semestakapila

Your Insecure.


“Aku udah di depan!”

Sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponsel pintar Yohan. Membuat Yohan membuang nafasnya kasar. Yuvin, kekasihnya selama hampir dua tahun tidak pernah sama sekali mau jika diajak masuk kerumahnya. Alasannya klasik, tidak enak dengan orang tua Yohan. Malas berdebat, Yohan tidak pernah meminta Yuvin untuk main kerumahnya lagi.

“Bun, aku main dulu!!!”

“Kemana? Sama siapa?”

Langkah Yohan terhenti karena pertanyaan bundanya. Yohan pun menjawab sekenanya, karena jika ia menjawab dengan jawaban detail pasti bundanya akan menyuruh Yuvin masuk dan permasalahan mereka akan semakin panjang.

“Kenapa mukanya ditekuk?“Baru saja masuk ke dalam mobil, Yohan sudah menerima usapan halus dipuncak kepalanya. Ia menatap sang kekasih dengan tatapan sayu.

“Kamu engga mau gitu main kerumah aku? Ketemu Ayah sama Bunda atau adek aku?“ucap Yohan lemah dan Yuvin tersenyum.

“Mau! Aku mau main kerumah kamu kok, sayang. Tapi nanti ya, ada saatnya”ucap Yuvin yang masih mengusap puncak kepala Yohan.

“Saatnya kapan? Nanti pas aku putusin kamu terus kamu dateng kerumah ngemis-ngemis minta balikan?“Yohan menarik paksa tanga Yuvin dari puncak kepalanya. Menggerutu karena tidak puas dengan jawaban sang kekasih.

“Kamu kenapa, hm? Berantem sama bunda? Atau sama ayah?“ucap Yuvin yang kali ini berusaha menggenggam tangan Yohan.

“Kamu selalu deh, ganti topik pembicaraan kalo aku lagi ngomongin sesuatu. Kamu sayang engga sih sama aku?“Yohan masih merajuk.

“Aku harus buktiin apa biar kamu percaya kalo aku sayang sama kamu?“tanya Yuvin percaya diri.

“Turun dari mobil, bilang sama bunda kalo kamu pacar aku”ucap Yohan tenang dan Yuvin terdiam.

“Kan aku udah bilang, ada saatnya! Nanti suatu saat pasti aku main kerumah kamu dan ketemu Ayah sama Bunda”Yuvin mencubit gemas pipi Yohan yang chubby.

“Kamu tuh pinter, tinggi, ganteng.... Kenapa sih masih takut ketemu ayah sama bunda? Ayok jujur sama aku!!!“Yohan menggoyangkan lengan sang kekasih, berharap Yuvin memberikannya jawaban yang ia butuhkan.

“Udah yuk! Kita jalan, katanya kamu bosen mau main ke Timezone?“ucap Yuvin sambil melajukan mobilnya menjauhi rumah Yohan.

Lagi, Yohan kalah. Yuvin selalu punya seribu alasan untuk tidak bertamu kerumahnya dan bertemu Ayah bundanya. Yohan menarik nafas panjang, alasan pertama yang Yohan miliki jika suatu saat ia ingin mengakhiri hubungannya.

xposhie

Dibalik Titik Terang.


Pagi itu aku bangun dengan sekujur tubuh yang sakit, akibat ulah Mas Seungyoun dibawah kendali alkohol semalam. Aku berusaha mengambil beberapa baju kami yang berserakan di lantai dan pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi serta mencuci mukaku. Aku menarik nafas, melihat bercak kemerahan di leherku yang tidak mungkin akan hilang dalam dua hari. Tubuh bagian belakang bawahku juga terasa perih. Rasanya aku ingin menangis, tapi aku berusaha kuat karena kau ingin ini semua berakhr dan aku tidak ingin pergi lagi.

Aku melakukan pekerjaan rumah seperti biasa. Mengecheck keadaan Dodo di tempat tidurnya serta membuat sarapan untuk Mas Seungyoun. Aku sedikit terkejut ketika melihat isis kulkas. Beberapa bahan makanan hampir busuk, ada sisa makanan siap saji yang mengering di dalam kulkas. Aku menggeleng sebelum merapihkan isi kulkas tersebut. Aku membuang beberapa bahan makanan serta makanan yang tidak dapat dikonsumsi lagi.

Aku kembali memfokuskan diriku untuk membuat sarapan untuk Mas Seungyoun yang sepertinya sebentar lagi akan terbangun dari tidurnya. Sedikit yang aku tau tentang ornag mabuk, mereka akan bangun dengan kepala yang sakit serta perut yang tidak begitu baik. Jadi aku memutuskan membuat bubur hangat untuk Mas Seungyoun. Saat sedang menyiapkan sarapan, saya dapat mendengar suara air mengalir dari kamar yang menandakan Mas Seungyoun sudah bangun. Saya mempersiapkan diri saya, setidaknya untuk kali ini saya harus kuat.

Mas Seungyoun keluar dari kamar setelah saya menyelesaikan pekerjaan saya di dapur dan ketika saya sedang bercanda dengan Dodo di ruang tamu. “Dodo...Anak Baba!!” Tubuhku tersetak ketika mendengar suara Mas Seungyoun. Tubuhku membeku dan tidak bisa mengontrol otaku dengan baik. Aku terdiam.

“Aku udah buat bubur. Mas Seungyoun makan dulu aja biar perutnya enak. Obat penghilang rasa sakit kepala juga udah aku siapin. Aku ke kamar, mau mandiin Dodo dulu”Aku berucap demikian tanpa menoleh sedikitpun ke arah Mas Seungyoun. Jujur aku masih takut. Sangat takut karena teringat suara Mas Seungyoun yang tinggi saat memerahiku beberapa hari lalu. Langkahku sempat ditahan oleh Mas Seungyoun, sepertinya ia ingin berbicara denganku. Tapi entah mengapa aku belum siap.

“Nanti mas, aku mau mandiin Dodo”aku memutuskan berjalan masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Mas Seungyoun sendirian. Walaupun sudah menata hati sejak pagi, aku masih saja pengecut dan tidak berani menatap Mas Seungyoun. Bahkan selesai memandikan Dodo, aku tetap berada dikamar.

