semestakapila

Pertemuan Kedua.


Sore itu, sesuai janji keduanya, Wooseok dan Wonwoo bertemu di sebuah cafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat Wooseok maupun Wonwoo. Pertemuan dan perbincangan kedua bagi Wooseok dan juga Wonwoo.

“Hah! Gue masih mikir ini mimpi, gue kira ini cuma ada di drama doang?“ucap Wooseok menatap Wonwoo di hadapannya. Wonwoo tersenyum simpul.

“Bukan lo doang, gue juga mikir gitu. Ngeliat lo sekarang ada di depan gue, gue ngerasa lagi ngaca. Jiwa gue disini, tapi badan gue ada dihadapan gue”ucap Wonwoo.

Wooseok dan Wonwoo kembali terdiam. Bingung, memikirkan apa yang harus mereka bicarakan serta bagaimana mereka dapat kembali ke tubuh mereka sendiri.

“Malem sebelum kita begini, lo ngapain?“tanya Wonwoo penasaran yang membuat Wooseok berfikir.

“Mikir punya pacar....“ucap Wooseok santai, yang membuat Wonwoo menahan tawanya.

“Lo sama Jinhyuk beneran ga ada apa-apa?“Wonwoo kembali bertanya, walaupun kali ini pertanyaannya sedikit melenceng. Wooseok menggeleng sebagai jawaban.

“Gue kan udah bilang dari kemarin, kalo gue sama Jinhyuk engga ada hubungan apapun. Kita tuh cuma temen doang”ucap Wooseok menjelaskan.

“Tapi perilaku dia ke lo, bukan cuma sekedar temen doang, Wooseok....“ucap Wonwoo menghela nafas berat.

“Lo engga sadar? selama ini yang perhatian sama lo diantara temen-temen lo siapa? Jinhyuk kan? Gue yang baru seharian bareng aja ngerasa kok, kalo perlakuan Jinhyuk ke lo itu beda....“ucap Wonwoo menjelaskan.

“Kemaren di kantin.... Karena gue diem aja, Jinhyuk langsung nanyain kenapa dan ngajak gue pergi”ucap Wonwoo lagi.

“Soalnya JInhyuk itu tau apa yang harus dia lakuin kalo gue bete”ucap Wooseok memberikan sanggahan dan Wonwoo menggeleng.

“Bagi lo itu perhatian dari seorang temen? Bukan, Seok...“ucap Wonwoo tersenyum kecil. Wooseok menghela nafas panjang dan terdiam.

“Gue tanya balik... Malem sebelum kita begini, lo ngapain?“tanya Wooseok penuh tanya.

“Gue? Gue cuma mau Mingyu lebih dewasa. Dia terlalu banyak main game online sama temen-temennya”ucap Wonwoo santai.

“Bukannya wajar? Setiap orang punya cara masing-masing buat ngilangin stress, Nu.... Dan itu mungkin cara Mingyu ngilangin stress dia?“ucap Wooseok lagi.

“Tapi... tidak dengan main game online seharian, Seok....“Wonwoo tetap mempertahankan argumennya.

“Oke... Satu pertanyaan lagi, dengan dia main game online seharian itu, dia pernah lupa juga seharian sama lo?“tanya Wooseok dan Wonwoo menggeleng pelan.

Wooseok dan Wonwoo kembali terdiam, memikirkan perbincangan singkat yang mereka bicarakan sebelumnya.

“Kayaknya gue tau sesuatu...“ucap Wooseok pelan.

“Kita kayak gini karena kita engga mensyukuri apa yang udah dikasih Tuhan ke kita... Lo punya pacar dan mau dia lebih dewasa... Terus gue, ada orang sebaik Jinhyuk tapi engga pernah ngeliat dia lebih dari temen....“Wooseok melanjutkan dan Wonwoo mengangguk.

“Jadi... Kita bakal balik lagi kalo kita sama-sama udah bersyukur? Atas apa yang Tuhan kasih?“tanya Wonwoo.

“Ya... Mungkin....“ucap Wooseok tidak percaya diri dan mereka berdua kembali terdiam.

“Nu?“Wonwoo dan Wooseok menoleh bersamaan bahkan mereka berdua berdiri bersamaan saat seseorang menghampiri mereka.

“Ngapain?“tanya lelaki tersbeut yang membuat Wonwoo dan Wooseok beradu tatap.

“Hah? Ini cuma duduk aja kok, kamu?“tanya Wooseok panik dan Wooseok dapat melihat Wonwoo menggigit bibirnya menahan agar ia tidak menjawab pertanyaan lelaki tersebut.

“Udah selesai belum? Aku mau makan nih sama temen-temen aku, mau ikut?“tanya lelaki tersebut lagi dan Wooseok hanya dapat terdiam.

“Udah, Nu ikut aja! Kan kita udah selesai ngobrolnya”ucap Wonwoo canggung dan Wooseok menatap Wonwoo meminta penjelasan.

“Nah! Yaudah yuk, kita makan bareng!!“ucap Mingyu yang mengulurkan tangannya ke arah Wooseok.

Wooseok menggenggam tangan lelaki tersebut (read: Mingyu) dan menoleh ke arag Wonwoo yang tersenyum simpul.

“Duluan!”ucap Wooseok terlampau pelan.

(xposhie)

Rumah Baru.


Setelah beberapa minggu, akhirnya rumah kediaman Mas Seungyoun, Dek Sejin serta Dodo dan Dede telah selesai pengerjaannya. Rumah tersebut sudah siap huni oleh keluarga kecil yang saat ini sedang melihat seluruh isi rumah.

Dohyon yang gembir melihat ring basket di halaman depan langsung mencobanya bersama Mas Seungyoun. sedangkan Wonyoung berlari ke dalam untuk melihat kamarnya sendiri.

“Gimana, Dede suka?“tanya Dek Sejin yang berdiri di depan pintu kamar Wonyoung sambil tersenyum dan Wonyoung mengangguk antusias.

“Suka banget!! Nanti malam, Bubu boleh bobo disini sama akuuuu”ucap Wonyoung yang kemudian berlari dan memeluk Dek Sejin.

“Hm... Gimana? Bubu harus bobo sama Baba, engga boleh sama yang lain”ucap Mas Seungyoun yang tiba-tiba datang dan memeluk Dek Sejin dari belakang.

“Ihhh Baba!! Aku pinjem Bubu semalem aja sih pelit banget”ucap Dede mengerucutkan bibirnya, membuat Mas Seungyoun dan Dek Sejin tertawa.

“Iyaaaa, malem ini Bubu sama Dede. Oke?“ucap Dek Sejin dan Dede pun melompat kegirangan.

“Dodo mana? Dia ga mau liat kamarnya, hm?“tanya Dede bingung saat melihat kamar Dodo masih tertutup rapat.

“Awaasssss..... Aku mau masuk kamar!!!!“ucap Dohyon yang berlari masuk ke rumah dan menerobos paksa Mas Seungyoun serta Dek Sejin yang masih berdiri.

“Waow!!! Kerennn!!!!“ucap Dohyon kemudian, saat membuka pintu kamarnya.

“Pelan-pelan dong, Do! Masa bubu kamu tabrak?“ucap Mas Seungyoun mengusak rambut anak lelakinya tersebut.

“Gimana? Pilihan mas bagus juga kan?“ucap Mas Seungyoun berbisik tepat ditelinga Dek Sejin yang kemudian mengangguk.

“Bagus, kali ini aku akuin! Seengganya, mas engga biarin anaknya tidur dilantai”ucap Dek sejin yang kemudian mencuri satu kecupan di bibir suaminya tersebut.

“Dek?“ucap Mas Seungyoun kaget.

“Anak kamu udah pergi tuh keluar liat kolam renang”ucap Dek Sejin santai.

“Ah! Tambah lagi, boleh dong?“ucap Mas Seungyoun yang mendapatkan tatapan aneh dari suaminya, tetapi detik berikutnya Dek Sejin mendaratkan bibirnya di bibir Mas Seungyoun cukup lama.

“Bubuuuu!!!“Mas Seungyoun dan Dek Sejin pun menjauhkan wajahnya dan melepaskan bibirnya keduanya, saat Wonyoung memanggil.

“Ihhhh Dodo ayunan aku!!!!“ucap Wonyoung kemudian saat Mas Seungyoun dan Dek Sejin menghampiri mereka.

“Ih pelit!! Cengeng!!!“ucap Dohyon. yang melompat dari ayunan milik Wonyoung tersebut.

“Dede, gantian ya sama abang ayunannya?“ucap Dek Sejin di depan Wonyoung.

“Tapi aku tuh belum naik! Tadi Dodo langsung naik pas kesini, kenceng-kenceng Buuuuu”ucap Wonyoung mengadu.

