semestakapila

Birthday


Mempunyai dua anak, benar-benar jauh dari bayanganku. Bahkan punya satu anak saja jarang aku bayangkan. Tapi, setelah pernikahanku dan Mas Seungyoun, Tuhan sudah menitipkanku dua anak, sepasang. Dodo anak pertamaku telah melewati masa tantrumnya karena kedatangan sang adik. Melewati tiga tahunnya sendirian dengan kasih sayang dariku dan Mas Seungyoun yang penuh, membuat Dodo sempat kaget ketika Dede masuk diantara kehidupan kita berempat.

“Dede....“Dodo yang baru saja bangun tidur berlari dari kamarnya, menghampiri sang adik yang baru saja selesai mandi.

“Bubu... Dede wangi! Udah mandi?“tanya Dodo dan aku mengangguk.

“Mau main sama Dede!!!“ucap Dodo semangat yang membuat Mas Seungyoun terusik dari tidur nyenyaknya.

“Dodo mandi dulu gimana? Sama Baba? Bangunin tuh Babanya”ucapanku membuat Dodo tanpa diperinrah dua kali itu mulai membangunkan Babanya.

“Dede... Aakk... Aakkk...“Dodo berusaha menyuapi sang adik yang sedang fokus dengan sendok yang sedang ia pegang. Setelah mandi, kami berempat berkumpul di meja makan untuk sarapan.

“Hahaha kenapa Do? Dede engga mau makan ya?“ucap Mas Seungyoun ketika melihat Dodo mengerucutkan bibirnya karena Dede yang tidak mau memakan bubur disendok yang ia berikan.

“Sini, bubu bantuin...“Aku pun bangkit dan berusaha membantu Dodo agar sang adik mau memakan makanan yang Dodo berikan.

“Yeayyy Dede mau disuapin Dodo”ucap Dodo senang. Aku tersenyum melihat betapa semakin besarnya Dodo. Rasanya baru kemarin aku dan Mas Seungyoun merayakan ulang tahun pertama Dodo.

Flashback On

“Mas, ibu mau ngerayain ulang tahun Dodo katanya. Gimana?”

“Dimana? Berarti acaranya sama sodara-sodara gitu?”

“Iya, kayak ulang tahun aku kemarin. Tapi kali ini engga ada acara bohong-bohongan atau rahasia-rahasian yaaaa”

“Hahaha iya engga akan. Ohyaudah terserah Dek Sejin saja. Sebenarnya saya juga punya rencana, tapi diantara kita bertiga saja. Tapi kalo Bapak sama Ibu mau ngerayain ulang tahun cucunya juga engga apa-apa”

“Mas seungyoun engga apa-apa? Nanti aku bilang bapak sama ibu kalo emang Mas Seungyoun udah punya rencana buat ulang tahunnya Dodo”

“Belum ada rencana kok, baru kepikiran doang. Biasa kalo aku sih, liburan bertiga? Tapi itu nanti aja kali ya? Dodo biar ketemu sodara-sodaranya, baru kita liburan bertiga”

Aku dan Mas Seungyoun malam itu pun sepakat akan mengadakan pesta ulang tahun Dodo pertama kali di rumah orangtuaku.

“Berarti kita nginep tiga malem dirumah ibu?”

Aku mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Mas Seungyoun. Malam ini aku sedang packing bajuku, mas seungyoun serta baju Dodo yang akan kami bawa kerumah ibu besok pagi.

“Mas engga apa-apa kan kalo kerja pulangnya kerumah Ibu?”

“Ya engga apa-apa dong? Asalkan ketemu kalian sih saya engga apa-apa”

Aku tersenyum mendengar jawaban dari Mas Seungyoun. Pertengkaran yang pernah terjadi diantara kami beberapa waktu lalu seakan hanya angin lalu. Kami berjanji akan terbuka satu sama lain, meminimalisir pertengkaran dan fokus membesarkan Dodo.

Setelah mengantarku kerumah ibu, Mas Seungyoun melanjutkan perjalanannya ke kantor. Hari itu, aku memutuskan untuk membuat kue dan camilan untuk acara Dodo besok. Terimakasih untuk ibu, karena membantu menjaga Dodo jadi kegiatanku di dapur bisa lebih maksimal.


Acara hari ini berlangsung lancar. Dodo tidak rewel, bahkan dirinya banyak tertawa. Dodo menerima banyak perhatian dan doa hari itu. Dodo juga mudah akrab dengan sepupu-sepupunya yang bahkan baru ditemu hari itu.

“Anakmu gampang deket sama orang, nanti kalo punya adek gampanglah”

Aku menoleh dan mendapati bapak berdiri dibelakangku. Aku tertawa pelan mendengar perkataan bapak barusan.

“Satu aja lah pak, masa nambah?”

“Lah sepasang emang kenapa? Kasian toh nanti Dodo engga ada teman mainnya”

Aku tersenyum mendengar perkataan Bapak, karena sejujurnya aku dan Mas Seungyoun belum pernah membicarakan perihal mengadopsi anak lagi. Kami masih menikmati posisi kami sebagai Baba dan Bubu dari Dodo.

“Capek?”

Mas Seungyoun menghampiriku malam itu ketika sedang merapihkan kado-kado yang Dodo terima hari itu. Aku menggeleng.

“Bapak tadi ngomong sama aku——”

“Perihal adek buat Dodo?”

Mas Seungyoun terkejut karena aku tau dengan persis apa yang ingin ia bicarakan. Aku dan Mas Seungyoun tertawa bersamaan.

“Saya engga pernah maksa kamu ya Dek. Apapun yang kamu mau, kamu bisa bilang mas. Nanti kita diskusi dan cari jalan keluarnya bareng-bareng”

“Tapi lucu sih Dek kalo anak kedua kita perempuan? Selama ini kan kita ngasuhnya anak laki-laki, pasti kalo anak perempuan gemes?”

Aku menoleh, memperhatikan Mas Seungyoun yang tiba-tiba membicarakan anak perempuan.

Flashback Off

“Dek... Kok bengong?”

Mas Seungyoun menyadarkanku dari lamunan dan aku tersenyum.

“Aku inget ulang tahun pertama Dodo mas, yang bapak bilang kalo Dodo gampang deket sama orang dan gampang adaptasi kalo punya adek? Ternyata engga segampang itu ya?“ucapku tersenyum menatap Dodo yang sedang serius dengan makanan di hadapannya.

“Ah iya! Mas ingat! Yang mas bilang mau anak kedua perempuan kan?“ucap Mas Seungyoun dan aku mengangguk.

“Keinginan Mas Seungyoun terpenuhi nih udah ada Dede”ucapku meledek.

“Gimana, ada perbedaan anak cewek sama cowok sejauh ini?“tanyaku kepada Mas Seungyoun dan Mas Seungyoun menggeleng.