“Dek, Mas izin mau ke tempat Seungwoo ya. Dompet mas ketinggalan”Aku kembali terdiam ketika mendengar suara tersebut. Tanpa menoleh ke arah Mas Seungyoun, aku mengangguk. Aku menarik nafasku dalam. Dompet Mas Seungyoun pasti ketinggalan karena semalam ia mabok. Lagi, aku teringat dengan wanita yang mengantar Mas Seungyoun semalam.

Sepeninggal Mas Seungyoun, aku memutuskan kembali menyibukan diriku dengan pekerjaan rumah. Baju kotor Mas Seungyoun menumpuk. Bahkan sampai setelah aku selesai membersihkan rumah, Mas Seungyoun belum juga kembali ke apartment. Akhirnya aku memutuskan untuk membuang sampah makanan tadi dengan membawa serta Dodo dalam gendonganku. Aku kembaii ke apartment berharap Mas Seungyoun sudah kembali juga.

Saya kembali terkejut ketika membuka pintu apartment dan mendapati wajah pucat Mas Seungyoun. Detik berikutnya yang saya ingat ialah, saya berada dalam pelukan erat Mas Seungyoun. Pelukan yang sangat saya rindukan beberapa hari ini. Dodo bergerak tidak nyaman diantara tubuh kami berdua. Akhirnya aku memutuskan melepaskan pelukan kami.

“Dek, maafin mas...”Aku hampir saja menangis ketika mendengar permintaan Mas Seungyoun.

“Mas, mau makan siang apa? Kita makan siang dulu ya? Baru kita ngobrol”ucapku sebelum kembali di sibukan dengan kegiatanku di dapur.

xposhie

Minjoo


Setidaknya lebih dari empat mobil mulai keluar dari rumah sakit untuk mencari adik kandung RM, Minjoo. Mereka belum mengetahui posisi tepat Minjoo, sehingga mereka berpencar untuk mencari Minjoo.

“Bang RM akhirnya bisa ngelacak Minjoo!“Jungkook yang satu mobil dengan Yugyeom dan Bambam akhirnya mengikuti arahan Jungkook.

“Anjir! Bukannya ini markas Blue Rose?“Subin yang berada di mobil bersama Heochan dan Sejun tiba-tiba berseru ketika mendapat lokasi dimana Minjoo berada.

“Lo tau dimana markas Blue Rose?“di Mobil lain, JB bertanya kepada Jackson yang duduk disebelahnya dan Jackson mengarahkan JB ke lokasi yang sudah dikirimkan Jungkook sebelumnya.

“Gimana?“Semua orang sudah berkumpul di lobby, memikirkan cara bagaimana mereka bisa mencapai markas Blue Rose di lantai 25 gedung tersebut.

“Minjoo!!“Semua mata menoleh ke arah yang sama, dimana Minjoo sedang dipapah oleh seorang laki-laki.

“Bangsat! Mau ngapain lo, jing? Lo disuruh Sunho kan?“JB yang tersulut amarah menarik lelaki yang memapah Minjoo.

“Bang, santai bang! Tempat umum”ucap Bambam dan Jackson menahan gerakan JB.

“Njun, kita bawa Minjoo pulang dulu ya?“Hwasa menolong RM memapah adiknya ke mobil.

“Urusan adek lo, bang!“ucap RM sebelum meninggalkan JB beserta lelaki yang tadi memapah Minjoo, Im Jaewoo.

“Ikut gue lo!“ucap JB menarik Jaewoo menuju mobilnya.

xposhie

Titik terang.


Pagi ini saya terbangun dengan kondisi kepala sedikit berputar. Saya melihat ke sekeliling saya dan mendapati bahwa saya berada di apartment saya. Saya tidak ingat betul apa yang terjadi semalam, setelah pesta perayaan kenaikan jabatan saya.

Harum masakan mengusik indera penciuman saya. Saya memejamkan mata saya lama. Harum masakan tanda bahwa Dek Sejin sudah pulang setelah seminggu tidak pulang ke apartment kami. Saya mendecak sebal ketika membuka selimut dan mendapati diri saya tanpa satu helai benangpun

“Ah shit!”

Saya pun memutuskan membersihkan badan karena kelamaan saya dapat mencium aroma tidak enak menguar di tubuh saya. Setelah mandi dengan menurunkan ego diri sendiri saya keluar dari kamar dan mendapati Dek Sejin sedang bercanda dengan Dodo.

“Dodo... Anak baba!!“Dodo tersenyum dan menoleh kearah saya, tetapi tidak dengan Dek Sejin.

“Dek...“Saya ingat apa yang terjadi antara diri saya dan Dek Sejin beberapa hari ini, walaupun saya masih tidak ingat apa yang terjadi dengan saya semalam.

“Aku udah buat bubur. Mas Seungyoun makan dulu aja biar perutnya enak, obat penghilang rasa sakit kepala juga udah aku siapin. Aku ke kamar, mau mandiin Dodo dulu”Dek Sejin berucap tanpa menatap ke arah saya sama sekali. Saya tau masalah kami bukanlah masalah sepele.

“Dek...”

“Nanti mas, aku mau mandii Dodo”Dek Sejij berjalan menjauhiku. Tapi Saya dapat melihat dengan jelas beberapa bercak merah di leher Dek Sejin.

“Ah sialan!”

Selama menyantap sarapan di meja makan, saya masih memikirkan kemungkinan yang terjadi semalam melihat dari bercak merah menuju keunguan di leher Dek Sejin. Tiba-tiba ponsel saya berdering dan menampilkan pesan singkat dari rekan kerja saya.

“Dompet lo ketinggalan! Siang ini bisa ambil engga? Soalnya gue mau keluar kota dua hari ini”

Saya menarik nafas panjang. Walaupun sudah sarapan dan mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit, kepala saya rasanya semakin pusing. Saya akhirnya memilih mencuci piring setelah membalas pesan singkat tersebut.

“Dek... Mas izin mau ke temu Seungwoo ya. Dompet mas ketinggalan...“Saya berucap terlampau pelan karena Dek Sejin yang sedang berusaha menidurkan Dodo dikamar. Dek Sejin mengangguk masih enggan melihat ke arah saya.


Saya bertemu Seungwoo di kafe dekat apartment saya, sehingga saya hanya perlu berjalan kaki sebentar.

“Tumben sendirian?”

“Gue lagi nungguin orang, mau ngasih undangan katanya sih...“ucap Seungwoo sambil menyerahkan dompet saya yang tertinggal.

“Cewek gue semalem yang anter lo ke atas, dia kayanya ketemu suami lo”Setelah hening beberapa saat, Seungwoo pun membuka suara.