“Lain kali, kalo Dodo kayak gitu bilang Baba ya?“ucap Mas Seungyoun dan Wonyoung pun mengangguk.

Mas Seungyoun, Dek Sejin, serta Dodo dan Dede pun kembali melangkahkan kaki mereka di dalam rumah tersebut. Memeriksa detail demi detail rumah yang akan mulai mereka tempati hari itu.

(xposhie)

Pindah.


Yohan masih sibuk di depan dua koper besar miliknya, ketika suaminya (read: Yuvin) baru saha keluar dari kamar mandi. Yohan sesekali bangkit dan mengeluarkan bajunya dari lemari, tidak jarang ia kembali memasukan baju tersebut jika ia rasa bahwa baju tersebut tidak perlu ia bawa.

Setidaknya, sebulan setelah pernikahannya bersama Yuvin, akhirnya Yohan memutuskan untuk pindah dan tinggal di apartment pribadi milik suaminya tersebut. Baginya, cukup sebulan ia tinggal dirumah orang tuanya setelah menikah dan ia harus memulai tinggal bersama suaminya.

“Belum selesai, Dek?“Yohan menoleh kala Yuvin mendekati dan duduk di sebelah Yohan. Karena bingung, Yohan mengerucutkan bibirnya.

“Bawa yang sekiranya penting aja. Kalo suatu saat kamu butuh, mas nanti belikan. Atau mas antar kamu buat ambil kerumah ibu bapak, gimana?“tanya Yuvin lembut yang membuat Yohan menoleh dan menatap suaminya tersebut.

“Hm.... Masa beli mas kalo udah punya? Tapi aku ga tega, kalo Mas Yuvin harus nyetir kesini dua jam bahkan lebih....“ucap Yohan pelan. Yuvin mengusak puncak kepala suaminya tersebut.

“Engga apa-apa kok! Kalo kamu butuh, kamu tinggal bilang sama mas ya? Nanti kita fikirin harus beli atau emang harus balik kesini, hm?“ucap Yuvin lagi dan Yohan mengangguk.

Jam menunjukan pukul sebelas malam, saat Yohan dan Yuvin sudah berbaring bersisian ditempat tidur mereka. Tanpa canggung, Yohan menggeser sedikit tubuhnya agar berbaring di dada suaminya tersebut, membuat Yuvin melingkarkan lengannya di bahu Yohan.

“Mas.... apartment mas yuvin kayak gimana?“tanya Yohan tiba-tiba.

“Hm? Apartment biasa aja kok, kamarnya dua tapi yang satu masih mas jadikan gudang. Terus ada kamar mandi dalam kamar utama satu, di luar juga ada satu....”

“Kamar mandinya dua mas?“tanya Yohan memotong ucapan Yuvin dan Yuvin mengangguk.

“Ada dapur, ruang tamu dan ya kayak isi rumah pada umumnya”ucap Yuvin melanjutkan dan kali ini Yohan yang mengangguk.

“Mas udah kosongin sebagian lemari mas, buat kamu simpan baju kamu. Rencananya, mas juga mau ubah gudang buat jadi ruang kerja pribadi mas”ucap Yuvin lagi.

“Selama ini ruang kerja mas sengaja satuin sama kamar tidur, tapi karena tinggal bareng kamu, jadi kayanya harus mas pindahin ruang kerjanya”ucap Yuvin menjelaskan.

“Kenapa dipindahin mas? Padahal aku mau lihat kalo mas yuvin lagi fokus kerja”ucap Yohan mengerucutkan bibirnya.

“Mas takut berisik... Nanti kalo misalkan mas kerja lembur, kamu ke ganggu tidurnya”ucap Yuvin tersenyum.

“Hm... Engga apa-apa mas! Engga usah dipindahin ruang kerjanya, tetep dikamar aja. Jadi kalo mas yuvin masih kerja sampai larut malam, nanti aku kan bisa tau dan bisa suruh mas yuvin buat berhenti dulu”ucap Yohan panjang lebar.

“Lagian, gudangnya kan bisa kita alih fungsikan jadi kamar lagi....“ucapan Yohan mengecil di ujung kalimat.

“Kamar siapa lagi? Kan kita cuma tinggal berdua di apartment itu, Dek...“ucap Yuvin bingung.

“Ya... siapa tau kan nambah personil... Nantinya...“ucap Yohan terbata. Yuvin terdiam, cukup lama hingga akhirnya menyadari sesuatu.

“Oh... Mas ngerti.... Emang kamu siap? Mau berapa?“tanya Yuvin meledek yang membuat badang Yohan seketika menegang.

“Mas... Udah ah tidur! Udah malem”ucap Yohan yang menyembunyikan wajahnya di dada suaminya. Yuvin tertawa dan mengeratkan pelukannya.

“Yaudah kamu tidur... Besok aku tanyain lagi kalo udah punya jawabannya, ya?“ucap Yuvin lalu mengecup puncak kepala suaminya tersebut.

(xposhie)

Sleep Over.


Wooseok sedikit terkejut saat Mingyu memarkirkan motornya dengan rapih di halaman parkir kost milik Wonwoo. Mingyu bahkan meleas helmnya dan merangkulnya dengan sedikit menariknya hingga sampai di depan kamar milik Wonwoo. Wooseok menarik nafas panjang, menetralkan detak jantungnya.

“Kok tegang banget sih yang?“ucap Mingyu lalu memijit pundak Wooseok agar sedikit relax.

“Hah? Eh engga kok... Kamu ngapain disini? Engga pulang?“tanya Wooseok santai dan Mingyu mengerucutkan bibirnya.

“Besok kan libur! Lagian udah malem, biasanya juga boleh nginep kok”ucap Mingyu manja.

“Nginep?“tanya Wooseok dengan intonasi tinggi dan Mingyu mengangguk santai.

“Buruan ah buka!!! Engga tahannn”ucap Mingyu lagi.

“Hah buka apaan? Engga tahan?“tanya Wooseok yang semakin panik.

“Ini pintunyaaa buka! Aku mau pipis buruan!!“ucap Mingyu lagi dan Wooseok pun mengangguk mengerti. Wooseok berdiri di depan kamar tersebut ketika Mingyu berlari masuk ke dalam kamar mandi.

“Hah? Nginep? Tidur berdua sama Mingyu? Iya sih, ini masih badan Wonwoo... Tapi kan.... Kalo dia minta.... Ah anjir! Gue bakal ngerasain dong? Ciuman aja tadi berasa kok!!!”

Wooseok memukul kepalanya berulang kali membuat Mingyu yang baru saja keluar dari kamar mandi. Mingyu memperhatikan Wooseok yang sesekali menghentakan kakinya ke lantai.

“Nu? Yang! Kamu kebelet juga? Tuh aku udah selesai”ucap Mingyu santai yang membuyarkan fikiran Wooseok.

“Ah iya! Aku sekalian mandi deh”ucap Wooseok sambil tersenyum kikuk.

Setidaknya butuh setengah jam untuk Wooseok berada di dalam kamar mandi. Sepuluh menit ia gunakan untuk mandi, sisanya ia gunakan berfikir dan melamun.

“Haaaaa!!! Masa tidur bareng sama Mingyu?!?!?!? Gue juga kenapa harus deg-degan sih?!?!?!?”

Wooseok menarik nafas panjang sebelum membuangnya perlahan. Ia pun memutuskan keluar dari kamar mandi, agar tidak membuat Mingyu curiga. Tetapi Wooseok kembali dikejutkan Mingyu yang sudah berbaring tanpa menggunakan atasannya.

“Mampus! Jangan bilang dia kalo tidur engga pake atasan?”

Wooseok menatap Mingyu yang masih asik dengan ponsel pintarnya, bermain game online yang biasa ia mainkan bersama teman-temannya. Kaosnya ia gantung di belakang pintu kamar Wonwoo, seperti sudah terbiasa dengan hal-hal yang ia lakukan.

“Yang... Celana aku ada disini kan? Kamu nyimpen dimana?“Mingyu bertanya tanpa melihat kearah Wooseok yang berdiri mematung.

“Aku mau ganti celana, engga betah pake jeans udah seharian”ucap Mingyu lagi dan Wooseok pun memutuskan berjalan ke lemari pakaian Wonwoo, berharap dapat menemukan celana yang dimaksud Mingyu.

Wooseok pun kembali dengan sebuah celana pendek yang biasa digunakan orang bermain basket. Woosoek menyerahkan celana tersebut kepada Mingyu dan Mingyu mengambilnya dengan fokus tetap kepada ponsel pintarnya.

“Wahhh emang nih ga baik buat jantung gue!”

