semestakapila

Babysitting


Knock! Knock! Hello, there!! Aku dan mas seungyoun baru pulang dari liburan garis miring bulan madu dua hari yang lalu. Kalo diceritain detail dan rinciannya, kayanya bisa engga selesai tiga hari hehe

Dua hari setelah pulang liburan, aku dan Mas Seungyoun dapat tugas untuk jaga keponakan Mas Seungyoun! Anak dari kakak sepupu Mas Seungyoun. Anak laki-laki yang umurnya belum genap tiga tahun.

Waktu dapet permintaan tolong ngasuh keponakan Mas Seungyoun, jujur aku takut. Karena aku belum pernah ngasuh anak kecil full seharian. Biasanya aku suka main sama anak kecil, tapi paling lama setengah hari dan engga pernah seharian dititipkan kepadaku.

“Udah engga apa-apa, dia deket kok sama aku. Itung-itung latihan?”

Aku pun mengiyakan tawaran tersebut karena rasa percaya diri yang diperlihatkan Mas Seungyoun kepadaku. Hari itu pun tiba. Aku dan Mas Seungyoun akan menjaga keponakan Mas Seungyoun selama dua hari penuh di weekend ini. Aku pun sudan sempat mencari di google atau menonton di youtube bagaimana mengasuh bayi.

“Dia bukan bayi loh dek, itungannya batita. Kalo kamu nonton video itu kayanya salah...”

Wajahku waktu itu seketika memerah karena Mas Seungyoun memergokiku menonton video tutorial menjadi bayi, tapi yang aku tonton justru cara memandikan bayi berumur tiga bulan. Setelah itu, aku tidak pernah membuka tutorial apapun lagi.

“Besok gue jemput habis makan malem! Semoga engga ngaret sih, soalnya jalanan pas weekend kadang engga bisa di prediksi”

Sepupu Mas Seungyoun beserta istrinya sudah datang pagi-pagi sekali. Menitipkan anak mereka yang bahkan masih tertidur pulas.

“Dia engga gampang nangis kok, paling nanti bangun karena nyariin aku. Atau pas lagi laper aja”Istri sepupu Mas Seungyoun berkata sambil tersenyum kepadaku.

“Itung-itung latian ya, Jin!“Sepupu Mas Seungyoun mengakhiri sebelum mereka pergi meninggalkan apartment milik Mas Seungyoun.

“Dek, tidurin lagi aja di kamar kita. Palingan dia bangun jam 7 an sih. Mas mau mandi dulu ya?“aku mengangguk menuruti perintah mas Seungyoun.

Aku kembali menidurkan Hajoon perlahan di atas tempat tidur kami. Sesekali Hajoon berpindah posisi karena tidak nyaman. Aku pun dapat bernafas lega ketika berhasil menidurkan Hajoon di temlat tidur. Tugas selanjutnya, aku harus bangun dari tempat tidur tanpa membangunkan Hajoon.

Kalian tau kan jika kita menduduki tempat tidur pasti ada satu bagian yang lebih rendah dan jika kita bangun secara cepat, hal itu bisa membuat orang yang sedang tertidur merasakan gerakan dan terbangun. Aku menarik nafas sebelum bangun dari tempat tidur. Tapi naas, baju tidurku secara tidak sengaja tertindih Hajoon dan gerakanku membuat Hajoon terkejut hingga bangun.

“Hajoon... Maafin om ya! Cup... Cup... Sayang... Bobo lagi ya?“ucapku panik ketika Hajoon mulai menangis.

Caraku tidak berhasil, aku pun menggendong Hajoon dan menimangnya. Beberapa keponakanku akan cepat tertidur jika di goyang dalam gendongan. Tetapi kenapa cara ini engga berhasil sama Hajoon? Aku merutuki diriku sendiri.

Hajoon masih menangis. Sesekali aku melihat kearah pintu kamar mandi, Mas Seungyoun belum juga keluar dari kamar mandi. Aku pasrah, tangisan Hajoon semakin kencang dan membuat wajahnya memerah.

“Loh Dek? Udah bangun Hajoonnya?“Mas Seungyoun keluar dengan rambut setengah basah serta celana training tanpa baju tentunya. Aku mengangguk lemah.

“Sini mas yang gendong, kamu mandi aja ya?“ucapnya dan aku mengganguk lagi. Sesekali aku menoleh ke arah Mas Seungyoun yang sedang menggendong Hajoon, melihat bagaimana Mas Seungyoun dapat dengan mudah menghentikan tangisan Hajoon.

“Hallo jagoan om! Udah bangun? Hari ini kamu seharian sama om yaaa!! Jangan nakal! Nanti mami sama papi bakalan beliin kamu banyak mainan kalo kamu engga nakal!!“Mas Seungyoun berbicara dengan Hajoon sambil sesekali mengangkat Hajoon tinggi-tinggi, membuat Hajoon tertawa.

“Dek, hari ini jadwal kita grocery shop kan?“baru saja aku keluar dari kamar mandi, Mas Seungyoun menanyakan hal yang sedikit membuatku terkejut.

“Oh iya! Aku lupa mas.... Trus gimana? Hajoon?“tanyaku tergugup.

“Ya... Dibawa? Masa ditinggal? Hehe Aku mandiin dia dulu, kamu bikin sarapan aja dulu buat kita”ucap Mas Seungyoun sambil menggendong Hajoon dan tidak lupa mencium pipiku sekejap.

Singkat cerita. Aku, Mas Seungyoon dan Hajoon sudah siap untuk pergi ke supermarket. Sarapan tadi berlangsung sedikit ramai, karena Hajoon yang berceloteh bersama Mas Seungyoun. Aku hanya memperhatikan mereka berdua dengan gemas.

Sesampainya di supermarket, mas seungyoun langsung mendudukan Hajoon di trolley belanja. Katanya, anak kecil selalu suka duduk di trolley belanja dan benar saja. Hajoon diam tenang duduk disana, walaupun sesekali menunjuk ke camilan yang ia inginkan.

“Anaknya lucu pak, umur berapa tahun?“ucap seorang ibu ketika kami singgah di tempat menjual makanan bayi.

“Hampir tiga tahun bu”ucapku karena Mas Seungyoun sibuk memilih makanan dengan Hajoon.

“Dekat ya sama papinya? Enak jadi papahnya belanja engga digangguin”ucap ibu tadi dan aku hanya dapat mengangguk.

“Hajoon dikira anak kamu, dek! Berarti emang kita udah cocok jadi orang tua”Tubuhku menegang ketika Mas Seungyoun berucap seperti itu. Mas Seungyoun kembali mendorong trolley dengan merangkul bahuku, aku masih diam seribu bahasa.

