semestakapila

Enam Jam.


“Bilang dong kalo engga nyampe”Sejin menoleh sambil mengerucutkan bibirnya. Seungyoung datang menghampirinya dengan senyum jahil.

“Lagian! Masih aja gelas Wine ditaroh diatas? Udah tau gue engga nyampe”ucap Sejin malas dan Seungyoun tertawa.

“Mau dikamar apa diruang tivi?“tanya Seungyoun dan Sejin menunjuk ruang tivi.

Malam ini adalah pertemuan Sejin dan Seungyoun setelah beberapa saat tidak bertemu. Mereka bilang karena mereka sibuk, tetapi sebenarnya karena keduanya sama-sama memiliki rasa gengsi yang terlampau tinggi.

Seungyoun yang awalnya enggan mengunjungi Sejin semenjak Sejin pulang dari luar negeri bersama Jinhyuk dan Minkyu. Hal itu membuat Sejin juga enggan mengunjungi Seungyoun sebagai bentuk dari balas dendam.

“Kemeja gue tuh”Seungyoun menuangkan wine ke gelas yang sudah berada ditangan Sejin.

“Paling deket ini tadiiii! Lo makanya kalo buang baju gue jangan kejauhan”ucap Sejin merajuk.

“Kan gue sengaja! Biar bisa liat lo engga pake apa-apa agak lamaan buat mungut baju”ucap Seungyoun dengan nada jahil.

Ya, pertemuan pertama mereka habisi malam ini di apartment pribadi Seungyoun yang hanya diketahui oleh beberapa orang, termaksud Sejin.

Seungyoun dan Sejin memang baru bertemu beberapa jam lalu, tetapi waktu tersebut sudah berhasil membuat kamar Seungyoun berantakan.

“Youn... Laguuuu”Sejin berucap dengan kata manja tetapi terdengar sensual ditelinga Seungyoun.

“Lagu apa?“tanya Seungyoun sambil mengutak-atik ponselnya yang terhubung dengan speaker yang terletak di dekat mereka berada.

“Versase on the floor!!”ucap Sejin bersemangat dan Seungyoun hanya tersenyum melihatnya.

Alunan musik mulai terdengar, membuat Sejin menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri sesuai dengan musik yang ia dengar. Sedangkan pandangan Seungyoun tidak berpindah pada mahluk Tuhan yang indah yang kini duduk disebelahnya.

Sejin dengan segala keindahannya, berhasil membuat Seungyoun yang sebenarnya sudah lelah karena berurusan dengan album barunya mendadak kembali bertenaga dan berhasil mengkungkung Sejin dibawahnya hingga lebih dari sejam beberapa waktu lalu.

Entah karena musik atau akibat Wine yang ia konsumsi, Sejin sekarang sudah berdiri dan menggerakan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sesuai irama musik yang ia dengar. Seungyoun semakin tersenyum lebar, melihat Sejin dengan kemeja miliknya kini berdiri di hadapannya.

Sejin tersenyum seakan sengaja menggoda Seungyoun. Sejin tidak menari layaknya penari di kelab malam, tapi gerakan Sejin berhasil membuat Seungyoun berdiri dan bergabung dengan Sejin. Mereka melupakan dua buah gelas wine diatas meja.

So baby let's just turn down the lights

Sejin tersenyum melihat apartment Seungyoun yang memang sudah dalam kondisi remang saat mereka tiba tadi.

And close the door

Seungyoun menunjuk pintu kamarnya yang terbuka lebar dengan tatapan tetap fokus kepada Sejin yang berada dihadapannya.

Ooh I love that dress

Sejin kembali tersenyum. Memainkan ujung kemeja Seungyoun, seakan-akan ia menggunakan sebuah dress yang indah. Hal itu membuat Seungyoun tertawa puas.

But you won't need it anymore

No you won't need it no more

Sejin menggeleng cepat ketika Seungyoun meraih kancing teratas kemeja yang dikenakan Sejin. Sejin jahil. Sejin nakal.

Let's just kiss 'til we're naked, baby

Cho Seungyoun tidak pernah kehabisan akal. Seungyoun menarik tengkuk Sejin dan menyatukan bibirnya dengan bibir Sejin. Rasanya seperti Wine dan Seungyoun suka.