Wooseok mengalihkan pandangannya ketika Mingyu membuat kancing celana jeansnya dan membukanya tanpa beranjak ke kamar mandi. Wooseok bahkan memejamkan matanya agar tidak melihat apapun yang tidak harus ia lihat.

“Lebih bahaya dari Seungyoun sama Sejin nih oranggg”Wooseok menggelengkan kepalanya, masih tidak bisa mempercayai apa yang ia lihat saat ini.

(xposhie)

Party.


Wonwoo menarik nafas panjang selama perjalanannya dengan Jinhyuk, Bahkan Jinhyuk sesekali menoleh dan bertanya, tetapi Wonwoo selalu menjawab tidak apa-apa dan menyunggingkan senyum terbaiknya.

“Kamu pusing? Mau pulang aja?“tanya Jinhyuk saat sudah menghentikan laju kendaraannya.

“Eh? Jangan! Aku engga apa-apa kok! Udah sampe ya?“tanya Wonwoo kikuk dan Jinhyuk tertawa.

“Hahaha belum, Seok! Nih aku sengaja berhenti di pinggir jalan soalnya dari tadi kamu narik nafasnya panjang banget. Kenapa?“tanya Jinhyuk lagi dan Wonwoo menggeleng.

“Engga apa-apa, beneran!! Yuk lanjut lagi, nanti ditungguin yang lain”ucap Wonwoo tersenyum kepada Jinhyuk.

“Kalo nanti bosen atau mau pulang, kasih tau aku aja ya?“ucap Jinhyuk mengusak puncak kepala Wonwoo, membuat Wonwoo tersipu malu.

Kurang dari sejam, Wonwoo dan Jinhyuk tiba di sebuah gedung apartment. Apartment yang tidak mewah, tetapi juga tidak dapat dikatakan sederhana itu mampu menyita perhatian Wonwoo.

“Seok, ayo!! Kok diem aja disitu?“Jinhyuk menarik tangan Wonwoo ketika pintu lift sudah terbuka.

“Jangan kebanyakan bengong! Kata Seungyoun, gedung ini banyak penunggunya”ucap Jinhyuk berbisik.

“Hah? Yaiyalah kan apartment, pasti banyak penunggunya dong?“ucap Wonwoo santai yang membuat Jinhyuk terdiam menatap Wonwoo.

“Ah... Iya bener sih...“ucap Jinhyuk canggung sambil sesekali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal tersebut.

“Inget ya! Kalo ngerasa udah pengen pulang, bilang aku ya? Kalo yang lain sih pasti nginep, soalnya Seungyoun pasti nyiapin banyak amunisi”ucap Jinhyuk menjelaskan.

“Amunisi?“ucap Wonwoo pelan yang membuat Jinhyuk menoleh.

“Iya. Tapi kamu tenang aja, malem ini aku engga akan minum kok biar kamu bisa minta pulang kapan aja”ucap Jinhyuk lagi sebelum menekan bel unit apartment milik Seungyoun.

“Akhirnyaaaa~~~~~ Yaelah sama aja anjir!“Kookheon yang semula gembira membuka pintu apartment tersebut seketika merengut karena mendapati bahwa Jinhyuk dan Wooseok (read: Wonwoo) yang ada di depan pintu tersebut.

“Yaelah pasangan lagi!“ucap Kookheon selanjutnya meninggalkan Jinhyuk yang kebingungan.

Wonwoo yang semula berjalan di belakang Jinhyuk harus menghentikan langkahnya saat melihat Seungyoun dan Sejin yang sedang berciuman di dapur yang ia lewati.

“Gosong bego! Gosong!!!“Kookheon dengan santainya memisahkan kedua temannya tersebut untuk menyelamatkan sesuatu yang terbakar diatas kompor.

“Emang tuh berdua harus dikawinin!!“ucap Byungchan dari arah ruang tamu.

“Sebelum nyuruh orang lain kawin, lihatlah diri anda sendiri tuannn~~“kali ini Jinhyuk mendorong kedua temannya yang sedang asik berpangkuan di sofa panjang tersebut.

“Ganggu lu! Monyet!!!“ucap Byungchan sebal membuat Seungwoo tertawa.

“Seok sini!!! Yohan belum dateng tuh katanya nungguin Hangyul terus Yuvin jadi ikut-ikutan nungguin Hangyul juga”ucap Byungchan panjang lebar dan hanya dibalas anggukan kecil Wonwoo.

Wonwoo yang sudah duduk di sofa bersebelahan dengan Jinhyuk, mengamati apartment Seungyoun. Di depannya ada sebuah meja yang sudah penuh berbagai camilan serta minuma kaleng bersoda. Wonwoo pun mengerti apa yang dimaksud amunisi oleh Jinhyuk.

“Oh jadi amunisi tuh camilan bermicin...”ucap Wonwoo dalam hatinya.

(xposhie)

Remember Me.

⚠️ Major Character Death.

📌 This story contains scenes that some readers may find uncomfortable and hurt


“Seungyoun, sarapan udah siap!!!“Pagi itu seperti biasa, Sejin harus membangunkan suaminya agar tidak terlambat ke kantor. Sejin tersenyum melihat langkah gontai suaminya yang keluar dari kamar. Sebuah kecupan pun mendarat singkat di bibir Sejin, membuatnya tersenyum.

“Pagiiii!!!“Sejin menoleh dan mendapati anak tunggalnya menyapanya dengan riang.

“Hai, jagoan! Sudah siap?“tanya Sejin mengusak rambut anak lelaki yang mengangguk antusias.

“Hari ini Dohyon akan camping dari sekolahannya bersama Jinwoo. Aku akan pergi mengantarnya bersama Wooseok, mungkin setelah itu kita akan bertemu Byungchan serta Yohan di kafe biasa”Sejin menjelaskan secara rinci kegiatannya hari itu kepada suaminya dan Seungyoun mengangguk.

“Mau dijemput”tanya Seungyoun. Sejin sempat berfikir sejenak sebelum mengangguk.

“Iya boleh! Kasihan kalo Jinhyuk dan Wooseok harus mengantarku sampai rumah”ucap Sejin dan Seungyoun mengangguk.

“Nikmati sarapan kalian! Aku mau mandi agar tidak terlambat mengantar Dohyon”Sejin mendaratkan kecupannya di puncak kepala Dohyon dan bibir Seungyoun, membuat Dohyon terkikir geli sambil menutup kedua matanya.


“Hai, Youn!“Jinhyuk menyapa Seungyoun yang berada di dalam mobilnya, ketika mengantar Sejin dan Dohyon kerumahnya.

“Titip ya! Gue hari ini ada meeting yang engga bisa ditinggal”ucap Seungyoun dan Jinhyuk mengangguk. Dohyon pun mencium pipi Seungyoun dan melambaikan tangannya saat sang papi pergi menjauh melajukan mobilnya.

“Jinhyuk, tidak bawa mobil?“tanya Sejin dan Jinhyuk tersenyum menggeleng.

“Aku naik bis saja! Nanti menambah polusi kalo setiap orang dalam rumah membawa dua mobil sekaligus”Wooseok dan Sejin tertawa mendengar ucapan Jinhyuk.

Setelah memastikan seluruh barang bawaan Dohyon dan Jinwoo lengkap, Wooseok pun melajukan mobilnya dengan Sejin yang duduk disebelahnya. Mereka pergi menuju tempat dimana Dohyon dan Jinwoo akan berkemah selama dua hari ini.

“Ikuti kata gurumu ya! Jangan nakal! Jangan terlalu banyak makan karena nanti perutmu akan sakit, oke?“ucap Sejin dan Dohyon mengangguk.

“Kalian jangan berpisah ya! Selalu bersama dan ikuti apa kata guru”ucap Wooseok menambahkan.

Wooseok dan Sejin pun meninggalkan lokasi perkemahan tersebut setelah menitipkan Dohyon dan Jinwoo kepada guru mereka.

“Seok, guru tadi baru ya? Kok gue baru liat?“Wooseok mengedipkan matanya beberapa kali dan tersenyum kikuk.

“Iya, guru tambahan. Karena engga mungkin kalo cuma ngandelin guru yang ada”ucap Wooseok dan Sejin mengangguk.

“Ah iya sih! Soalnya kan engga mungkin guru yang ada bisa handle anak sebanyak tadi”ucap Sejin lagi.


“Jadi... Lo udah dilamar sama Yuvin? Kapan? Sumpah gue kok gatau?“Sejin berteriak histeris kala melihat sebuah cincin melingkar di jari manis Yohan.

Yohan tersenyum malu menatap teman lamanya tersebut dan menyembunyikan tangannya di balik meja yang sekarang sedang mereka tempati di sebuah kafe langganan mereka berempat.