“eskim! eskim! Hajoon mau eskim ooommm!!!“ucap Hajoon menunjuk penjual es krim di dekat kami berdiri.

“Hajoon emang boleh makan es krim mas? Nanti pilek?“tanyaku kepada Mas Seungyoun.

“Makan es krim sekali, engga bikin pilek kok dek”ucap Mas Seungyoun mengusak puncak kepalaku.

Kami bertiga hampir seharian berada diluar rumah. Setelah dari supermarket, kami mampir ke tempat bermain agar Hajoon tidak bosan. Kami bertiga sampai di kembali di apartment setelah makan malam.

“Kamu mandi duluan aja dek, aku sama Hajoon dulu”ucap Mas Seungyoun dan aku mengangguk.

“Aku au andi ama om Ejin!“aku menoleh ketika Hajoon menyebut namaku.

“Kamu yang ngajarin ya mas?“ucapku menatap Mas Seungyoun dan mas seungyoun menggeleng.

“Aku gabisa mandiin anak kecil”ucapku pelan.

“Hahaha yaudah ayok bertiga”ucap Mas Seungyoun enteng.

Kami pun masuk ke kamar mandi bertiga. Tapi hanya Hajoon yang benar-benar mandi, aku dan mas seungyoun tidak mungkin ikut mandi bersama kan?

“Dek, kamu basah semua tuh. Gantian gih mandinya”ucap Mas Seungyoun ketika kami sudah selesai memandikan Hajoon.

“Mas juga basah, kan? Engga mandi juga?“ucapku bingung.

“Ada Hajoon loh, dek...“ucap Mas Seungyoun dengan suara rendah.

“Hah? aku cuma nanya mas mau mandi apa engga. Bukan ngajak mandi bareng...“ucapku sebelum berlalu kembali ke kamar mandi.


“Hajoon... Om Seungyoun sama Om Sejin gantengan siapa?”

Kami bertiga sudah bersiap untuk tidur. Setelah mandi, Hajoon merengek untuk menonton kartun kesukaannya. Tenaganya sebanding dengan Mas Seungyoun, karena mereka sama-sama seperti tidak pernah merasa lelah.

Hajoon melirik ke arahku dan mas Seungyoun secara bersamaan lalu menujukku. Aku yang reflek pun langsunh mencium pipi Hajoon, membuatnya tertawa senang.

“Besok engga om beliin es krim lagi!“Hajoon seketika merengut ketika mendengar ucapan Seungyoun.

“Nanti Om Sejin yang beliin Hajoon es krim ya? Rasa coklat sama Vanilla!“ucapku mengusap pipi Hajoon lembut dan Hajoon mengangguk antusias.

“Wahhh bahaya nih dek...“aku menoleh ke arah Mas seungyoun.

“Bahaya, kayaknya kalo kita punya anak nanti kamu lebih sayang ke dia dibanding saya”ucap Mas Seungyoun dengan nada merajuk dan aku tertawa.

“Om! Semua ayang om!“ucap Hajoon tiba-tiba lalu memeluk Mas Seungyoun. Aku pun tersenyum dan reflek memeluk Mas Seungyoun dan Hajoon bersamaan.

“Hajoon tidur ya? Besok papi sama mami pulang! Jadi Hajoon harus bobo sekarang. Oke?“ucapku dan Hajoon mengangguk.

Tidak sulit menidurkan anak yang sudah kepalang lelah karena aktivitas seharian. Tepukan pelan hangat di paha Hajoon yang diberikan Mas Seungyoun serta usapan lembut dipipi yang aku berikan, membuat Hajoon tertidur.

“Jadi... udah siap dek?“ucap Mas Seungyoun sangat pelan.

“Hm...?“aku tau maksud mas seungyoun, tetapi aku pura-pura tidak tau.

“Punya anak...“ucap Mas Seungyoun lagi.

“Mas yakin? Nanti rasa sayang aku kebagi gimana?“ucapku tenang tetapi berhasil membuat Mas Seungyoun membeku.

“Aku bercanda kok mas... Kita omongin besok aja gimana?“tanyaku dan Mas Seungyoun pun setuju.

xposhie

Incident.


Sudah sebulan Sejin mencoba menata hati dan kehidupannya. Putus cinta setelah lima tahun berhubungan ditambah hubungan pertemanan dua tahun sebelumnya menjadi sulit untuknya menata hati.

Sejin sebenarnya bukanlah tipikal orang seperti itu, karena sebelumnya ia akan bersikap biasa saja ketika putus hubungan dengan seseorang tetapi bukan dengan Sunho. Alasan sunho mengakhiri hubungan mereka adalah salah satu alasan Sejin susah untuk menata kehidupannya.

“Sejin... Maaf, tapi kalo kita putus gimana? Kamu terlalu baik buat aku. Aku ngerasa, lima tahun ini aku engga bisa ngebahagiain kamu...”

“Gimana? Aku ngerasa bahagia kok. Engga bahagia tapi tahan lima tahun? Aku gila kali ah hahahaha”

“Tapi beneran.... Kamu terlalu baik buat aku. Kamu bisa dapeti yang lebih baik dari aku, karena banyak yang lebih baik dari aku dan yang pantes buat kamu”

“Sunho! Maksud kamu?”

“Kita masih bisa kok jadi temen baik! Kita masih tetep bisa temenan kayak lima tahun lalu. Aku janji, engga akan ada yang berubah”

“Engga usah janji kalo kamu engga bisa tepatin. Bahkan lima tahun lalu kamu janji engga akan pernah putus sama aku, karena kamu ngerasa aku apa yang kamu cari”

“Iya itu lima tahun... Tapi aku ngerasa sekarang kamu terlalu baik buat aku... Maaf”

Alasan terlalu klasik yang masih membuat Sejin tidak habis pikir hingga sekarang. Sejak saat itu, Sejin tidak pernah menghubungi Sunho lagi.

“Sejin? Sendirian?“Sejin terbangun dari lamunanya dan menoleh. Tubuhnya sedikit menegang, melihat orang yang sekarang berdiri dihadapannya.

“Apa kabar? Udah lama ga ketemu! Masih sering kesini juga ternyata?“lelaki tersebut terus melemparkan pertanyaan yang berisi basa basi semata.

“Yang! Aku duduk disana ya?“Sejin mengernyitkan keningnya ketika seorang wanita menepuk pelan pundak Sunho. Perubahan raut wajah Sunho terukir jelas dan detik berikutnya, Sejin meninggalkan kafe tersebut tanpa menjawab satu pun panggilan Sunho.

