semestakapila

Kantin.


Yuvin meletakan tasnya kasar ke atas meja kantin. Ia memilih duduk di sebelah Yohan, tepat di depan Mingyu. Sedari tadi, Mingyu menahan tawa melihat adik kembarannya datang dengan wajah di tekuk.

“Kamu ngerokok ya? Katanya di perpus, taunya ngerokok!!“Yohan memukul pelan punggung Yuvin.

“Sebatang doang”ucap Yuvin masa bodo.

“Ya sebatang kan namanya juga rokok? Emang kamu kira kalo sebatang jadi berubah nama? Jadi rikik? Kan engga!“ucap Yohan panjang lebar, membuat Yuvin melirik malas kekasihnya itu.

“Jadi gimana han? Ikut lagi engga project selanjutnya?“ucapan Seungcheol membuat Yohan kembali memfokuskan dirinya kepada lelaki di sebelahnya.

“Engga, Yohan sibuk. Lagian mau ujian semesteran”itu Yuvin yang menjawab dan Yohan mendecak sebal.

“Diem deh kalo engga tau apa-apa!“ucap Yohan malas.

“Ah gitu? Yaudah iya, aku diem. Mendingan pergi sekalian deh, toh juga aku engga akan ngerti kan?“ucap Yuvin yang hendak menarik tasnya untuk meninggalkan kantin.

“Kamu kenapa sih? Daritadi pagi tuh aneh banget?“tanya Yohan bingung dan Yuvin hanya diam tidak menjawab.

“Hm... Kita omongin nanti lagi aja kali ya? Nanti gue chatting lo deh, Han”ucap Seungcheol dan Yohan mengangguk.

“Yaudah nanti chat gue aja ya! Nanti atur jadwal ketemuan aja, buat jelasin konsep sama waktunya”ucap Yohan kepada Seungcheol dan Seungcheol mengangguk.

Seungcheol pun memutuskan pergi dari kantin, tapi langkahnya berhenti ketika mendengar omongan Yuvin, “Jangan suka ngambil barang orang kalo engga mau dianggap maling.”

“Kamu tuh kenapa sih?“tanya Yohan bingung dan disisi lain, Seungcheol mengepalkan tangannya hingga memerah.

xposhie

Rumit.


Sudah hampir sejam, Lee Sejin berdiam diri di dalam kelas. Bukan karena jam pelajaran masih berlangsung atau karena dirinya sedang menunggu orang lain, bukan. Lee Sejin sedang menunggu hujan. Hujan turun sore itu tanpa permisi. Sejin menutup novelnya dan menoleh ke arah jendela kelas yang penuh bulir air.

Hujan masih turun ke bumi tanpa ada tanda akan segera berhenti. Sejin menarik nafas panjang sebelum akhirnya memasukan novelnya ke dalam tas. “Setidaknya hujan sudah tidak turun sederas tadi” ucap Sejin bermonolog pada dirinya sendiri.

Sejin berjalan lambat keluar kelas. Sekolah sudah sepi. Tidak ada pelajaran tambahan membuat seluruh siswa bergegas pulang, tanpa memperdulikan hujan deras yang turun sejak sejam yang lalu. Sejin berhenti di depan lorong dimana puluhan kotak loker berada, ia menoleh dan mendapati sebuah payung tergantung di sisi lokernya.

Sejin mengernyitkan keningnya bingung. Seingatnya, ia mengabaikan pesan bunda pagi tadi untuk membawa payung, tapi mengapa ada sebuah payung di lokernya. Sejin akhirnya mengambil payung itu setelah memastikam tidak ada orang di sekitarnya, “Seengganya gue engga kebasahan pas balik. Besok gue balikin kesini lagi”

“Loh mas seungyoun engga bawa payung? Kenapa hujan-hujanan?”

“Engga bawa pak! Duluan ya pak!

Langkah Sejin terhenti karena percakapan dua lelaki yang jaraknya lima belas meter di depannya. Seorang penjaga sekolah berbicara dengan seorang siswa yang sangat Sejin kenal baik, dulu. Sejin menghela nafas berat. Payung ditangannya terasa semakin berat. Dadanya semakin sesak.

Dulu, saat hujan turun seperti ini Sejin dan lelaki yang tadi berlari pasti akan menunggu hingga hujan reda jika mereka tidak membawa payung.

Dulu, saat hujan turun seperti ini Sejin dan lelaki yang tadi berlari pasti akan bersama menerjang hujan jika hujan terlampau lama reda.

Dulu, saat hujan turun seperti ini Sejin dan lelaki yang tadi berlari pasti akan melangkah bersama di bawah payung yang sama.

Dulu, semua tidak serumit ini. Tidak serumit Seungyoun yang harus meletakan payung di loker Sejin secara diam-diam. Tidak serumit Sejin yang berjalan dibawah payung dengan inisial S.Y di salah satu sisinya.


Kok kita bisa gini ya? Perasaan, dulu engga serumit ini

Fiersa Besari


xposhie

Late Birthday Party.


Hai ketemu lagi sama mas seungyoun! Semoga kalian engga pernah bosen ya sama saya. Sebelumnya, kalo engga salah dek sejin udah pernah cerita tentang saya yang ngasih dia satu buket bunga pas dia ulang tahun ya? Itu merupakan ulang tahun pertama dia jadi pasangan saya dan saya engga ngerayain secara spesial karena saya dan kesibukan saya. Ah! Kalo kalian bingung saya ngomongin apa, bisa di lihat updatean Kapila ya!

(Thanks mas promosinya! -Kapila)

Jadi waktu itu saya ingat ulang tahun Dek Sejin seminggu sebelum ulang tahunnya dan saya menyesal sekaligus sebal karena pada tanggal itu saya ada kerjaan diluar kota. Saya berusaha bikin kerjaan selesai secepat mungkin, agar saat ulang tahun dek sejin, saya sudah ada dirumah! (Maaf ya bucin, namanya pengantin baru)

Saya memutuskan pulang lebih cepat dari luar kota karena pekerjaan saya selesai lebih cepat. Sebelumnya, saya sudah memikirkan kejutan apa yang akan saya berikan yang sekiranya akan membahagiakan dek sejin. Awalnya saya ingin mengajaknya makan malam romantis, tapi tidak mungkin karena waktu yang terlalu sedikit. Akhirnya saya memutuskan untuk menghubungi ibu (ibu dari dek sejin) karena saya ingat, ibu pernah cerita tentang ulang tahun dek sejin.

Sebelum menelfon ibu, saya memutuskan mengirimkan pesan singkat agar ibu tidak terlalu terkejut ketika saya tiba-tiba menelfon. Saya senang, karena respons ibu sangat baik. Perjalanan dari luar kota ke apartment, saya gunakan untuk mencari semua perlengkapan yang diperlukan. Saya meminta pertolongan teman saya yang membuka jasa dekorasi. Kekuatan “teman dekat” akhirnya teman saya menyanggupi untuk melakukan dekorasi pada hari ulang tahun Sejin dua hari lagi.

Cerita ini saya percepat ya! Jadi keesokan harinya dek sejin chatting saya menanyakan apakah saya free atau tidak saat weekend dan sesuai rencana, saya berbohong. Saya mengatakan bahwa saya mempunyai pekerjaan pada hari sabtu dan tidak bisa ikut ke dalam rangkaian acara yang dibuat keluarga dek sejin hari itu. Tetapi saya berpura-pura mengantar dek sejin saat hari sabtu dan saya lihat dek sejin tidak terlalu bersemangat. Rasanya saya mau peluk dek sejin dan bilang kalo ini rangkaian dari kejutan tapi itu semua saya tahan. (Maafin mas ya dek, udah bohongin kamu waktu itu!)

Hari sabtu itu, saya terus berkomunikasi dengan Ibu. Ibu sengaja membuat dek sejin sibuk menyiapkan acara untuk dirinya sendiri agar dek sejin tidak melihat bahwa saya kembali kerumahnya dan diam di dalam kamar tamu. Beberapa kali saya harus menahan tawa dan senyum melihat dek sejin bekerja dengan tampang lesu dan malas. Saya juga sesekali memeriksa halaman twitter dek sejin dan dek sejin mengunggah beberapa foto hari itu. Salah satu fotonya membicarakan saya walaupun tidak secara langsung hehe

Rangkaian acara hari itu dimulai saat jam makan siang. Ibu mengundang beberapa anggota keluarga besar dan saya sengaja mengundang beberapa teman saya dan dek sejin. Saya juga dapat melihat Dek sejin beberapa kali meminta maaf karena saya yang tidak bisa datang karena ada kerjaan yang tidak dapat ditinggal hari itu. Saat semua orang sedang menyanyikan lagu wajib ulang tahun, saya memutuskan keluar kamar dan menuju halaman belakang dengan satu buket bunga besar yang menutupi saya.

Nyanyian ulang tahun terhenti ketika saya memasuki halaman belakang rumah. Beberapa teman saya berteriak heboh, karena mereka sudah tau jika orang dibalik bunga tersebut adalah saya, Tapi saya tidak dapat melihat wajah dek sejin karena terhalang bunga. (Ini saya agak nyesel, soalnya saya engga bisa liat wajah dek sejin yang kaget itu)

Saya menyingkirkan buket bunga dari hadapan saya ketika saya sudah tiba di depan dek sejin. Saya menyerahkan bunga tersebut tetapi tidak langsung diterima dek sejin, ia justru memeluk saya erat sambil berkata “mas seungyoun! katanya kerja? kok ada disini?“ucapnya pelan sekali. Saya tersenyum dan memeluknya sambil mengusap punggungnya. Saya mengalihkan padangan saya karena semua orang memperhatikan acara peluk memeluk saya dengan dek sejin tidak terkecuali orang tua dek sejin.