“Jadi kapan tanggalnya? Wooseok sama Byungchan tau?“Sejin menoleh ke arah dua teman lainnya. Byungchan hampir saja menjatuhkan gelasnya jika Wooseok tidak dengan segera menahannya.

“Hah? Eh gue? Tau dong! Kan gue special“ucap Byungchan sombong, yang membuat Sejin mendecih.

“Jahat lo! Masa gue doang yang gatau sih?“ucap Sejin mengerucutkan bibirnya. Yohan tersenyum sebelum menyerahkan sebuah undangan berwarna putih kebiruan. Undangan pernikahannya bersama Yuvin yang berlangsung sepuluh hari lagi.

“Sepuluh hari lagi? Terus selama ini gue gatau apa-apa? Wah tega lo, Yo! Pertemanan kita selama lima tahun engga ada artinya?“ucap Sejin pelan yang membuat Wooseok memebelalakan matanya.

“Jangan sedih dong, Jiiiin!! Yohan cuma terlalu sibuk ngurus acaranya sama Yuvin. Gue juga baru tau tadi pagi kok, bukan lo doang”ucap Wooseok memeluk Sejin menenangkan.

“Hm... Semoga lancar sampai hari-H!!! Jangan kebanyakan makan, Yo! Nanti baju lo ga muat”ucap Sejin bercanda.

“Loh? Harus makan banyak dong? Biar malem pertamanya panjang!!“kali ini Byungchan yang angkat bicara membuat Wooseok dan Sejin tertawa, sedangkan Yohan tersipu malu.

“Gue ke toilet dulu ya!“ucap Yohan cepat yang dibalas anggukan kedua temannya.

“Engga bisa, Seok.... Kalo kita begini mulu, gue engga yakin kondisi dia bakalan baik-baik aja”

“Bisa, Yo... Pelan-pelan ya? Kita bisa kok. Kita bertiga, ada Ka Seungwoo, Jinhyuk sama Yuvin juga kan? Kita bisa kok....”

“Loh? Yohan kenapa nangis? Gue tadi bercanda doang....”

Yohan segera menghapus air matanya yang turun ketika Sejin menyusulnya ke toilet. Yohan sadar, dirinya terlalu lama berada di toilet, sehingga membuat Sejin juga menyusulnya setelah Wooseok menyusulnya terlebih dahulu lima belas menit yang lalu.

“Hah? Eh engga apa-apa kok! Yohan cuma terharu aja, sepuluh hari lagi mau nikah!“Wooseok menepuk pelan punggung Yohan membuat Yohan lambat laun menyunggingkan senyumnya.

“Bahagia ya, Yo! Lo harus selalu bahagia sama Yuvin!! Jangan suka nangis-nangis lagiiii. Yuvin udah 100% milik lo kok sepuluh hari lagi”Sejin memeluk Yohan dan menepuk pelan punggungnya, menenagkan Yohan yang masih terisak.


“Gimana? Udah mau sebulan dan engga perkembangan... Setiap hari selalu sama, kan?“Yuvin menghela nafas panjang dan duduk di sebuah sofa panjang di sebuah ruang tamu.

“Jujur, gue engga ngerti ini bakalan sampai kapan. Wooseok selalu ngingetin gue kalo semuanya bakalan baik-baik aja”ucap Jinhyuk kepada dua ornag teman dihadapannya.

“Baik-baik aja? Udah lebih dari sebulan, kita ngelakuin hal yang sama setiap harinya. Kita harus berhenti bohongin Sejin...“kali ini Seungwoo sebagai pria paling tua di ruangan tersebut angkat bicara.

“Bilang apa? Bilang kalo Seungyoun sama Dohyon udah engga ada? Engga segampang itu bang....“Jinhyuk mengepalkan tangannya menahan emosi.

Ketiga pria dewasa tersebut terdiam cukup lama hingga suara pintu terbanting mengejutkan mereka bertiga. Dibalik pintu utama apartment tersebut, ada empat orang dewasa laki-laki lainnya. Sejin berdiri disana dengan air mata yang menggenang di kedua pipinya.

Wooseok, Byungchan dan Yohan berdiri dibelakang Sejin menatap pasangan mereka masing-masing dengan tatapan tidak percaya. Seungwoo yang pertama bangkit dari sofa dan berjalan menghampiri Sejin yang masih mematung.

“Apa kabar, Jin?“ucap Seungwoo tersenyum dan berdiri di hadapan Sejin. Dibelakang sana ada Byungchan yang sedang berdiri sambil menggelengkan kepalanya, memberikan isyarat agar Seungwoo tidak mengatakan apapun.

Tetapi, sebelum Seungwoo berhasil mengeluarkan suara, sebuah tangan menarik paksa Sejin dan berjalan kearah sebuah kamar. Semua mata menatap orang itu tidak percaya. Disana Yohan sedang berjalan menarik Sejin menuju sebuah kamar, kamar pribadi milik Yohan dan Yuvin.

Sejin mengerutkan keningnya, melihat sebuah foto pernikahan Yuvin dan Yohan disana. Disana semua teman-teman Yuvin serta Yohan berdiri, ada Sejin juga Seungyoun serta ada Dohyon, Jinwoo dan Dongpyo yang berdiri di depan kedua mempelai.

Sejin menoleh menatap Yohan, meminta penjelasan. Tetapi Yohan memilih diam hingga semua temannya menghampiri mereka berdua. Wooseok merangkul pundak Sejin dan menepuk pelan pundah kecil tersebut. Sejin terenyum dan menatap teman-temannya dengan tatapan sinis.

“Gue balik! Seungyoun udah dibawah”Sejin memilih keluar dari kamar dan apartment tersebut setelah memeriksa ponselnya.

Semua teman Sejin dalam kamar tersebut tercengang. Mereka tau, bahwa tidak ada notifikasi masuk ke dalam ponsel Sejin. Semua itu hanya bayangan Sejin, semua yang terjadi hari itu hanyalah bayangan Sejin semata.

Flashback

“Seungyoun, sarapan udah siap!!!“Pagi itu seperti biasa, Sejin harus membangunkan suaminya agar tidak terlambat ke kantor. Sejin tersenyum melihat langkah gontai suaminya yang keluar dari kamar. Sebuah kecupan pun mendarat singkat di bibir Sejin, membuatnya tersenyum.

Apartment tersebut kosong, putih tanpa ada satupun perabotan di dalamnya. Sejin tidak memasak, itu hanya bayangannya saja. Bahkan kecupan yang diberikan Seungyoun pagi itu pun tidak ada

“Pagiiii!!!“Sejin menoleh dan mendapati anak tunggalnya menyapanya dengan riang.

“Hai, jagoan! Sudah siap?“tanya Sejin mengusak rambut anak lelaki yang mengangguk antusias.

Lagi, Sejin terlihat sedang berbicara dengan dirinya sendiri dalam ruangan putih tersebut. Tidak ada Dohyon yang menyapanya. Tidak ada siapapun yang dapat ia usak puncak kepalanya pagi itu. Semua itu semu dan hanya bayangan Sejin semata

“Hari ini Dohyon akan camping dari sekolahannya bersama Jinwoo. Aku akan pergi mengantarnya bersama Wooseok, mungkin setelah itu kita akan bertemu Byungchan serta Yohan di kafe biasa”Sejin menjelaskan secara rinci kegiatannya hari itu kepada suaminya dan Seungyoun mengangguk.

Sejin ceria seperti biasa, menceritakan apa yang akan ia lakukan dalam sehari ke depan. Cerita yang selalu ia ceritakan setiap pagi, dalam satu bulan belakangan ini. Bercerita pada dirinya sendiri, walau dalam bayangannya ada Seungyoun dan Dohyon yang sedang mendengarkannya

“Mau dijemput”tanya Seungyoun. Sejin sempat berfikir sejenak sebelum mengangguk.

“Iya boleh! Kasihan kalo Jinhyuk dan Wooseok harus mengantarku sampai rumah”ucap Sejin dan Seungyoun mengangguk.

“Nikmati sarapan kalian! Aku mau mandi agar tidak terlambat mengantar Dohyon”Sejin mendaratkan kecupannya di puncak kepala Dohyon dan bibir Seungyoun, membuat Dohyon terkikir geli sambil menutup kedua matanya.

Sejin berjalan santai, masuk ke dalam kamar pribadinya. Kamar yang putih polos dengan sebuah kasur yang sama polosnya dengan kamar dan seisi apartment tersebut. Sejin bersenandung, tanpa sadar bahwa ia sebenarnya seorang diri dalam apartment tersebut


“Hai, Youn!“Jinhyuk menyapa Seungyoun yang berada di dalam mobilnya, ketika mengantar Sejin dan Dohyon kerumahnya.