“Sejin!!! Yaaa tungguin gue!!!“Byungchan yang baru saja kembali dari toilet berlari mengejar Sejin tetapi langkah Sejin terlampau cepat sehingga ia ketinggalan jejak Sejin.

“Chan, hapenya Sejin ketinggalan”Byungchan menoleh dan mendapati Sunho sudah ada dihadapannya.

“Lo ngapain sih disini? Belum puas nyakitin temen gue? Putus karena alasan klasik yang bego banget itu”Byungchan yang emosi berbicara cepat dengan Seungwoo.

“Eh sorry! Siapa ya? Kenapa marahin tunangan gue?“Mata Byungchan otomatis membesar ketika seorang wanita tiba-tiba menggandeng Sunho.

“Ah! Terlalu baik.... Berarti yang ini engga sebaik Sejin dong ya? Semoga bahagia ya kalian!!!“ucap Byungchan sarkas sebelum meninggalkan keduanya.

“Eh udah dateng? Masuk aja langsung ke ruangan gue! Itu Byungchan mau kemana ya?“tanya Seungwoo ketika melihat kekasihnya keluar dari kafe.

“Ngejar Sejin....“ucapan singkat Sunho membuat tubuh Seungwoo membeku.

xposhie

Secret.


Beberapa hari setelah Bright resmi dilantik menjadi ketua BEM dan sukses melangsungkan acara pertamanya, Win mengajak Byungchan serta Seungwoo untuk makan bersama sesuai dengan janji Win sebelumnya.

“Hah? Jadi kamu kerjasama bareng Bang Seungwoo?”

“Winnie win!!! Kenapa lo engga cerita ke gue? Gue kira kalian beneran berantem karena si Bright sibuk di BEM!!”

Bright dan Seungchan serempak terkejut ketika mengetahui fakta sebenernya malam itu. Beberapa hari lalu, saat Win mengabaikan Bright merupakan ide Seungwoo untuk memberikan test kepada Bright. Salah satu rangkaian test sebelum dilantik menjadi ketua BEM katanya.

Flashback

“Win? Nungguin Bright?”

Win yang sedang fokus ke lantai semen di bawahnya pun menoleh dan mendapati Seungwoo yang berjalan menghampirinya. Win mengangguk menjawab pertanyaa Seungwoo.

“Kebetulan kunci mobilnya Bright kebawa aku, jadi aku nungguin dia disini”ucap Win menjelaskan.

“Oh udah ngabarin?“tanya Seungwoo dan Win menggeleng.

Win pun menceritakan jika sifat Bright sedikit berubah karena kesibukannya dengan kegiatan barunya di Badan Eksekutif Mahasiswa di kampus mereka. Seungwoo yang paham betul apa yang terjadi pun mempunyai ide untuk sedikit menyentil Bright karena sikapnya.

“Jadi, gue dulu juga gitu. Pas banget masuk BEM, langsung fokus gue kesana. Byungchan yang setiap hari chatting atau telfon, pasti gue bales belakangan. Bahkan beberapa kali gue lupa janjian sama dia. Pernah juga gue bikin dia kehujanan dan besokannya dia opname karena gue. Disitu, Byungchan milih mundur. Katanya engga kuat kalo pacaran tapi rasa orang engga pacaran. Gue engga ngeiyain kemauan Byungchan, tapi perhatian Byungchan berubah seratus delapan puluh derajat dan akhirnya disitu gue mulai sadar...“ucap Seungwoo panjang lebar.

”...gue sadar, dukungan Byungchan itu yang bikin gue jadi kabem. Trus perhatian Byungchan juga yang bikin gue fokus sama apa yang udah jadi tanggung jawab baru gue. Akhirnya gue ubah sikap gue, gue lebih perhatian ke Byungchan lagi dan ya syukur, hububgan gue sama Byungchan masih bisa diperbaiki”Win mengangguk mengerti saat mendengar cerita Seungwoo.

“Perlu waktu berapa lama ka?“tanya Win dan Seungwoo berfikir sejenak.

“Kayanya tiga bulan... Agak lama sih, soalnya gue bego dan engga peka banget”ucap Seungwoo sambil tertawa.

“Lo coba aja sedikit kurangain perhatian lo ke Bright, liat dia sadar berapa lama kalo dia butuh perhatian dan dukungan lo”ucap Seungwoo bersamaan dengan bunyi notifikasi di ponsel Seungwoo.

“Tuh rapatnya udah kelar! Engga usah cerita ke Byungchan dulu. Dia anaknya suka keceplosan”ucap Seungwoo tersenyum dan Win mengangguk mengerti.

End of flashback

“Lo lebih peka sih dari gue”ucap Seungwoo tertawa.

“Hah? Kalian hampir sama! Cuma beda sebulan kok”ucap Byungchan merajuk.

“Kalo emang setelah dilantik dia makin makin, yaudah liat aja...“ucap Win melirik kearwh Bright.

“Engga beneran. Engga lagi-lagi. Aku bakalan kabarin kalo mau rapat dan selesai rapat! Aku usahain juga kalo bisa bareng pergi ke kampusnya”ucap Bright menoleh ke arah Win dan Win hanya tersenyum miring.

“Lu ga tau kan? Temen gue ada yang nanyain Win tau!! Gara-gara dia kemaren sering sendirian, jadi dikira dia jomblo”ucap Byungchan memanas-manasi Bright.

“Tuh hati-hati! Banyak tikungan boss”ucap Seungwoo tertawa.

Win hanya dapat menahan senyumnya melihat wajah panio Bright.

xposhie

Sebuah Fakta.


Tanpa di beritahu, aku sudah terlebih dahulu tau ketika sosok tersebut memasuki kafe dimana aku bekerja. Wajahnya sayu, langkahnya lesu. Ini kali pertama aku melihatnya setelah seminggu tidak melihat batang hidungnya.

Satu fakta terbaru yang aku ketahui ketika ponselku berbunyi, pesan masuk dari kekasih bossku sekaligus teman dekat seseorang yang sedari tadi mengalihkan pandanganku.

Aku meletakan gelas berisi americano dan membuat satu cangkir coklat panas. Seorang junior menjadi korbanku siang itu, berbekal briefing seadanya aku memerintahkannya untuk menyerahkan coklat panas kepada lelaki yang sibuk dengan buku catatannya.

Pandanganku tidak lepas dari percakapan dua orang tersebut. Lelaki yang sejak tadi mengalihkan padanganku akhirnya menerima coklat panas serta secarik kertas yang sengaja aku tulis untuknya.

Setidaknya sudah lebih dari sejam, Lee Sejin, lelaki yang sejak tadi duduk di spot favoritnya itu menggoreskan bolpoin di buku catatan. Aku beberapa kali membalas pesan dari Byungchan dengan tetap memperhatikannya di sudut kafe.