“Kecuali satu, tenagah Dodo jauh lebih gede dari Dede! Dulu pas imunisasi aku inget banget Dodo nangis kenceng bahkan kakinya suka nendang. Kalo Dede lebih kalem”ucap Mas Seungyoun mengakhiri sebelum kami kembali menikmati sarapan kami.

(xposhie)

Mencekam.


Byungchan gelisah. Ia duduk di mobil Seungyoun yang sudah berada di arena dimana Blue Rose berkumpul dan menunggu kedatangan tim lainnya. Sebelumnya Byungchan sudah menolak untuk datang ke arena tetapi Seungyoun tidak mengizinkannya.

“Kenapa? Kamu takut ada Seungwoo? Bagus dong kalo ada dia? Kamu belum cerita kan tentang kita ke dia?”

Byungchan sesekali melirik keluar, memperhatikan keadaan sekitarnya. Byungchan berharap Seungwoo tidak datang malam ini, setidaknya Byungchan tidak perlu mengarang seribu alasan berbohong kepada Seungwoo.

Pagi tadi, Byungchan sudah meninggalkan apartment Seungwoo. Tujuannya jelas karena Seungyoun. Seungyoun mengirimkan pesan kepada Byungchan jika Seungyoun akan menjemputnya. Awalnya Byungchan kira, mereka hanya akan menghabiskan hari itu di apartment Seungyoun tetapi Byungchan salah.

Setelah dijemput Seungyoun, Byungchan dibawa ke markas Blue Rose. Beberapa orang berteriak riuh ketika Seungyoun masuk ke dalam markas sambil menggandeng Byungchan, termaksud Sunho.

“Wahhh official nih boss?”

“Makan-makanlah boss jangan diem-diem ajaaa”

“Emang paling hebat gerakan bawah tanah. Pas muncul, bisa bikin orang emosi tujuh turunan”

Itu adalah komentar yang dilontarkan anggota Blue Rose saat Byungchan tiba di markas Blue Rose. Byungchan mengakui jika amggota Blue rose baik, tetapi Byungchan juga tidak akan melupakan betapa jahatnya sikap Sunho serta Seungyoun termaksud perilaku mereka saat ini.

“Sayang... Turun yuk!“Byungchan tersadar dari lamunannya ketika pintu mobil dibuka oleh Seungyoun. Bahkan Seungyoun sudah mencondongkan badannya untuk membukakan sabuk keselamatan yang Byungchan kenakan.

Tubuh Byungchan seketika menegang ketika melihat mobil Namjoon serta Jaebum dan mobil beberapa anggota Dionysus serta Q yang berjejer rapih dihadapannya. Ia juga dapat melihat jika Sunho sudah berbicara dengan Jaebum.

“Yuk turun”Byungchan menoleh sebelum turun dan mobil. Seperti terhipnotis, Byungchan rela ketika Seungyoun menggenggam tangannya dan sedikit menarik tubuhnya untuk berjalan dan berdiri di belakang Seungyoun. Kali ini posisi Seungyoun sudah berada dibelakang Sunho.

Beberapa anggota Dionysus maupun Q memperhatikan Byungchan dengan tatapan sedih, takut serta marah. Sedangkan Byungchan hanya dapat menunduk dan berharap jika timnya tidak datang malam ini. Karena malam ini setau dia, Sunho hanya akan berurusan dengan Jaebum.

“Ah bawa pasukan lain?“ucap Sunho dengan nada merendahkan. Jaebum mengabaikan perkataan Sunho dan menyapu pandangannya ke anggota Blue Rose dihadapannya.

“Nyari ade lo? Dia baik-baik aja kok”setelah Sunho berkata seperti itu, terdengar suara seretan kaki dari arah belakanh. Woonjae sedikir menarik kembarannya Jaewoo yang wajah serta tubuhnya penuh luka sisa pukulan kemarin.

“Sialan....“Jaebum mendecih.

“Santai! Lo mau ambil ade lo kan? Engga gampang”ucap Sunho santai.

“Izinin gue jalan sama Minjoo, baru gue lepas ade lo”ucapan Sunho selanjutnya membuat Namjoon menegang.

“Engga akan pernah gue ngizinin lo jalan sama ade gue walaupun sedetik”ucap Namjoon tegas.

“Oke... Berarti Jaewoo tetep bagian Blue Rose! Karena apa? Dia udah ngekhianatin gue dengan jalan bareng Minjoo”ucap Sunho mendecih.

Suasana hening ketika tiga mobil lainnya datang. Seungsik dan anggota tim Oasis turun dari mobil, tanpa Seungwoo sang Leader.

“Oh? Ternyata komplit? Persahabatan kalian klop banget ya?“ucap Sunho lagi.

“Eits.... Engga komplit ternyata... Pemimpin Oasis engga ada? Kemana? Nyariin cowoknya yang udah berhasil direbut anak buah gue?“ucap Sunho sambil menggeser sedikit tubuhnya mempersilahkan Seungyoun maju selangkah bersama Byungchan.

Seungsik menahan nafas. Subin bahkan harus ditahan oleh Hanse ketika dirinya ingin mendekati Byungchan.

“Gimana? Jadi lo mau bawa adek lo pergi apa engga?“ucap Sunho lagi.

“Kita udah ada di Arena, kenapa lo sama gue engga tanding aja? Yang menang, bisa ambil Jaewoo”ucap Jaebum.

“Bang, engga usah! Gue engga apa-apa”ucap Jaewoo yang membuat Sunho tersenyum miring.

“Gue engga pernah bayangin bakalan nemuin drama keluarga kayak gini”Sunho tertawa membuat anggota timnya ikut tertawa.

“Oke—–“Sunho menghentikan ucapannya ketika mendengar suara orang berlari mendekati mereka.

“Minjoo?!“ucap Namjoon dan Hwasa bersamaan.

Minjoo berlari kearah Namjoon dan berdiri di belakang Namjoon.

“Maaf...“ucap Minjoo pelan dan Hwasa merangkul Minjoo menenangkan.

Disaat bersamaan sebuah mobil berhenti sembarangan. Pengemudinya keluar beberapa detik kemudian.

“Ah disini? Untung gue ikutin Minjoo pas dia buru-buru cegat taksi”Seungwoo berbicara dengan tatapan tajam.

“Ka...“Byungchan berkata lirik ketika Seungwoo sudah berada dihadapannya.

“Kalo drama ini bukan bagian gue, kayanya yang terhormat bapak seungyoun bisa mengambil alih”ucap Sunho, membuat Seungwoo dan Seungyoun berhadapan.

Seungwoo menatap Byungchan tajam sebelum pandangannya beralih ke tangan Byungchan dan Seungyoun. Byungchan berusaha melepaskan genggaman Seungyoun tetapi gagal.

“Kenapa? Kaget liat cowok lo bareng gue? Byungchan, sayang... Kenapa kamu engga coba jelasin ke dia?“ucap Seungyoun mengusap pipi Byungchan. Nafas Seungwoo terdengar menderu.

