Salah Paham.
Hai! Apa kabar? Maaf kalo aku jarang nulis karena sekarang kesibukanku bertambah setelah ada Dodo. Aku dan Mas Seungyoun memutuskan mengadosi Dodo dan kesibukan kami bertambah setelah hari itu, Aku senang, karena sekarang setiap Mas Seungyoun pergi ke kantor, aku sudah tidak sendirian karena sudah ditemani Dodo.
Umur Dodo sudah menginjak bulan ketujuh. Dodo sudah bisa tengkurap dan sudah banyak berceloteh, ini yang membuat Mas Seungyoun gemas dan terkadang mengigit pipi Dodo hingga Dodo menangis. Ah! Aku lupa cerita, aku dan Dodo sudah seminggu ada dirumah ibu dan kami tidak pulang ke apartmentku dan Mas Seungyoun. Aku hanya dapat tersenyum miris jika mengingat hal itu.
Aku kadang berfikir, apakah pernikahan karena perjodohan akan selalu berakhir seperti ini? Apakah begitu banyak kerikil di sebuah pernikahan? Bagiku ini bukan kerikil yang mengganjal, tetapi seperti batu kali besar yang menutupi aku dan Mas Seungyoun sehingga kami susah berkomunikasi. Singkat cerita, kejadian bermula seminggu yang lalu ketika aku meminta izin kepada Mas Seungyoun untuk berteu teman-temanku.
Setelah menikah, aku memang memfokuskan diriku kepada pernikahanku dan Mas Seungyoun sehingga jarang sekali bertemu dengan teman-temanku. Akhirnya Mas Seungyoun mengijinkanku. Aku membawa serta Dodo pada hari itu, karena teman-temanku ingin sekali bertemu Dodo. Hari itu, aku dan teman-temanku memutuskan pergi ke sebuah pusat perbelanjaan untuk makan siang dan berjalan santai di dalam Mall tersebut.
Tidak ada yang aneh hingga sore menjelang. Aku dan teman-temanku memutuskan untuk bersantai sejenak di sebuah kafe hingga waktu menunjukan pukul lima sore. Aku sudah mengatakan kepada Mas Seungyoun bahwa Mas Seungyoun tidak perlu menjemputku, karena aku bisa menggunakan oda transportasi taksi ketika pulang.
“Sejin?“aku menoleh ketika seseorang memangil namaku. Aku ditemani tiga temanku sedang menunggu taksi sore itu.
“Ka Sunho!“aku tersenyum ketika melihat kaka kelasku itu. Ka Sunho, yang kata teman-temanku sempat menyimpan rasa kepadaku tapi tidak aku tanggapi pada waktu itu.
“Kalian mau pulang?“tanya ka sunho memperhatikanku dan teman-temanku.
“Sejin doang ka, kita masih mau lanjut jalan. Soalnya Sejin bawa anak, jadi engga mungkin ikut gabung sama kita sampai malam”salah satu temanku menjelaskan.
“Oh mau aku anter? Jam segini waktu orang pulang kantor. Aku engga yakin kamu bisa dapet taksi cepat”ucap Ka Sunho menawarkan dan aku terdiam.
“Yaudah Jin, bareng ka sunho aja. Kasian juga Dodo kalo kemaleman”ucap salah seorang temanku yang lain dan akhirnya aku menyetujui karena aku lihat Dodo yang mulai bergerak gelisah dalam gendonganku.
Di dalam mobil Ka Sunho, kami bercerita tentang masa kuliah kami, kehidupan masing-masing dari kami setelah lulus kuliah yang aku tau ternyata Ka Sunho sedang melanjutkan kuliah ke luar negeri.
“Sini aku gendong dulu anak kamu”Ka Sunho berniat menolongku ketika aku kesulitan mengeluarkan beberapa barang yang kubeli dan kubawa dari dalam mobil keluar.
“Apartment kamu lantai berapa? Aku anter aja ya?“ucap Ka Sunho masih menggendong Dodo dan aku menyetujuinya.
Setelah memasukan kode password apartment, aku mempersilahkan Ka Sunho masuk.
“Dek, udah pulang?“aku terkejut karena ternyata Mas Seungyoun sudah ada dirumah.
“Eh mas, udah pulang?“tanyaku dengan suara bergetar karena tidak enak membawa lelaki lain ke rumahku.
“Saya tanya duluan loh, ka—–“ucapan Mas Seungyoun terputus ketika matanya bertatapan dengan Ka Sunho yang masih menggendong Dodo dibelakangku.
“Mas, ini ka sunho. Kakak kelasku waktu kuliah, dia—–“ucapanku terputus.