Aku menoleh ketika beberapa rekan serta juniorku menyapa seseorang. Boss ku sudah tiba, itu tandanya Byungchan juga sudah tiba dan menemani Sejin. Aku menoleh ke arah yang sama entah untuk keberapa kalinya dalam satu jam terakhir.

“Youn, ini buat lo. Siapa tau bisa dibuat varian baru”ucapan Seungwoo, bossku mengalihkanku dari Sejin.

“Ah! Iya thanks boss”ucapku kikuk.

“Baru putus katanya tuh dari Sunho, ada kesempatan dong?“ucapan Seungwoo semakin membuatku kikuk. Aku dan Seungwoo menatap ke sudut yang sama.

“Tapi setau gue, dia agak susah terbuka sama orang lain. Temen deketnya cuma Sunho, Byungchan sama palingan gue. Gue juga karena ada hubungan langsung sama Sunho Byungchan sih”aku mengangguk mendengar penjelasan Seungwoo.

“Santai aja. Ikutin arus! Jodoh engga kemana kok”ucap Seungwoo menepuk pundaku beberapa kali.

Sejin putus dari kekasihnya, Park Sunho yang juga merupakan teman baik Han Seungwoo, pemilik sekaligus boss ditempatku bekerja kali ini.

Aku tidak hanya bertemu Sunho sekali dua kali, kami sering bertemu. Karena kafe ini awal mulanya dirintis Sunho dan Seungwoo secara bersama hingga akhirnya Seungwoo mengambil alih penuh kafe ini.

Sunho orang yang baik, sangat baik. Ia adalah tipe kekasih yang di dambakan setiap orang. Bahkan aku sering mendengar Byungchan mengeluh ke Seungwoo karena sifat Seungwoo yang berbanding terbalik dari Sunho.

“Seungyoun!!“aku terbangun dari lamunanku dan mendapati Byungchan bersama Sejin sudah ada dihadapanku.

“Hah iya? Gimana?“ucapku terkejut yang dibalasan tawa renyah Byungchan.

“Bilangin Seungwoo, gue mau ngajak Sejin jalan ya! Dia kayanya lagi di toilet”ucap Byungchan.

“Oh engga nungguin?“tanyaku dan Byungchan menggeleng.

“Nanti keburu dia engga mood“ucap Byungchan pelan dan aku hanya dapat tersenyum.

“Yaudah gue duluan! Sampein sama Seungwoo ya”ucap Byungchan lagi dan aku mengangguk mengerti.

Aku pun mengikuti arah kepergian Byungchan serta Sejin hingga pintu kafe tertutup kembali.

“Ka, ini buku kaka yang tadi disana ketinggalan”juniorku menyerahkan buku catatan yang sedari tadi menjadi fokus Sejin. Aku mengambilnya dari juniorku dan membuka halaman pertamanya.

”...Some days i afraid to write, because sometimes the honesty kills me”

Perry Poetry

(xposhie)

Chocolate.


Bunyi lonceng tanda pintu terbuka membuat Seungyoun menyiapkan senyum terindahnya untuk menyambut konsumennya siang itu.

“Hallo, Selamat siang! Ada yang bis- Sejin?“ucap Seungyoun tersenyum cerah dan Sejin tersenyum seadanya.

“Kayak biasa?“ucap Seungyoun lagi dengan nada yang sama sekali tidak berubah. Sejin menggeleng dan menyebut americano sebagai pilihan minumnya siang itu.

“Tumben? Biasanya Matcha Latte”ucap Seungyoun sambil meraih sebuah kartu dari tangan Sejin dan Sejin kembali tersenyum seadanya.

“Tempat biasa ada orangnya engga?“tanya Sejin menoleh ke tempat biasa ia duduk di kafe itu dan Seungyoun menggeleng.

“Kosong kok. Nanti minumannya gue anter aja”ucap Seungyoun sopan dan Sejin mengangguk sambil meletakan kartunya kembali di dalam pouch yang ia bawa.

Lima belas menit kemudian, seorang gadis berseragam putih hitam, mengantar minuman ke meja Sejin. Ia terlihat canggung, hal itu jelas terlihat dari caranya membawa nampan.

“Kok? Lo anak baru ya? Ini bukan pesenan gue loh”Sejin menatap gadis yang jauh lebih muda darinya itu dengan tatapan tajam.

“Ng... Itu... Ka Seungyoun... Ng... Kata Ka Seungyoun, minumannya... Hm... Diganti jadi coklat...“ucapnya terbata.

“Hm... Ini... Juga ada titipan... Dari ka Seungyoun”ucap gadis itu lagi sambil menyerahkan secarik kertas ke arah Sejin.

Sejin menarik nafas panjang sebelum menyuruh gadis tadi pergi. Ia lalu menyenderkan punggungnya di kursi yang ia tempati. Sejin membuka lipatan kertas di tangannya dan sebuah kalimat tertulis di kertas tersebut.

“There is nothing that prayer and chocolate can't handle”

Sejin tersenyum miring. Dirinya memilih menyesap coklat panas di hadapannya sambil melihat keluar jendela, memperhatikan orang berlalu lalang di persimpangan jalan.

xposhie

Yohan.


Sudah sebulan aku mengabaikannya. Setelah insiden hari itu di apartmentku, dia tidak pernah datang lagi. Nomer ponselnya aku block sehingga komunikasi kami benar-benar putus.

Aku tidak bisa melacaknya bahkan dari teman-temannya. Bukan tidak bisa, tapi aku tidak mau. Aku yang menghancurkan, jadi aku harus mengambil resiko ini sendiri.

Aku masih pada pendirianku mengenai soulmate walaupun aku tau, lelaki yang namanua tercetak di pergelangan tanganku akan menikah bulan depan. Aku tersenyum miris, melihat namanya yang semakin hari semakin menghilang dari pergelangan tangaku.

Semalam aku bermimpi. Dia pergi dan tidak pernah kembali. Dia dan semua kenangan manis yang pernah kita lalui selama tiga tahun, hilang dan lenyap. Aku gemetar saat bangun tidur, aku takut jika semua itu menjadi nyata.

Aku menangis sejadi-jadinya sambil memegang dadaku yang terasa perih. Sakit sekali. Aku mencoba melacak keberadaannya dan sebuah updatean media sosial miliknya kembali menamparku. Dia menyerah. Menyerah kepadaku, karena keegoisanku. Aku kembali menangis.


