejin pun membuka email tersebut dan detik berikutnya, Sejin memegang kepalanya karena rasa sakit yang menyerang tiba-tiba.

Sejin berbaring di kasurnya dengan tangan yang sibuk mengutak-atik ponselnya. Dirinya membuka beberapa media sosial dan mencari namanya. Sejin terperangah saat dirinya menemukan sebuah media sosial yang sudah lama tidak digunakan.

Sejin membuka dan memeriksa halaman media sosial tersebut dan menemukan beberapa foto yang membuatnya terkejut. Foto yang ia kenal yang ditunjukan suaminya beberapa saat yang lalu tetapi terlihat berbeda saat ini. Sejin pun mencari foto yang sebelumnya diperlihatkan oleh sang suami guna mencari perbedaan diantara dua foto tersebut.

Sejin semakin terkejut, saat melihat dua perbedaan yang jelas dari dua foto yang terlihat yang sama tersebut. Foto yang terdapat pada halaman media sosial Sejin, terlihat Sejin sedang dipeluk seseorang yang jelas bukan suaminya saat ini, karena orang yang mengaku suaminya saat ini berada dibelakang bersama teman-teman Sejin lainnya.

Sejin lebih terkejut lagi, saat melihat foto pernikahannya. Foto dalam halaman media sosialnya jelas memperlihatkan dirinya berciuman dengan orang lain dan orang yang sekarang mengaku suaminya berdiri dikursi undangan. Sedangkan pada foto yang tercetak, orang yang mencium Sejin dalam pernikahan tersebut ialah orang yang mengaku suaminya saat ini.

Pintu rumah terbuka dan membuat tubuh Sejin menegang. Sejin dengan tenang merapihkan foto yang sebelumnya ia buka dan menyimpan ponselnya. Ia menyambut kedatangan suaminya yang pulang dengan senyum yang ia buat senatural mungkin.


Pagi itu untuk pertama kalinya, Sejin keluar dari rumah tersebut untuk pergi ke kantor polisi setelah sebelumnya mendapatkan kabar bahwa polisi mempunyai sebuah fakta baru yang perlu Sejin ketahui. Ketika Sejin tiba di kantor polisi sudah ada dua orang asing yang berada disana. Orang asing yang membuat kepala Sejin berputar kembali.

“Sejin? Duduk dulu”ucap seorang lelaki yang lebih tinggi dari lelaki lainnya.

Setelah merasa lebih tenang, Sejin pun menjelaskan penjelasan polisi mengenai fakta terbaru yang perlu ia ketahui. Dua orang lelaki yang asing baginya tersebut adalah Wooseok dan Jinhyuk, sahabat Sejin dan suami asli Sejin.

“Kabar terakhir yang gue denger, lo sama Seungyoun mau liburan dua minggu ke luar negeri. Gue engga bisa ngubungin lo bahkan Seungyoun”ucap lelaki yang duduk disebelah Sejin dan menggenggam erat tangan Sejin.

“Tuan Wooseok dan Jinhyuk datang kesini setelah mendapat informasi dari kami, mereka membawa bukti yang juga perlu anda lihat”ucap polisi dihadapan Sejin. Foto pernikahannya.

“Orang yang ada di foto ini sama dengan foto yang mungkin anda upload ke media sosial beberapa tahun lalu”ucap polisi tersebut menambahkan.

“Tuan Wooseok dan Jinhyuk juga sudah menceritakan semuanya kepada kami dan cerita yang mereka ceritakan sama dengan cerita yang suami anda sampaikan kepada kami”ucap polisi tersebut

“Seungyoun siapa?” ucap Sejin bingung yang kemudian jatuh pingsan.

Beberapa jam kemudian, Sejin terbangun ketika mendengar teriakan seseorang. Sejin sudah kembali berada di kamar tidurnya. Langkah Sejin gontai dan terseok ketika ia mencoba berjalan mendekati sumber suara.

“Saya sudah mengatakan berulang kali! Saya mencabut laporan ini karena suami saya sudah sehat, tapi kenapa anda masih memanggil suami saya?“langkah Sejin terhenti ketika mendengar nada tinggi suaminya.

“Untuk kalian berdua, jangan campuri urusan rumah tangga saya dan Sejin! Biarkan Sejin disini dan beristirahat dengan tenang setelah peristiwa tersebut”Sejin dapat dengan jelas melihat sang suami menunjuk Wooseok dan Jinhyuk yang juga berada diruang tamunya.

“Seungju! Lo harusnya sadar, Sejin bukan punya lo.... Dia punya Seungyoun”ucap Wooseok mencoba bernegosiasi.

“Seungyoun udah mati! Sejin punya gue dan selamanya cuma punya gue”ucap lelaki yang sebelumnya dipanggil Seungju oleh Wooseok.