“Dek... diliatin orang”ucap saya pelan dan dek sejin segera melepas pelukannya. Dek sejin mengalihkan perhatian dengan mengambil bunga dari tangan saya dan meniup lilin di hadapannya. Saya tersenyum melihat tingkah dek sejin saat itu. Jika saya tidak ingat ini tempat ramai, mungkin saya sudah peluk dek sejin lagi siang itu.Cara dilanjutkan dengan makan siang dan acara ramah tamah lainnya. Saya memperkenalkan dek sejin dengan beberapa teman saya yang sebenarnya sudah dikenal oleh dek sejin saat mereka datang tadi. Siang itu suasana panas tidak membuat kami berdua risih untuk saling menggadeng satu sama lain.

“Mas... makasih!“ucap dek sejin ketika acara sudah selesai. Saya tersenyum dan membuka lebar kedua lengan saya, memberi kode agar dek sejin memeluk saya. Pelukan kami harus kami tunda karena bapak yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah. Akhirnya aku dan dek sejin memutuskan kembali merapihkan halaman belakang.

Dek sejin, maaf ya mas seungyoun cuma bisa kasih itu buat kamu. Mas belum hafal kesukaan dan apa yang buat kamu bahagia. Tapi seiring berjalannya waktu, mas bakalan belajar samapi suatu saat nanti, tanpa kamu kode, mas akan tau kamu mau apa dan apa yang lagi kamu fikirin. Kita sama-sama belajar ya dek! Mas seungyoun sayang sama dek sejin, hari ini, besok, lusa, tahun depan, dan selamanya

xposhie

First (5)


Hallo! Sejin disini. Semalam mas seungyoun cerita tentang pengalaman pertama kami ya? Hm... Pantas, semalam saya ngerasa sisi sebelah kiri tempat tidur kosong, ternyata mas seungyoun sibuk mulai.

Aku gatau bagaimana mas seungyoun cerita ke kalian tentang pengalaman kami itu karena aku malu! Tapi aku juga tidak mau kalah sama mas seungyoun. Aku kali ini mau cerita hal yang sama dengan yang mas seungyoun ceritakan mumpung mas seungyoun belum bangun!

Sebentar ya! Aku rapihin bajuku dan Mas Seungyoun yang berantakan serta tercecer di lantai karena perbuatan kami semalam. Mas Seungyoun memang sudah berjanji tidak ingin melakukannya selama kami berbulan madu karena takut aku kecapean, tapi aku kadang suka ngegoda mas seungyoun hehe (maaf ya mas!)

Aku mulai ya....

Jadi setelah acara resepsi yang lumayan melelahkan itu, aku dan mas seungyoun memutuskan langsung pulang ke apartment mas seungyoun. Semua bajuku sudah dikirimkan beberapa hari yang lalu. Kami memang tidak langsung bulan madu, karena kesibukan mas seungyoun. Tapi waktu itu Mas Seungyoun janji, pasti akan ajak aku bulan madu! Dan mas seungyoun udah nepatin janji itu (Makasih mas! Tempatnya bagus banget. Adek sayang mas hehe)

Aku engga ingat detailnya bagaimana, yang aku inget malam itu aku ngerasa ada orang yang meluk aku dari belakang dan ternyata orang itu Mas Seungyoun. Walaupun waktu itu Mas Seungyoun engga bilang apapun, tapi aku tau maksud Mas Seungyoun apa. Jadi aku balik badan dan peluk balik Mas seungyoun. Aku juga minta maaf ke mas seungyoun karena aku tidur duluan tanpa ngelakuin apapun. (Maaf ya mas. Adek beneran gatau apapun tentang hal itu)

Setelahnya, yang aku ingat mas seungyoun cium kening aku lama banget dan bikin aku ngerasa nyaman. Ini sebenarnya buka kecupan di kening pertama kali, karena saat setelah pemberkatan pagi tadi, mas seungyoun sudah mencium keningku untuk pertama kalinya. Aku menatap Mas seungyoun, memberanikan diri menatap pasanganku dengan waktu lama untuk pertama kalinya. Karena sebelumnya aku hanya berhasil memandang Mas Seungyoun hingga lima detik! (Aku takut mas seungyoun loat mukaku merah kalo aku kelamaan liat wajah mas seungyoun hehe)

Aku engga tau sejak kapan Mas Seungyoun senyum ke arahku malam itu, aku baru kembali sadar ketika aku merasakan bibir mas seungyoun menyapu bibirku! Ini ciuman pertama kali. Aku malu, sangat. Aku terkejut, sangat. Tapi aku juga sangat senang. Aku sering menonton drama korea dan melihat aktor serta aktrisnya saling memangut bibir, tapi sekarang ini terjadi padaku dan aku bingung harus berbuat apa hingga Mas Seungyoun menjauhkan wajahnya. Aku merasa kehilangan bibir manis mas seungyoun.

Akhirnya, dengan keberanian yang aku rasa tidak terlalu banyak, aku menarik tengkuk mas seungyoun dan melumat bibir mas seungyoun, iya aku yang pertama melumat bibir pasanganku! (Maaf ya mas! Bibir mas kegigit karena ulahku) Malam itu mas seungyoun mengikuti permainanku. Aku yang melumat bibir Mas Seungyoun lebih dahulu dan aku juga yang pertama menasukan lidahku yang gemetar untuk mengabsen dertan gigi mas seungyoun. Aku memejamkan mataku, tidak berani menatap mas seungyoun dan sesekali aku menarik rambut belakang mas seungyoun saat aku merasakan geli di perutku karena berciuman dengan mas seungyoun untuk pertama kalinya.

Mungkin karena saya menarik sedikit rambut mas seungyoun, jadi mas seungyoun mengusap punggung saya membuat pergerakan bibir saya melunak dan tidak berantakan seperti sebelumnya. Makin lama, ciuman yang kami lakukan semakin menuntut hingga aku ngerasain tangan mas seungyoun mulai masuk kedalam piyama saya! Ah iya, saya ingat sesuatu. Ternyata piyama yang aku gunain malam ini sama seperti piyama yang aki gunain malam itu. Pantas Mas Seungyoun daritadi selalu mempermasalahkan piyama yang aku pakai. (Aku bakalan lebih sering pake piyama itu loh, Mas! hehe)

Gerakan selanjutnya, mas seungyoun mulai buka satu persatu kancing piyama yang aku pake dan bikin aku bisa ngerasain dinginnya AC yang langsung mengenai tubuh bagian depanku. Ciuman berantakan yang kami lakukan membuat kami makin kehilangan pasokan oksigen dan aku memutuskan memutus tautan bibir kami sekaligus menghentikan gerakan tangan mas seungyoun yang membuka kancing piyama. Aku bilang ke mas seungyoun kalo aku malu dan mas seungyoun mengerti. Akhirnya mas seungyoun balik lagi cium keningku lama. (Adek suka mas cium kening adek!)

Aku gatau berapa lama kami diam tanpa pergerakan hingga akhirnya Mas Seungyoun ngubah posisi kami. Posisi mas seungyoun jadi diatas aku dan mas seungyoun malam itu keliatan ganteng banget, bahkan lebih ganteng dari aktor korea yang sering aku tonton. Aku ingat, aku sedikit terkejut dengan pergerakan mendadak mas seungyoun tapi aku tau bahwa ini hal biasa yang dilakukan pasangan yang baru menikah. Aku memejamkan mata, ketika bibir mas seungyoun mulai mencium beberapa bagian wajahku dari kening, dua mataku, ujung hidung, pipi kanan dan kiri, bibirku dagu serta sepanjang rahangku.

Mas Seungyoun kembali mencoba membuka kancing piyamaku hingga terlepas semua. Aku menggigit bibirku ketika bibir mas seungyoun turun menuju leherku yang aku ingat kecupan di leher meninggalkan bekas keesokan paginya dan membuat mas seungyoun meminta maaf sepanjang hari! (Aku suka kok hasil mas seungyoun malam itu). Kecupan itu terus turun ke bagian dada dan aku menjambak rambut mas seungyoun saat itu, membuat mas seungyoun meminta maaf.

Nafasku tertahan ketika mas seungyoun meminta izin untuk membuka celanaku. Celana teramat pendek yang masih melekat di badanku. Aku mengangguk sebagai jawaban dan detik berikutnya aku merasakan celanaku mulai ditarik mas seungyoun, aku mencengkram pundak mas seungyoun yang membuat pergerakan tangan mas seungyoun terhenti. Aku berusaha memanggil mas seungyoun karena pergerakannya dibawah sana terhenti dan yang selanjutnya aku terima adalah lumatan kasar di bibirku. Aku menjambak pelan rambut mas seungyoun karena ciuman itu terlampau berantakan dan menuntut dibanding ciuman kami sebeluknya. Selimut yang sebelumnya menyelimut tubuh kami sudah jatuh teronggok di lantai.

Jika aku tidak salah ingat, keadaan aku waktu itu masih menggunakan piyama yang semua kancingnya terbuka dan celana yang hanya terbuka hingga batas lutut. Sedangkan mas seungyoun yang sedari awal sudah bertelanjang dada, hanya menggunakan celana olahraga panjang. Mas seungyoun masih rapih dibandingkan dengan diriku yang sudah berantakan dengan beberapa bekas bibir mas seungyoun di leher dan dadaku.