“Dia emang engga ngomong apa-apa?“tanya Seungwoo dan saya menggeleng.

“Sunho!!“saya menoleh ke belakang ketika Seungwoo memanggil seseorang. Kening saya berkerut, melihat siapa yang berjalan mendekati saya dan Seungwoo.

“Harus banget ya kirim undangan pake ketemu?“Seungwoo berucap dengan sedikit emosi.

“Kan buat om tante, monyet! Masa gue kasih undangan ke mereka via imessage“saya masih memperhatikan percakapan kedua orang dihadapan saya.

“Oh iya! Kenalin Youn, sepupu gue. Bulan depan mau married makanya sengaja balik kesini cuma buat bagi-bagi undangan”tubuh saya menengang. Undangan? Ah saya ingat. Dek Sejin. Lelaki ini yang tempo hari mengantar Dek Sejin ke apartment.

“Sorry... Lo... Suaminya Sejin bukan?“tanya Sunho dan saya mengangguk.

Perbincangan saya, Sunho dan Seungwoo berlangsung lumayan lama hingga akhirnya kami memutuskan untuk pulang meninggalkan kafe tersebut. Sebuah undangan ditangan, kaki yang berjalan cepat dan perasaan bersalah yang memuncak membuat saya ingin segera sampai ke apartment.

“Dek! Dek Sejin!!“Saya panik ketika tidak mendapati Dek Sejin dikamar maupun dapur, bahkan di calon kamar Dodo juga tidak ada. Temlat terakhir, kamar kami. Saya berharap, Dek Sejin ada disana. Tapi nihil, Dek Sejin dan Dodo tidak ada dimanapun. Saya mencoba menghubungi ponsel Dek Sejin tetapi ponselnya mati. Saya panik dan memutuskan untuk pergi ke rumah ibu saat itu juga.

Saya sudah mengambil kunci mobil ketika pintu apartment terbuka dan mendapati Dek Sejin yang sedang menggendong Dodo berdiri di depan pintu dengan wajah bingung. Tanpa banyak berfikir, saya menghamburkan tubuh saya kearah Dek Sejin dan memeluknya, merapalkan kata-kata maaf serta mencium perpotongan lehernya.

“Dek... Jangan pergi ya? Maaf... Mas... Mas ngaku salah, tapi please jangan tinggalin mas ya?“saya mulai terisak.

“Mas.... Dodo kejepit”ucap Dek Sejin mencoba mendorong saya menjauh pelan.

“Maaf... Aku habis buang sampah, banyak bahan makanan yang udah basi di kulkas dan kayanya Mas Seungyoun engga buang sampah ya tiga hari?“ucap Dek Sejin sambil berjalan ke dapur untuk mencuci tangannya.

“Dek.... Maafin mas”saya berucap sekali lagi.

“Mas, mau makan siang apa? Kita makan siang dulu ya? Baru kita ngobrol”ucap Dek Sejin tersenyum kepada saya dan saya mengangguk menyetujui.

xposhie

Penyelesaian.


Malam itu, ketika aku sudah membulatkan tekadku untuk memperbaiki semuanya. Aku memutuskan pulang ke apartmentku dan Mas Seungyoun dengan membawa serta Dodo dalam gendonganku.

“Masmu belum pulang toh, Dek?“Bapak berjalan di belakangku ketika kami memasuki apartmentku dan Mas Seungyoun.

“Belum kayanya pak. Mas Seungyoun emang akhir-akhir ini sibuk, makanya aku punya kesempatan nginep di tempat bapak sama ibu”Aku berbohong, lagi. Seminggu kemarin aku sudah berbohong dan hari ini pun begitu.

Setelah sejam berada di apartmentku akhirnya bapak pamit pulang. Jam sudah menunjukan hampir setengah sepuluh malam tapi Mas Seungyoun belum juga pulang. Ponselku berbunyi dan nama Mas Seungyoun terterta di layar ponselku.

“Mas....”

“Dek... hik Dek... hik Ini bener Dek Sejin kan? hik

Aku menahan nafasku. Suara ramai di sebrang telfon dengan suara Mas Seungyoun yang seperti orang mabuk terdengar di indera pendengaranku.

“Mas.... Kamu dimana?“Aku menahan tangisku, ketika mengetahui suamiku sedang bersenang-senang di sebrang telfon.

“Dek... hik Kamu kapan pulang sihhh? hik Aku kangen tauuu!! hik“Aku tidak dapat mendengar perkataan Mas Seungyoun di sebrang telfon.

“Mas... Kamu dimana? Mau aku jemput? Aku sama Dodo udah pulang”ucapku bergetar.

“Dek... hik kamu akhirnya pulang juga! hik Kamu... Kalo bosen sama Mas, bilang ya Dek? hik Jangan tiba-tiba hik pergi sama cowok lain.... Aku gasuka! hik

“Mas... Mas seungyoun dimana?“Akhirya air mataku tumpah. Telfon kami terputus dan aku tidak bisa menghubungi Mas Seungyoun.


Aku lelah menangis hingga tertidur di sofa. Tetapi aku terbangun ketika seseorang mencoba menekan password apartment dengan asal.

“Ih Mas... Buruan sih berapa passwordnya?”

Langkahku terhenti ketika mendengar suara wanita di depan pintu apartment kami. Aku membuka pintu apartment kami dan mendapati Mas Seungyoun di rangkul seorang wanita.

“Oh ada orang! Ini Mas Seungyoun mabok. Bisa tolong bawa masuk?“Aku tertegun melihat keadaan kedua orang dihadapanku.

“Hallo! Mau dibawa masuk engga Mas Seungyounnya? Atau gue yang bawa masuk?“Aku menggeleng dan merangkul Mas Seungyoun untuk masuk ke apartment kami dengan mengabaikan wanita tadi.

Aku menidurkan Mas Seungyoun di kasur setelah bersusah payah memapahnya hingga ke kamar. Bau alkohol menganggu indera penciumanku. Sisi lain seorang Mas Seungyoun kembali baru aku ketahui hari ini.

Aku mulai membuka satu persatu baju Mas Seungyoun untuk menggantinya dengan baju yang bersih. Tetapi pergerakanku berhenti ketika tiba-tiba Mas Seungyoun membuka matanya dan menarikku hinga terbaring diatas tempat tidur.