Mengabaikan lagu yang terus berputar. Seungyoun menggendong Sejin untuk kembali masuk ke kamarnya. Tanpa aba-aba, Sejin melingkarkan kakinya di pinggang Seungyoun sehingga membuat pahanya terekspos.

Tanpa berniat melepaskan tautan bibir satu sama lain, Seungyoun membawa Sejin ke dalam kamarnya dan menjatuhkan Sejin ke atas kasur yang bahkan spreinya sudah terlepas.

So baby let's just turn down the lights

And close the door

Alunan lagu masih terdengar dari ruang tamu, seakan mengingatkan Seungyoun untuk mematikan lampu dan menutup pintu kamarnya.

Ooh I love that dress

Wajah Sejin memerah. Nafasnya tidak beraturan karena ciuman yang baru ia lakukan bersama Seungyoun. Sejin tersenyum. Senyum yang selalu menghipnotis Seungyoun sampai kapanpun.

Ooh I love that dress

But you won't need it anymore

No you won't need it no more

Sejin tertawa lebar dan puas ketika Seungyoun membuka jubah mandi yang ia kenakan sejak tadi. Seungyoun tidak menggunakan apapun di balik jubah mandinya sehingga membuat Sejin menarik paksa kemeja Seungyoun yang ia kenakan dan membuat kancing-kancinga terlempar ke berbagai arah.

Let's just kiss 'til we're naked, baby

Detik berikutnya mereka kembali beradu lidah. Apa yang mereka lalukan kali ini lebih berantakan dari apa yang mereka lakukan sebelumnya. Tidak sabaran, Seungyoun merobek celana yang menjadi satu-satunya pelapis Sejin malam itu.

“Ready for second round?“ucap Seungyoun dengan bibir yang mulai bergerilya di leher Sejin. Sejin mendesah, merasakan nikmat. Sejin mengangguk setuju, karena tidak mungkin ia menolak sebuah kenikmatan.

Sejin menahan Seungyoun yang ingin menjauh. Seungyoun tersenyum sebelum mencium kening Sejin.

“Sebentar ya? Kenyaman kamu dan kebersihan tetap nomer satu. Oke?”

Sejin pun mengangguk setelah mendengar perkataan Seungyoun.

“Biar kita bisa lebih sering ngelakuin ini... Kamu harus nyaman dan jaga kebersihan”Seungyoun yang sudah kembali dengan pelumas dan sebuah kondom itu berkata dengan santai.

Seungyoun mempersiapkan semuanya seperti awal mereka melakukannya. Sesering apapun mereka melakukan hubungan ini, Seungyoun tidak pernah melupakan hal-hal yang menurut dia sangat penting tersebut.

“Nghh...“Desahan Sejin sedikir tertahan ketika Seungyoun mengoleskan lubang Sejin dengan lubricant yang sudah membasahi tangannya. Seungyoun tersenyum. Belum sampai dua jam yang lalu Seungyoun melakukan hal yang sama, tetapi reaksi yang diberikan Sejin tetaplah sama.

“Youn... Nghh... Udah ah... Nghh...”

“Bentar... Nanti kamu sakit, engga enak kamunya. Jangan diketatin, hm? Rileks dulu...“Dua jari Seungyoun sudah masuk, membuat Sejin mengeratkan lubangnya. Seungyoun mengusap paha Sejin untuk membuatnya tenang dan nyaman.

Setelah merasa cukup melakukan penetrasi pada lubang Sejin, Seungyoun melakukan hal yang sama dengan penisnya. Ia memasangkan kondom pada kejantannya dan memberikan pelumas dibagian luarnya.

Seungyoun mendekatkan tubuhnya kepada Sejin. Mengecupi seluruh permukaan wajah Sejin. Semua tahap yang dilakukan Seungyoun sama, persis seperti beberapa jam yang lalu karena Seungyoun selalu perduli terhadap kenyamanan Sejin.

Sejin menarik sprei kuat ketika Seungyoun mencoba memasukan penisnya ke dalam lubanh basah milik Sejin. Gerakan Seungyoun terhenti, Seungyoun menarik tangan Sejin dan mengecupinya.

“Jangan tarik sprei, aku gatau sakit yang kamu rasain kalo begitu. Kamu cakar aku aja ya biar aku tau seberapa sakit yang kamu rasain”Sejin menarik nafasnya panjang dan Seungyoun melanjutkan aktivitasnya dibawah sana.