Nafasku tersenggal, ketika mas seungyoun menjauhkan wajahnya bahkan menjauhkan dirinya dari tempatku berbaring. Mas seungyoun meminta izin untuk mengambil sebuah botol yang tidak sengaja aku temukan di laci dekat tempat tidur. Mas seungyoun membuka celananya dan membuatku memejamkan mataku karena aku malu dan jantungku berdebar cepat. Karena mataku terpejam, yang aku dengar hanya suara botol yanh dikocok untuk mengeluarkan isinya yang terdengar seperti sebuah lotion yang dicoba keluar dari botolnya lalu dibalurkan di kulit.

Mas seungyoun kembali naik ke atas tempat tidur dan menarik celanaku yang belum sepenuhnya terbuka. Mataku masih terpejam, jadi aku mengikuti pergerakan tangan Mas Seungyoun saja. Mas Seungyoun menekuk kakiku dan membukanya sedikit lebar, membuatku mencengkram sprei dibawahmu. Selanjutnya yang aku tahu, ada sensasi dingin di sekitar lubang analku. Jantungku semakin berdegup dan beberapa kali aku mengeratkan lubangku. Aku tidak tahu ekspresi mas seungyoun dan aku tidak mau bertanya juga.

Tangan mas seungyoun yang sebelumnya bermain di sekitar lubang analku tiba-tiba berhenti dan aku mencoba membuka mataku lagi dan mendapati mas seungyoun tepat dihadapanku sambil tersenyum sebelum mencium bibirku lagi. Aku mengalungkan tanganku di leher mas seungyoun ketika kami berciuman entah untuk yang keberapa kalinya.

Ciuman kami terputus ketika mas seungyoun berkata, “Dek... Kalo sakit, bilang mas ya? Kalo kamu mau mas berhenti, juga tolong bilang ya?“ Aku mengangguk sebelum akhirnya aku merasakan sesuatu yang tegang berusaha masuk ke dalam lubang analku.

Aku kembali memejamkan mataku. Jika bisa berteriak, aku sangat ingin berteriak tetapi aku tahan karena aku tahu jika aku berteriak maka mas seungyoun akan berhenti. Akhirnya aku sedikit merintih yang membuat mas seungyoun menghentikan usahanya memasukan kejantanannya seutuhnya ke dalam lubangku.

“Dek, sakit? Mau berhenti aja?”

Aku menggeleng. Dalam diriku, aku tidak ingin ini berhenti dan akhirnya aku meminta mas seungyoun kembali menciumku untuk mengalihkan rasa sakitku. Mas seungyoun mengikuti kemauanku dan menciumku sambil terus berusaha mendorong kejantanannya masuk lebih dalam ke lubangku yang berkedut sakit.

Mas seungyoun mengerang dalam ciumannya ketika seluruh kejantanannya berhasil menembus masuk ke dalam lubang analku. Malam itu aku menjadi milik mas seungyoun seutuhnya (Dek sejin milik mas seungyoun seutuhnya dan Mas seungyoun milik dek sejin sepenuhnya). Mas seungyoun tidak langsung menggerakan pinggangnya layaknya orang bercinta pada umumnya. Mas seungyoun membiasakan diriku dengan benda tersebut dalam tubuhku hingga rasa perihnya hilang.

Mas seungyoun mulai menggerakan pinggangnya ketika aku memberikannya izin. Aku tidak tahu seberapa tebal dinding apartment mas seungyoun, karena malam itu aku hanya mendengar desahanku dan erangan yang keluar dari mulut mas seungyoun. Aku juga tidak tahu jika bercinta bisa menyakitkan sekaligus senikmat ini. Gerakan yang dibuat Mas Seungyoun sejujurnya membuatku gila hingga aku mengeratkan pelukanku serta mengalungkan kakiku ke pinggang mas seungyoun.

Kalian boleh menyebut Lee Sejin gila atau apapun itu karena aku menyuruh Mas Seungyoun menambah kecepatan gerakan pinggangnya. Aku tidak tahu sensasi apa yang aku rasakan sebelum akhirnya kejantananku menyeburkan cairan kental berwarna putih yang mengotori perutku serta perut mas seungyoun.

Mas seungyoun mengurangi pergerakan pinggangnya ketika ia melihat diriku kelelahan setelah sampai pada kenikmatanku. Aku tahu, mas seungyoun belum sampai maka selanjutnya aku yang menggerakan pinggangku membantu mas seungyoun. Mas seungyoun terus meneriaki namaku malam itu dan aku suka. (Aku harap mas seungyoun bisa terus neriakin nama aku pas mas seungyoun ada diatasku! Hehe)

Malam itu aku bisa merasakan kejantanan mas seungyoun semakin tegang dan membesar di dalam lubang analku sehingga aku menjepit dan mengeratkan lubangku, membuat mas seungyoun berteriak memanggi namaku. Mas seungyoun mencengkram pinggangku dan bergerak semakin cepat untuk mencari kepuasannya. Tubuhku terhentak, tapi aku tidak protes. Aku ingin mas seungyoun bisa mencapi klimaks nya malam itu. Setelah beberapa saat, lubang analku menghangat karena akhirnya mas seungyoun mengeluarkan cairannya di dalamku.

Aku dan mas seungyoun mengatur nafas kami. Penyatuan tubuh kami belum terlepas dan mas seungyoun masih berada diatasku. Walaupun berat, aku tidak protes. Aku mengusap rambut mas seungyoun dan membuat mas seungyoun menatapku sebelum mencium keningku lama. Mas seungyoun beberapa kali merapalkan kata maaf dan terimakasih sebelum akhirnya melepaskan penyatuan tubuh kami.

Aku merasakan cairan kental milik mas seungyoun keluar dari lubang analku. Mas seungyoun memutuskan membersihkan lubang analku dengan handuk yang sudah dibasahi air hangat. Mas seungyoun sangat pelan dan hati-hati saat membersihkan lubang analku. Ia kembali meminta maaf karena tidak mempunyai obat untuk mengobati lubangku. Sebenarnya lubangku sakit, tapi aku dapat kenikmatan setara jadi aku tidak masalah.

Mas seungyoun menawariku untuk membersihk tubuhku sekalian tapi aku menggeleng. Aku bisa lihat jika mas seungyoun lelah, jadi aku tarik mas seungyoun agar kembali naik ke atas tempat tidur kami. Aku memeluk mas seungyoun. Mas seungyoun merapihkan selimut kami karena aku masih tanpa busana sedangkan mas seungyoun hanya menggunakan boxernya saja.

“Mas... Thank you for being gentle. I'm okay. Beneran engga sakit mas.... Aku seneng, banget”ucapku malam itu.

“Makasih juga ya dek... Makasih udah mau nerima mas jadi pasangan kamu, makasih untuk hari ini dan malam ini”ucap mas seungyoun sebelum kembali melumat bibirku sedikit kasar.

“Maaf dek... Bibir kamu bikin candu”ucapan mas seungyoun membuatku tersipu. Aku pun menyembunyikan wajahku di dada mas seungyoun.

Malam itu, aku tertidur sambil tersenyum. Bahkan hingga aku terbangun. Ketika aku sadar aku milik mas seungyoun seutuhnya. Aku senang dan terlampau bahagia, rasanya pagi itu aku enggan bangun dan ingin seharian berada di pelukan mas seungyoun. *_(Iya benar! Hari itu setelah mandi dan sarapan, aku benar-benar berada dalam pelukan mas seungyoun seharian!)**

(Oops! Mas seungyoun udah mulai ngulet kecil. Dia kayanya udah mau bangun. Tadi mas seungyoun sempat bangun, tapi setelah aku peluk lagi akhirnya dia balik pules hehe. Oke sampai ketemu di cerita kami selanjutnya ya!)

xposhie

First (4)


Hallo! Ini pengalaman pertama yang ke berapa ya? Si adek kemaren cerita pengalaman pertama kita berantem ya? Kalo inget itu, saya nyesel senyesel nyeselnya. Tapi saya janji, engga mau bikin si adek nangis lagi.

Oh iya! Ini saya lagi ya, Mas Seungyoun! Ambil alih tugas ade duluan. Kebetulan adek udah tidur, kita masih bulan madu. Sebentar, saya rapihin selimut ade dulu kasian nanti kedinginan soalnya dia engga pake apa-apa.

(Mas, TMI mas.... -kapila)

Aduh maaf ya...

Yaudah saya mulai aja. Jadi, malam itu setelah resepsi dan segala macamnya mungkin karena kecapean jadi si adek tidur duluan. Waktu saya selesai mandi, dek sejin udah tidur tapi lupa matiin lampunya. Saya akhirnya matiin lampu tidur dekat dek sejin dan ekhem saya beraniin diri meluk dek sejin dari belakang untuk pertama kalinya.

Waktu itu, karena posisi si adek membelakangi sisi tidur saya jadi saya cuma bisa meluk dia dari belakang. Bohong kalo saya bilang saya “engga mau”, tapi saya tetep menghormati adek sebagai pasangan saya. Malam itu, yang saya ingat dek sejin wangi banget! Padahal sabun dan shampo yang kami pakai itu sama hehe.