“Dek... Mas kurang apa? Kenapa kamu selingkuh dibelakang mas?“aku terkejut dengan ucapan Mas Seungyoun.

“Mas... Aku engga selingkuh! Dia kakak kelasku, mas...“ucapku pelan.

“Dia gendong Dodo... Kamu tega mau ngasih Dodo ke dia? Aku Baba-nya Dodo, dek...“ucap Mas Seungyoun lagi.

“Mas... Kamu mabok. Aku ganti baju kamu dulu ya?“aku kembali ditarik ketika berusah bangun dari tempat tidur. Mas Seungyoun malam itu seperti orang kesetanan. Efek alkohol membuat tenaga Mas Seungyoun 4x lebih kuat.

“Mas... Nghhh... Sakit...“Malam itu aku hanya dapat merintih. Tidak ada Mas Seungyoun yang perhatian. Tidak ada Mas Seungyoun yang perduli kepadaku.

“Ah... Nghhh.... Dek...“Mas Seungyoun benar-benar menyakitiku malam itu. Aku menangis ketika Mas Seungyoun sudah tertidur di sampingku. Tertidur setelah melakukan hal yang membuatku takut hingga saat ini.

Aku kira malam ini semua akan selesai. Tetapi ternyata aku salah. Malam ini masalah kami semakin membesar.

xposhie

Cerita Byungchan.


Pagi itu, Seungwoo sudah melewati masa kritisnya bahkan Seungwoo sudah sadar dari tidur panjangnya. Byungchan yang kelewat senang akhirnya memutuskan untuk mengambil beberap barang dari apartment Seungwoo, katanya ia bosan melihat Seungwoo menggunakan baju rumah skait sudah hampir smeinggu.

“Byungchan, sendirian?“Byungchan yang tengah memasukan kode password apartment Seungwoo berbalik ketika suara yang tidak asing memanggilnya.

“Ngapain lo disini?“tanya Byungchan sinis.

“Jangan galak-galak dong, gue sama seungwoo sekarang tetanggaan loh”Byungchan mundur beberapa langkah ketika lelaki dihadapannya melangkah maju.

“Kok bisa?“tanya Byungchan bingung, karena setau Byungchan tetangga apartment Seungwoo itu Mina, kekasih Sunho. Byungchan menarik nafas panjang ketika akhirnya mengingat sesuatu.

“Oh lo jilat ketua lo juga? Ceweknya pergi, trus sekarang lo yang make apartment bekas punya ceweknya?“ucap Byungchan tanpa rasa takut sedikitpun.

“Dibilangin jangan galak-galak, nanti gue makin suka nih sama lo”lelaki tersebut sudah mulai melewati batas dengan mengusap pipi Byungchan. Byungchan membeku ditemoat.

“Ini apartment gue yang disewa Sunho buat ceweknya dia yang gatau diri itu yang tiba-tiba pergi gitu aja”ucap lelaki dihadapan Byungchan lagi.

“Kurang ajar! Ka Mina engga begitu orangnya”ucap Byungchan mulai tersulut emosi.

“Chan... Beneran loh, gue makin teransang kalo lo mulai galak kayak gini”Byungchan mencoba melepas tangannya yang sekarang dalam genggaman lelaki di hadapannya.

“Seungyoun!! Lepain tangan gue! Lo jangan kurang ajar ya”ucap Byungchan yang masih berusaha melepas genggaman Seungyoun di pergelangan tangannya.

“Seungyoun sakit!!!!“ucap Byungchan mulai merintih dan akhirnya Seungyoun melepaskan genggamannya.

“Kenapa sih lo masih mau sama Seungwoo? Sama gue aja, yuk! Gue lebih ganteng, lebih kaya. Trus lebih bisa muasin lo daripada Seungwoo”suara Seungyoun semakin mengecil di beberapa kata terakhir.

“Kurang ajar!“satu tamparan tempat mengenai pipi kanan Seungyoun dan membuat Seungyoun mendecih.

“Ah lo belum tau kan? Seungwoo anak satu-satunya di keluarga dia. Kebanggaan keluarganya tapi sampe sekarang belum pernah ngenalin lo sama bokap nyokapnya? Lo gatau kan alesannya?“ucap Seungyoun pelan.

“Kira-kira apa yang bakalan dilakuin bokapnya Seungwoo, kalo dia tau anak semata wayangnya pacaran sama laki-laki juga?“ucapan Seungyoun membuat nafas Byungchan terhenti.

Dia tau faktanya. Dia tau semuanya, Itulah mengapa, Seungwoo beberapa kali berbohong jika menginap di tempat Byungchan. Karena ayah Seungwoo belum mengetahui hubungan Seungwoo dengan Byungchan.

“Mau lo apa sih?“ucap Byungchan menahan marah.

“Mau gue... Lo jadi pacar gue atau... Bokapnya seungwoo tau hubungan lo sama dia?“ucap Seungyoun mengakhiri.

xposhie

Penjelasan Seungyoun.


Hai! Kalian mungkin tau apa yang sedang terjadi antara saya dan Dek Sejin. Jujur, hari ini sudah seminggu Dek Sejin tidak pulang ke apartment saya. Sebutlah saya pengecut atau apapun yang kalian suka, tapi saya punya alasan dibalik semua yang terjadi. Saya akui, ini bukan seratus persen kesalahan Dek Sejin juga bukan kesalahan saya, jika kalian ingin menyalahkan saya, kalian salah.

Jika kembali ke belakang, saat dimana kejadian tersebut bermula. Seperti biasa, Dek Sejin selalu meminta izin kepada saya untuk apapun yang akan dilakukan, termaksud bertemu dengan teman-teman lamanya. Saya mengizinkan, bahkan saya menawarkan agar saya bisa menjemputnya, tetapi Dek Sejin menolak.

Sore itu saya tidak curiga. Mungkin memang Dek Sejin ingin pulang menggunakan moda transportasi taksi. Saya yang kebetulan sore itu mendapat kesempatan pulang lebih awal, akhirnya pulang ke apartment dengan perasaan bahagia. Sebuah berita yang sangat saya tunggu selama ini, keputusannya sudah saya dapatkan.

Saya sudah memikirkan semua di dalam benak saya. Malam itu, saya akan memberikan kejutan untuk Dek Sejin dengan berita gembira ketika Dek Sejin menceritakan pertemuannya dengan teman-teman lamanya. Tetapi apa yang saya fikirkan semuanya hilang ketika saya melihat Dek Sejin diantar oleh seorang pria.