“Santai...“Jaebum menahan lengan Seungwoo tetapi langsung dihempas oleh Seungwoo.

“Kamu mau ngomong apa? Mau jelasin sesuatu ke aku?“tanya Seungwoo kepada Byungchan. Lama, Byungchan terdiam.

“Aku mau putus”ucap Byungchan menatap Seungwoo tajam.

“Aku mau kita putus, ka. Maaf...“ucap Byungchan lagi.

Semua mata tertuju ke Byungchan. Seungsik bahkan mengepalkan tangannya kuat hingga kukunya memutih.

“Sayang... Engga kecepetan? Gimana kalo aku tanding sama Seungwoo dulu? Biar buktiin kalo aku emang pantes buat kamu?“ucap Seungyoun sambil tersenyum miring.

“Dua lawan dua? Oke boleh juga”Sunho kembali melangkah dan berdiri ditengah-tengah. Pertandingan yang sangat dihindari, terjadi lagi. Pertandingan yang menyebabkan sebuah kecelakaan beberapa waktu lalu akan kembali terulang malam ini dengan tim yang sama tetapi anggota berbeda.

(xposhie)

Cerita Wooseok


“Eh bengong aja!“Yuvin menyenggol tubuh Wooseok yang sedari tadi diam menatap langit malam yang terlihat cerah.

“Hah? Eh thank you ya udah ditemenin. Jadi lo udah tau kan lusa kita kumpul dimana?“tanya Wooseok dan Yuvin mengangguk.

“Lusa mau gue jemput lagi?“tanya Yuvin tetapi Wooseok menggeleng.

“Engga usah. Lusa kan ketemu Yohan, gue engga enak sama dia”ucap Wooseok dan Yuvin mengganguk mengerti.

“Terus... Kira-kira tujuan lo bikin ide gila ini berhasil?“tanya Yuvin tetapi Wooseok hanya menanggapi dengan senyuman seadanya.

“Engga tau. Bahkan seminggu yang lalu Jinhyuk tiba-tiba mabok sendirian. Entah kenapa dan apa tujuannya”ucap Wooseok menjelaskan.

“Emang tujuan lo apa?“tanya Yuvin penasaran.

“Lo sadar engga sih, Jinhyuk selalu mau segala sesuatunya berjalan sesuao kehendak dia? Kayak... Dia boleh bebas main sama temen-temennya bahkan tanpa ngabarin gue. Tapi, gue engga bisa kayak gitu. Gue harus laporan sama dia dan kalo gue terlalu sering main sama temen-temen gue tuh dia engga suka karena katanya dia engga dianggep sebagai pacar?“ucap Wooseok.

“Padahal gue engga pernah sekalipun mikir kalo dia bukan pacar gue. Kalo gue jalan sama temen-temen gue, pasti kok gue ngabarin dia”Wooseok melanjutkan.

“Jadi... Apapun yang Jinhyuk bilang itu haru lo turutin? Semacam itu?“tanya Yuvin dan Wooseok mengangguk.

“Engga semua, tapi hampir 88% keinginan dia harus gue jalanin. Jadi gue engga punya kesempatan buat ngomong ataupun protes ke dia”ucap Wooseok menjelaskan.

“Tadi Sejijn ngechat gue, minta maaf... Tapi gue bingung dia minta maaf buat apaan?“ucap Wooseok setelah beberapa waktu terdiam.

“Kenapa lo engga tanya langsung?“ucap Yuvin tapi Wooseok menggeleng.

“Engga usah. Gue yakin, kalo emang dia mau ngomong pasti dia langsung ngomong kok”ucap Wooseok tersenyum dan ucapan Wooseok tersebut membuat Yuvin mengusak puncak kepala Wooseok.

“Semoga lusa Jinhyuk berubah ya! Kalo lo engga suka sama sikap dia, lo harus berani ngomong. Kalo dia marah, coba diemin sehari dua hari sampe dia cooling down sendiri”ucap Yuvin menjelaskan dan Wooseok menatap Yuvin lekat sambil tersenyum.

“Thanks buat dua minggunya ya, Vin!“ucap Wooseok dan Yuvin mengangguk.

“Thank you juga buat ide gilanya. Jadi gue bisa mikir apa yang salah sama gue dan hubungan gue sama Yohan”ucap Yuvin mengakhiri.

(xposhie)

Abang


“Bang... Maaf aku bohong...“Minjoo membuka suara malam itu. Dalam perjalanan dari markas Q menuju rumahnya.

“Aku bohong sama abang... Sebenernya aku jalan sama Jaewoo...“ucap Minjoo lagi. Sasa menoleh ke arah Minjoo dan tersenyum.

“Malem itu, pas aku engga sadar sebenernya Jaewoo niat bawa aku pulang. Bukan Jaewoo yang bikin engga sadar, bang... Tapi Sunho...“ucap Minjoo lagi.

“Sebenernya ada alasan kenapa Jaewok gabung sama Blue Rose...“Namjoon menoleh sebelum kembali memfokuskan pandangannya ke jalanan yang sudah lenggang di depannya.

“Besok aku boleh ikut ke Arena?“tanya Minjoo saat mereka sudah sampai rumah.

“Engga”ucap Namjoon datar.

“Aku mau ketemu Jaewoo bang...“ucap Minjoo lagi.

“Kamu dirumah, biar abang yang ketemu Jaewoo dulu. Abang juga perlu ngomong sama Bang JB dulu masalah Jaewoo sama Woonjae”ucap Namjoon lagi.

“Bang....“Sasa menghampiri Minjoo dan berbicara dengan Minjoo.

“Kamu suka sama Jaewoo?“ucap Namjoon melihat adiknya tetapi Minjoo hanya diam menatap Namjoon.

“Abang engga marah kamu suka sama siapapun. Tapi abang engga suka kalo kamu suka bohong, karenga engga ada yang pernah ngajarin kita bohong kan?“ucap Namjoon tegas dan Minjoo mengangguk pelan.

“Besok kamu dirumah. Kalo mau tau kabar Jaewoo, kamu bisa hubungin Ka Sasa”ucap Namjoon lagi sebelum meninggalkan kamar adik perempuannya itu.

(xposhie)

Marah.


Seungwoo melemparkan ponselnya kearah tembok yang menyebabkan ponselnya percah tak berbentuk. Itu ada bentuk kemarahannya karena tidak menemukan Byungchan disebelahnya saat bangun pagi.

Seungwoo jelas marah. Karena masalah semalam antata ia, Jaebum dan Byungchan belum selesai. Masalah tanda kemerahan di leher Byungchan juga belum menemukan titik terang. Seungwoo jelas marah, semalam ia sengaja menyuruh Byungchan menginap di apartmentnya agar esok pagi mereka bisa berbicara, tapi yang Seungwoo temukan saat pagi hari ternyata berbeda.

“Lo! Lo tau kan Byungchan kenapa berubah?“Seungwoo marah. Ia menarik baju Seungsik yang berdiri tidak jauh dari dirinya.