Maaf ya dek, waktu itu mas ganggu tidur adek ya? Soalnya pas mas peluk adek dari belakang dan maaf cium adek, tiba-tiba adek kebangun dan nengok kearah mas. Waktu itu mas inget banget, muka kamu ketakutan. Tapi apa yang kamu lakuin selanjutnya bikin mas kaget sekaligus senang soalnya kamu balik badan dan balik meluk mas.

“maaf ya mas... aku ketiduran”itu kata pertama yang dek sejin ucapkan setelah meluk saya. Posisinya dia meluk saya, tapi kepalanya ngumpet di dada saya.

Waktu itu, karena saya gemas karena engga bisa lihat muka adek akhirnya saya ngelakuin suatu hal yang buat dek sejin lihat saya. Cara yang saya pake itu cium kening dek sejin, agak lama. Jadi adek kaget dan akhirnya ngeliat ke saya. Walaupun kamar saya ralat kamar kami gelap tapi saya bisa lihat muka adek waktu merah, mungkin karena malu.

Saya senyum ke adek waktu itu, (Maaf ya dek, senyum mas engga seindah senyum aktor korea yang kamu sering liat itu) habis senyum saya beraniin diri buat cium bibir adek. Sebelumnya saya udah minta maaf kok ke Tuhan, saya juga engga tau kenapa. Dek Sejin masih ngeliatin saya setelah kecupan singkat itu dan bikin saya pengen cium adek lagi (Maafin mas ya dek...).

Agak lucu, tapi saya inget banget waktu itu saya tarik nafas panjang buat cium adek lagi dan ini agak lama sampe saya ngerasa adek cengkram lengan saya. Saya akhirnya mutusin bibir kami karena saya ngerasa adek engga nyaman. Tapi.... Lagi-lagi saya dibuat kaget karena adek narik leher saya dan kali ini adek yang cium saya duluan.

Saya gatau, adek belajar ciuman darimana kalo saya tanya katanya karena suka nonton drama korea! (Makasih ya drama korea hehe). Setelah itu, saya tarik badan adek biar semakin dekat sama saya. Saya coba sebisa mungkin engga buat adek ngerasa tidak nyaman. Tetapi karena waktu itu yang saya terima adalah tarikan kecil dirambut saya, akhirnya saya beraniin buat usap punggung adek.

Jujur, saya tidak ingat detailnya seperti apa dan bagaimana sehingga saya berani untuk usap perut adek dari dalam baju tidurnya. Waktu itu, jika nafas kami sudah hampir habis maka kami akan melepaskan ciuman kami dan melanjutkannya kemudian. Malam itu, baju yang digunakan adek sama kayak yang adek gunain malem ini dan itu buat saya ingat malam pertama kami. (Maaf ya dek, mas padahal janji engga main eh tadi jadinya main).

Balik lagi ke malam itu. Saya ingat jika saya mulai buka kancing piyama adek satu persatu dan saat mencapai kancing keempat, adek nahan tahan saya dan bilang “mas, aku malu...” dan itu benar-benar buat saya senyum sampe sekarang kalo ingat. Saya cium kening adek lama dan milih tidak melanjutkan membuka kancing piyama si adek.

Kami masih terdiam sampai saya ngerasa benar-benar engga kuat. Saya mengubah posisi kami yang tadinya berhadapan menjadi saya berada diatas adek (Maaf ya dek bikin kamu takut waktu itu). Saya mulai kecup beberapa bagian wajah adek dari kening, dua mata dek sejin, ujung hidung, pipi kanan dan kiri, bibir adek, dagu serta sepanjang rahang adek.

Bagian ini saya ingat, saya usap perut adek dan kembali mencoba membuka kancing piyama adek. Sedangkan adek menutup matanya, tetapi tangannya mengusap perut saya hingga ke bagian dada saya dan adek melingkarkan tangannya di tengkuk saya. Saya tersenyum, mata adek masih terpejam dan sesekali adek mengigit bibirnya. Seluruh kancing piyama adek sudah berhasil saya buka dan saya kembali meminta maaf pada Tuhan sebelum saya mengecup tubuh adek dari leher hingga ke dadanya. Kecupan saya berhenti di dada karena adek yang tiba-tiba menjambak rambut saya pelan.

Saya mengucapkan kata maaf berkali-kali, karena saya merasa bersalah tidak meminta izin terlebih dahulu tetapi jawaban adek membuat saya tenang, “engga apa-apa mas... lanjutin aja”ucap adek pelan masih dengan mata terpejam. Saya kembali mencium dada hingga perut rata adek, meninggalkan dua benda kembar di dada adek. Saya mulai mendengar desahan yang teramat kecil keluar dari bibir adek ketika bibir saya sampai di perur rata adek.

“Dek, mas izin buka celana kamu. Boleh?“Izin pertama yang terucap dari bibir saya malam itu dan adek mengangguk sebagai jawaban. Gerakan saya teramat pelan untuk membuka celana teramat pendek yang adek gunakan. Tangan saya terhenti karena adek tidak menggunakan lapisan kedua, “mas....“ucapan adek membuat saya kembali tersadar dan saya akhirnya melihat ke arah adek yang sudah membuka kedua matanya. Saya memutuskan kembali mencium bibir adek, kali ini sedikit kasar karena saya mendengar adek mengerang kesakitan (Mas minta maaf sekali lagi ya, dek).

Selimut yang semula menyelimuti tubuh kami sudah lama teronggok di lantai dingin kamar kami. Entah sudah berapa lama kegiatan kami di atas tempat tidur. Izin kedua saya ucapkan ketika saya hendak membuka celana serta mengambil sebuah botol yang memang sudah saya persiapkan (maaf ya dek, mas engga pernah cerita kenapa maa punya itu). Saya kembali tersenyum ketika saya kembali naik ke kasur tetapi adek kembali memejamkan matanya.

Saya mengecup seluruh wajah adek lagi, perlahan adek membuka matanya dan tersenyum “aku malu mas...“ucapan adek malam itu buat saya tertawa pelan, sambil tertawa saya mempersiapkan apa yang perlu saya persiapkan.

“Dek... Kalo sakit, bilang mas ya? Kalo kamu mau mas berhenti, juga tolong bilang ya?“Dek sejin mengangguk dan saya mulai mempersiapkan kebangaan saya.

“Mas....”

“Dek, sakit? Mau berhenti aja?”

Sepenggal percakapan kami berdua malam itu. Dek Sejin menggeleng dan menatap saya sayu, “Mas... cium aku.... kata orang bisa ngalihin rasa sakit”aku tersenyum, entah sudah senyum keberapa kali malam itu. Saya mengikuti kemauan dek sejin dengan tetap melakukan pergerakan dibawah sana.

“Nghhh.... Mas”Dek sejin melepas tautan bibir kami, penyatuan tubuh kami sudah berhasil kami lakukan. Saya mengambil nafas panjang tanpa melakukan pergerakan sedikitpun.

“Saya bergerak kalo kamu udah terbiasa, ya?“Dek sejin mengangguk dan saya kembali tersenyum. Saya merapihkan anak rambut dek sejin yang berantakan, membuat dek sejin tersenyum, “mas bergerak aja...“ucapnya terlampau pelan. Saya mengangguk dan mulai menggerakan pinggang saya. Dek Sejin mencakar punggung saya sambil mengeluarkan suara yang membuat saya ingin mempercepat pergerakan saya dibawah sana.

“Mas... Ah... Mas... Hiks”Saya kaget karena Dek Sejin nangis, saya memperlambat pergerakan saya sambil merapalkan kata maaf dan sayang.

“Dek... Maaf ya.... Mas minta maaf banget... Kita mau udahan aja?“saya bertanya dan dek Sejin menggeleng.

“Nghhh... Sakit mas... Aw... Ah... Tapi mas jangan berhenti.... Nghhh...“Saya kembali menggerakan tubuh bagian bawah saya dan pergerakan adek selanjutnya kembali membuat saya kaget.

(Maaf ya banyak kagetnya, karena ini pengalaman pertama).

Dek Sejin mengalungkan tangannya di leher saya dan kakinya dipinggang saya. Tepat di sebelah telinga saya, Dek Sejin berkata “Mas... Nghhh... Lebih... Ahhh.... Cepet...” seperti mendapat lotre, saya senang dan mulai menambah kecepatan pergerakan di bawah sana.

“Dek... Nghhh.... Dek Sejin.... Ahhhh”Saya rasa saya tidak sadar malam itu karena berteriak terlalu keras.

“Nghhh... Mas seungyoun... Nghhh... Mas.. Disitu terus... Nghhh...“Dek Sejin mengerang? Mendesah? Menangis? Entah saya juga tidak tau karena tidak dapat melihat langsung ekspresi dek Sejin malam itu.

“Mas... Aku nghhh.... mau pipis... Ahhh...“Saya tau apa yang harus saya lakukan, saya menambah kecepatan pergerakan tubuh bagian selatan kami berdua dan membuat Dek sejin semakin mempererat pelukan di tengkuk saya serta lubang dek sejin yang semakin menjempit benda kebanggaan saya.

“Mas!!! Ah.... Mas seungyoun... hhh... hhhh.... hhh...“Saya mengurangi pergerakan pinggang saya setelah merasakan cairan hangat membasahi perut saya maupun perut dek sejin.

“Maaf... mas jadi kotor... hhhh”Dek Sejin menoleh kebawah dan melihat pergerakan saya yang mulai melambat. Saya belum mencapai kepuasaan saya, tetapi saya tetap menghargai dek sejin yang masih harus mengatur deru nafasnya.