“Makasih ya, anda bisa pulang”ucap Mas Seungyoun sambil menggendong Dodo.
“Ka, makasih ya”ucapku pelan dengan perasaan tidak enak.
Malam itu, suasana hening terasa di apartmenku dan Mas Seungyoun, bahkan Mas Seungyoun tidka menyentuh makan malamnya. Setelah mandi dan menidurkan Dodo, akhirnya aku mencoba berbicara dengan Mas Seungyoun yang sedang bekerja di ruangan kerjanya.
“Mas... engga makan malam dulu?“ucapku pelan tapi diabaikan oleh Mas Seungyoun.
“Mas... Maaf... Tadi itu ka sunho cuma...”
“Dek, kamu engga lihat? Saya lagi kerja. Kalo mau bicarain orang lain, nanti saja ya”ucap Mas Seungyoun tegas tanpa menatapku sama sekali.
Aku pun memutuskan untuk keluar dan menunggu Mas Seungyoun di ruang tamu. Waktu menunjukan hampir pukul dua belas malam, tapi Mas Seungyoun belum juga keluar dari ruang kerjanya. Aku menyerah dan memutuskan tidur bersama Dodo dikamar. Aku tau, ini semua kesalahanku. Aku awalnya hanya megatakan pergi bersama ketiga temanku yang sudah dikenal Mas Seungyoun.
Aku juga bersikeras tidak ingin dijemput oleh Mas Seungyoun tadi sore, karena aku berniat pulang menggunakan taksi dan bukan di antar oleh Kak Sunho. Tapi aku sedih, kenapa Mas Seungyoun sama sekali tidak memberikan aku waktu untuk bercerita dan malah mengabaikanku.
Suasana tersebut berlangsung selama tiga hari, dimana aku harus mengantar Dodo untuk kembali imunisasi. Mas Seungyoun lupa dan tidak mengantarku hari itu sehingga aku pergi sendiri. Sore hari, setelah imunisasi suhu tubuh Dodo tinggi sehingga aku harus menggendongnya sepanjang sore karena jika aku letakan di kasur, tangisan Dodo akan semakin kencang.
“Maaf mas aku engga siapin makan malam... Dodo demam habis imunisasi, jadi dari tadi rewel”ucapku pelan ketika Mas Seungyoun pulang kerja,
“Imunisasi? Kenapa saya engga tau? Kamu pergi sama mantan pacar kamu itu lagi buat anter Dodo imunisasi?“aku terkejut dengan perkataan Mas Seungyoun.
“Kemaren aku udah sempet bilang ke mas, kalo hari ini ada jadwal Imunisasi. Tapi Mas Seungyoun bilang kalo Mas Seungyoun lagi sibuk jadi engga bisa antar aku dan Dodo”aku mencari pembelaan.
“Trus tadi dianter siapa pulangnya? sama dia lagi?“aku menarik nafasku panjang sebelum menjawab pertanyaan Mas Seungyoun kali ini. Mas Seungyoun sudah mulai kelewat batas.
“Mas! Aku gatau kamu kenapa, tapi Ka Sunho bukan mantan pacar aku. Dia kakak kelas aku waktu kuliah, kamu bisa tanya temen-temen aku siapa Ka Sunho itu”ucapku menahan tangis.
“Kenapa kamu ngebentak saya?“ucapan Mas Seungyoun berhasil membuat air mata saya turun.
“Mas.... Aku emang salah engga bilang mas waktu itu pas pulang sama Ka Sunho, tapi itu kebetulan aku ketemu dia dijalan. Dia nawarin tumpangan karena aku yang engga dapet-dapet taksi engga lebih, mas....“ucapku terisak.
“Kamu jadi lebih belain dia, dek?“ucap Mas Seungyoun lagi dan aku menggeleng sambil menatap Mas Seungyoun tajam.
Aku memilih mengabaikan Mas Seungyoun malam itu. Karena jika dilanjutkan, aku takut jika hal yang lebih buruk akan terjadi. Malam itu, demam Dodo semakin tinggi sehingga Dodo menangis sepanjang malam.
“Dek, itu anak kamu nangis terus. Bisa kan ngurus anak?“Aku yang sedang menggendong Dodo hanya menatap Mas Seungyoun yang menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Mas Seungyoun bilang anak aku bukan anak kami dan aku kembali menangis.
AKhirnya, setelah Mas Seungyoun berangkat kerja keesokan harinya, aku memtuskan pulang ke rumah ibu untuk menenangkan fikiranku dan ini adalah hari ketujuhku dirumah ibu tanpa satupun kabar dari Mas Seungyoun.
xposhie