“Titip ya! Gue hari ini ada meeting yang engga bisa ditinggal”ucap Seungyoun dan Jinhyuk mengangguk. Dohyon pun mencium pipi Seungyoun dan melambaikan tangannya saat sang papi pergi menjauh melajukan mobilnya.

Pandangan aneh Jinwoo setiap hari tidak membuat Sejin curiga. Sapaan yang dilemparkan Jinhyuk kepada Seungyoun sebenarnya hanyalah ucapan terimakasih yang Jinhyuk ucapkan kepada seorang pengemudi taksi yang sengaja ia bayar untuk menjemput Sejin. Pesan Seungyoun terhadap Jinhyuk yang Sejin dengar, sebenarnya hanyalah senyum simpul yang diberikan oleh pengemudi taksi tersebut

“Jinhyuk, tidak bawa mobil?“tanya Sejin dan Jinhyuk tersenyum menggeleng.

“Aku naik bis saja! Nanti menambah polusi kalo setiap orang dalam rumah membawa dua mobil sekaligus”Wooseok dan Sejin tertawa mendengar ucapan Jinhyuk.

Pertanyaan sama yang selalu Sejin tanyakan setiap hari harus dijawab Jinhyuk dengan senyum terbaiknya. Sejin tidak sadar bahwa hari itu adalah akhir minggu, Jinhyuk tidak akan membawa mobilnya karena ia tidak bekerja hari itu

Setelah memastikan seluruh barang bawaan Dohyon dan Jinwoo lengkap, Wooseok pun melajukan mobilnya dengan Sejin yang duduk disebelahnya. Mereka pergi menuju tempat dimana Dohyon dan Jinwoo akan berkemah selama dua hari ini.

“Ikuti kata gurumu ya! Jangan nakal! Jangan terlalu banyak makan karena nanti perutmu akan sakit, oke?“ucap Sejin dan Dohyon mengangguk.

“Kalian jangan berpisah ya! Selalu bersama dan ikuti apa kata guru”ucap Wooseok menambahkan.

Wooseok dan Sejin pun meninggalkan lokasi perkemahan tersebut setelah menitipkan Dohyon dan Jinwoo kepada guru mereka.

“Seok, guru tadi baru ya? Kok gue baru liat?“Wooseok mengedipkan matanya beberapa kali dan tersenyum kikuk.

“Iya, guru tambahan. Karena engga mungkin kalo cuma ngandelin guru yang ada”ucap Wooseok dan Sejin mengangguk.

“Ah iya sih! Soalnya kan engga mungkin guru yang ada bisa handle anak sebanyak tadi”ucap Sejin lagi.

Semuanya berjalan sesuai bayangan Sejin. Bayangan Sejin beberapa bulan lalu, saat dirinya dan Wooseok mengantar anak mereka menuju lokasi perkemahan. Semua sama dalam bayangan Sejin, tetapi tidak bagi Wooseok. Ia harus berpura-pura menjadi orang tua murid setiap harinya, menyapa guru yang tidak ia kenal dan mengucapkan terimakasih setelahnya karena bantuan guru tersebut


“Jadi... Lo udah dilamar sama Yuvin? Kapan? Sumpah gue kok gatau?“Sejin berteriak histeris kala melihat sebuah cincin melingkar di jari manis Yohan.

Yohan tersenyum malu menatap teman lamanya tersebut dan menyembunyikan tangannya di balik meja yang sekarang sedang mereka tempati di sebuah kafe langganan mereka berempat.

“Jadi kapan tanggalnya? Wooseok sama Byungchan tau?“Sejin menoleh ke arah dua teman lainnya. Byungchan hampir saja menjatuhkan gelasnya jika Wooseok tidak dengan segera menahannya.

“Hah? Eh gue? Tau dong! Kan gue special“ucap Byungchan sombong, yang membuat Sejin mendecih.

“Jahat lo! Masa gue doang yang gatau sih?“ucap Sejin mengerucutkan bibirnya. Yohan tersenyum sebelum menyerahkan sebuah undangan berwarna putih kebiruan. Undangan pernikahannya bersama Yuvin yang berlangsung sepuluh hari lagi.

“Sepuluh hari lagi? Terus selama ini gue gatau apa-apa? Wah tega lo, Yo! Pertemanan kita selama lima tahun engga ada artinya?“ucap Sejin pelan yang membuat Wooseok memebelalakan matanya.

“Jangan sedih dong, Jiiiin!! Yohan cuma terlalu sibuk ngurus acaranya sama Yuvin. Gue juga baru tau tadi pagi kok, bukan lo doang”ucap Wooseok memeluk Sejin menenangkan.

“Hm... Semoga lancar sampai hari-H!!! Jangan kebanyakan makan, Yo! Nanti baju lo ga muat”ucap Sejin bercanda.

“Loh? Harus makan banyak dong? Biar malem pertamanya panjang!!“kali ini Byungchan yang angkat bicara membuat Wooseok dan Sejin tertawa, sedangkan Yohan tersipu malu.

“Gue ke toilet dulu ya!“ucap Yohan cepat yang dibalas anggukan kedua temannya.

Bukan hanya Wooseok dan Jinhyuk yang harus berakting di hadapan Sejin, Byungchan dan Yohan pun sama. Harus rela berakting yang membawa mereka pada kejadian yang sama beberapa bulan yang lalu. Waktu dimana mereka berempat benar-benar bahagia, menunggu pernikahan Yohan yang tinggal menghitung hari.


“Gue balik! Seungyoun udah dibawah”Sejin memilih keluar dari kamar dan apartment tersebut setelah memeriksa ponselnya.

Semua teman Sejin dalam kamar tersebut tercengang. Mereka tau, bahwa tidak ada notifikasi masuk ke dalam ponsel Sejin. Semua itu hanya bayangan Sejin, semua yang terjadi hari itu hanyalah bayangan Sejin semata.

Setiap malam dalam satu bulan belakang. Sekeras apapun Wooseok, Jinhyuk, Byungchan, Seungwoo, Yohan dan Yuvin berusaha, mereka tetap belum bisa mengembalikan Sejin

Malam itu pun sama, sebuah taksi sudah menunggu di depan sebuah gedung apartment. Dalam bayangan Sejin, itu adalah Seungyoun, tetapi sebenarnya bukan. Sejin dan kenangan yang sama sekali tidak ingin ia lupakan bersama orang terkasihnya.

Sesampainya di apartment pribadinya. Sama seperti malam sebelumnya, Sejin bercengkrama dengan Seungyoun hingga mereka tertidur. Sejin tidur seorang diri di apartment tersebut, tidak ada Seungyoun disampingnya.

“Kata mereka masa kamu sama Dohyon udah engga ada? Mereka tuh kalo bercanda suka kebangetan!”

“Iyalah Dohyon engga ada, kan dia lagi kemah sama Jinwoo! Hhhh aku sebel!!!”

“Kenapa sih mereka bercandanya kayak gitu? Aku ga suka! Besok pagi aku mau ngomong serius sama mereka!!”

Dan saat terbangun dipagi hari, semua akan dimulai sama seperti hari kemarin. Terus menerus hingga waktu yang belum dapat bisa dipastikan. Hingga waktu dimana Sejin dapat menerima kepergian Seungyoun dan Dohyon beberapa bulan lalu dalam sebuah kecelakaan tunggal, tepat saat mereka dalam perjalanan pulang setelah mereka menghadiri pernikahan Yohan dan Yuvin.

END


(xposhie)

Hujan.

tw: handjob, blowjob, deepthroat, fingering, nipple playing.


Sejin keluar dari sebuah kamar dengan menggunakan sebuah kaos kebesaran yang berhasil menutupi setengah paha kecilnya. Seungju menoleh dan tersenyum sebelum berjalan kearah Sejin dan memberikannya segelas teh hangat.

“Minum dulu. Nanti gue anterin balik, kalo hujannya udah reda”ucap Seungju santai sambil duduk di sofa panjang miliknya.

Mundur ke beberapa jam yang lalu saat kota tiba-tiba diguyur hujan yang deras saat sore hari. Seungju dan Sejin yang sedang menunggu bis dipinggir jalan pun harus berlari menyelamatkan diri mereka dari guyuran hujan tersebut.

“Ke tempat gue dulu deh. Kalo hujan kayak gini pasti macet, bis datengnya juga pasti telat. Lo bakalan basah kuyup banget kalo nunggu bis sampai dateng”Sejin menatap Seungju malas sambil menarik nafasnya dalam.

“Kita lari ke tempat gue, basahnya sama kayak lo harus nunggu bis sampe dateng. Bedanya, di tempat gue lo bisa ganti baju dulu, kalo di bis lo ga bisa ganti baju bahkan engga bisa duduk karena basah”ucapam Seungju tersebut akhirnya mendapat anggukan setuju dari Sejin.