Dek Sejin menatap saya sebelum menarik saya dalam lumatan yang cukup kasar dan berantakan. Dek sejin menggerakan pinggangnya, berlawanan arah dengan pergerakan pinggang saya. Saya mencengkram pinggang dek sejin ketika saya merasa pelepasan saya semakin dekat (Mas minta maaf untuk kesekian kalinya ya dek, karena pas pagi mas liat pinggangmu merah karena tangan mas...)

Dek Sejin masih menggerakan pinggangnya dan masih mencium saya. Saya pun demikian. Saya melepaskan tautan bibir saya dan dek sejin lalu saya semakin mempercepat pergerakan pinggang saya dan mencium leher dek sejin yang menyebabkan munculnya bercak keungunan keesokan paginya. Saya mengerang kencang ketika saya sampai pada pelepasan saya malam itu di dalam lubang milik Dek Sejin.

Saya dan Dek sejin terengah. Saya masih menahan beban berat tubuh saya diatas tubuh Dek Sejin dengan kejantanan saya yang masih diam di dalam lubang hangat milik Dek Sejin. “Mas....“saya mengangkat wajah saya ketika Dek sejin mengusap rambut saya.

Saya mencium bibir dek sejin dan merapalkan kata terimakasih serta maaf, “kenapa mas minta maaf? mas engga nyakitin aku kok...“ucapnya sambil mengusap pipi saya. Pelan, saya mencabut kejantanan saya yang membuat cairan cinta saya keluar dari lubang milik dek sejin.

“Sakit?“tanya saya dan dek sejin menggeleng, “Engga! Mas engga nyakitin aku dan aku engga apa-apa”ucapnya meyakinkan.

“Mas bersihin dulu ya?“Saya berjalan ke kamar mandi untuk memgambil handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat dari kamar mandi.

“Maaf ya dek...“Kembali saya berucap saat membersihkan lubang dek sejin yang masih mengeluarkan cairan putih kental. Dek Sejin tersenyum dan mengusap tangan saya.

“Mau mandi aja?“Saya membersihkan cairan di sekitar perut dek sejin dan dek sejin menggeleng.

“Tidur aja yuk mas? Mas pasti capek kan?“tanyanya dan saya mengangguk pelan, karena badan saya benar-benar terasa lelah.

Setelah memastikan dek sejin sudah bersih, saya pun masuk kembali ke dalam selimut dan menarik dek sejin pelan untuk masuk ke dalam pelukan saya.

“Besok mas beliin obat oles di apotik ya? Kalo besok kamu engga bisa bangun engga apa-apa, biar mas yang gendong kamu kalo kamu mau mandi atau keluar kamar”Dek sejin tersenyum lalu mengecup singkat bibir saya.

“Mas... Thank you for being gentle. I'm okay. Beneran engga sakit mas.... Aku seneng, banget”ucapnya masih terus mengusap pipi saya.

“Makasih juga ya dek... Makasih udah mau nerima mas jadi pasangan kamu, makasih untuk hari ini dan malam ini”ucapku sebelum melumat bibir dek sejin sedikit kasar.

“Maaf dek... Bibir kamu bikim candu”Dek sejin menyembunyikan wajahnya di dada saya karena malu dan saya memeluk Dek Sejin erat sambil mengusap punggungnya malam itu.

Malam itu adalah malam terindah dalam ((hampir)) tiga puluh tahun hidup saya (maaf ya bu, mas seungyoun tetep sayang ibu kok).

(Maaf ya ceritanya kepanjangan! Sebenarnya ada beberapa detail yang saya lupa. Tapi sudah saya usahakan untuk cerita seingat dan sedetail mungkin kok! Mungkim setelah ini kisah kami akan lebih banyak di ceritakan dek sejin ya. Saya mau pamit tidur dulu, karena kayanya dek sejin udah sadar kalo saya engga ada disebelahnya. Terimakasih!)

xposhie

First (3)


Selamat pagi (dari sini)! Mas seungyoun ngambil lapak aku ya buat cerita? Dia cerita apa aja? Kalo kalian engga mau kasih tau, yaudah nanti aku tanya ke Mas kSeungyoun aja. Semoga dia mau ngasih tau aku.

Btw, Mas Seungyoun masih tidur soalnya ini masih jam setengah enam. Sebelum jam bangun, Mas Seungyoun bakalan susah bangun jadi sekarang aku mau cerita lagi ya.

Sebentar, Mas Seungyoun kenceng banget meluk aku dari belakang. Aku benerin posisi dia dulu ya!

Yaudau biarin aja Mas Seungyoun begini, susah dipindahin soalnya aku gakuat! Aku kali ini mau cerita tentang pertengkaran pertama kita.

Kalian jangan mengira kehidupanku dan Mas Seungyoun selalu indah ya karena terkadang masih ada berantem kecil kok. Kayak waktu itu, pas aku baru sebulan nikah sama Mas Seungyoun.

Kalian ingatkan? Aku dan Mas Seungyoun engga sempat bulan madu karena pekerjaan Mas Seungyoun. Jadi ceritanya waktu itu Mas Seungyoun sering lembur dan pulang malam. Beberapa kali aku bahkan sampai ketiduran karena nunggu Mas Seungyoun pulang.

“Mas... mau makan dulu? Aku udah masak. Biar aku panasin dulu”Malam itu, Mas seungyoun menolak masakanku dan aku memaklumi hal itu.

Beberapa hari setelahnya, Mas Seungyoun pulang tidak terlalu malam tapi sikapnya cukup membuatku harus mengurut dada. Karena saat pulang Mas Seungyoun sembarangan meletakan sepatu, tas bahkan jas yang digunakannya.

“Mas, ganti baju dulu... Nanti kasurnya kotor”ucapanku diabaikan Mas Seungyoun. Hingga akhirnya aku meninggalkan Mas Seungyoun untuk merapihkan sepatu, tas dan jas yang semula ia gunakan.

Aku masuk kembali ke kamar dan memutuskan membuka baju yang Mas Seungyoun gunakan. Aku bahkan membasuh badan Mas Seungyoun agar tidak lengket karena keringat. Malam itu, aku menahan tangisku.

Puncaknya, seminggu kemudian dari kejadian terakhir. Mas Seungyoun malam itu sibuk mencari dokumen yang lupa ia letakan. Beberapa hari yang lalu aku memang sempat merapihkan ruang kerja Mas Seungyoun, tapi jujur aku tidak melihat dokumen yang mas seungyoun maksud.

“Kamu tuh dirumah ngapain aja sih?“ucapnya kasar malam itu.

Aku mengakui aku hanya dirumah saja dan tidak bekerja. Tapi aku rasa Mas Seungyoun cukup keterlaluan malam itu.

“Sejin! Kamu kemaren rapihin ruang kerja aku kan? Masa engga liat sih dokumen dalam map coklat?“Aku terkejut mendengar suara teriakan Mas Seungyoun dari dalam ruang kerjanya. Aku pun menghampiri Mas Seungyoun untuk menjelaskannya.

“Aku ngerapihin meja mas, tapi aku engga liat ada map coklat kok mas”Aku ingat, malam itu suaraku bergetar. Aku lihat Mas Seungyoun, matanya merah karena emosi.

Malam itu, suasana apartment hening. Aku sempat terbangun tengah malam dan aku tidak menemukan Mas Seungyoun di sebelahku. Tanpa sadar, malam itu aku menangis.

Pagi hari, aku menemukan Mas Seungyoun tertidur di sofa. Aku memutuskan membuatkan sarapan karena jam belum menunjukan waktu bangun Mas Seungyoun.

“Anjir gue kesiangan!“aku terkejut mendengar teriakan Mas Seungyoun.

“Mas sarapan dulu”Lagi, aku diabaikan. Mas Seungyoun tidak melihat kearahku sama sekali pagi itu bahkan mengabaikan sarapan yang sudah aku buat.

Aku kembali menangis dan siang itu aku memutuskan pulang ke rumah orang tuaku. Ibu dan Bapak menanyakan kenapa aku pulang siang itu dan aku berbohong kalo aku rindu ibu dan bapak. Aku juga berbohong bahwa aku sudah izin Mas Seungyoun untuk menginap tiga hari dirumah.

“Dek... Ada masmu”aku menoleh dan mendapati ibu mendatangi kamarku. Hari itu sudah hari ketiga aku berada dirumah orang tuaku.

“Mas mau minum apa? Biar aku ambilin”Aku berusaha semaksimal mungkin tidak beradu tatap dengan Mas Seungyoun malam itu.

“Apa aja dek”ucapnya malam itu.

Aku dan Mas Seungyoun duduk di ujung kasurku. Hampir lima belas menit, kami berdua hanya terdiam.

“Dek.... Mas mau minta maaf”itu perkataan pertama Mas Seungyoun. Aku diam dan kembali menangis mengingat kejadian tiga hari lalu.

“Dek....“Mas seungyoun menariku ke dalam pelukannya dan tangisku semakin menjadi.

“Maafin mas ya, dek... Kamu mau hukum mas apa aja engga apa-apa. Tapi please jangan nangis, air mata kamu terlalu berharga buat nangisin orang kayak mas”tangisku semakin menjadi, aku memeluk Mas Seungyoun erat, sangat erat.

Aku menangis dalam pelukan Mas Seungyoun cukup lama. Hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.

“Mas... Mau nginep sini?“tanyaku sambil sesekali terisak. Mas Seungyoun tersenyum.