Tidak mungkin kan supir taksi mengantar penumpangnya hingga masuk ke dalam apartment? Jelas, pria itu bukan security apartment karena saya mengenal baik penjaga keamanan di apartment ini. Lelaki tersebut menggendong Dodo dengan Dek Sejin yang berjalan di depannya membawa beberapa barang yang mungkin baru saja ia beli.

Dek Sejin kaget dan terkejut, melihat saya sudah sampai di apartment. Saya tau saya salah, karena saya tidak mendengarkan penjelasan Dek Sejin. Tetapi saya juga kecewa ketika Dek Sejin tidak memberitahu saya, jika ia pulang diantar oleh lelaki lain yang saya tidak kenal itu.

Malam itu, saya memilih mengabaikan Dek Sejin dan berdiam di dalam ruang kerja saya. Saya berusaha mendinginkan isi kepala saya. Mengeluarkan semua fikiran buruk saya tentang Dek Sejin dan pria tadi. Keesokan harinya, suasana apartment masih dingin dan hening, tidak ada ucapan selamat pagi, kecupan pelan di bibir maupun kening.

Keadaan tersebut berlangsung selama tiga hari. Saya yang saat itu sedang sibuk mengurusi beberapa dokumen, lupa jika ada jadwal imunisasi Dodo dan saya mengabaikannya. Malam itu, amarah saya dan Dek Sejin pecah. Saya tau kami sama-sama lelah dengan apa yang kami kerjakan. Tapi saya tidak tau jika Dek Sejin keesokan harinya memilih pulang kerumah ibu.

Beberapa hari saya pulang dengan apartment gelap, sama seperti ketika saya belum berkeluarga. Saya semakin disibukan dengan beberapa dokumen guna memenuhi kebutuhan saya untuk mendapatkan jabatan baru dikantor. Ini adalah kejutan yang sebenarnya ingin saya bicarakan tempo hari dengan Dek Sejin.

“Woahhh selamat!!! Setelah kerja keras bagai kuda sampai pas nikah engga dapet cuti! Akhirnya bisa merasakan kursi panas”

Ucapan selamat hari itu saya terima dari beberapa rekan kerja yang mengenal saya.

“Engga ada perayaan nih boss?”

Saya tersenyum mendengar ucapan salah satu rekan kerja saya dan saya menyetujui ajakan mereka. Disinilah saya sekarang, bersama beberapa teman saya dan tanpa izin Dek Sejin terlebih dahulu. Saya dan teman-teman saya melakukan kebiasaan persis seperti saat saya masih lajang.

Entah sudah berapa botol alkohol yang saya konsumsi malam ini, saya tidak tau. Saya juga tidak ingat, mengapa saya bisa melakukan panggilan ke nomer ponsel Dek Sejin dan mendengar Dek Sejin menangis dari sebrang telfon.

xposhie

Salah Paham.


Hai! Apa kabar? Maaf kalo aku jarang nulis karena sekarang kesibukanku bertambah setelah ada Dodo. Aku dan Mas Seungyoun memutuskan mengadosi Dodo dan kesibukan kami bertambah setelah hari itu, Aku senang, karena sekarang setiap Mas Seungyoun pergi ke kantor, aku sudah tidak sendirian karena sudah ditemani Dodo.

Umur Dodo sudah menginjak bulan ketujuh. Dodo sudah bisa tengkurap dan sudah banyak berceloteh, ini yang membuat Mas Seungyoun gemas dan terkadang mengigit pipi Dodo hingga Dodo menangis. Ah! Aku lupa cerita, aku dan Dodo sudah seminggu ada dirumah ibu dan kami tidak pulang ke apartmentku dan Mas Seungyoun. Aku hanya dapat tersenyum miris jika mengingat hal itu.

Aku kadang berfikir, apakah pernikahan karena perjodohan akan selalu berakhir seperti ini? Apakah begitu banyak kerikil di sebuah pernikahan? Bagiku ini bukan kerikil yang mengganjal, tetapi seperti batu kali besar yang menutupi aku dan Mas Seungyoun sehingga kami susah berkomunikasi. Singkat cerita, kejadian bermula seminggu yang lalu ketika aku meminta izin kepada Mas Seungyoun untuk berteu teman-temanku.

Setelah menikah, aku memang memfokuskan diriku kepada pernikahanku dan Mas Seungyoun sehingga jarang sekali bertemu dengan teman-temanku. Akhirnya Mas Seungyoun mengijinkanku. Aku membawa serta Dodo pada hari itu, karena teman-temanku ingin sekali bertemu Dodo. Hari itu, aku dan teman-temanku memutuskan pergi ke sebuah pusat perbelanjaan untuk makan siang dan berjalan santai di dalam Mall tersebut.

Tidak ada yang aneh hingga sore menjelang. Aku dan teman-temanku memutuskan untuk bersantai sejenak di sebuah kafe hingga waktu menunjukan pukul lima sore. Aku sudah mengatakan kepada Mas Seungyoun bahwa Mas Seungyoun tidak perlu menjemputku, karena aku bisa menggunakan oda transportasi taksi ketika pulang.

“Sejin?“aku menoleh ketika seseorang memangil namaku. Aku ditemani tiga temanku sedang menunggu taksi sore itu.

“Ka Sunho!“aku tersenyum ketika melihat kaka kelasku itu. Ka Sunho, yang kata teman-temanku sempat menyimpan rasa kepadaku tapi tidak aku tanggapi pada waktu itu.

“Kalian mau pulang?“tanya ka sunho memperhatikanku dan teman-temanku.

“Sejin doang ka, kita masih mau lanjut jalan. Soalnya Sejin bawa anak, jadi engga mungkin ikut gabung sama kita sampai malam”salah satu temanku menjelaskan.

“Oh mau aku anter? Jam segini waktu orang pulang kantor. Aku engga yakin kamu bisa dapet taksi cepat”ucap Ka Sunho menawarkan dan aku terdiam.

“Yaudah Jin, bareng ka sunho aja. Kasian juga Dodo kalo kemaleman”ucap salah seorang temanku yang lain dan akhirnya aku menyetujui karena aku lihat Dodo yang mulai bergerak gelisah dalam gendonganku.