“Nghh... Youn... Pelan... Nghhh...“Sejin mencakar Seungyoum sesuai dengan perintah, membuat Seungyoum bisa mengukur gerakannya sendiri.

Ini adalah second round untuk malam ini, tetapi lubang Sejin sudah kembali menyempit sehingga mereka tetap kesulitan memulai aktivitas mereka.

“Kamu seneng jalan-jalan sama Jinhyuk?“Sejin mengernyitkan dahinya bingung.

“Haha aku engga cemburu kok! Mau tau aja seseneng apa kamu ke luar negeri sama Jinhyuk”ucap Seungyoun lagi.

Sejin pun dengan antusias menceritakan pengalamannya ke luar negeri bersama Jinhyuk dan Minkyu hingga tanpa sadar jika Seungyoun sudah berhasil memasukan seluruh kejantannya ke dalam lubang Sejin.

“Ah.... Youn... Nghhh... Ah... Enak...“Seungyoun tersenyum bangga. Sejin sudah melupakan ceritanya bahkan melupakan rasa sakitnya.

Seungyoun menarik kaki kiri serta kanan Sejin dan menekuknya sehingga membuat dorongannya semakin mengenai titik kenikmatan Sejin.

Mereka berdua fokus dengan gerakan pencari kenikmatan dibawah sana. Sesekali Sejin mengusap peluh Seungyoun yang menetes dan sesekali Seungyoun mengecup pipi Sejin karena gemas.

“Nghh... Kayanya aku mau sampe.... Ah... youn...“Sejin memeluk Seungyoun erat ketika kenikmatannya hampir ia dapatkan. Seungyoun dengan tangannya yang bebas, mengocok kejantanan Sejin hingga cairan putih milik Sejin mengotori perut dan dadanya.

“Udah enak?“tanua Seungyoun merapihkan poni Sejin dan Sejin mengangguk dengan nafas berantakan. Pinggang Seungyoum masih bergerak konstan. Seungyoun masih jauh dari kata sampai padahal ia sudah hampir sejam ia menggerakan pinggangnya.

“Nghhh... Bentar!“Sejin mendorong pelan tubuh Seungyoun tanpa melepas tautan tubuh mereka. Seungyoun tersenyum ketika tau apa yang dilakukan Sejin kali ini.

“Bilang dong!“ucap Seungyoun mencubit hidung Sejin gemas.

“Ahhhh makin dalem! Aww... Bentar yaaa... Nghh...“Sejin yang mempunyai ide tetapi ia yang kewalahan sehingga membuat Seungyoun tertawa.

“Iyaaa pelan-pelan aja! Masih jam dua kok, pagi masih lama...“ucap Seungyoun jahil.

Bertumpu pada dada Seungyoun, Sejin bergerak. Seungyoun yang berada dibawah hanya memandangi betapa indahnya seorang Lee Sejin yang berada diatasnya. Sudah setengah jam berganti posisi, tetapi Seungyoun belum mencapai puncaknya. Sejin meringis.

“Kenapa? Sakit? Capek? Udahan aja?“ucap Seungyoun panik dan Sejin menggeleng.

“Aku pengen keluar lagi... Nghhhh”Seungyoun tidak dapat menyembunyikan senyumnya melihat betapa lucunya seorang Lee Sejin ini.

“Yaudah aku bantuin lagi”ucap Seungyoun kembali mengocok penis Sejin yang semakin menegang. Sejin menggeleng menolak.

“Bantuin aku gerak aja! Capek...“ucap Sejin manja.

Setidaknya beberapa gerakan sudah Sejin lakukan demi mencapai putih Seungyoun tetapi tetap gagal.

“Hhh... Nghhh... Aku engga enak lagi ya? Ah.... Kamu lama banget keluarnya... Nghhh...”

Seungyoun tercekat mendengar perkataan orang yang sudah merebahkan dirinya diataa dadanya. Tidak, bahkan Sejin kelewat nikmat sehingga Seungyoun engga mencapai nikmatnya dengan cepat.

Seungyoun mengecup puncak kepala Sejin sebelum memegang pinggang Sejin erat. Sejin beberapa kali tersentak karena cepatnya pergerakan yang dilakukan Seungyoun.

“Nghh... Youn... Ahhh.... Seungyoun!!! Aw... Nghhh...”