“Tapi kasurku kecil, engga segede di apartment Mas Seungyoun”ucapku lagi.

“Engga apa-apa, enak. Malahan bisa deket kamu sama peluk-pelukin kamu. Aku kangen tiga hari engga bisa peluk kamu”ucapnya sambil mencubit kedua pipiku.

“Maaf ya mas... Aku pergi engga bilang-bilang”ucapku dan Mas Seungyoun menggeleng.

“Kamu engga perlu minta maaf. Disini aku yang salah. Kamu udah baik, sangat baik jadi pasangan aku. Maafin aku yang banyak kurangnya ya?“tanyanya dan aku mengangguk.

“Yaudah Mas Seungyoun tidur. Besok harus ke kantor kan?“tanyaku dan dibalas tawa oleh Mas Seungyoun.

“Besok sabtu dek! Aku bisa seharian dirumah sama kamu”ucapnya meledek.

“Engga bisa mas... Kan ada bapak sama ibu”ucapanku menghentikan tawa Mas Seungyoun.

“Yaudah besok habis sarapan kita pulang aja, biar kita bisa quality time berdua. Gimana mas?”

“Ya... Masa mas nolak?“ucapnya tersenyum.

Malam itu. Di kasur single bed kami berdua tertidur. Sebelum tidur, kami menceritakan hal-hal yang kami lewati selama tiga hari kemarin. Aku dan Mas Seungyoun berjanji, bahwa pertengkaran itu adalah yang pertama dan terakhir kali bagi kami.

“Kamu ngapain sih dek? Sibuk banget sama handphone”

Eh Mas seungyoun udah bangun! Aku harus merhatiin bayi besarku dulu. Sampai ketemu di cerita selanjutnya ya!

xposhie

First (2).


Hai! Mas Seungyoun balik lagi. Maaf ya saya sok asik manggil diri saya Mas Seungyoun, soalnya si adek sukanya manggil saya pake sebutan itu jadi saya suka pake banget panggilan itu. Oiya si adek udah tidur, capek kayanya habis jalan-jalan seharian. Kalo tadi siang kalian udah tau cerita pertemuan saya dan dek sejin, kali ini saya mau lanjut ke pernikahan kita.

Waktu dari pertemuan pertama sampai kita menikah, engga sampai satu tahun yang jelas. Jaraknya hanya sekitar lima hingga enam bulan, saya lupa pastinya. Kalau kalian taya ke dek sejin, sepertinya dia ingat. Bukannya saya tidak mau mengingat, bagi saya yang penting saya nikah dengan dek sejin hehe.

Nikahan kami sederhana, yang saya undangan cuma teman-teman kantor atau teman-teman dekat saya yang tidak satu kantor. Rata-rata dari mereka meneriaki saya karena mereka kira saya selama ini punya pacar tetapi tidak pernah memberitahu. Beberapa diantara mereka kaget karena pernikahan saya yang terkesan mendadak, Teman saya ramai, sampai-sampai membuat dek sejin bingung waktu itu.

Lanjut ke inti cerita saja ya? Jadi acara kami benar-benar selesai jam sepuluh malam, Waktu itu, saya tidak punya cukup waktu untuk pergi bulan madu. Saya hanya dapat jatah cuti tiga hari yang saya ambil H-1 pernikahan serta sisanya setelah pernikahan. Malam itu juga, saya mengendarai mobil sendiri ke apartment saya. Kebetulan beberapa hari yang lalu, barang-barang dek sejin sudah lebih dahulu di antar ke apartment saya.

“Masuk dek, koper kamu udah ada dikamar utama ya. Tapi maaf, belum sempat saya rapihkan dan masukan ke dalam lemari. Takutnya engga sopan”

Dek Sejin menoleh kearah saya, wajahnya lelah tetapi masih bisa tersenyum. Saya mempersilahkan dia untuk masuk ke kamar utama terlebih dahulu. Memberikan dia waktu untuk sekedar berbaring sebentar atau langsung berganti pakaian. Sedangkan saya waktu itu langsung pergi ke dapur untuk menyeduh dua cangkir coklat panas. Karena kata ibu, bisa membuat tidur lebih nyenyak.

Saya sedang asik menggumamkan sebuah lagu sambil menunggu air mendidih ketika suara kecil sedikit mengangetkan saya. Dek sejin, dengan langkah kecil dan malu menghampiri saya, “maaf mas, kayanya aku lupa masukin handuk sama peralatan mandi yang lain”ucapnya waktu itu. Aku tersenyum sambil mengusak puncak kepalanya. Aku menyuruhnya untuk menunggu sebentar, menunggu air benar-benar mendidih.

Setelah menuangkan air panas ke dalam cangkir yang sudah kupersiapkan, aku menemani dek sejin ke kamar untuk mengambil handuk serta peralatan mandinya.

“Tempat handuk bersih disini ya dek. Kalo tempat peralatan mandi yang baru ada di laci sebelah sini. Kamu ambil aja ya?“saya dapat melihat anggukan kecil dari dek sejin.

“Iya mas. Maaf ngerepotin... Besok saya minta ibu untuk antarkan handuk sama beli peralatan mandi”ucapnya pelan yang membuat saya tersenyum.

“Dek, saya suami kamu loh. Barang dirumah ini barang saya semua, itu tandanya barang kamu juga ya? Engga usah ambil handuk atau beli peralatan mandi baru. Milik saya itu milik kamu juga”seingat saya, malam itu saya berkata hal seperti ini.

“Makasih mas....“ucapnya sambil tersenyum.

Saya pun memutuskan keluar dari kamar mandi serta kamar tidur utama. Saya mengambil dua buah cangkir berisi coklat panas dan meletakannya di meja di depan televisi. Dek sejin keluar dua puluh menit selanjutnya.

“Mas mau mandi? Biar aku siapin air panas sama baju ya?“ucapnya tetapi malam itu saya menggeleng dan menyuruhnya duduk di sebelah saya.

“Kamu masih takut ya sama saya? Kenapa duduknya masih jauhan?“ucap saya selembut mungkin dan dek sejin pun merapatkan jaraknya dengan saya.

“Mas buat coklat panas, diminum dulu biar tidurnya nyenyak...“Dek sejin tidak berkata apapun. Keadaan hening diantara kami berdua, hanya ada suara televisi yang saya lupa sedang menyiarkan apa malam itu.

Coklat panas kami berdua sudah tandas, dek sejin pun meminta izin untuk mencuci kedua gelas tersebut. Pandangan saya tidak berkedip sedikitpun. Dek sejin dengan setelan pakaian tidurnya. Saya suaminya, tapi rasanya saya merasa bersalah melihat pemandangan di hadapan saya. Saya pun memutuskan untuk kekamar utama untuk mandi dan menetralkan fikiran saya.

”.....eh”

“eh... maaf mas”

Saya dan dek sejin sama-sama merasa terkejut karena saya yang tanpa pakaian dengan tenangnya keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk meliliti bagian pinggang ke bawah saya. Sedangkan dek sejin yang sudah duduk diatas tempat tidur jadi merasa canggung.

“Maaf mas... AKu harusnya minta izin dulu naik ke kasur. Tapi aku udah naik duluan”ucapnya dengan gerakan hendak turun dari kasur.

“Engga apa-apa. Kamu engga harus selalu minta izin sama saya. Ini apartment kamu juga sekarang ya? Jadi kamu mau tidur di sisi kanan atau kiri?“Dek sejin menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa memandang saya sama sekali.

“Kanan saja ya mas?“ucapnya dan saya mengangguk.

“Ah iya.... Saya kalo tidur tidak pakai kaos. Kamu engga apa-apa kan?“saya berusaha sekuat tenaga berbicara tenang malam itu walaupun jantung saya rasanya mau copot. Saya tidak mendengar jawaban dek sejin sehingga saya menoleh dan melihat dek sejin menunduk sambil memainkan ujung selimut.

“Dek?”

“Hah? Eh iya mas, engga apa-apa. Senyamannya mas aja”ucapnya malu.

Saya mengangguk. Setelah memakai celana tidur dan meletakan handuk basah pada tempatnya, saya pun mematikan lampu kamar. Saya sedikit melirik dan melihat dek sejin tidur menghadap ke kanan, memungguni sisi tempat tidur saya. Entah malam itu ia sudah tidur atau belum, saya tidak pernah menanyakannya.

Pelan tapi pasti, saya menaiki kasur. Malam itu dek sejin lupa mematikan lampu tidur yang berada di dekatnya, sehingga memaksa saya harus sedikit mengungkungnya untuk dapat mematikan lampu tidurnya. Sekali lagi, saat ini saya tidak tahu apakah dek sejin sudah tidur atau belum.

Saya pun menarik sisi selimut saya. Saya sempat ragu sebelum akhirnya saya memeluk dek sejin dari belakang. Tubuhnya menegang karena terkejut dan dari sini saya tau jika dek sejin belum tertidur malam itu.

Saya dan dek sejin belum pernah sedekat ini, jarak kami kurang dari 30 cm. Saya dapat mencium aroma sabun mandi yang dek sejin gunakan yang sama persis dengan punya saya.

Maaf saya putus ceritanya, cerita saya ngebosenin ya? Maaf ya, sebelumnya saya sudah bilang kalo saya tidak sepandai dek sejin dalam hal bercerita. Saya lanjutkan nanti lagi ya... Layar ponsel saya cahayanya ganggu dek sejin tidur soalnya.

xposhie

First.


Ekhem...