Di dalam mobil Ka Sunho, kami bercerita tentang masa kuliah kami, kehidupan masing-masing dari kami setelah lulus kuliah yang aku tau ternyata Ka Sunho sedang melanjutkan kuliah ke luar negeri.

“Sini aku gendong dulu anak kamu”Ka Sunho berniat menolongku ketika aku kesulitan mengeluarkan beberapa barang yang kubeli dan kubawa dari dalam mobil keluar.

“Apartment kamu lantai berapa? Aku anter aja ya?“ucap Ka Sunho masih menggendong Dodo dan aku menyetujuinya.

Setelah memasukan kode password apartment, aku mempersilahkan Ka Sunho masuk.

“Dek, udah pulang?“aku terkejut karena ternyata Mas Seungyoun sudah ada dirumah.

“Eh mas, udah pulang?“tanyaku dengan suara bergetar karena tidak enak membawa lelaki lain ke rumahku.

“Saya tanya duluan loh, ka—–“ucapan Mas Seungyoun terputus ketika matanya bertatapan dengan Ka Sunho yang masih menggendong Dodo dibelakangku.

“Mas, ini ka sunho. Kakak kelasku waktu kuliah, dia—–“ucapanku terputus.

“Makasih ya, anda bisa pulang”ucap Mas Seungyoun sambil menggendong Dodo.

“Ka, makasih ya”ucapku pelan dengan perasaan tidak enak.


Malam itu, suasana hening terasa di apartmenku dan Mas Seungyoun, bahkan Mas Seungyoun tidka menyentuh makan malamnya. Setelah mandi dan menidurkan Dodo, akhirnya aku mencoba berbicara dengan Mas Seungyoun yang sedang bekerja di ruangan kerjanya.

“Mas... engga makan malam dulu?“ucapku pelan tapi diabaikan oleh Mas Seungyoun.

“Mas... Maaf... Tadi itu ka sunho cuma...”

“Dek, kamu engga lihat? Saya lagi kerja. Kalo mau bicarain orang lain, nanti saja ya”ucap Mas Seungyoun tegas tanpa menatapku sama sekali.

Aku pun memutuskan untuk keluar dan menunggu Mas Seungyoun di ruang tamu. Waktu menunjukan hampir pukul dua belas malam, tapi Mas Seungyoun belum juga keluar dari ruang kerjanya. Aku menyerah dan memutuskan tidur bersama Dodo dikamar. Aku tau, ini semua kesalahanku. Aku awalnya hanya megatakan pergi bersama ketiga temanku yang sudah dikenal Mas Seungyoun.

Aku juga bersikeras tidak ingin dijemput oleh Mas Seungyoun tadi sore, karena aku berniat pulang menggunakan taksi dan bukan di antar oleh Kak Sunho. Tapi aku sedih, kenapa Mas Seungyoun sama sekali tidak memberikan aku waktu untuk bercerita dan malah mengabaikanku.

Suasana tersebut berlangsung selama tiga hari, dimana aku harus mengantar Dodo untuk kembali imunisasi. Mas Seungyoun lupa dan tidak mengantarku hari itu sehingga aku pergi sendiri. Sore hari, setelah imunisasi suhu tubuh Dodo tinggi sehingga aku harus menggendongnya sepanjang sore karena jika aku letakan di kasur, tangisan Dodo akan semakin kencang.

“Maaf mas aku engga siapin makan malam... Dodo demam habis imunisasi, jadi dari tadi rewel”ucapku pelan ketika Mas Seungyoun pulang kerja,

“Imunisasi? Kenapa saya engga tau? Kamu pergi sama mantan pacar kamu itu lagi buat anter Dodo imunisasi?“aku terkejut dengan perkataan Mas Seungyoun.

“Kemaren aku udah sempet bilang ke mas, kalo hari ini ada jadwal Imunisasi. Tapi Mas Seungyoun bilang kalo Mas Seungyoun lagi sibuk jadi engga bisa antar aku dan Dodo”aku mencari pembelaan.

“Trus tadi dianter siapa pulangnya? sama dia lagi?“aku menarik nafasku panjang sebelum menjawab pertanyaan Mas Seungyoun kali ini. Mas Seungyoun sudah mulai kelewat batas.

“Mas! Aku gatau kamu kenapa, tapi Ka Sunho bukan mantan pacar aku. Dia kakak kelas aku waktu kuliah, kamu bisa tanya temen-temen aku siapa Ka Sunho itu”ucapku menahan tangis.

“Kenapa kamu ngebentak saya?“ucapan Mas Seungyoun berhasil membuat air mata saya turun.

“Mas.... Aku emang salah engga bilang mas waktu itu pas pulang sama Ka Sunho, tapi itu kebetulan aku ketemu dia dijalan. Dia nawarin tumpangan karena aku yang engga dapet-dapet taksi engga lebih, mas....“ucapku terisak.

“Kamu jadi lebih belain dia, dek?“ucap Mas Seungyoun lagi dan aku menggeleng sambil menatap Mas Seungyoun tajam.

Aku memilih mengabaikan Mas Seungyoun malam itu. Karena jika dilanjutkan, aku takut jika hal yang lebih buruk akan terjadi. Malam itu, demam Dodo semakin tinggi sehingga Dodo menangis sepanjang malam.

“Dek, itu anak kamu nangis terus. Bisa kan ngurus anak?“Aku yang sedang menggendong Dodo hanya menatap Mas Seungyoun yang menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Mas Seungyoun bilang anak aku bukan anak kami dan aku kembali menangis.

AKhirnya, setelah Mas Seungyoun berangkat kerja keesokan harinya, aku memtuskan pulang ke rumah ibu untuk menenangkan fikiranku dan ini adalah hari ketujuhku dirumah ibu tanpa satupun kabar dari Mas Seungyoun.

xposhie

Bekal.


Hai! Kemarin kalian udah tau masalah kesalahan pahamanku dan Mas Seungyoun? Syukurlah, semua itu sudah berakhir. Mas Seungyoun sudah menceritakannya semua kepadaku dan meminta maaf padaku juga. Aku juga sudah meminta maaf kepada Mas Seungyoun karena tidak memberikan kabar terlebih dahulu mengenai Kas Sunho.

Sejak hari itu, hubungan kami semakin baik. Komunikasi yang terjalin antara kami juga semakin baik. Tidak ada istilah anakku saja, tetapi Dodo anakku dan Mas Seungyoun dan Mas Seungyoun berjanji akan mengurus Dodo bersama dan membantuku.