Aku bertemu pagi ke sekian kalinya tanpa sapaan darinya. Kegiatan pagiku, seperti biasa, membuka kulkas dan mencari sebotol soju. Aku mendengus kesal ketika hanya mendapati satu botol soju di dalam kulkas.

Siang hari, aku memutuskan untuk keluar dari apartment untuk membeli beberapa keperluan bulananku termaksud membeli beberapa botol soju dan beberapa kaleng bir.

Aku membuka pintu apartmentku dan sedikit terkejut ketika menemukan seorang laki-laki berdiri di depan apartmentku. Dia, Yuvin yang aku rindukan berdiri disana. Aku sebisa mungkin menahan ekspresiku dan mengizinkannya masuk.

Aku telah menyakitinya sekali. Aku tidak mau menyakitinya lagi. Aku sengaja membuat percakapan kami terdengar tidak baik. Hingga sore hari, aku menemukan diriku sudah dikungkung oleh Yuvin diatas kasur kamarku.

Malam itu, aku mendesah dibawah Yuvin. Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi malam itu setelah kami menyelesaikan urusan kami diatas ranjang, Yuvin mengerang kesakitan sambil memegang pergelangan tangannya.

Aku beberapa kali mengusapnya, membuatnya tenang dalam tidur malamnya. Hingga pagi kembali menyapaku. Aku mendapati tertidur dalam dekapan Yuvin dan tanpa sadar aku tersenyum.

Aku menarik pergelangan tangan Yuvin dan mendapati namaku terukir indah di pergelangan tangannya. Hal yang membuat Yuvin beberapa kali mengerang kesakitan semalam.

Isakan tangisku membangunkan Yuvin dalam tidurnya. Aku mengucapkan kata sayang berulang kali kepada Yuvin hingga ia menyadari jika namaku terukir di pergelangan tangannya.

Aku juga mengucapkan kata maaf kepada Yuvin karena namanya belum terukir ditangaku. Yuvin baik, sangat baik. Ia menungguku hingga namanua benar-benar muncul dipergelangan tangaku seminggu kemudian.

Aku sadar pertemuanku dengan Yuvin bukanlah sebuah ketidaksengajaan. “Your soulmate understands and connects with you in every way and on very level”. Karena Yuvin selalu mengertiku bahkan saat aku marah dan benci kepadanya.

FINISHED

xposhie

Soulmate.


Setelah mendapatkan dukungan dari beberapa pihak, akhirnya Yuvin memutuskan untuk mendatangi apartment Yohan. Apartment yang dulu hampir setiap hari ini datangi. Ini adalah kunjungannya pertama kali dalam sebulan setelah kejadian tersebut. Yuvin menarik nafas panjang, terlalu bingung harus memilih menekan password sendiri atau menekan bel dan menunggu Yohan membuka pintu.

Yuvin menggigit kukunya sambil sesekali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sudah hampir lima menit ia berdiri di depan pintu apartment Yohan hingga akhirnya pintu apartment tersebut terbuka. Yuvin terdiam dan Yohan, orang yang keluar dari dalam apartment tersebut terkejut.

“H-Hai...“sapa Yuvin terbata. Yohan menatap Yuvin sejenak sebelum menarik nafas panjang dan kembali masuk ke dalam apartmentnya.

“Mau masuk atau disitu aja?“ucap Yohan dingin ketika Yuvin hanya diam di tempatnya.

“Hm... Tadi kamu mau kemana? Bukannya mau keluar?“tanya Yuvin hati-hati.

“Beli soju”ucap Yohan singkat dan tenang. Yuvin melangkah berat masuk ke dalam apartment Yohan, ia merutuki dirinya sendiri yang lupa membawa buah tangan sebelum datang ke apartment Yohan.

“Duduk, aku mau bersihin dulu”ucap Yohan sambil merapihkan botol bekas soju, beberapa kaleng beer, bungkus makanan ringan seperti keripik kentang, kacang kulit dan kacang pilus.

“Apa kabar?“tanya Yuvin setelah terdiam beberapa saat. Bentuk ruang tengah apartment Yohan sudah terlihat lebih manusiawi.

“Kamu liat aku baik-baik aja atau engga?“tanya Yohan ketus dan Yuvin menggeleng lemah.

“Kamu ngapain kesini? Bukannya kita udah selsai? Kamu dan aku engga ada hubungan apapun lagi kan?“tanya Yohan menatap Yuvin tajam. Yuvin menarik nafas panjang, menetralkan emosinya yang bisa muncul kapan saja.

“Boleh duduk dulu? Kamu bediri kayak gitu bikin aku ngerasa bakalan di usir”ucap Yuvin takut.

“Iya, emang bener. Kalo kamu engga ada kepentingan yang mendesak, aku bakalan usir kamu”ucap Yohan lagi dan Yuvin hanya dapat mengeryitkan keningnya.

“Kookheon... Dia bikah bulan depan”Yuvin kembali merutuki kebodohannya. Dari sekian banyak bahan obrolan dnegan Yohan kenapa harus hal mengenai Kookheon yang harus keluar dari mulutnya.

“Iya aku tau”jawaban Yohan membuat yuvin terkejut.

“Kamu kesini sebenernya mau ngapain, Yuvin? Cuma mau bilangin hal yang aku udah tau atau mau liat ekspresi aku pas tau soulmate aku mau nikah sama orang lain?“tanya Yohan bingung.

“Kamu masih sebut Kookheon soulmate kamu? Walaupun kamu tau dia bakalan nikah bulan depan? Nikah sama orang yang namanya tercetak di dadanya?“tanya Yuvin mendecih.

“Kamu mending keluar, kalo engga ada hal yang mau diomongin lagi”ucap Yohan tanpa menoleh ke arah Yuvin.

“Keluar Yuvin!!!“teriak Yohan ketika hampir dua menit tidak ada pergerakan dari Yuvin.

“Yohan.... Please, kali ini kamu yang berhenti”ucap Yuvin melangkah mendekati Yohan.

“Please berhenti mikirin Kookheon yang emang bukan soulmate kamu. Berhenti nyakitin diri kamu sendiri. Lupain Kookheon! Lupain hal bodoh yang berhubungan dengan soulamte itu!!!“ucap Yuvin bergetar.

“Song yuvin!!! Keluar dari apartment aku, sekarang!“ucapan Yohan juga bergetar. Jika suara Yuvin bergetar karena menahan amarah, suara Yohan bergetar karena menahan tangis.

“Kalo kamu engga mau keluar, biar aku yang keluar”ucap Yohan yang kemudian berbalik hendak melangkah keluar apartmentnya.

“Kim Yohan!!“Yuvin berteriak. Menarik pergelangan tangan kiri Yohan dan menjatuhkan tubuh Yohan di sofa. Yohan terduduk di sofa dengan tatapan marah ke arah Yuvin.