Check...

Satu...

Dua...

Tiga...

Hallo! Saya Seungyoun. Iya, boleh kok. Kalian boleh manggil saya mas seungyoun kayak dek sejin manggil saya. Semalem saya udah janji kan mau gantian cerita. Tapi sebelumnya saya mau minta maaf, soalnya pasti tulisan saya engga sebagus tulisan dek Sejin. Maklum, dikantor juga biasanya cuma tanda tangan aja, kalo tulis menulis saya serahin ke asisten atau sekretaris saya.

Jadi... mendingan kita cerita darimana ya? Engga mungkin kan saya kalo saya langsung cerita malam pertama saya sama dek sejin. itu bakal saya ceritain kok beneran, tapi nanti belakangan ya. Saya mau ceritain dulu pertama ketemuan sama dek sejin.

Dek Sejin itu jauh lebih muda dari saya. Tapi tenang, saya engga terlihat seperti om-om kok kalo jalan sama dek sejin. Walaupun udah berumur, tapi saya tetep awet muda kok. Dek Sejin aja bilang gitu ke saya, katanya “Mas engga keliatan kayak mau tiga puluh. Aku kira mas baru lulus kuliah” Saya engga tau dia bilang gitu jujur atau demi menjaga perasaan saya, tapi yang jelas saya senang.

Kan, saya jadi muter-muter ceritanya. Jsdi balik lagi ya, saya sama dek sejin nikah karena perjodohan. Orang tua saya sama dek sejin udah temenan sejak SMA. Saya aja bingung, orang tua saya kenapa engga jodohin saya dari dulu kalo dijodohin sama orang kayak Dek Sejin gitu. Tapi saya mikir, kalo daridulu saya nikah sama Dek Sejin nanti saya dikira nikahin anak dibawah umur karena Dek Sejin emang selucu itu.

Jadi setelah saya ketemu saya dek sejin hari itu (maaf saya lupa tanggalnya), saya pergi berdua aja sama dek sejin dan orang tua kita juga pergi sendiri, katanya mau reuni dan sampai sekarang saya gatau kalo mereka beneran reuni atau engga. Hari itu saya ajak dek sejin makan, mau ajak nonton tapi engga ada film bagus. Saya juga ajak dek sejin ke taman kota, maksudnya biar bisa ngobrol banyak soalnya kalo di Mall terlalu ramai dan berisik.

Hari itu, saya tau kalo Dek Sejin sebenarnya orang yang ceria, bahkan terkadang bisa berisik, Tapi kalo ketemu saya orang baru, Dek Sejin emang cenderung pendiam. Hari itu saya juga tau, kalo Dek Sejin itu belum pernah pacaran dan sempat marah sama orang tuanya pas tau mau dijodohin. Tapi Dek Sejin langsung diem pas saya tanya, “Trus sekarang dek sejin masih marah karena tau dijodohin sama saya? Dek Sejin bisa nolak kok kalo dek sejin engga suka sama saya”.

Malem itu saya engga bisa tidur, nyesel karena nanya hal kayak gitu. Tapi akhirnya saya bisa tertawa, puas banget, karena keesokan harinya, bapak bilang kalo Dek Sejin menghubungi bapak untuk minta nomer ponsel saya. Gemes kan? Sama saja juga! Rasanya, saya mau nyamperin ke rumah dek sejin pagi itu juga, kebetulan saya sudah tau rumah dek sejin karena semalam saya yang mengantar dek sejin sampai ke rumah.

Akhirnya pagi itu saya yang chatting Dek Sejin duluan, saya minta maaf karena pertanyaan saya kemarin. Jawaban dek sejin bikin saya lompat-lompat dikasur dan dimarahin ibu, karena anak lelaki umur hamoir 30 tahun kok masih suka lompat-lompatan dikasur kayak anak umur tiga tahun. Jawaban Dek Sejin yang masih saya ingat sampe sekarang, “Kenapa mas minta maaf? Seharusnya aku yang minta maaf ke mas karena engga jawab pertanyaan mas kemaren. Trus buat salah paham, makanya aku minta nomer mas ke bapak tapi bapak cuma punya nomer bapaknya mas seungyoun aja”

Akhirnya setelah hari itu, intensitas kita chatting semakin sering. Bahkan kalo bisa, saya engga tidur malam biar bisa chatting terus menerus sama dek sejin. Tapi engga mungkin, karena saya harus memastikan dek sejin tidur nyenyak setiap malam. Setelah pertemuan pertama kami, akhirnya datang pertemuan kedua. Hari itu orang tua kami membicarakan kelanjutan hubungan kami karena ternyata kedua orang tua dari kedua belah pihak sudah tau jika kami berdua sudah intens berhubungan lewat chat.

Saya hari itu kaget karena Dek sejin duluan yang jawab pertanyaan yang diajukan orang tua kami. Jawabannya buat saya engga bisa berhenti senyum. Dek Sejin bilang, “Aku terserah mas seungyoun mau lanjut atau tidak. Tapi kalo mas seungyoun mau aku jujur, jujur aku nyaman beberapa minggu ini walau cuma chatting aja. Aku nyaman sama semua perilaku mas seungyoun ke aku”

Siang itu, Dek Sejin telalu banyak menunduk, sepertinya malu karena aku bilang kalo aku juga nyaman sama dia dan aku mau ngelanjutin hubungan ini. Bapak sama ibu hari itu mutusin buat ngasih waktu lagi ke kita berdua untuk pergi berdua. Aku mutusin buat ajak dek sejin ke apartment saya. Ya, mungkin memperkenalkan calon rumahnya jika nanti jadi nikah sama saya.

Saya beberapa kali bilang ke dek sejin agar menganggap apartment saya seperti rumahnya sendiri. Hari itu, hingga waktu menunjukal pukul delapan malam, kami membicarakan banyak hal. Salah satunya, membicarakan tentang pernikahan. Kami berdua antusias sangat.

Pertemuan kedua kami berlanjut ke pertemuan ketiga dan saya dengan percaya diri hari itu mengatakan ingin menikahi dek sejin. Saya mengatakan semua hal yang sudah saya bicarakan sebelumnya dengan dek sejin dan tentunya dengan kedua orang tua saya juga. Orang tua dari kedua belah pihak menyetujuinya. Akhirnya kami menentukan hari pertunangan dan hari pernikahan.

Singkat kan? Iya hari pertemuan kami hingga hari pernikahan kami tergolong cepat dan singkat. Tapi saya dan dek sejin selalu berharap, agar pernikahan kami langgeng dan panjang umur sampai mau yang dapat memisahkan kita berdua.

Bentar.... Dek sejin manggil saya! Saya pergi dulu ya. Nanti malam saya janji akan balik lagi, nyeritain yang mau saya ceritain ke kalian. Iya itu... Kalian pasti tau kok! Hehe

xposhie

Honeymoon.


Hai! Ketemu lagi sama aku, Sejin. Sebelumnya kalian udah pernah ketemu aku pas usia pernikahanku dan Mas Seungyoun menginjak dua bulan. Sekarang pernikahan kita sudah menginjak usia keempat bulan.

Kebetulan aku lagi nunggu Mas Seungyoun pulang kerja. Aku udah selesai masak dari sore dan tinggal manasin buat nanti makan malam. Aku sekarang lagi sibuk milih baju buat aku dan mas seungyoun bawa liburan.

Mas seungyoun bilang ini bulan madu, karena empat bulan lalu kita belum sempat bulan madu. Empat bulan lalu, Mas Seungyoun lagi sibuk-sibuknya jadi cuma dapat jatah cuti tiga hari itu juga dipake buat bantuin aku pindahan.

Jadi, sekarang pas Mas Seungyoun punya waktu sedikit luang akhirnya Mas Seungyoun mutusin buat bulan madu. Kalo aku nyebutnya liburan, karena aku masih malu untuk nyebut bulan madu.

Aku beberapa kali harus bolak-balik karena lupa untuk mengambil barang yang diperlukan. Satu koper untuk dua orang, itu juga kemauan Mas Seungyoun soalnya katanya “Buat apa dipisah-misah toh kita udah jadi satu” dan iya aku nurut sama Mas Seungyoun.


Jam baru menunjukan pukul empat lewat tiga puluh lima menit tetapi aku sudah rapih dengan pakaian yang sejak semalam sudah ku siapkan.

“Mas Seungyoun bangun...“aku mengusap pelan lengan mas seungyoun untuk membangunkannya.

Hari-hari biasa, Mas Seungyoun biasa bangun jam setengah tujuh atau jam tujuh pagi. Tetapi khusus hari ini, ia harus bangun setengah lima pagi karena kami harus mengejar pesawat jam setengah delapan nanti.

“Mas bangun yuk... Nanti kita ketinggalan pesawat”ucapku lagi, kali ini aku mengusap pipinya berharap sentuhan langsung bisa cepat membangunkannya.

“Hnghhh.. Mas masih ngantuk dek”Mas Seungyoun dengan mata masih tertutup malah menahan tanganku dipipinya.

“Aku semalem udah bilang engga usah. Tapi kamu masih mau lanjut sampe jam satu pagi. Ayok bangun sekarang...“ucapku pelan.

Semalam Mas Seungyoun membantuku menyiapkan makanan untuk dibawa pagi ini. Aku sudah memperingatkan agar tidur cepat, tetapi ia menolak.