“Jin... Hhh... Kamu tuh enak! Bangettt hhh... Ahhh... Karena aahhhh... Terlalu enak! Aku engga mau cepet selesai... Hhh... hhhh...”

“Nghhh... Kalo mau ahhh... Bilang aja! Younnngghhh...”

Desahan Sejin maupun Seungyoun menyatu dalam kamar tersebut. Bunyi decitan kasur Seungyoun menambah suasana semakin panas. Sejin kembali menegakan posisinya, membantu Seungyoun bergerak.

“Nghhh... Habis ini lagi, bolehhh? Nghh...“Sejin mengangguk sebagai jawaban. Dia sudah tidak kuat menjawab lagi karena gerakan yang mereka lakukan terlampau nikmat.

“Nghhh... Tapi istirahhhhatt dulu ya?“Seungyoun kali ini yang mengangguk.

Seungyoun akhirnya sampai pada putihnya yang keluar di dalam kondom yang ia gunakan. Deru nafas Sejin dan Seungyoun terdengar berat karena terlalu lelah. Sejin kembali merebahkan dirinya diatas tubuh Seungyoun dengan kejantanan Seungyoun yang masih berada di dalam lubangnya.

“Kamu mau rilis produk baru ya?“tanya Seungyoun dengan usapan di punggung Sejin dan Sejin mengangguk.

“Habis ini kita sama-sama sibuk... Aku sama marimong... Kamu sama album kamu...“ucapa Sejin yang menggambar lukisan abstak dengan jarinya di lengan Seungyoun. Suasana hening menyelimuti kamar tersebut.

“Pokoknya aku selalu berdoa yang terbaik buat kamu! Aku akan selalu jadi support system kamu sampai kapanpun!!“ucap Sejin dengan memberikan kecupan singkat di bibir Seungyoun.

“Makasih! Aku selalu percaya kalo kamu selalu dukung aku. Walaupun engga keliatan, aku selalu percaya dan yakin kalo kamu selalu ada disamping aku buat dukung aku!!“ucap Seungyoun mengecup puncak kepala Sejin.

“Youn.... Nghhh... Laper...“Seungyoun tertawa mendengar pernyataan Sejin.

“Ramyeon aja mau?“tanya Seungyoun dan Sejin mengangguk.

“Aku bersihin dulu, bentar...“Seungyoun menidurkan Sejin di kasur setelah melepas kejantanannya. Tidak lupa Seungyoun melepas kondom yang ia gunakan lalu ia ikat dan buang ke tempat sampah.

Seungyoun pun mengambil kain yang sudah di basahi air hangat untuk mengusap perut dada Sejin yang kotor karena cairannya sendiri. Tidak lupa, ia mengusap lubang Sejin yang sudah bekerja keras malam ini.

Seungyoun menggendong Sejin di punggungnya setelah memaikankan kaos baru miliknya. Sedangkan Seungyoun percaya diri hanya menggunakan boxer yang baru saja ia ambil dari lemari. Seungyoun mendudukan Sejin di counter demi menunggu seporsi ramyeon matang untuk mereka santap pukul dua dini hari.

(xposhie)

Cerita Jinhyuk.


“Kamu dimana? Kenapa engga ngabarin aku? Ya, kan aku pacar kamu, Seok!”

“Aku sama temen-temenku, kan aku udah bilang sama kamu kemaren? Udah ya! Aku lagi asik saman temen-temenku nih”

Perkataan tersebut selalu terlintas di fikiran Jinhyuk saat ini. Jinhyuk akhirnya sadar, ia sadar mengapa Wooseok mempunyai ide gila seperti ini. Wooseok lelah. Wooseok lelah terhadap hubungan mereka, Wooseok lelah terhadap sikap dan tingkah laku Jinhyuk.

Jinhyuk ingat, sangat ingat jika Wooseok sesekali protes. Jinhyuk ingat jika sesekali Wooseok mendiamkan dirinya sebagai bentuk protes dirinya terhadap Wooseok.

“Kenapa sih Seok? Kan aku cuma jalan sama temen aku, bukan selingkuh. Kenapa kamu sampe marah?”

“Aku ini pacar kamu. Aku harus tau kamu kemana dan sama siapa! Kalo kamu kenapa-kenapa gimana? Kan aku juga yang repot”

Jinhyuk sadar, jika ada perbedaan antara dirinya dan Wooseok dalam menghadapi masalah tersebut. Jinhyuk akan selalu membela diri, sedangkan Wooseok? Pembelaan dirinya akan selalu dibantah Jinhyuk.