Yuvin berbalik menatap Yohan tajam. Detik berikutnya, tubuh Yuvin sudah berada diatas pangkuan tubuh Yohan dan mencoba mencium lelaki yang sampai sata ini masih sangat ia cintai. Yohan menolah. Menolak ciuman dari lelaki yang dulu pernah ia cintai. Berkali-kali Yohan mencoba mendorong Yuvin, tapi gagal. Hingga Yuvin akhirnya menahan kedua tangan Yohan dan menyilangkannya di depan dada sang submisif.

Yuvin menahan kedua tangan Yohan dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menahan dagu milik Yohan. Yuvin menyatukan bibirnya dengan Yohan, bibir yang sangat ia rindukan dalam satu bulan ini. Yohan terisak dalam ciuman tersebut, membuat Yuvin menjauhkan bibirnya dari bibir Yohan.

“Maaf....“ucap Yuvin pelan. Kedua kening mereka masih menyatu. Yohan terisak dan menangis karena takut dengan semua sikap Yuvin yang kini ada dipangkuannya.

“Aku sayang kamu.... Yohan”ucap Yuvin mengusap pipi kiri Yohan, membuat Yohan menatap Yuvin dengan tatapan sayu.

Yohan dengan nafas yang tersenggal, menarik tengkuk Yuvin medekat. Mencium bahkan melumat bibir sang dominan. Yohan kacau. Ia rindu, sangat rindu dengan Yuvin.

Yuvin yang sebelumnya terkejut, mengimbangi permainan Yohan. Ia mengalungkan tangannya di leher Yohan. Ciuman mereka menuntut satu sama lain. Tangan Yohan mulai membuka jaket yang masih dikenakan Yuvin dan membuangnya asal. Nafas mereka tersenggal hingga Yuvin harus menjauhkan bibir keduanya lagi.

Yuvin bangun dan berdiri dari pangkuan Yohan sebelum menarik Yohan dan membawanya ke kamar milik Yohan. Yohan ia jatuhkan dengan kasar ke atas kasur. Ia kasar hingga Yohan meringis kesakitan. Yuvin gelap mata. Setelah melepas kaos yang ia kenakan, ia merangkak naik ke atas kasur dan mengungkung Yohan dibawahnya.

Dada Yohan naik turun, nafasnya sama sekali belum kembali normal. Tapi detika berikutnya, Yuvin seperti mengambil semua pasukan oksigen yang tersisa dari tubuh Yohan. Yuvin mencium leher Yohan, meninggalkan beberapa tanda kemerahan yang ia banggakan. Yuvin mengusap perut rata Yohan dan mulai memasukan tangannya ke dalam kaos tidur milik Yohan.

Yuvin mendecak sebal, karena kaos yang Yohan gunakan memperlambat kinerja tangannya. Yuvin menarik kaos Yohan, membukanya dan membuangnya entah kemana. Yohan dan Yuvin sudah bertelanjang dada. Yuvin masih memberikan kecupan singkat di seluruh tubuh Yohan dengan kedua tangan yang sibuk meraba perut hingga kedua tonjolan kecoklatan di dada Yohan.

Yuvin kembali berdiri, hanya untuk membuka celananya dan celana milik Yohan, membuat tubuh mereka tidak dilapisi satu benang pun. Yohan menatap Yuvin sayu. Yuvin kembali mengungkung Yohan dibawahnya. Yuvin kembali memberikan kecupan di seluruh wajah Yohan membuat Yohan menarik pelan rambut Yuvin.

“Aku sayang kamu....“ucap Yuvin pelan sebelum desahan dan erangan memenuhi kamar Yohan malam itu.


Yohan terbangun dan mendapati dirinya berada di pelukan Yuvin pagi itu. Ia mengingat semua kejadian yang terjadi selama sebulan ini hingga kejadian semalam antara dirinya dan Yuvin. Yohan tersenyum sambil memainkan tangan Yuvin yang mendekapnya. Yohan terdiam dan tiba-tiba terisak.

“Yohan.... kamu kenapa?“isakan tangis Yohan yang teramat perlan, berhasil membangunkan Yuvin.

Yohan masih terisak, enggan menjawab pertanyaan Yuvin. Dirinya justru memilih menyamankan posisinya di dada bidang milik Yuvin, membuat Yuvin akhirnya memilih mengusap puncak kepala Yohan.

“Aku sayang kamu, Yuvin....“ucap Yohan teramat pelan tetapi berhasil membuat senyum merekah di bibir Yuvin.

Yuvin mendadak bangun dan bersandar pada headboard tempat tidur dan membuat Yohan juga harus mengikuti pergerakan Yuvin. Yuvin menatap Yohan lama membuat Yohan tersipu malu. Yohan lalu menarik tangan Yuvin dan memperlihatkan pergelangan tangan Yuvin.

Yuvin mengamati ukiran yang muncul di pergelangan tangannya, entah sejak kapan ukiran tersebut muncul juga Yuvin tidak mengetahuinya. Yuvin tersenyum menatap Yohan sebelum membawa Yohan masuk ke dalam dekapannya.

“Tapi maaf....“ucap Yohan pelan.

“Nama kamu belum muncul...“ucap Yohan melepas pelukan Yuvin.

Yuvin menarik tangan Yohan dan mengamati ukiran nama yang samar di pergelangan tangan Yohan. Nama Kookheon sudah memudar, tetapi nama Yuvin belum muncul sama sekali. Yuvin mengusap pergelangan tangan Yohan sebelum menciumnya lama.

“It's okay... I'm okay!“ucap Yuvin tersenyum.

“Nama aku bakalan muncul suatu saat! Aku yakin”ucap Yuvin semangat.

“Tapi....”

“Aku bakalan nunggu sampe nama aku muncul dan engga akan ninggalin kamu”ucap Yuvin. Yohan mengedipkan matanya berulang kali, menahan airmata yang akan keluar dari kedua matanya.

“Makasih....“ucap Yohan dan Yuvin tersenyum.

Yuvin pun membawa wajah Yohan mendekat dan mencium bibir Yohan yang masih sedikit membengkak. Yohan tersenyum dalam ciuman tersebut karena ia tahu, hari itu ia tidak akan turun dari kasur sepanjang hari.

xposhie

Kookheon.


Yuvin yang baru saja memasuki apartment Kookheon, menatap Kookheon dengan mata tajam. Sesekali matanya menatap pergelangan Kookheon, tapi nihil. Yuvin tidak dapat melihat nama yang tercetak di pergelangan tangan Kookheon karena Kookheon menggunakan kaos lengan panjang.