Akhir-akhir ini Dodo suka menangis, aku beranggapan bahwa gigi pertama Dodo akan tumbuh! Sesekali Dodo juga demam, tapi untuk kali ini aku tidak panik karena Mas Seungyoun juga sigap jika Dodo demam ditengah malam.

“Engga apa-apa mas, nanti kalo sampe siang panasnya Dodo belum turun. Aku janji kabarin mas deh”Aku mengantar Mas Seungyoun ke depan pintu apartment kami dengan Dodo yang masih betah di dalam gendonganku.

“Jagoan! Jangan nakal sama Bubu ya? Jangan rewel, Oke? Tunggu Baba pulang ya?“Aku tersenyum melihat Mas Seungyoun berbicara pelan kearah putra kami, Cho Dohyon.

Setelah mencium Dodo dan tentunya mencuri satu kecupan di bibirku, Mas Seungyoun memutuskan untuk pergi ke kantor. Aku pun memutuskan meletakan Dodo di kasur kecilnya yang sengaja aku letakan di ruang tamu.

Subuh tadi, suhu badan Dodo tinggi dan ia menangis tidak berhenti sehingga membuatku dan Mas Seungyoun panik. Tetapi, syukurlah setelah di tempelkan plester penurun panas serta obat penurun panas, suhu tubuh Dodo kembali turun.

Aku memulai pekerjaan rumahku seperti biasa. Membersihkan rumah, mencuci baju serta menyiapkan makanan untukku dan Mas Seungyoun. Karena kejadian pagi ini, aku tidak sempat menyiapkan sarapan serta bekal untuk Mas Seungyoun.

Aku pun memutuskan membuat menu makan siang dan berencana mengirimkan kotak makan siang ke kantor Mas Seungyoun. Sesekali aku memeriksa suhu tubuh Dodo dan memeriksa apakah Dodo sudah bangun atau belum.

“Iya sayanggg, sebentar bubu cuci tangan dulu”Suara tangis Dodo membuatku menghentikan kegiatanku sejenak. Aku menggendong Dodo dan melihat jam di dinding, jam minum susu untuk Dodo.

Aku pun mengambil susu dari dalam kulkas dan memanaskannya sambil sesekali bercengkrama dengan Dodo yang mungkin tidak mengerti omonganku. Sesekali Dodo menarik bajuku, karena terlalu haus.

“Dodo anak baba ya, hm? Engga sabar sayang...“ucapku tersenyum ketika tangan Dodo menarik kerah bajuku.

Setelah selesai, aku pun duduk di sofa dan memberikan Dodo susu yang sudah aku hangatkan sambil sesekali bersenangdung dengan suara ala kadarku. Dodo kembali tertidur dan aku mulai melanjutkan kegiatanku.


“Dek... Mas pulang”jam menunjukan pukul setengah tujuh malam ketika pintu apartment kami terbuka. Aku yang semula berada di dalam kamar bersama Dodo, akhirnya keluar dan menyambut Mas Seungyoun.

“Mas... Cuci tangan dulu sebelum cium Dodo”ucapku overprotektif dan Mas Seungyoun mengerucutkan bibirnya.

“Sini...“aku pun memberikan kecupan singkat di bibir Mas Seungyoun sebelum menyuruh Mas Seungyoun mencuci tangannya.

“Mas mau mandi dulu apa makan?“ucapku sambil berjalan dibelakang Mas Seungyoun.

“Makan aja deh, Dek. Mandinya nanti aja, habis itu...“Aku menggeleng, tau kemana arah pembicaraan Mas Seungyoun.

Pernikahan kami sudah hampir menginjak setahun dan pembicaraan ini sudah menjadi hal biasa bagiku. Dulu, saat baru menikah dengan Mas Seungyoun kami sama-sama malu meminta nafkah batin kami, tetapi sekarang? Mas Seungyoun dengan terang-terangan akan meminta kepadaku.

“Udah seminggu, Dek...“ucap Mas Seungyoun merajuk. (iya kan habis pisah rumah mas! makanya jangan suka marah-marah)

“Yaudah aku titip Dodo dulu, ya? Aku siapin makan malem Mas dulu...“ucapku menyerahkan Dodo ke Mas Seungyoun.

“Oiya, kotak bekalnya ada di dalam tas. Saya kaget pas tadi ada delivery man nyariin padahal saya engga pesan apa-apa”aku tersenyum sambil mengambil kotak bekal Mas Seungyoun.

“Maaf ya mas, tadi lupa bikin sarapan trus bekal juga hampir lupa...“ucapku mengerucutkan bibirku.

“Dek... Jangan begitu dong. Mas engga kuat kalo kamu lucu-lucu begitu...“ucap Mas Seungyoun pelan dan aku justru sengaja kembali mengerucutkan bibirku.

“Dek... Dodo masih bangun loh?“ucap Mas Seungyoun mendekatiku dan aku tertawa.

“Hahaha sana mas! Nanti Dodo kena kompor, panas”ucapku mendorong pelan Mas Seungyoun agar menjauh.

“Yang panas kompor, apa badan kamu. Dek?“ucapan Mas Seungyoun aku abaikan karena aku takut jika pembicaraan tersebut semakin panjang dan kami benar-benar melakukan adegan panas di dapur. Tidak, jika Dodo belum tidur.

xposhie

Breakfast.


Hallo! Lama kan engga ketemu sama saya? Dek Sejin akhir-akhir ini lagi asik ngurusin Dodo, saya jadi engga diurusin sekarang (hehe bohong deng! saya juga diurusin Dek Sejin kok, lebih spesial malahan kalo Dodo udah tidur)

Karena Dek Sejin lagi asik sama Dodo, hari ini saya mau cerita. Cerita pagi pertama saya dan Dek Sejin setelah menikah! Atau hari pertama kami mempunyai gelar baru sebagai pasangan.

Saya adalah orang yang terbiasa bangun pukul tujuh pagi, jika weekday biasanya karena saya harus berangkat kantor. Tapi jika weekend biasanya karena saya ingin berolahraga atau sesekali membersihkan apartment saya.

Kalian semua mungkin sudah tau apa yang saya lakukan dan Dek Sejin semalam. Pagi ini saya berencana membeli obat oles untuk Dek Sejin ke apotik. Karena saya tau, pasti bagian bawah belakang Dek Sejin pagi ini terasa perih.