“Mas... Kamu engga mau ya jalan-jalan sama aku? Kalo kamu telat bangun trus kita ketinggalan pesawat nanti kita batal jalan-jalan”ucapku dengan nada sedikit merajuk. Usahaku berhasil, mas seungyoun akhirnya membuka matanya.

“Morning kiss?“ucapannya membuatku kaget. Mas seungyoun tidak pernah seperti ini, kalo waktunya sudah bangun ia akan bangun dan langsung bergegas ke kamar mandi.

“Yaudah mas tidur lagi...“ucapnya ketika tidak melihat pergerakanku. Aku tersenyum sebelum mendaratkan kecupan singkat di bibirnya. Bukan sekali tetapi tiga kali.

“Aku kasih tiga. Sekarang kamu bangun trus mandi ya? Nanti bisa tidur lagi dipesawat”ucapku mengakhiri.


“Dek...“aku menoleh dan melihat Mas Seungyoun yang duduk di sebelahku di dalam pesawat.

“Baca apa?“tanyanya dan aku memperlihatkan novel romansa yang aku baca. Mas seungyoun tersenyum.

Sebutlah aku kurang peka atau apapun itu. Aku tidak menyadari jika sedari tadi Mas Seungyoun mencari posisi untuk dapat tidur dengan nyaman di dalam pesawat. Setelah melihat kepalanya terantuk karena jatuh dari sanggahan tangannya sendiri, akhirnya aku menyadarinya.

“Mas.... Sini...“aku menepuk pundaku setelah meletakan novelku. Mas Seungyoun tersenyum sebelum benar-benar memposisikan kepalanya di pundakku.

“Kenapa mas engga bilang kalo ngantuk”ucapku yang dengan sedikit ragu menggenggam tangan Mas Seungyoun dan mengusap punggung tangannya dengan ibu jariku.

“Mas takut ganggu... Engga enak, kamu kayanya lagi serius”ucapnya pelan.

“Kalo mau sesuatu dari aku minta aja. Jangan dipendam sendiri”ucapku sambil mengusap pipinya dengan tanganku yang bebas.

“Aku minta nanti malem.... Boleh dong?“ucapan Mas Seungyoun membuat gerakan kedua tanganku berhenti.

“Kok berhenti? Aku udah hampir ketiduran nih. Diusap lagi dek...“ucapnya.

Aku menggerutu dalam hati, “Mas kalo mau ya bilang, tapi engga tiba-tiba begini juga”.


“Mas... Bagus banget! Aku baru tau ada hotel yang langsung diatas laut begini”aku takjub dengan pemandangan dihadapanku.

Kami berlibur garis miring honeymoon dengan pemandangan langsung laut lepas. Bahkan tempat menginapku dan Mas Seungyoun berada diatas air! Aku tersenyum terus menerus hingga rahangku sakit.

“Kamu suka dek?“tanya Mas Seungyoun dan aku mengangguk. Aku tidak sadar, sungguh sebuah spontanitas ketika aku menabrakan badanku ke mas seungyoun dan memeluknya erat. Bahkan aku menghadiahi Mas Seungyoun dua buah kecupan masing-masing di pipi kanan dan kirinya.

“Nanti malem aku kasih hadiah lagi! Tapi sekarang aku mau main keluar, boleh”tanyaku, tetapi mas seungyoun diam.

“Ah... Aku harusnya rapih-rapih ya? Hehehe maaf ya mas. Aku terlalu senang”ucapku melepas pelukan kami.

“Dek... Main aja keluar engga apa-apa. Engga usah dirapihin bajunya, nanti aja. Kamu liat-liat aja keluar”ucap Mas Seungyoun mengusak rambutku.

Aku terdiam menatap Mas Seungyoun.

“Tapi jangan kecapean! Kamu mau kasih aku hadiah kan nanti malam?“ucapnya dengan nada meledek. Aku langsung membalikan badanku dan keluar dari kamar kami berdua. Aku malu untuk kesekian kalinya.

xposhie

Perjodohan.


Hai! Perkenalkan, Namaku Lee Sejin dan umurku baru 21 tahun. Aku suka melukis, tapi kadang aku juga suka membuat boneka yang aku beri nama Marimong. Ah ya! Kalian boleh memanggilku Sejin. Mumpung suamiku belum pulang bekerja, aku akan menceritakan keseharianku.

Aku sudah menikah selama dua bulan. Jika kalian menebak pernikahanku karena perjodohan, kalian benar. Aku menikah dengan seorang pria yang jarak umurkan 7 tahun lebih tua daripaku. Ia biasa aku panggil Mas Seungyoun. Ia seorang direktur di sebuah perusahaan ternama, ia sibuk tapi ia baik.

Aku bertemu Mas Seungyoun hanya 2 kali sebelum akhirnya tanggal pernikahan kami di tetapkan. Aku melihat Mas Seungyoun adalah tipe orang yang pendiam. Aku tidak banyak mengetahui kehidupan tentang Mas Seungyoun hingga akhirnya aku benar-benar menikah dengannya.

Setelah menikah, aku langsung pindah dan tinggal di apartmentnya, Sebuah apartment yang tidak dapat dibilang kecil dan tidak sederhana. Aku selalu belajar menjadi pasangan yang dapat membahagiakan Mas Seungyoun, setidaknya aku tidak ingin merepotkan Mas Seungyoun, Tetapi karena keterbatasan pengalaman, aku sesekali masih merepotkan Mas Seungyoun.

Aku pernah menyusahkan Mas Seungyoun karena gas dirumah mati saat Mas Seungyoun masih dikantor. Atau aku pernah menyusahkan mas seungyoun karena tidak sengaja mematahkan kran kamar mandi. Aku merasa selalu membebankan Mas Seungyoun, walaupun Mas Seungyoun selalu bilang itu semua adalah tanggung jawabnya dan aku adalah tanggung jawab dia.

Hari ini tepat dua bulan pernikahan kita dan Mas Seungyoun juga hari ini kembali dari perjalanan dinasnya selama sepuluh hari. Aku baru menikah dua bulan tetapi sudah ditinggal sepuluh hari ke luar kota. Tetapi selama sepuluh hari, Mas Seungyoun selalu menanyakan kabarku. Ia juga menanyakan apa yang aku lakukan dan bahkan ia sesekali menyuruhku pulang ke rumah orang tuaku agar tidak sendirian di apartment kami. Ah apartment Mas Seungyoun maksudku.

Tadi pagi Mas Seungyoun mengabariku dan menanyakan apakah aku ingin oleh-oleh atau tidak. Jujur, saat menerima pesan itu hatiku menghangat. Walaupun pernikahan kami hasil perjodohan, tapi Mas Seungyoun benar-benar memperhatikanku. Jadi sebagain balasannya aku akan memasakan makanan kesukaan Mas Seungyoun yang tidak pedas dan tidak ada udang.


Waktu menunjukaln pukul tujuh lewat dua belas malam ketika aku mendengar password pintu apartmentku berbunyi. Aku yang baru saja selesai merapihkan ruang makan segera bergegas menghampiri suamiku.

“Selamat ulang tahun!!!”

Langkahku terhenti ketika Mas Seungyoun membawa sebuah buket bunga berukuran besar dan beberapa kantong yang aku yakini sebagai oleh-oleh. Ia bahkan meninggalkan koper besarnya di depan pintu yang masih terbuka.

“Dek? Hari ini bener kan ulang tahun kamu? Kamu kok kaget?“tanya Seungyoun ketika melihatku terdiam.

Aku terkejut, karena aku sama sekali tidak menyangka jika Mas Seungyoun mengethaui tanggal hari ulang tahunku.

“Dek, kenapa? Kamu alergi bunga ya? Hm... tadi Mas mau beliin kamu coklat aja tapi bingung dan akhirnya beliin bunga. Kamu engga suka ya?“pertanyaan Mas Seungyoun mengalihkan perhatianku.

“Hah? Eh! Engga kok mas. Aku suka bunga.... Aku.... Aku cuma kget aja?“ucapku terputus-putus.

“Kaget? Kenapa?“Mas Seungyoun berjalan menghampiriku dan memeluk pinggangku agar mendekat ke arahnya.

“Hm... Aku engga ngira mas seungyoun tau ulang tahunku?“ucapku pelan, snagat pelan.

“Hahaha kamu kan pasangan mas! Masa mas gatau ulang tahun kamu sih dek?“ucapnya lagi sambil mencubit pipiku.

Aku menatap ke arah Mas Seungyoun. Aku tau apa yang akan terjadi selanjutnya, jadi aku menjauhkan wajahku dari wajahnya.

“Mas.... pintunya belum ditutup”ucapku malu dan mas seungyoun tertawa karena ucapanku.

“Ah... Iya... Lupa”ucap Mas Seungyoun pelan.

“Mas....makasih!“aku mengambil buket bunga ditangan Mas Seungyoun dan memberikan kecupan singkat di pipi kiri Mas Seungyoun sebelum meninggalkan Mas Seungyoun di depan pintu. Aku malu, aku harus pergi menjauhi Mas Seungyoun beberapa saat karena pasti mukaku memerah.

“Mas... mau aku masakin air panas buat mandi?“tanyaku dari dalam kamar, sedikit berteriak.

“Aku engga mau mandi dulu....“badanlu menegang karena tiba-tiba ada yang memeluku dari belakang. Ia sudah berdiri di belakangku, dengan bibir yang sudah mengecup pelan leher belakangku.

“Mas kangen....“ucapnya lagi sebelum mengangkatku dan menjatuhkanku di atas tempat tidur.

xposhie