“Minum apa?“tanya Kookheon santai.

“Engga usah basa basi. Lo bilang mau cerita ke gue? Ceritain sekarang tanpa ada yang ditutup-tutupin”ucap Yuvin tegas dan Kookheon tersenyum.

Kookheon membawa dua kaleng soda menuju ruang tengah apartmentnya, meletakan satu kaleng soda di tangannya dan membuka kaleng yang masih ditangannya. Kookheon menyesap sedikit soda ditangannya sebelum duduk dan menyilangkan kedua kakinya.

“Sebulan yang lalu, Yohan mulai ngehubungin gue. Awalnya gue kira dia ngehubungin gue hanya sebatas hubungan antara pacar sepupu dan sepupunya pacar....“ucap Kookheon santai.

“Tapi, gue mulai bingung semenjak dua minggu lalu. Beberapa kali Yohan ngehubungin gue dan minta ketemuan. Gue iyain sekali dua kali...“ucap Kookheon lagi.

“Anjing!!!“Yuvin mengepalkan tangannya, menahan emosi.

“Hampir setiap hari dia juga nanyain masalah nama yang muncul di pergelangan tangan gue. Disini gue mulai curiga, karena gue tau lo dan Yohan engga punya nama satu sama lain di pergelangan tangan kalian”Kookheon kembali menjelaskan.

“Puncaknya, dua hari yang lalu. Dia dateng ke apartment gue dan nunjukin kalo di pergelangan tangan dia muncul nama gue, namanya terukir jelas dan gue kaget. Yohan minta tolong gue biar bisa bilang hal ini ke lo, tapi gue engga bisa”ucapan Kookheon berhenti sejenak karena bunyi password apartmentnya yang ditekan seseorang dari luar.

“Sayang!!! Makanan ringan yang kamu sering beli habis, jadi aku beli varian yang lain....“Kookheon dan Yuvin menoleh, seorang wanita kecil membawa dua kantung belanjaan terdiam di depan pintu.

“Oops... Sorry! Aku harus keluar dulu? Atau....“Kookheon menggeleng lalu mengisyaratkan kekasihnya untuk meletakan belanjaan di dapur dan selanjutnya duduk di sebelahnya di ruang tengah.

“Namanya Sohee and we belong to each other”ucap Kookheon sembari menyingkirkan beberapa helai rambut wanita tersebut yang menunjukan nama Kookheon di belakang telinganya. Selanjutnya. Kookheon menurunkan kaosnya memperlihatkan adanya nama Sohee di dada sebelah kirinya.

“Gue engga bisa, Vin.... Ini udah dua tahun sejak gue ketemu Sohee dan gue tau siapa soulmate gue”ucap Kookheon melanjutkan.

“Lo tau, kalo kepercayaan itu tidak berlaku bagi sebagian orang. Termaksud gue sampai dua tahun lalu dan akhirnya gue ketemu Sohee. Nama Sohee perlahan muncul di dada gue setelah pertemuan pertama kita itu”ucap Kookheon melanjutkan.

Rahang Yuvin mengeras. Matanya memerah. Tangannya masih terkepal menahan amarah.

“Lo tau kan makna soulmate itu sendiri?“kali ini Sohee angkat bicara.

“Soulmate is a person with whom you have an immediate connection the moment you meet, a connection so strong that you are drawn to them in a way you have never experienced before”ucap Sohee melanjutkan.

“itu apa yang terjadi sama gue. Gue engga punya ikatan apapun bahkan sejak lo kenalin gue ke Yohan tiga tahun lalu sebagai pacar lo. Tapi.... i have that connection, bahkan semenjak gue engga sengaja nyenggol Sohee di kafe pas pertama kali kita”Kookheon menambahkan sambil menggenggam erat tangan Sohee.

Yuvin yang sedari tadi hanya berdiri, akhirnya terduduk lemas. Ia pusing. Pusing memikirkan segala hal yang terjadi antara dirinya dan Yohan yang bahkan harus membawa Kookheon ke dalam lingkaran masalah ini.

“Gue tau, Yohan adalah orang yang sangat percaya hal itu. Hal yang berhubungan dengan soulmate karena orang-orang di sekitarnya mempercayai hal itu dan sebagian besar orang di sekelilingnya bahagia bersama soulmate mereka masing-masing”ucap Sohee pelan.

“Tapi Yohan gatau, kalo Soulemate bukan hanya mengacu pada nama yang terukir di pergelangan tangan dia atau orang lain. Soulmate berhubungan dengan connection antara satu orang dengan orang lainnya”ucap Kookheon menjelaskan.

Yuvin memeluk lututnya sambil sesekali menarik pelan rambutnya. Ia menahan tangis serta sakit yang entah mengapa muncul di dadanya.

“Yuvin... Gue cuma pesan satu sama lo. Kasih Yohan sedikit waktu, sampe dia bener-bener sadar apa arti soulmate itu sendiri”ucap Kookheon pelan.

xposhie

Pendirian.


“Dimakan dulu supnya, habis itu minum obat buat ngilangin sakit kepalanya”

Yohan, berbicara tanpa menoleh seakan tahu jika Yuvin sudah berada di belakangnya. Yuvin tersenyum sebelum memeluk Yohan dari belakang. Tubuh Yohan menegang, terkejut dengan perilaku tiba-tiba Yuvin tersebut.

You smell like a shit!“ucap Yohan mencoba melepaskan pelukan erat Yuvin.

Yuvin mendengus sebal sebelum melepas pelukannya dan berdiri bersandar pada counter dapur tepat di sebelah Yohan yang masih fokus dengan kegiatan dihadapannya. Yuvin masih tersenyum, menatap Yohan yang kian sibuk dan terus mengabaikannya.

“Semalem kamu yang jemput aku?“tanya Yuvin pelan tetapi Yohan tidak menjawab.

“Maksih udah mau jemput aku dan masih perduli sama aku”ucap Yuvin yang berusaha memeluk Yohan dari samping dan meletakan dagunya diatas bahu Yohan. Yohan menahan nafas dan memejamkan mata sebelum menjauh dari Yuvin.

“Yuvin... Please, we are over. Makan sarapan kamu dan obat kamu, habis itu aku anter kamu pulang”ucap Yohan tanpa sedikitpun menoleh ke arah Yuvin.

Seperti tersambar petir di siang bolong, Yuvin mematung dan terdiam menatap Yohan dengan tatapan tidak percaya. Yuvin kira kemarin Yohan hanya emosi sesaat, karena hal tersebut tidak terjadi sekali atau dua kali diantara mereka. Tetapi dugaan Yuvin salah, karena kali ini Yohan benar-benar sungguhan mengatakan hal tersebut.