“Bang... Sabar! Lo jangan emosi beginilah”Heochan maju dan melerai keduanya.

Enam anggota Oasis sudah berada di markas mereka setelah dihubungi oleh sang ketua. Ketua mereka marah, jadi mereka harus cepat bertindak. Keadaan di dalam ruangan tersebut panas walaupun pendingin ruangan sudah menyala pada titik terendahnya.

“Gue tau. Malem itu, lo ngomong kan sama Byungchan? Sejak saat itu dia berubah. Lo tau kan apaan yang terjadi sama Byungchan?“Heochan menahan gerak badan Seungwoo yang jauh lebih tinggi darinya. Setidaknya agar Seungwoo tidak kembali menyentuh Seungsik.

Seungsik diam. Ia bingung, saat bingung. Tidak biasanya Seungwoo emosi hingga seperti ini. Seungwoo adalah orang paling rasional diantara mereka. Itulah mengapa, Seungwoo menjabat sebagai Leader Oasis saat ini. Tapi Seungsik juga tidak bisa protes. Perubahan emosi Seungwoo terjadi karena perubahan sikap Byungchan akhir-akhir ini.

“Gue bener-bener clueless dan ga tau apapun disini. Gue gatau kalian semua nyembunyiin apa dari gue. Tapi kalo yang kalian sembunyiim berdampak buruk ke gue, Byungchan atau hubungan gue dan Byungchan, gue engga akan segan-segan cabut dari Oasis”ucap Seungwoo dengan nafas menderu.

“Bang, kita bisa kan omongin baik-baik? Oasis bukan cuma tentang lo dan Byungchan. Oasis tentang kita bertujuh. Kita bertujuh punya tujuan yang sama, lo harus inget itu”kali ini Hanse angkat bicara.

“Lo liat! Lo liat dia buka mulut apa engga? Gimana mau di omongin baik-baik kalo dia diem aja dari tadi? HAH!!“Mata Seungwoo memerah menahan amarah yang memuncak. Seungwoo menunjuk-nunjuk Seungsik yang masih terdiam ditempat.

“Engga berguna lo semua!“Seungwoo pergi. Meninggalkan kelima anggotanya terpaku di markas mereka.

“Bang!“Langkah Subin ditahan Sejun sehingga Subin membiarkan Seungwoo pergi meninggalkan markas mereka dengan bunyi kerasa dentuman pintu.

“Gimana?“tanya Heochan kepada anggota tertua kedua di Oasis.

“Kita cari Byungchan dulu aja. Coba cari disekitar apartment Seungyoun. Apartment Bang Senu yang lama. Trus ke daerah rumahnya. Ke tempat yang mungkin di datengin Byungchan”ucap Seungsik pelan.

“Jalan terakhir. Nanti malem kita dateng ke arena tanpa Bang Senu. Gue curiga, Seungyoun bawa Byungchan kesana”semua menoleh mendengar perkataan Hanse.

(xposhie)

Cookies.


Setelah sesi saling menanyakan kabar via telfon maupun video call Dek Sejin serta Sejin akhirnya memutuskan aktivitas mereka hari ini. Sesuai janji Dek Sejin yang akan mengajari Sejin memasak, akhirnya hari ini mereka memutuskan untuk membuat cookies karena kebetulan camilan Dodo yang biasa dibuat Dek Sejin sudah habis.

“Ka Sejin suka buat camilan sendiri kayak gini?“Dek Sejin menoleh dan menggeleng.

“Jujur jarang, karena Dodo engga bisa dilepas. Tapi kalo lagi mau dan pas Mas Seungyoun ada dirumah, biasanya aku usahain buat camilan sendiri yang gampang dan cepet”Sejin dari universe GBK itu pun mengangguk mendengar penjelasan Dek Sejin.

“Sebenernya, aku tuh suka masak karena biar bisa ngisi waktu luang. Kalo kamu kan suka tuh nonton konser kpop atau ke acara-acara kpop, nah kalo aku suka masak kayak gini. Lumayan juga sih hehehe”Dek Sejin menyiapkan semua bahan yang akan mereka gunakan.

“Kita buat chocolate chips cookies aja ya? Itu kayaknya paling gampang, dan tingkat kegagalannya dikit sih”ucap Dek Sejin dan Sejin pun mengangguk.

“Aku tuh jarang banget loh ka masuk dapur. Paling cuma buat nyeduh air sama mie. Aku kalo lagi sama Seungyoun juga lebih suka delivery karena kita berdua emang engga bisa masak”ucap Sejin bercerita.

”...sebenernya itu sih yang bikin aku kadang suka diem aja kalo Seungyoun ngajak aku nikah. Masa tiap hari aku sama dia delivery kan engga lucu? Uang kita nanti habis cuma buat makanan aja”suara Sejin mengecil.

“Sebenernya. Kesiapan kamu menikah engga bisa diukur dari segi apapun kok. Ketika kamu dan Seungyoun siap, semuanya akan jadi mudah. Kayak aku sama Mas Seungyoun. Cuma kenal beberapa bulan, tapi karena semua dimudahkan, jadi ya kita baik-baik aja sampe sekarang”ucap Dek Sejin menjelaskan.

“Engga pernah berantem ka?“Dek Sejin yang sedang mencairkan margarin pun menghentikan kegiatannya dan tersenyum.

“Aku malah pernah pergi dari rumah, semingguan kayanya. Itu murni misscommunication sih. Tapi habis itu yaudah kita kayak biasa lagi, bahkan makin deket.... Eh vanilinya udah kamu masukin sekalian?“Dek Sejin memotong perkataannya ketika melihat kegiatan yang dilakukan Sejin di sampingnya.

“Nih margarinnya nanti kalo udah dingin, kamu campur ya sama adonan ini”ucap Dek Sejin menjelaskan.

“Pergi dari rumah seminggu ka?“Ucap Sejin dan Dek Sejin mengangguk.

“Tapi karena aku cerita begitu, kamu jangan semakin takut buat nikah loh!“cerita mereka berlanjut seiring dengan kegiatan mereka membuat cookies.

Sesekali Dek Sejin mengajak Dodo berbicara agara ia tidak bosan karena di diamin terlalu lama.

“Trus kalo adopsi Dodo itu keputusan bersama ka?“Dek Sejin mengangguk.

“Awal mulanya karena aku sama Mas Seungyoun dititipin keponakannya Mas Seungyoun. Trus kita seneng ada anak kecil, akhirnya kita omongin serius masalah itu sampe akhirnya kita sepakat adopsi Dodo”ucap Dek Sejin menjelaskan.

“Kaaaa, ini berapa menit ya?“tanya Dek Sejin yang kebingungan di depan oven.

“Lima belas menit aja, trus kamu pilih apinya yang kecil”Dek Sejin berjalan menghampiri Sejin setelah mendudukan Dodo kembali di kursinya yang masih terpantau dari pandangannya.