Saya juga ingat, semalam saya terlalu kencang memegang pinggang kecil Dek Sejin sehingga pasti pagi ini meninggalkan bekas kemerahan. Saya terbangun tepat pukul tujuh dan saat saya menoleh, Dek Sejin sudah tidak ada di sebelah saya.

Saya memeperhatikan seluruh kamar saya. Baju kami sudah tidak berserakan di lantai. Tapi di ujunh tempat tidur ada celana training yang semalam saya gunakan tertata rapih seperti baru saja dilipat.

Sayup saya mendengar bunyi pisau yang beradu dengan talenan kayu yang sangat jarang saya gunakan. Saya yang hanya menggunakan training, memilih berjalan mengikuti suara tersebut dan mendapati Dek Sejin sedang berdiri membelakangi saya.

Saya menatap Dek Sejin sambil tersenyum. Pagi itu antara sadar dan tidak sadar, saya memperhatikan lelaki kecil yang akan selalu ada saat saya membuka mata saat bangun pagi ataupun orang terakhir yang saya lihat sebelum saya tertidur.

“Oh! Pagi Mas...“saya sedikit terkejut, karena Dek Sejin yang tiba-tiba berbalik dan menyapa saya. Saya tersenyum berbalik menyapa Dek Sejin.

“Maaf mas, sarapannya belum siap. Tadi aku kesiangan soalnya...“ucap Dek Sejin kikuk. Saya sempat terdiam sebelum akhirnya menyadari pergerakan Dek Sejin yang aneh.

“Sakit ya Dek? Seharusnya kamu engga usah bangun dulu. Mas beliin obat oles dulu ya di toko 24 jam dibawah”Dek Sejin menatap saya dengan wajah memerah, mungkin malu.

“Hm? Engga usah Mas, engga apa-apa kok...“ucapnya pagi itu. Tapi saya bersikeras ingin membelikan obat oles untuk Dek Sejin.

Setelah menggunakan hoodie, saya berpamitan pada Dek Sejin untuk membeli obat oles di toko 24 jam dekat dengan apartment saya sedangkan Dek Sejin kembali sibuk memasak sarapan untuk kami.


Saya sudah kembali dari membeli obat dan sekarang saya sedang duduk bersama dengan Dek Sejin di meja makan. Menyantap sarapan bersama kami untuk pertama kalinya.

“Shhh...“Saya beberapa kali melihat Dek Sejin yang gelisah dalam duduknya. Sehingga saya memutuskan mengambil bantal sofa sebagai alas Dek Sejin duduk.

“Maaf ya mas... Aku ngerepotin”ucap Dek Sejin dan saya menggeleng.

“Kamu engga pernah dan engga akan pernah ngerepotin saya, Dek. Kamu tanggung jawab saya, jadi kalo kamu ngerasa sesuatu yang kamu boleh bilang ke saya ya?“saya mengusak puncak kepala Dek Sejin dan Dek Sejin mengganguk.

“Saya siapkan air hangat buat kamu mandi ya? Kamu habiskan sarapan kamu dulu, kebetulan punya saya udah habis”

“Mas... Engga usah! Itu tugas aku. Mas Seungyoun duduk aja....”

“Dek... Kamu jalan aja susah loh? Itu sarapan kamu juga belum habis. Nanti saya marah ya?“ucap Saya sedikit memaksa dan Dek Sejin akhirnya menurut.

Saya mempersiapkan air hangat untuk Dek Sejin berendam. Entah mendapat ide darimana, tapi saya ngerasa yakin kalo air hangat bisa membuat tubuh lebih tenang dan rileks.

“Dek... Air hangatnya udah siap. Kamu mandi ya? Gantian nanti mas yang mandi habis kamu...”

”....Atau perlu saya gendong?“Dek Sejin terkejut mendengar perkataan saya pagi itu dan saya tertawa melihatnya.

“Saya bercanda kok, Dek”


Sembari menunggu Dek Sejin selesai mandi, saya sengaja menonton televisi di dalam kamar agar saya bisa tau kapan Dek Sejin selesai mandi. Saya melirik ke arah kamar mandi ketika mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.

“Mas.... Maaf...“ucap Dek Sejin ketika melihat saya berbaring santai di kasur. Dek Sejin yang hanya menggunakan jubah mandi, kembali berjalan mundur ke arah kamar mandi.

“Udah mandinya, Dek? Saya obatin belakang kamu dulu ya?“Saya mengambil obat oles yanh tadi sudah sempat saya beli. Dek Sejin diam di tempat, tepatnya di depan kamar mandi.

“Aku sendiri aja mas yang ngobatin...“ucapnya terlampau pelan.

“Udah sini yuk. Engga apa-apa, mas aja yang ngobatin biar keliatan juga ada yang luka atau engga...“Saya akhirnya menghampiri Dek Sejin dan menariknya agar berbaring diatas ranjang.

“Maaf ya Dek, Mas buka sebentar”Saya membuka jubah mandi Dek Sejin dari bawah dan mulai mengobati lubang Dek Sejin yang sepertinya memang masih terasa perih karena ulah saya.

Sesekali saya meniup-niup lubanh Dek Sejin, agar mengurangi rasa perih yang bisa saja timbul. Tapi tiba-tiba tangan saya digenggam oleh Dek Sejin dan membuat saya menghentikan kegiatan saya.

“Nghhh... Mas, engga usah ditiup ya? Di olesin obat aja”ucap Dek Sejin. Saya terdiam dan merutuki kebodohan saya.

“Mas boleh liat pinggangnya?“Dek Sejin berbalik pelan dan membuka ikatan jubah mandinya, memperlihatkan pinggangnya yang kemerahan.

“Maaf ya dek...“Saya berulang kali meminta maaf, karena menyebabkan Dek Sejin terluka.

“Engga apa-apa, Mas. Mungkin karena masih awal jadi begini? Nanti kalo udah sering juga ga akan sakit kok”Saya menatap Dek Sejin dan saya dapat dengan jelas melihat wajah Dek Sejin memerah, mungkin menyadari kecerobohannya dalam berbicara.

“Hari ini engga usah pake celana dulu ya Dek? Pake jubah mandinya aja dulu biar engga ada gesekan. Jangan kebanyakan jalan juga, kalo perlu sesuatu bilang mas aja ya?“Saya berucapa sambil merapihkan obat yang baru saja digunakan Dek Sejin.

“Makasih mas...“ucap Dek Sejin pelan.

xposhie