Kembali ke saat ini, Sejin masih betah berdiri sambil menggengam sebuah cangkir berisikan teh hangat buatan Seungju. Sejin mengarahkan padangannya ke luar jendela apartment milik Seungju dan hujan tidak menunjukan tanda akan berhenti.

“Mau berdiri disitu aja? Hujannya engga bakalan berenti kalo lo liatin kayak gitu”Sejin menatap Seungju malas dan menghembuskan nafasnya kasar.

“Hhhhh.... Kalo engga gara-gara lo tadi minta makan ramen yang rame itu, pasti sekarang gue udah dikamar”ucap Sejin sambil duduk disebelah Seungju.

“Oh? Jadi engga ikhlas nih nemenin gue? Nyesel nemenin gue?“ucap Seungju yang sesekali menyenggol lengan Sejin hingga membuat teh dalam cangkir yang dipegang Sejin tumpah ke paha Sejin yang tidak tertutup apapun.

“Ahhh!! Panas!!“Ucap Sejin yang dengan cepat meletakan cangkir panas di meja dan berusaha mengeringkan air yang tumpah di pahanya. Seungju yang juga panik karena teriakan sahabatnya itu ikut mengeringkan air yang tumpah di paha Sejin dengan tangannya.

Pergerakan terburu-buru Sejin dan Seungju, membuat kaos yang Sejin gunakan tersingkap dan membuat pakaian dalam yang Sejin gunakan terlihat. Pergerakan Sejin dan Seungju awalnya terburu-buru tersebut berhenti seketika. Sejin tidak mengganti pakaian dalamnya yang basah sehingga membuat kejantanannya terlihat jelas dari luar pakaian dalam berwarna putih yang ia kenakan.

Sejin yang sadar segera menarik kaos yang ia kenakan agar kembali menutup pahanya. Sejin dan Seungju terdiam, cukup lama. Suasana yang awalnya dingin karena hujan diluar, seketika menghangat dan membuat kedua orang dewasa tersebut salah tingkah.

“Sejin....“Setelah keduanya terdiam lama, akhirnya Seungju membuka suara dan membuat Sejin menolehkan wajahnya kearah Seungju. Detik berikutnya yang Sejin ketahui ialah ia dapat merasakan deru nafas Seungju yang terburu-buru tepat di wajahnya.

Sejin tidak berani membuka matanya saat ia merasakan bibir Seungju sudah mendarat halus di belah bibirnya, bahkan Sejin maish tidak berani membuka matanya kala tangan Seungju tanpa izin mengusap paha dalam Sejin.

“Nghhhh....“Sejin mendesah karena sensasi geli dan menggelitik yang dihasilkan oleh jari tangan Seungju di pahanya. Usapan tersebut telampau halus, sesekali tubuh Sejin tersentak karena sensasi yang tidak bisa ia jelaskan. Seungju harus menahan tengkuk Sejin dengan tangannya yang lain agar penyatuan bibir mereka tidak terlepas barang sedetikpun.

Sejin menarik dan mencengkram erat kaos yang digunakan Seungju kala tangan Seungju mulai merambat naik dan masuk menyentuh pakaian dalamnya yang basah. Jari jemari kaki Sejin menekuk, menahan desahan yang siap kapanpun akan keluar.

Keduanya hampir kehabisan pasokan oksigen, membuat Sejin maupun Seungju melepas tautan bibir mereka. Nafas keduanya menderu, tatapan keduanya sayu dan wajah keduanya memerah karena nafsu. Sejin dan Seungju adu tatap sebelum Seungju mengangkat tubuh kecil Sejin masuk dalam gendongannya dan membuat Sejin melingkarnya kakinya di pinggang Seungju.

“You don't need this one”

Seungju menarik kaos Sejin, melepaskannya dan melempar ke sembarang arah sebelum kembali beradu pangut dengan lelaki mungil dalam dekapannya kali ini. Tangan Sejin sesekali menjambak rambut Seungju, membuat Seungju semakin terlihat berantakan dan menggoda disaat yang bersamaan.

“Kamu juga ga perlu ini”Sejin merengek, mencoba membuka kaos Seungju dan membuat Seungju tertawa dalam ciuman tersebut. Seungju membuka kaosnya dan melemparnya tepat ketika ia menutup pintu kamar pribadinya.

Seungju meletakan Sejin pelan di atas kasurnya. Tatapan Sejin sayu, nafasnya berderu cepat dan wajahnya semakin memerah, membuat Seungju ingin segera menghacurkan Sejin saat itu juga. Sejin mengernyitkan keningnya bingung saat Seungju berjalan menjauhi kasur. Tetapi Sejin tidak dapat menyembunyikan senyumnya saat melihat Seungju berbalik dengan dua buah benda yang sangat ia ketahui fungsinya.

“I'll help you!”

Sejin bangkit dari posisi berbaringnya saat melihat Seungju melonggarkan ikatan celana training yang ia gunakan. Seungju tersenyum melihat betapa excited nya Sejin saat ini. Seungju melihat setiap gerakan yang sengaja dibuat lambat oleh Sejin.

“Can I?”

Seungju menundukan kepalanya dan melihat lelaki kecil tadi sudah menatapnya dengan tatapan merayu. Bak anak kecil meminta izin orang tuanya untuk dapat menikmati lollipop kesukaannya. Seungju tersenyum sebelum mengangguk dan detik berikutnya Seungju mengangkat wajahnya menatap langit-langit saat merasakan pijatan tangan sejin pada penisnya yang semakin menegak.

Seungju mengepalkan tangannya membuat kukunya memutih. Dirinya cukup tau diri untuk tidak menjambak dan menyakiti Sejin. Tetapi pertahanan Seungju runtuh kala Sejin mengubah kerja tangannya menjadi mulutnya.

“Arghhh....“Seungju berteriak saat basah menyapa kejantanannya. Tangan yang semula terkepal, berubah posisi menjadi berada di sela-sela rambut Sejin.

Sejin semakin mempercepat kinerja mulutnya, kala penis Seungju ia rasa semakin membesar. Seungju bahkan sesekali menahan laju kepala Sejin, membuat Sejin tersedak.

“Nghhh.... Ahhhh....“Sejin melepaskan penis besar Seungju dan mengocoknya kembali dengan tangannya, membuat cairan putih milik Seungju mengotori tangan, serta sebagian perutnya.

Seungju mengusak gemas puncak kepala Sejin membuat Sejin menengadahkan kepalanya dan tersenyum kearah Seungju. Mereka berdua saling tatap sebelum kembali saling melumay bibir satu sama lain.

Seungju mendorong tubuh Sejin hingga Sejin kembali berbaring di kasurnya. Sejin masih menggunakan pakaian dalamnya yang basah karena hujan serta cairan precum miliknya.

Tangan Sejin melingkar nyaman di leher Seungju sambil sesekali menarik rambut Seungju. Sedangkan tangan Seungju mulai meraba paha bagian dalam Sejin seperti sebelumnya hingga kearah penis Sejin yang masih tertutup pakaian dalamnya.

JEDEERRRR

Sejin dan Seungju terkejut saat tiba-tiba petir berbunyi. Mereka menoleh bersamaan kearah jendela dan tertawa bersamaan.

“Kamu emang engga boleh pulang sama semesta! Tuh Hujannya semakin gede”ucap Seungju menatap Sejin yang berada dibawah kungkungannya.

“Nghh... Siapa juga yang mau pulang?“Sejin menahan desahannya karena tangan Seungju masih menari disekitar paha dalamnya.

“Tadi yang nyalahin aku karena makan dulu siapa ya?“Seungju tertawa meledek Sejin dan membuat Sejin mengerucutkan bibirnya gemas.

“Nghhhh.... Cepethhhh....“Sejin menghentakan penisnya bersentuhan secara tidak langsung dengan penis Seungju dan berhasil membuat Seungju mengerang.

Seungju menarik pelan tangan Sejin yang masih melingkar di lehernya dan menahannya diatas kepala Sejin dengan tangan kirinya, sedang tangan kanannya membuka lapisan terakhir yang menutupi penis Sejin.

Seungju lalu meludahi tangan kanannya untuk memberikan penetrasi pada penis Sejin dan membuat Sejin mendesah hebat dengan punggung yang ia lengkungkan.

“Shhh.... Sabar...“ucap Seungju menatap Sejin lekat.

Kedua tangan Sejin masih ditahan diatas kepalanya, membuat Sejin susah melampiaskan nikmat yang diberikan Seungju pada penisnya.

“Ahhh.... Tangan gue, pleaaase....“Sejin menatap Seungju sayu, meminta izin agar Seungju melepaskan tangannya.