“Udah kan gampang kok! Kalo emang gagal biasanya itu karena takaran atau cara kamu nyampur adonannya. Tapi kalo udah sering, bakalan terbiasa kok engga perlu takaran lagi”ucap Dek Sejin.

Cookies mereka pun sudah jadi. Setelah membersihkan Dodo yang bermandikan tepung karena tidak sengaja menarik sisa tepung diatas meja, Dek Sejin dan Sejin dari universe GBK pun berbincang di balkon apartment dengan ditemani cookies karya mereka serta dua cangkir teh hangat.

“Nah habis ini praktekin ke Seungyoun! Sambil ngobrolin masa depan”ucapan Dek Sejin membuat Sejin tersenyum malu.

(xposhie)

Brother(s).


“Yaudah nanti aku aja yang cerita”baru saja Hwasa berkata seperti itu, pintu markas Q sudah terbuka dan memperlihatkan beberapa lelaki dewasa yang sepertinya moodnya sedang tidak baik.

“Kamu kenapa disini?“tanya RM bingung.

“Minjoo nelfon aku, minta ditemenin disini”ucap Hwasa tenang.

“Minjoo, kamu udah berani bohong sama abang? Kamu pulang sekarang sama abang!“ucap Namjoon dengan nada tegas tetapi Minjoo menggeleng.

“Engga mau, sampe aku tau kabar dari Jaewoo”ucap Minjoo yang bersembunyi dibalik tubuh Hwasa.

Namjoon menoleh kearah Jaebum yang sedang mengutak-atik ponselnya. Tatapannya tajam tetapi Jaebum tidak menyadari itu.

“Ngapain masih mau ketemu Jaewoo? Kamu baru beberapa kali ketemu Jaewoo aja udah kayak gini pake segala bohong sama abang”ucapan Namjoon membuat Jaebum menoleh.

“Kesalahan adek lo, ya kesalahan adek lo. Engga usah nyalahin adek gue”ucap Jaebum tidak terima.

“Udah woyy udah!“ucap Mark yang maju menengahi.

“Kelakuan adek engga akan jauh sih dari kelakuan abangnya”ucap Seungwoo pelan tapi masih dapat di dengar seluruh orang diruangan tersebut.

“Maksud lo apaan sih, Nu? Kalo engga suka sama gue, lo bilang! Engga usah nyindir-nyindir”ucap Jaebum Emosi.

“Ka... Bang... Udah...“kali ini Byungchan yang maju untuk menengahi.

“Kamu sekarang suka belain orang lain ya dibanding aku”Seungwoo mendecih dan menatap tajam Byungchan.

“Bang, engga begitu lah”ucap Seungsik yang tau keadaan sebenarnya antara Seungwoo dan Byungchan.

Suasana sempat hening sampai ponsel Minjoo berdering dan menampilkan nama Jaewoo pada display name ponselnya. Namjoon yang melihat hal itu menarik ponsel Minjoo cepat dan menjawab panggilannya.

“Dimana lo, bangsat!“ucap Namjoon emosi.

“Weits! Santai... Posesif amat nih jadi abang?”Sunho tertawa di sebrang telfon membuat Namjoon mengernyitkan keningnya bingung. Jaebum yang melihat perubahan raut wajah Namjoon pun menarik ponsel Minjoo.

“Dimana adek-adek gue?“ucap Jaebum kali ini.

“Eh? Waow lagi pada ngumpul nih kayanya para abang? Adek lo sama gue nih. Agak berdarah-darah dikit tapi masih sadar kok”ucap Sunho santai.

“Sialan!“ucap Jaebum mengepalkan tangannya hingga kuku jarinya memutih.

“Ka....“Minjoo menarik pelan ujung baju Hwasa meminta bantuan. Hwasa menarik nafas dalam sebelum menarik ponsel Minjoo dan menekan tombol loundspeaker pada layar ponselnya.

“Biar gampang, mumpung lo pada lagi kumpul...”ucap Sunho di sebrang telfon.

“Minjoo, apa kabar? Maaf ya, aku buat pacar kamu luka. Sedikit kok engga banyak lukanya.”

Bugh Satu pukulan terdengar jelas dengan rintihan Jaewoo yang terdengar setelahnya. Mark menahan gerakan Jaebum yang kembali ingin menarik ponsel dari tangan Hwasa.

“Lo tau kan! Orang yang main-main sama kepunyaan gue, bakalan berakhir menyedihkan!!”Suara Sunho terdengar menjauh. Tetapi pukulan-pukulan selanjutnya terdengar jelas dari sebrang telfon.

“Jaewoo!! Jangan... Please.... Jangan sakitin Jaewoo...“Minjoo meraung hingga akhirnya tidak sadarkan diri. Beruntungnya, Namjoon sigap menangkap sang adik sehingga ia tidak sampai jatuh ke lantai.

“Iya, gimana Minjoo? Jaewoo lagi engga bisa angkat telfon nih sekarang”suara Sunho kembali jelas terdengar.

“Bangsat! Dimana lo anjing!!! Lo berani nyakitin adek gue, gue bakalan bikin lo engga selamat kemanapun lo pergi!!“ucap Jaebum emosi.

“Hahaha santai. Adek lo engga akan mati kok ditangan gue, setidaknya engga sekarang. Kalo lo mau ngeliat ade lo, dateng ke arena biasa besok jam tujuh malem. Lo bisa ambil adek lo kalo lo menang lawan tim gue di arena”

Pip! panggilan tersebut terputus. Menyisakan sejuta pertanyaan di benak masing-masing orang di ruangan tersebut.

“Gimana?“tanya Mark mencairkan suasana.

“Gue harus kesana besok gimanapun caranya!“ucap Jaebum tegas.

“Pikirin baik-baik, sebelum lo kesana. Lo tau Sunho orangnya kayak gimana kan? Kejadian beberapa bulan lalu jelas ulah Blue Rose dan kali ini kita engga boleh lengah sedikitpun”ucap Mark menjelaskan lagi.

“Sorry...“ucap Namjoon mengulurkan tangannya meminta maaf.

“Besok gue pastiin gue sama anak-anak Dionysus bakalan kesana juga. Kalian engga boleh kesana cuma bertujuh, karena kita engga tau apa yang bakalan dia lakuin”ucap Namjoon lagi.

Namjoon melirik ke Seungwoo, leader termuda diantara mereka. Seungwoo diam tanpa pergerakan sedikitpun sebelum akhirnya menarik Byungchan meninggalkan markas Q.

“Seungwoo masih butuh waktu. Tadi semuanya serba kebetulan dan Seungwoo perlu waktu buat mencerna semuanya karena lo tau kan bang dia sayang banget sama Byungchan”ucap Seungsik menjelaskan dan Jaebum mengangguk.

“Lo kayanya udah perlu cerita ke Namjoon sama Jaebum deh Sik”ucapan Hwasa membuat Seungsik diam menegang.