“Stop!“ucap Sejin lirih, membuat semua orang menoleh. Wooseok yang awalnya ingin mendekati Sejin itupun dilarang oleh Seungju untuk mendekat.

“Sayang? Kamu udah bangun, hm? Kepala masih sakit? Mau ke dokter aja?“Sejin menggeleng mendengar pertanyaan Seungju tersebut.

“Seungyoun? Siapa Seungyoun?“tanya Sejin bingung.

“Suami lo... Nama suami asli lo Cho Seungyoun bukan Han Seungju”ucap Woosok pelan.

“Diam! Kalian semua pergi selama saya melakukan hal yang lebih buruk”ucap Seungju yang merangkul Sejin dan membawanya masuk ke dalam kamar lagi.

“Sayang... Seungyoun siapa? Kenapa kamu usir Wooseok sama Jinhyuk?“tanya Sejin bingung.

“Nanti biar aku urus mereka ya? Kamu minum obatnya dulu, biar kepalanya engga sakit lagi”ucap Seungju yang dituruti Sejin dan beberapa menit kemudian, Sejin kembali tertidur.

Flashback On

“Hai! Aku sedang mengisi bahan bakar dan sepertinya dalam sejam aku akan tiba di rumah ibu”

Sore itu, Sejin berencana mengunjungi orang tuanya yang tinggalnya berpuluh-puluh kilometer dari kediaman pribadinya. Sejin sesekali tersenyum dan memutar cincin di jari manisnya.

“Hm.. Baiklah aku akan menunggumu! Jika lelah, tidak usah kau paksakan ya? Besok sore aku kembali”

“Aku juga mencitaimu!!”

Sejin memutuskan sambungan telfonnya dan kembali mengendarai mobilnya. Langit sore itu berubah gelap tanda hujan akan turun. Sesekali, Sejin menggumamkan lagu yang berputar di radio untuk menghapus sepi tetapi sebuah ketidakberuntungan menyapa Sejin karena mesin mobil yang ia gunakan tiba-tiba mati.

Sejin memeriksa mesin mobilnya tetapi karena pengetahuannya mengenai mesin mobil sama dengan nol, membuat Sejin memutuskan untuk menghubungi jasa derek mobil terdekat dari tempatnya berada.

“Setengah jam? Apa tidak bisa lebih cepat?”

Sejin menghembuskan nafasnya kasar. Dirinya harus menunggu setengah jam hingga truk yang akan menderek mobilnya tiba. Sejin melihat kesekelilingnya, gelap dan sepi karena Sejin sudah berada di pinggir kota. Beberapa kali angin berhembus kencang, membuat Sejin harus merapatkan cardigan yang ia gunakan.

Sejin menoleh ketika mendengar suara lelaki yang mendekat. Beberapa lelaki bertubuh tinggi mendekati Sejin, membuat Sejin berjalan menjauh dengan harapan menemui sebuah kedai disekitar lingkungan tersebut. Langkah lebar Sejin membuat jarak antara Sejin dan beberapa lelaki tadi. Sejin pun bernafas lega. Ia pun memutuskan akan kembali ke mobilnya setelah merasa aman.

Tetapi, Sejin harus mendecak sebal ketika lelaki tadi kembali terlihat dan membuat Sejin kembali berjalan cepat bersamaan dengan hujan yang mulai turun. Panik, Sejin berlari dibawah guyuran hujan dengan harapan yang sama dengan sebelumnya, menemukan kedai kecil.

Hujan yang turun dengan deras, membuat Sejin kehilangan arah dan yang ia tau selanjutnya ia melihat sebuah lampu mendekatinya dan seketika tubunya terhempas ke aspal yang basah. Sayup, Sejin mendengar beberapa lelaki yang tadi ia lihat berbicara pelan. Tetapi akhirnya semua gelap saat Sejin merasa seseorang mengangkat dirinya yang berbaring di aspal.

Flashbak Off

Sejin kembali terbangun di tengah malam. Kali ini, karena sebuah mimpi yang terlihat begitu nyata. Mimpi yang terlihat seperti kepingan memori yang coba ia hadirkan kembali. Seungyoun, nama itu muncul di mimpi Sejin yang membuatnya kembali diam dalam kebingungan.

“Sayang, kamu kebangun? Hm... Kenapa?“ucap Seungju yang menarik pelan Sejin masuk ke dalam pelukannya.

“Semua akan baik-baik aja, aku janji...“ucap Seungju yang mengusap punggung telanjang Sejin dan membawa Sejin kembali ke alam mimpi.


“Aku sebenarnya mau ajak kamu, tapi gabisa karena ini masuk perjalanan dinas”ucap Seungju sesaat sebelum dirinya pergi untuk perjalanan dinas ke luar kota.

“Engga apa-apa! Aku bisa sendiri kok dan aku udah engga terlalu sering sakit kepala”ucap Sejin tersenyum yang membuat Seungju mengusak kepala suaminya, gemas.