Seungju pun melepaskan tangan kirinya yang semula menahan kedua tangan Sejin. Seungju juga berpindah posisi menjadi duduk dihadapan Sejin yang berbarik dengan kaki terbuka lebar. Tangan kanan Seungju masih mengocok penis Sejin, membuat Sejin mengerang nikmat.

“Nghhhh.... Stopphhh.... Mau kamu... Ajahhh...“Sejin berusaha menghentikan laju tangan Seungju karena ia berharap agar Seungju dapat segera menghancurkan dirinya.

Seungju pun berhenti, sesuai dengan perintah Sejin. Dada Sejin naik turun, mencoba mengambil pasokan oksigen sebanyak-banyaknya. Seungju lalu mengambil botol lubricant dan menuangkannya pada jari jemarinya.

“Akhhhh.....“Sejin terkejut kala jari pertama Seungju masih tanpa izin ke lubang anusnya dan membuat Sejin merapatkan kakinya.

“Shhh... Maaf.... Sakit?“tanya Seungju lembut dan Sejin menggeleng.

“Nghhh.... Kagethhh...“ucap Sejin yang perlahan membuka kembali kakinya, memberikan akses untuk jari Seungju di dalam lubangnya.

Seungju bekerja maksimal. Jari tangan kanannya ia gunakan untuk masuk dan mempersiapkan lubang Sejin sedangkan tangan kirinya ia gunakan mengusap lembut perut hingga ke bagian dada Sejin.

“Nghhh....“Sejin kembali mendesah saat mendapat servis pada lubang serta salah satu noktah di dadanya.

Sejin menahan gerak jari Seungju pada noktah di dadanya dan menggenggam tangan kiri Seungju. Seungju tersenyum dan mengikis jaraknya dengan Sejin hanya untuk kembali melumat bibir Sejin.

Setidaknya tiga jari Seungju sudah menginvansi lubang anal Sejin membuat Sejin kembali melengkungkan punggungnya. Sejin dan Seungju sudah tidak saling beradu pangut, mulut Sejin sudah berada di noktah Sejin yang belum terjamah. Sejin pun menarik rambut Seungju pelan sambil terus mendesah.

“Nghhh.... Stophhh.... Udahhh... Ahhhh”Sejin menarik wajah Seungju mendekati wajahnya setelahnya ia menarik keluar jari Seungju dari lubang analnya.

Seungju tau jika penetrasi yang ia lakukan sudah lebih dari cukup. Sejin sudah cukup berantakan dan Seungju kembali mengungkung tubuh Sejin dibawahnya setelah memasang kondom pada penisnya.

“Hm?“Seungju berusaha mengalihkan perhatian Sejin sambil sesekali mengusap puncak kepala Sejin. Tangan kanan Seungju berusaha memasukan penisnya ke dalam anal Sejin.

“Nghhhh....“Seungju mengerang ketika penisnya mulai masuk ke dalam lubang hangat milik Sejin.

“Akhhh.....“Sejin mengalungkan lengannya di leher Seungju, mencoba mengalihkan rasa sakitnya.

“Sakit?“tanya Seungju lembut dan Sejin menggeleng.

“Pleaase.... Terusinhhh.... Nghhh...“Seungju menuruti perintah Sejin dan mendorong masuk seluruh penisnya, membuat Seungju mengerang dan Sejin mendesah setelahnya.

Sepuluh detik setelahnya, Sejin menggerakan pinggangnya dan berusaha membuat pergerakan sendiri. Seungju tertawa, karena ia tidak menyangka bahwa Sejin yang memulai pergerakan lebih dahulu.

“Shhh.... Aku aja....“ucap Seungju mengusap pinggang Sejin sensual. Sejin melepaskan tangan yang melingkari leher Seungju agar pergerakan Seungju lebih leluasa.

Seungju merubah posisi yang semula berada diatas Sejin dan kembali duduk dihadapan Sejin. Pergerakan Seungju membuat penis Seungju beberapa kali tepat menyentuh prostat Sejin.

Seungju menarik kaki Sejin lebih mendekat. Kaki panjang Seungju terulur dikanan dan kiri sisi tubuh Sejin. Seungju mulai bergerak, pergerakan pinggangnya statis, tidak lambat dan juga tidak terlalu cepat.

“Nghhh....“Seungju mengerang karena lubang anal Sejin menjepit penis Seungju.

“Akhhh....“Sejin mendesah saat Seungju menarik kembali kakinya dan meletakan salah satu kakinya diatas pundak Seungju.

“Ah.... Akh.... akh...“tubuh Sejin tersentak seiring dorongan yang diberikan oleh Seungju.

Seungju menambah kecepatan gerakan pinggangnya. Tangan kirinya ia gunakan untuk mengocok penis Sejin yang kembali menegang.

“Nghhh..... akhhh.... Mau keluarhhh..... Nghhhh....”

“Bentarhhh.... Nghhh.... Dikithhh lagihhh....”

Pergerakan pinggang Seungju bersamaan dengan kocokan penis Sejin membuat keduanya keluar pada saat yang bersamaan. Tubuh keduanua bergetar saat putih menghampiri.

Seungju merebahkan dirinya tanpa melepas persatuannya dengan Sejin. Ia menetralkan nafasnya. Nafas Seungju belum sepenuhnya kembali, tetapi Sejin bergerak dan duduk diatas tubuh Seungju.

“Nghhh....“Sejin mendesah kala penis Seungju kembali menyentuh titik sensitif.

“Once more?”

Seungju tersenyum mendengar pertanyaan sensual Sejin.

“Pertanyaan dari orang yang nyesel nemenin aku?“Seungju masih setia meledek Sejin, membuatnya kembali merajuk.

“Ahhhhh.... Seungju!!!“Sejin mendesah karena Seungju menggerakan pinggangnya lagi. Posisi seperti ini membuat penis Seungju masuk lebih dalam dari posisi sebelumnya.

Sejin merebahkan dirinya diatas tubuh Seungju, membiarkan Seungju kembali menghancurkan tubuhnya malam itu.

Hujan masih mengguyur kota. Tetapi dingin tidak dirasa oleh dua orang dewasa yang sedang berbagi cinta di kamar tersebut.

(xposhie)

Puppy.


“Kenapa engga bisa dibawa sekarang, Baaaa?“Wonyoung mengerucutkan bibirnya dan melangkah lemah kearah Mas Seungyoun yang sedang berbicara dengan seseorang dibalik meja tersebut.

“Dede, sini duluuuu”Wonyoung memutar langkahnya dan melangkah kearah dek Sejin yang duduk dengan anak anjing dipangkuannya.

“Dede mau bawa dia kan?“tanya Dek Sejin dan Wonyoung mengangguk.

“Dede mau sabar dikit lagi gaaa? Kita kan harus siapin semuanya dulu”ucap Dek Sejin mengusap puncak kepala anak perempuannya.

“kita belum beli tempat tidurnya kan? belum beli makanan dia juga? Dede mau beli baju buat dia gaaa?“tanya Dek Sejin lembut dan Dede mengangguk.

“Jadi... selama kita nunggu puppy dibawa kerumah, kita belanja-belanja dulu keperluan puppy ya? Kalo udah lengkap semua, nanti kita jemput lagi puppy nya?“ucap Dek Sejin tersenyum.

“Hm... Kapan jemputnya?“tanya Wonyoung lemah.

“Pas kita pindahan? Jadi kita bawa sekalian puppy kerumah baru! Gimana?“tanya Dek Sejin dan Wonyoung mengangguk setuju.


“Dede udah siapin nama buat puppy belum?“Mas Seungyoun berusaha mencairkan suasana di dalam mobil, karena Wonyoung masih belum bisa menerima jika anak anjingnya belum dapat dibawa pulang hari itu.

“Buzz!! Kasih nama Buzz aja jadi nanti dia bisa terbang”ucap Dodo semangat, membuat Dek Sejin dan Mas Seungyoun tertawa karena jawabannya

“Ih Dodooo!! Mana bisa sih anak anjing terbang”ucap Dede malas.

“Coba... Kalo Dede mau namain anak anjingnya siapa?“tanya Dek Sejin yang sedikit memutar posisi duduknya menghadap anak-anaknya yang duduk di kursi penumpang.

“Hm..... Aku bingung”ucap Dede pelan.

“Choco? Karena dia warnanya coklat! Sama juga kayak nama keluarga kita.... Tapi terlalu biasa”ucap Dede melanjutkan.

“Aduhhh aku bingung!!“ucap Dede frustasi dan Dek Sejin tersenyum.