(xposhie)

Pundung.


Hai! Ketemu lagi sama Dek Sejin yang sekarang lebih sering dipanggil Bubu hehe Bahkan Mas Seungyoun lebih sering manggil aku Bubu ketimbang Dek Sejin! Katanya biar bisa dicontoh Dodo, karena bahaya kalo Dodo manggil aku dengan sebutan Dek Sejin kan?

Kehidupanku dan Mas Seungyoun setelah kedatangan Dodo berubah 180 derajat. Apartment kami lebih ramai karena celotehan Dodo dan aku juga semakin sibuk karena harus mengurusi Dodo serta Mas Seungyoun. Belum lagi jika mode manja Mas Seungyoun datang, aku harus memperhatikan Mas Seungyoun seutuhnya terlebih jika Dodo sudah tidur.

Setelah kedatangan Wonyoung atau yang lebih sering kupanggil Dede, kehidupan kami berubah kembali. Celotehan anak bertambah satu. Perhatian kami terbagi dua. Perhatianku khususnya terbagi tiga. Aku senang karena aku punya dua orang teman di apartment jika Mas Seungyoun pergi bekerja atau harus ke luar kota untuk alasan pekerjaan.

Seperti saat akhir pekan seperti ini, perhatianku akan terbagi tiga. Jalan tengahnya, Mas Seunngyoun mengalah untuk siang hari dan akan mendapatkan perhatianku pada malam hari. Biasanya kita habiskan untuk berbicara atau menonton film bersama dikamar, tidak lebih.

“Bubuuu!!“Dodo berteriak dari kamarnya membuatku harus menghampirinya dan mendapati ia berdiri di depan lemari tempat menyimpan banyak mainannya.

“Pensil warna!“ucapnya singkat dan aku langsung tau apa yang ia butuhkan. Aku pun mengambil sebuah buku gambar dan pensil warna untuk Dodo.

“Dodo mau gambar apa hari ini?“ucapku duduk disebelah Dodo yang sudah berbaring dengan pensil warna yang sudah ia keluarkan semuanya. dari tempatnya.

“Mobil! Dodo mau gambar mobil Baba yang baru!!“ucapnya bersemangat dan aku mengangguk.

Belum ada lima menit aku menemani Dodo, Mas Seungyoun sudah memanggilku dengan Dede yang menangis di gendongannya.

“Sayanggg, Dede kayanya haus”ucap Mas Seungyoun yang terus menimang Dede dalam gendongannya.

“Dodo gambar sendiri dulu bisa? Bubu mau kasih makan Dede dulu ya?“ucapku dan Dodo mengangguk. Mas Seungyoun pun menggantikan posisiku menemani Dodo dikamar.

Waktu menunjukan hampir pukul empat sore ketika aku meletakan Dede di bouncer yang sengaja aku letakan di ruang tamu.

“Dodo, sayang... Ayok kecilin suara tivinya. Dedenya kan lagi bobo”ucapku pelan. Dodo yang sebelumnya sedang melompat kegirangan mengikuti irama kartun yang ia tonton, mendadak diam dan melirik Wonyoung yang tertidur.

“Tapi engga kedengeran bubu kalo dikecilin”ucap Dodo dengan bibir yang mengerucut.

“Nanti kalo Dede nangis kebangun gimana, hm? Dodo kan abang! Jadi Dodo harus bisa jagain Dede dan jangan bikin Dede nangis, ya?“ucapku memberi pengertian dan akhirnya Dodo mengangguk mengerti.

Waktu luang aku gunakan untuk mandi. Kebetulan Mas Seungyoun sedang mengerjakan beberapa pekerjaan kantor yang ia bawa kerumah diruang kerjanya. Aku baru saja hendak meletakan handuk basah ke tempatnya ketika aku mendengar benda terjatuh yang disusul suara tangisan. Aku panik. Aku keluar dari kamar bersamaan dengan Mas Seungyoun yang keluar dari ruang kerjanya.

“Dodo!!“Mas Seungyoun lari ke dapur ketika melihat Dodo terjatuh dari tangga kecil yang memang aku sengaja letakan di dapur guna membantuku mengambil barang yang tinggi.

Aku menghampiri Mas Seungyoun yang sudah menggendong Dodo. Keadaan di dapur cukup berantakan dengan beberapa buah strawberry berceceran dan pintu kulkas yang terbuka. Aku bisa mengambil kesimpulan jika Dodo hendak mengambil buah strawberry miliknya dari dalam kulkas tetapi tidak sampai hingga akhirnya hanya ujung tempatnya saja yang tertarik sebelum akhirnya ia terjatuh.

“Dodo ada yang sakit sayang, hm?“tanya Mas Seungyoun memeriksa Dodo yang masih sedikit terkejut. Aku memutuskan merapihkan kekacauan yang dibuat Dodo didapur.

“Strawberry... Bubu... Mau...“Dodo yang masih terisak menunjuk strawberry yang aku bersihkan. Aku menggeleng.

“Dodo kenapa engga bilang sama Bubu atau Baba kalo mau strawberry?“tanya Mas Seungyoun lembut tetapi Dodo diam dan masih memperhatikanku.

“Dodo udah engga punya strawberry. Semua jatoh, kotor”ucapku membuang strawberry tersebut. Dodo kembali menangis.

“Dodo mau strawberry? Beli sama Baba yuk! Mau?“ucap Mas Sengyoun menenangkan Dodo. Tangisan Dodo membuat Dede terbangun dan aku menghela nafas panjang. Keadaan yang sangat aku hindari, tangisan dua anak sekaligus.

Aku meninggalkan Mas Seungyoun dan Dodo di dapur untuk melihat Dede yang terbangun karena tangisan Dodo barusan.

“Bubu... Mau susu...“setelah insiden sejam yang lalu, Dodo akhirnya tenang. Ia menghampiriku yang sedang memberikan susu kepada Wonyoung yang baru saja selesai aku mandikan.

“Sebentar ya sayang... Bubu kasih susu Dede dulu?“ucapku dan Dodo mengangguk lemah sebelum akhirnya berjalan masuk ke kamarnya.


“Dodo mana?“Mas Seungyoun menghampiriku yang sedang menyiapkan makan malam.

“Dikamar dari tadi sore”ucapku santai dan Mas Seungyoun pun memutuskan pergi ke kamar Dodo.

“Baba.... Bubu engga sayang Dodo lagi ya? Kenapa Bubu engga pernah main sama Dodo lagi?”

Langkahku terhenti di depan kamar Dodo ketika mendengar perkataan Dodo dari dalam kamar dengan suara terisak.

“Kenapa Dodo bilang gitu? Bubu sama sayang kok sama Dodo. Baba juga sayang sama Dodo”

“Bubu engga pernah main sama Dodo lagi. Bubu tinggalin Dodo gambar sendirian. Bubu lupa kasih Dodo buah kayak tadi... Bubu juga selalu gendong Dede, engga gendong Dodo lagi”Aku hanya dapat terdiam.