“Telfon aku kalo kamu butuh apapun ya? Lusa aku janji udah pulang”ucap Seungju sebelum mendaratkan bibirnya di bibir Sejin tetapi detik berikutnya Sejin memutus ciuman tersebut karena ciuman tersebut terasa asing baginya.

Setelah Seungju pergi, Sejin tidak menunggu waktu lama untuk dapat menghubungi Wooseok dan Jinhyuk tetapi beberapa kali telfon Sejin tidak tersambung dan membuat Sejin semakin panik. Sejin pun berusaha menelfon kepolisian untuk melacak keberadaan Wooseok dan Jinhyuk.

“Semalam Tuan Wooseok dan Tuan Jinhyuk menelfon kepolisian. Mereka mendapatkan ancaman dari seseorang yang belum kami ketahui, saat ini mereka berada disalah satu hotel.”

Wooseok membuka pintu kamar hotelnya tepat ketika Sejin tiba di depan kamar hotelnya. Wooseok memeluk Sejin dan membawanya masuk dengan wajah yang cemas. Didalam kamar hotel tersebut, ada Jinhyuk dan dua anak lelaki kecil yang Sejin simpulkan sebagai anak dari Wooseok dan Jinhyuk.

“Om!!!“kedua anak tersebut memanggil Sejin dan tersenyum saat melihat Sejin datang.

“Kalian main dikamar sebelah dulu sama Papa ya? Papi mau ngobrol sama Om dulu”ucap Wooseok yang dituruti kedua anaknya.

Jinhyuk membawa anaknya ke kamar sebelah, meninggalkan Wooseok dan Sejin berdua di dalam kamar tersebut. Wooseok tidak henti-hentinya menggenggam tangan Sejin, dari raut wajah Wooseok terlihat jelas raut kecemasan dan kekhawatiran.

Wooseok menceritakan semuanya. Siapa dirinya, siapa Jinhyuk, siapa Sejin, siapa Seungyoun bahkan menceritakan siapa Seungju orang yang mengaku suami Sejin selama dua bulan tersebut. Nafas Sejin tercekat, semua pernyataan Woosoek terasa nyata karena memori Sejin seperti kembali ke masa itu.

“Seungju suka sama lo dari jaman masuk kuliah... Gue tau persis karena lo selalu cerita sama gue”ucap Wooseok lagi.

Sejin ingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Seungju, bagaimana Seungju menyatakan perasaan kepadanya, bagaimana Seungju selalu berada disekitarnya dan juga Seungyoun.

Sejin juga ingat saat kelulusannya, dimana Seungyoun berhalangan hadir saat itu dan Seungju hadir dengan satu buket bunga besar yang menarik perhatian banyak orang. Seungju yang ternyata satu kantor dengan Seungyoun juga ada saat Seungyoun mendapatkan promosi kenaikan jabatan dimana dihari yang sama Seungyoun melamar Sejin.

Kepala Sejin terus berdenyut, memori abu-abu dikepala semakin lama semakin jelas berwarna. Memori indah bersama Seungyoun lambat laun mulai kembali dalam fikiran Sejin. Sejin menarik nafas panjang, mengatur nafasnya dan mengeratkan genggamannya ditangan Wooseok.

“Seungyoun... Dimana?“tanya Sejin lirih tetapi Wooseok menggeleng sebagai jawabannya.

Sejin menangis dalam dekapan Wooseok dan disaat yang bersamaan telfon dalam kamar hotel tersebut berdering, membuat Jinhyuk sedikit berlari untuk menerima panggilan tersebut.

“Hallo?”

Tubuh Jinhyuk menegang saat mendengar suara orang disebrang telfon. Jinhyuk menoleh menatap Wooseok dan memberikan isyarat yang membuat tubuh Wooseok juga menegang.

“Seungju...“ucap Jinhyuk pelan.

Pintu kamar hotel tersebut diketuk, membuat Sejin menatap Wooseok dan Jinhyuk dengan tatapan bingung. Jinwoo dan Junseo, kedua anak Wooseok itu berlari menghampiri Jinhyuk dan memeluk papa mereka karena mereka tau jika mereka dalam bahaya.

Sejin menghapus air matanya dan berjalan mendekati pintu hotel yamg terus diketuk seseorang dari luar kamar. Beberapa kali Wooseok melarang, tetapi Sejin tetap dalam pendiriannya. Pintu terbuka dan disana berdiri Seungju, lelaki yang beberapa jam lalu berpamitan kepada Sejin untuk dinas keluar kota.

Seungju menyunggingkan senyum mengerikan sambil menatap Wooseok dan Jinhyuk sebelum menarik Sejin keluar dari kamar tersebut. Sejin tidak menolak saat Seungju menarik tangannya, walaupun Wooseok beberapa kali berteriak meminta Seungju melepaskan Sejin.