“Yohan....“ucap Yuvin terlampau pelan.

“We are over! Kamu tau, nama di pergelangan tanganku bukan nama kamu kan? Kamu tau itu tapi kamu bersikap biasa aja. Kamu bodoh!“ucap Yohan menatap Yuvin marah.

“Kamu bodoh, kalo kamu engga sedih. Kamu bodoh, kalo kamu tetep mau hubungan kita tetap berjalan seperti biasa dan kamu bodoh, jika tetap menahan aku dan tidak melepaskan aku....“ucapan Yohan terputus.

“Karena kamu bukan soulmate aku yuvin.... bukan kamu”ucap Yohan bergetar.

“Iya aku tau itu semua bahkan ketika baru satu huruf yang muncul di pergelangan tangan kamu.... Iya aku bodoh, karena aku engga akan ngelepasin kamu untuk orang lain....“ucap Yuvin sambil menahan emosinya.

“Yuvin please stop! Cukup nyakitin diri kamu sendiri!!!“ucap Yohan setengah berteriak.

“Kita selesai! Kamu... sama aku... SELESAI!“Ucap Yohan dengan penekanan di setiap katanya.

“Engga, kita belum selesai karena aku engga percaya hal tabu itu dan aku engga pernah akan pernah percaya”ucap Yuvin yang berjalan mendekat ke arah Yohan.

“Yuvin... please, aku mohon....“Ucap Yohan yang sudah terduduk lemas di lantai dingin dapur apartmentnya.

“Bukan kamu orangnya Yuvin....Bukan kamu soulmate aku....“ucap Yohan terisak.

“Please... Tolong lepas aku ya? Jangan tahan aku lagi....“ucap Yohan memohon dengan suara nyaris hilang.

Yuvin terduduk di hadapan Yohan dan meraih pergelangan tangan kanan Yohan, mengusap nama yang terukir di pergelangan tangan tersebut. Nama yang jelas-jelas bukan namanya, tapi ia tau jelas siapan orang itu Kim Kookheon sepupu Yuvin, orang yang tau hubungan Yohan dan Yuvin selama tiga tahun ini.

Air mata Yuvin menetes, tepat jatuh ke pergelangan tangan Yohan. Membuat Yohan menoleh ke arah Yuvin untuk pertama kalinya pagi itu. Yohan yang juga menangis, membantu menghapus air mata lelaki di hadapannya. Tapi laju tangannya di hentikan oleh Yuvin.

“Aku sayang kamu....“ucap Yuvin sebelum mencium kening Yohan lama, membuat Yohan kembali menangis sejadi-jadinya.

Kejadian selanjutnya ialah, Yuvin pergi dari apartment Yohan tanpa menyentuh sarapan yang telah dibuat Yohan. Meninggalkan Yohan yang menangis sejadi-jadinya, terduduk lemah di lantai dingin apartmentnya.

“Yuvin.... Aku juga sayang kamu”ucap Yohan yang tidak mungkin akan terdengar oleh Yuvin lagi.

xposhie

Pengakuan.


Yohan menatap tajam ke arah pintu apartmentnya yang terbuka. Yuvin adalah satu-satunya orang yang mengetahui password apartmentnya, bahkan orang tuanya sendiri tidak mengetahui passowrd apartmentnya. Yohan melanjutkan kegiatannya, yaitu menonton drama di televisi.

Yohan dapat mendengar helaan nafas yang dikeluarkan oleh Yuvin serta suara kantong belanjaan yang ditaruh Yuvin diatas counter dapur. Yohan sama sekali tidak menatap ke arah Yuvin walaupun ia tahu, kekasihnya itu berjalan ke arahnya. Yohan menarik selimutnya, menutupi seluruh tubunya dengan selimut tebal tersebut.

“Engga panas? Kenapa selimutan begitu?“suara Yuvin terdengar tenang dan santai. Yohan melirik ke lelaki yang sudah duduk di sebelahnya.

“Kamu demam? Engga enak badan?“tanya Yuvin lagi sambil mendekat ke arah Yohan.

“Aku mau putus....“Gerakan Yuvin terhenti, masih ada jarak 20cm antara Yuvin dan Yohan.

“Kamu apa-apain sih han?“suara Yuvin mulai meninggi.

“Aku mau kita putus, Yuvin!!!“ucap Yohan dengan suara gemetar. Yohan menatap Yuvin dengan tatapan tajam, matanya merah menahan tangis.

“Kamu minta putus? Cuma karena nama aku belum ada ditangan kamu?“tanya Yuvin malas.

“Kita pacaran udah tiga tahun yohan.... Persetan dengan semua kepercayaan itu. Aku engga percaya!“ucap Yuvin tegas.

“Tapi aku percaya, Yuvin!!!“ucap Yohan dengan air mata yang mulai turun dari kedua matanya.

“Wooseok sama Jinhyuk, Seungyoun sama Sejin trus Byungchan sama ka seungwoo! Mereka semua.... Mereka punya nama masing-masing ditangan mereka!!! Trus kita? Kita engga punya Yuvin”ucap Yohan dengan suara tersenggal.

“Kita bahkan pacaran lebih lama dari mereka!! Tiga tahun, Yohan... Tiga tahun!!!“suara Yuvin juga mulai bergetar.

“Iya.... Tiga tahun.... Kita maksa buat bareng selama tiga tahun tanpa kita tahu masa depan kita”ucap Yohan.

“Yohan!! Engga ada manusia yang tau masa depan mereka”ucapan Yuvin membuat Yohan terkejut.

“Engga ada orang yang tau tentang masa depan, bahkan tentang kepercayaan itu... Aku engga percaya”ucap Yuvin menahan amarahnya yang semakin memuncak.

“Yuvin... Please.... Lepasin aku ya? Kita putus baik-baik....“ucap Yohan memohon di hadapan Yuvin tetapi Yuvin menggeleng.

“Kalo alasan kamu cuma karena nama di pergelangan tangan, aku engga mau! Aku engga mau putus cuma karena alasan bodoh itu”ucap Yuvin sambil mengatur nafasnya.

“Yuvin... please?“ucap Yohan yang sudah bersimpuh di kaki Yuvin.

“Tolong.... Mungkin setelah kita pisah, kita bisa nemuin soulmate kita masing-masing.... Mungkin selama ini, nama itu engga muncul, karena kesalahan kita sendiri?“tanya Yohan pelan.

“Engga ada yang salah dengan hubungan kita Yohan... Engga ada....“Yuvin membawa Yohan dalam pelukannya. Menenangkan Yohan yang kembali terisak.

xposhie