“Dodo kan udah gede sayang, masa masih mau di gendong? Kalo Dede kan masih bayi, jadi harus digendong Bubu”ucap Mas Seungyoun menjelaskan.

“Kalo Dodo udah gede itu engga bisa minta gendong Bubu lagi? Kalo gitu, Dodo engga mau jadi gede. Dodo mau kecil terus aja kayak Dede...”

Aku menetralkan deru nafasku. Aku ingat tiga bulan setelah kedatangan Wonyoung, perhatianku benar-benar terbagi. Aku jarang bermain dengan Dodo. Aku terkadang lupa membacakan buku sebelum Dodo tidur. Bahkan aku lebih sering menghabiskan waktu dengan Wonyoung dibanding Dodo, aku kira ia mengerti dan tidak terlalu memikirkannya tetapi aku salah.

“Gini... Bubu sama Baba itu selalu sayang sama Dodo sampai kapanpun. Walaupun Dodo udah besar, udah sekolah sekalipun Bubu sama Baba tetap akan sayang sama Dodo”

“Bubu engga pernah engga sayang sama Dodo. Bubu sayang sama Dodo, sama Dede juga. Dodo sayang Dede kan?”Tanya Mas Seungyoun dan aku dapat melihat anggukan kecil dari Dodo disela pintu.

“Dodo sayang Dede... Sayang banget...”ucap Dodo teramat pelan.

“Dede kan masih kecil, belum bisa jalan kayak Dodo. Dede juga cuma baru bisa minum susu aja. Dede belum bisa ngomong kalo Dede laper, engga kayak Dodo... Dodo udah gede, bisa jalan bisa lari. Kalo Dodo laper bisa ngomong sama Bubu. Kalo Dodo mau dibacain dongeng, juga bisa ngomong sama Bubu. Baba yakin kok Bubu bakalan ngelakuin itu semua buat Dodo karena Bubu sayang sama Dodo”ucap Mas Seungyoun.

“Jadi... Bubu beneran sayang sama Dodo kan Ba? Bubu engga sayang sama Dede aja kan?”ucap Dodo dan Mas Seungyoun menggangguk.

“Jadi Dodo sekarang mau makan? Bubu bikinin makanan kesukaan Dodo loh! Wanginya enak! Pasti rasanya juga enak!!”Aku memutuskan melangkahkan kakiku kembali ke dapur setelah mendengar perkataan Mas Seungyoun tersebut.

Aku melirik ketika melihat Mas Seungyoun berjalan ke dapur dengan Dodo dalam gendongannya. Dodo terlihat sudah tidak menangis, bahkan ia sudah tertawa karena Mas Seungyoun yang suka menggelitiknya.

“Bubuuu!! Baba nakal kelitik Dodo mulu”ucap Dodo tertawa terbahak dan aku tersenyum melihatnya.

“Dodo mau makan sendiri atau Bubu suapin?“tanyaku ketika Mas Seungyoun sudah meletakan Dodo dikursi khusus miliknya.

“Suapin, boleh?“tanya Dodo pelan dan aku mengganguk.

“Boleh dong! Dodo kan anak Bubu, masa engga boleh disuapin”ucapku dan Dodo tersenyum kegirangan.

Setelah makan malam, karena kebetulan Wonyoung sudah tidur, aku dan Mas Seungyoun menemani Dodo bermain. Dodo tertawa ketika aku atau Mas Seungyoun salah dalam memainkan permainan dihadapan kami. Aku tersadar, jika seminggu ini senyum Dodo benar-benar hilang. Kenapa aku tidak pernah sadar?

“Udah malem, waktunya Dodo tidur!“ucapku melirik jam yang sudah menunjukan pukul sembilan malam.

“Hm... Masih mau main”ucap Dodo sedih dan aku segera menggendong Dodo.

“Besok kita main ke taman! Tapi sekarang Dodo bobo dulu ya? Bubu bacain dongeng biar Dodo cepet tidur, gimana?“ucapku dan Dodo mengangguk setuju.

Setelah memastikan Dodo dan Dede tertidur, aku menyusul Mas Seungyoun ke kamar. Mas Seungyoun sedang asik dengan buku dipangkuannya, tetapi buku tersebut di tutup segera ketika aku masuk ke dalam kamar.

“Mas...“ucapku tepat setelah duduk di sebelah Mas Seungyoun yang bersandar pada headboard tempat tidur kami.

“Aku ini masih belum bisa jadi orangtua yang baik ya? Padahal aku udah tiga tahun ngurus Dodo, tapi masih aja kayanya engga bisa jadi orang tua yang bisa dibanggain”

Mas Seungyoun menoleh dan tersenyum kearahku sebelum menariku masuk ke dalam pelukannya. Aku bersandar tepat di dada bidang Mas Seungyoun. Tangan Mas Seungyoun mengusap kepalaku.

“Siapa bilang kamu engga becus jadi orang tua? Engga ada yang berhak nilai kamu pantes atau tidak pantes jadi orang tua. Tiga tahun kamu ngurus Dodo, ngajarin ini itu dan hasilnya? Dodo mandiri kan? Dodo pinter, bahkan lebih pinter dari anak-anak seusianya”ucap Mas Seungyoun menjelaskan.

“Perhatian aku ke Dodo sama Dede, engga adil mas... Tadi Dodo cerita kan ke kamu? Umur dia baru tiga tahun lebih tapi dia udah ngomong begitu...“ucapku pelan.

“Wajar kan, Dek? Dodo tiga tahun sendirian. Dapet perhatian kamu seutuhnya. Sekarang ada Wonyoung, dia mungkin kaget dan belum terbiasa. Wajar kok”ucap Mas Seungyoun lagi sambil masih mengusap puncak kepalaku.

“Kamu jangan bilang kamu engga pantes jadi orang tua. Engga becus jadi orang tua. Jangan ya, dek? Kamu hebat. Hebat banget...“ucap Mas Seungyoun.

“Besok kamu mau ajak Dodo piknik?“tanya Mas Seungyoun dan aku mengangguk.

“Aku merasa bersalah sama Dodo, jadi aku mau ajak dia ke taman besok. Piknik sederhana aja”ucapku dan Mas Seungyoun mengangguk.

“Yaudah tidur yuk? Aku yakin besok kamu mau nyiapin semuanya dari pagi kan?“aku mengganguk.

[Ever had a job where you had no experience, no training, you weren't allowed to quit and people's lives were at stake? That's Parenting ]

(xposhie)

Permintaan Maaf.


“Sorry...“Setidaknya butuh tiga puluh menit untuk Jinhyuk membuka suaranya setelah duduk dihadapan Sejin. Sejin diam. Dia menatap Jinhyuk tanpa mengeluarkan satu katapun.

“Malem itu gue mabok trus...”

“Yaudah lah lupain aja”ucap Sejin santai memotong ucapan Jinhyuk.