Setidaknya sudah tiga hari, Sejin terkunci di dalam sebuah kamar tanpa jendela. Kamar yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya selama ia tinggal bersama Seungju dirumah tersebut.

Sejin mencoba membuka kelopak matanya saat merasakan seseorang mengusap lembut pipinya. Tubuh Sejin kaku, saat melihat Seungju berada di dekatnya dan tidur disebelahnya.

“Lepaskan... Aku mohon...“ucap Sejin memohon tetapi Seungju menolak.

“Sepuluh tahun aku hanya dapat mengagumimu dari jauh. Aku rasa pengorbananku cukup. Sekarang kamu milikku dan hanya milikku”ucap Seungju yang kemudian mencoba melumat bibir Sejin.

Sejin meronta enggan diberi kecupan oleh Seungju yang membuat Seungju marah dan menampar Sejin hingga Sejin terdiam. Seungju pun kembali keluar dari kamar tersebut saat ponselnya berdering.

Seungju kembali ke kamar Sejin saat mendengar suara benda jatuh dikamar Sejin dan saat Seungju masuk ke kamar, ia tidak menemukan Sejin di dalam kamar tersebut. Seungju menoleh dan mendapati Sejin dibelakangnya dengan sebuah kursi kayu ditangannya. Seungju tersungkur saat Sejin memukulnya dengan kursi kayu tersebut.

Sejin berlari, mencoba keluar dari rumah tersebut. Tetapi hal yang ia lakukan sebelumnya ialah mencari ponselnya yang kemungkinan besar disembunyikan oleh Seungju, Disisi lain, Seungju memegang kepalanya yang baru saja menjadi korban pukulan beda tumpul tersebut. Seungju tidak tinggal diam dan memilih mencari Sejin.

Sejin panik dan membuatnya kesulitan mencari benda yang ia maksud hingga ia merasakan Seungju yang berjalan terseok mendekatinya lagi. Sejin memilih bersembunyi di dalam lemari, dibelakang puluhan baju yang tergantung dan berharap Seungju tidak dapat menemukannya.

“Sayang... Kamu dimana? Aku ga marah sama kamu kok”ucap Seungju yang sesekali meringis karena darah segar menetes di kepalanya.

Seungju kembali keluar dari kamar ketika tidak dapat menemukan Sejin di dalam kamar tersebut dan kesempatan tersebut digunakan Sejin untuk keluar dari lemari tetapi detik berikutnya, seseorang membekap mulut Sejin dan membuat Sejin teriak meronta.

“Aku udah bilang kan, pengorbanan aku udah cukup selama sepuluh tahun dan sekarang aku ga akan kehilangan kamu lagi”ucap Seungju santai. Sejin mengigit tangan Seungju yang membekap mulutnya serta menginjak kaki Seungju dengan kencang, membuat Seungju kembali merasakan kesakitan. Sejin memutuskan lari keluar dari rumahnya, tanpa menggunakan alas kaki dan tanpa alat bantuan apapun.

Disisi lain.....

“Han Seungju, sudah lima tahun menjadi pasien saya karena ia memiliki sebuah kepribadian dimana ia akan melakukan apapun untuk sesuatu yang inginkan. Walaupun itu menyakiti orang lain”Wooseok memijat pelipisnya pelan.

“Semua bukti sudah cukup untuk menangkap Seungju kan?“tanya Jinhyuk dan polisi dihadapannya menggeleng.

“Kami tidak dapat menangkap seseorang tanpa bukti yang jelas”ucap Polisi tersebut.

“Semua dokumen yang Tuan Seungju miliki merupakan dokumen yang sah, termaksud surat pernikahan antara dirinya dan Tuan Lee Sejin”ucap polisi tersebut menjelaskan.

“Bagaimana dengan dokumen pernikahan Seungyoun dan Sejin? Itu semua juga sah kan? Apakah itu tidak dapat dijadikan bukti? Foto-foto? Kesaksian kami?“ucap Wooseok memohon dan polisi tersebut hanya menggeleng.

“Jika Tuan Seungju bisa memalsukan foto tersebut, hal tersebut juga dapat dilakukan siapapun”Wooseok menarik nafasnya saat mendengar penjelasan polisi tersebut.

“Jadi, apakah yang bisa kita lakukan? menunggu?“tanya JInhyuk yang membuat semua orang dalam ruangan tersebut terdiam.

“Tolong...“Semua orang dalam ruangan kepolisian tersebut menoleh dan mendapati seseorang dengan baju dan wajah lusuh memasuki ruangan kepolisian tersebut.

“Seungyoun!!!“ucap Jinhyuk saat melihat Seungyoun tergopoh dan terseok merangkul seseorang yang sudah tidak sadarkan diri.

TBC