“Hm... Kalo Goonbam gimana?“tanya Dek Sejin pelan dan Dede memikirkan omongan Dek Sejin tersebut hingga mobil yang dikendarai Mas Seungyoun kembali terparkir di basement apartment mereka.

(xposhie)

Hotel.


Yohan menarik nafasnya panjang sebelum membuangnya perlahan. Sesekali ia melirik ke arah luar kamar hotel, dimana Yuvin masih berdiri dan berbicara dengan salah satu karyawan hotel. Jantung Yohan kembali berdetak lebih cepat, ketika mendengar suara pintu tertutup.

“Dek, kamu mandi duluan? Atau saya duluan?“tanya Yuvin pelan. Yohan berbalik dan mendapati lelaki yang resmi menjadi suaminya beberapa jam lalu itu sudah membuka jas yang ia gunakan.

“Mas Yuvin duluan aja, engga apa-apa kan mas? Aku mau beresin beberapa baju”ucap Yohan pelan dan membuat Yuvin mengangguk mengerti,

“Mas, bajunya mau aku siapin sekalian?“ucap Yohan saat Yuvin melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi dan Yuvin mengangguk.

“Oh iya boleh, Dek. Buka aja koper saya, kodenya ulang tahun saya ya”ucap Yuvin terlampau santai.

“0428”ucap Yuvin sambil tersenyum kala raut wajah Yohan menyiratkan kebingungan dan Yohan mengangguk mengerti.

Setidaknya tiga puluh delapan menit waktu yang diperlukan Yuvin untuk mandi dan membersihkan badannya, membuat Yohan dapat bersantai sejenak diatas kasur sambil memainkan ponsel pintarnya.

“Dek Yohan?“Yuvin sedikit menaikan nada suaranya dari dalam kamar mandi, membuat Yohan sedikit terkejut.

“Iya mas?“ucap Yohan pelan dan berjalan ke depan kamar mandi. Pandangan Yohan mengarah ke lantai kamar hotel mereka, tidak menatap ke depan sehingga ia tidak tahu jika Yuvin sedang menatapnya sambil tersenyum.

“Minta tolong baju saya ya, Dek?“ucap Yuvin dan Yohan mengangguk. Yohan pun berbalik dan mengambil baju tidur Yuvin yang sudah ia siapkan sebelumnya dan memberikan ke Yuvin dengan badan yang membelakangi kamar mandi.

Yohan membuang nafasnya kasar setelah pekerjaan pertamanya menjadi seorang suami telah selesai ia laksanaka. Sesekali ia menarik nafas panjang, menetralkan detak jantungnya yang terlampau cepat berdetak.

“Gantian, Dek?“ucapan Yuvin kembali mengejutkan Yohan. Yohan dengan cepat berbalik dan tersenyum ke arah Yuvin sebelum melangkah ke dalam kamar mandi.

“Dek Yohan? Masih belum selesai mandinya?“setidaknya sudah sejam Yohan berada di dalam kamar mandi, membuat Yuvin khawatir dengan keadaan suaminya tersebut.

“Eh? I-iya mas... Sebentar lagi...“ucap Yohan terbata.

“Dek....? Baju kamu ketinggalan ya? Ini saya bawain, boleh buka pintunya sedikit?“Sepuluh menit kemudian Yuvin kembali menghampiri Yohan yang masih berada di dalam kamar mandi.

“I-iya mas... Bisa tolong taruh situ aja ya? Makasih mas...“ucap Yohan pelan.

“Saya taroh depan kamar mandi ya, Dek?“ucap Yuvin memastikan dan lima menit kemudian Yohan membuka pintu kamar mandi secara perlahan.

“Ma-mas?“ucap Yohan panik dan Yuvin tersenyum sambil mengulurkan baju tidur milik Yohan.

“Nih, ambil baju kamu. Tadi kalo saya taroh bawah, takut kotor soalnya,,,“ucap Yuvin tersenyum dan Yohan membalasnya dengan senyuman kikuk.

“Makasih ya mas?“ucap Yohan pelan lalu mengambil baju tidur tersebut dan menutup pintu kamar mandinya lagi.

“Sini dek...“Yuvin sedikit menggeser tubuhnya dengan kaki yang menjulur lurus ke depan diatas tempat tidur. Yohan tersenyum lalu duduk dipinggir kasur tersebut.

“Kamu engga ngantuk, Dek? Engga mau tidur?“tanya Yuvin lagi ketika Yohan tidak langsung merebahkan dirinya di kasur dan lebih memilih duduk dipinggir kasur.

“Hah? Iya mas.... Mas Yuvin kalau ngantuk, tidur duluan saja. Nanti aku nyusul”ucap Yohan pelan.

“Ah! Saya tidur di sofa aja ya, Dek? Kamu sini naik ke kasur...“ucap Yuvin yang selanjutnya hendak turun dari kasur tersebut.

“Jangan mas! Engga usah... Mas Yuvin disini aja...“ucap Yohan pelan dan Yuvin tersenyum.

“Hm... Kamu juga duduk sini dong, Dek. Duduk sebelah saya?“ucap Yuvin menepuk ruang kosong di sebelahnya dan akhirnya Yohan bersandar pada headboard kasur sama seperti posisi Yuvin sebelumnya.

Hampir setengah jam suasana kamar hotel tersebut terbilang sepi dan hanya ada suara televisi yang entah menayangkan tayangan apa pada jam satu dini hari. Sepasang pengantin baru tersebut justru asik dengan ponsel mereka masing-masing.

“Mas... Aku tidur duluan ya?“ucap Yohan pelan dan Yuvin mengangguk lalu mematikan televisi di hadapan mereka. Yohan pun memposisikan tidurnya membelakangi Yuvin. Tetapi tujuh menit kemudian, Yohan membalik posisi badannya jadi menghadap Yuvin dan mendapati Yuvin yang sedang tidur menghadapnya juga.

“Selamat malam, Dek!“ucap Yuvin pelan sambil mengusak puncak kepala Yohan.

“Malam juga mas...“ucap Yohan sebelum memejamkan matanya.

(xposhie)

Isi Rumah.


“Kamu percaya sama saya kan, Dek?“Mas Seungyoun menatap Dek Sejin meyakinkan bahwa dirinya dan Dodo akan baik-baik saja walaupun berbelanja sendiri.

“Iya, mas. Tapi please, jangan macem-macem pilih dekorasi buat kamar Dodo ya? Pilih yang bisa agak lama dekorasinya? Engga terlalu kekanakan atau terlalu dewasa”ucap Dek Sejin meyakinkan dan Mas Seungyoun mengangguk.

“Iya sayangggg, janji! Kamar Dodo pasti keren nanti”ucap Mas Seungyoun mengusak puncak kepala Dek Sejin.

“Berarti dapur, kamar kita sama kamar Dede itu urusan kamu, ruang tamu tamu sama kamar Dodo itu urusanku?“tanya Mas Seungyoun lagi dan Dek Sejin mengangguk.

“Cari yang udah satu paket aja ya, mas! Biar kita engga repot nyari lagi”ucap Dek Sejin dan Mas Seungyoun mengangguk.

Dek Sejin dan Mas Seungyoun pun berpisah dengan list masing-masing. Berharap dengan berbagi tugas, kegiatan mereka mencari barang untuk rumah baru berjalan lebih cepat.


“Babaaaa!!!“Dede berlari menghampiri Mas Seungyoun yang sudah duduk di salah satu kafe bersama Dohyon.

“Gimana? Udah dapet semua? Dede suka sama pilihan kamarnya?“tanya Mas Seungyoun lembut dan Dede mengangguk.

“Sukaaa! Bangetttt!!! Pilihan Bubu bagus, aku jadi sukaaa”ucap Dede yang memeluk Mas Seungyoun.

“Dodo gimana? Udah sesuai sama kemauan Dodo?“kali ini Dek Sejin yang bertanya dan Dodo mengangguk antusias.

“Nanti jadi kejutan buat, Bubu! Aku yakin Bubu pasti sukaaaa”ucap Dodo bangga.

“Mas.... Kok aku takut ya?“ucap Dek Sejin menatap suaminya dengan tatapan harap-harap cemas.

“Hahaha yakin dong sama pilihan aku!“ucap Mas Seungyoun meyakinkan sang suami.

“Pengiriman paling cepet kapan?“tanya Mas Seungyoun.

“Lusa sih, Mas. Kitchen Set udah bisa dipasang sekalian kamar kita”ucap Dek Sejin menjelaskan dan Mas Seungyoun mengangguk.

“Berarti besok bisa liat itu?“tanya Mas Seungyoun dan Dek Sejin mengangguk.

“Bilangnya besok aja! Takutnya pada engga mau tidur malem ini”ucap Dek Sejin menjelaskan dan Mas Seungyoun pun setuju.

(xposhie)