Jinhyuk menatap Sejin tidak percaya. Malam itu yang terjadi melebihi batas, sangat melebihi batas. Tapi apa yang Sejin perlihatkan sekarang seolah-olah seminggu yang lalu tidak terjadi apapun.

“Gue minta maaf”ucap Jinhyuk lagi.

“Minta maaf sama Wooseok, jangan sama gue”ucap Sejin lagi dan Jinhyuk kembali terdiam.

“Tapi seminggu yang lalu...“Jinhyuk masih berusaha menjelaskan.

“Gue kan udah bilang engga apa-apa. Emang lo mau ngapain kalo gue bilang gue marah dan kesel sama lo? Mau ngapain coba gue tanya?“ucap Sejin lagi dan Jinhyuk terdiam tidak dapat menjawab pertanyaan Sejin tersebut.

“Udah tau kenapa Wooseok punya ide kayak gini?” Setelah terdiam beberapa saat, Sejin kembali bertanya dan Jinhyuk mengangguk lemah sebagai jawabannya.

“Waktunya tinggal seminggu lagi. Setelah itu, lo ubah sifat lo deh”ucap Sejin.

“Terus lo gimana?“tanya Jinhyuk tetapi Sejin hanya tersenyum.

“Lo maunya Seungyoun jadi kayak gimana?“tanya Jinhyuk lagi.

“Gimana ya? Gue aja bingung mau dia jadi kayak gimana habis ini”ucap Sejin tertawa.

Perbincangan Sejin dan Jinhyuk malam itu terdengar lebih serius dari biasanya. Lebih dari dua jam mereka berbicara.

“Jin... Sekali lagi, sorry ya?“ucap Jinhyuk dan Sejin hanya tersenyum.

“Lo bakalan cerita sama Wooseok tentang malem itu?“tanya Sejin dan Jinhyuk hanya diam menatap Sejin.

“Kalo lo mau bilang, bilang aja. Tapi kalo lo engga mau bilang, yaudah jadi rahasia kita berdua aja”ucap Sejin serius. Jinhyuk mengambil nafas dalam-dalam.

(xposhie)

Mabuk


Wooseok tau, dia tidak boleh melewati batas. Setelah menerima pesan singkat dari Jinhyuk yang mabuk, akhirnya Wooseok menghubungi Sejin dan mengatakan apa yang yang baru saja terjadi.

Tetapi, Wooseok tidak juga dapat mengkhianati perasaannya. Berbekal google maps ponsel Jinhyuk yang masih terhubung ke ponselnya, Wooseok mendatangi bar tersebut hanya untuk memastikan bahwa Jinhyuk sudah bersama Sejin.

Wooseok akhirnya dapat bernafas lega setelah melihat Jinhyuk sudah berasama Sejin. Wooseok pun memilih kembali pulang setelah memastikan semua aman terkendali.


Sejin mendengus kesal. Setelah pertemuannya dengan Jinhyuk, ia berharap Jinhyuk dapat memikirkan semua yang ia katakan dan merubah sikapnya. Tapi yang ia dapati tengah malam ini ialah suara Wooseok yang panik karena kekasihnya itu sedang mabuk seorang diri.

“Nyusahin!“ucap Sejin ketika sampai tepat di depan tempat yang diberitahu sebelumnya oleh Wooseok.

Sejin awalnya agak kesulitan mencari dimana posisi Jinhyuk berada. Tetapi akhirnya setelah tujuh menit mencari, Sejin menemukan Jinhyuk menelungkupkan wajahnya dimeja dengan beberapa botol alkohol di depannya.

“Jinhyuk...“ucap Sejin mengguncang tubuh Jinhyuk.

“Eh? Oh? Kok?“ucap Jinhyuk dengan kesadaran dibawah lima puluh persen.

“Lo chatting apa ke Wooseok? Bikin temen gue panik aja!“ucap Sejin ketus.

“Hm... Kalo dia panik, kenapa dia engga kesini? Hhhh”ucap Jinhyuk malas dan justru mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan.

“Ya lo tau perjanjian itu kan? Kalo dia kesini, dia ngelanggar perjanjian yang udah dia bikin. Lo kan tau dia anaknya gimana”ucap Sejin yang dengan sabar menjelaskan.

“Ah iya! Lo sekarang pacar gue ya bukan dia?“ucap Jinhyuk tersenyum miring.

“Iya!! Makanya Hmphh——“ucapan Sejin terputus karena detik berikutnya Jinhyuk sudah menarik tengkuk Sejin dan mendaratkan bibirnya di atas bibir Sejin.

“Jin— hmppp— hyuk!!“Sejin berusaha menjauhkan dirinya dari Jinhyuk tapi tidak berhasil. Bahkan beberapa kali Sejin memukul dada Jinhyuk untuk melepaskan dirinya, tetapi usahanya tetapi tidak membuahkan hasil.

Jinhyuk menarik tengkuk Sejin dengan tangan kirinya serta menarik pinggang Sejin dengan tangan kanannya untuk lebih mendekatkan diri mereka. Sejin pasrah ketika Jinhyuk menggigit bibirnya, meminta akses lebih untuk masuk ke dalam mulut Sejin. Menit berikutnya, keadaan mereka sudah semakin berantakan dengan Sejin yang sudah duduk diatas pangkuan Jinhyuk dengan tangan yang sesekali menarik pelan rambut Jinhyuk karena lidah Jinhyuk yang terus beradu dengan lidah miliknya.

“Hyuk... Jangan disini ah....“ucap Sejin ketika bibir JInhyuk sudah ulai turun ke leher serta tulang selangka Sejin.

Jinhyuk menghentikan kegiatannya dan menatap Sejin dengan tatapan yang tidak dapat diartikan oleh Sejin. Nafas mereka berdua menderu karena lelah setelah sesi ciuman yang barusaja mereka lakukan. Sejin menggeleng sambil menatap Jinhyuk.


“Nghhh... Ah...“Sejin bergerak tidak beraturan diatas sebuah kasur yang selimutnya sudah tergeletak diatas lantai dingin.

“Hyuk... Nghh...“Sejin menarik rambut Jinhyuk ketika bibir Jinhyuk mengecup sisi dalam pahanya hingga meninggalkan bekas kemerahan.

Setengah jam setelah bertemu dengan Jinhyuk, Sejin sudah berada dibawah kungkungan Jinhyuk tanpa satu helai benang pun di tubuhnya. Nafasnya masih belum teratur.

Jinhyuk yang berada diatas Sejin menatap Sejin lekat. Mereka beradu tatap sebelum Sejin menarik tengkuk Jinhyuk dan kembali melumat bibir Jinhyuk.

Dikamar sewaan itu, erangan dan deru nafas beradu dengan decitan kasur yang bergerak tidak beraturan. Malam itu, mereka melupakan janji yang mereka buat. Bahkan Janji yang Jinhyuk buat sendiri.

(xposhie)