“Jahat ya aku Seok? Jahat banget ya aku sama kamu?”

“Gimana Yuvin? Dia anaknya santai kan, Seok? Asik ya pacaran sama dia? Beda ya rasanya pacaran sama aku dibanding sama Yuvin?”

“Lusa kamu mau maafin aku engga ya Seok?”

Jinhyuk menarik nafas panjang. Di otaknya sudah banyak skenario yang akan ia lakukan di hadapan Wooseok dua hari lagi. Jinhyuk tidak ingin hubungannya dan Wooseok selesai. Jinhyuk menyesal, Jinhyuk ingin merubah semuanya.

(xposhie)

Cerita Sejin


Sejak hari itu, hari dimana Sejin dan Jinhyuk melakukan hal yang sangat diluar batas, sejak saat itu juga Sejin selalu memikirkan Seungyoun. Perasaan bersalah selalu menyelimuti Seungyoun.

“Gue sayang banget sama lo! Jangan kayak begini sama orang lain! Lo cuma punya gue”

Sejin frustasi. Ia selalu teringat kata-kata yang sering Seungyoun ucapkan, terlebih ketika mereka melakukan kegiatan yang membuat kamar Seungyoun berantakan.

“Hahaha yakali? Gue kayak begitu cuma berani sama lo doang. Masa sama orang lain gue begitu? Engga mungkin lah...”

Malam itu mungkin Sejin berkata tidak mungkin, tetapi hal yang terjadi beberapa waktu lalu berbeda. Menyetujui ide Wooseok sebenarnya adalah bentuk protes kecil Sejin terhadap Seungyoun.

Sejin yang selalu merasa memberikan perhatian berlebih ke Seungyoun. Melarang ini dan itu, melakukan ini dan itu hanya untuk Seungyoun tanpa ada timbal balik dari Seungyoun untuk dirinya sendiri.

“Youn....”

Sejin selalu kehilangan timing bercerita. Sejin kehilangan sosok hanya untuk bertukar cerita. Seungyoun akan langsung tertidur setelah mereka melakukan hal yang menyita tenaga mereka.

Sejin akan bercerita hanya kepada sosok Seungyoun yang sudah tertidur. Sejin tetap bercerita, walaupun ceritanya hanya dibalas dengkuran halus Seungyoun.

“Youn... Maaf”

Kata maaf selalu Sejin lontarkan kepada dirinya Sendiri ketika ia mengingat malam itu.

“Ternyata gue lebih brengsek dari lo... Lo emang engga pernah dengerin gue kalo gue cerita, tapi setidaknya lo engga pernah ngelakuin itu sama orang lain...”

Sejin menangis, rasa bersalahnya semakin memuncak jika ia mengingat dua hari lagi ia akan kembali bertemu dengan Seungyoun.

“Gue masih pantes engga ya sama lo? Kalo gue cerita yang sebernya, lo marah engga sama gue? Mungkin lo malahan bakalan benci banget ya Youn sama gue...”

Sejak malam itu, Sejin selalu tertidur dengan perasaan bersalah. Ia selalu menyalahkan dirinya sendiri. Menyalahkan dirinya yang mengkhianti Seungyoun.

“Harusan dari awal gue engga nyetujuin ide Wooseok aja ya? Harusan gue langsung bilang ke lo... Engga perlu begini...”

Sejin menyesal, sangat menyesal.

(xposhie)

Cerita Seungyoun


Setelah mengantar Byungchan, Seungyoun kembali ke apartment pribadi miliknya. Tempat pertama yang ia tuju setelah tiba di apartmetnya ialah kulkas. Seungyoun mengambil satu buah botol kaca berisikan alkohol.

Langkah kaki Seungyoun kemudian membawa Seungyoun menuju balkon apartmentnya. Jam menunjukan hampir tengah malam, tapi Seungyoun memilih duduk di balkon apartmentnya.

Seungyoun meletakan botol kaca di meja dan mengambil sebatang rokok dari kantung celananya. Seungyoun tersenyum sebelum menghisap batang nikotin yang sudah ada diantara kedua belah bibirnya.

“Kamu tuh kurangin minum alkohol sama rokoknya dong, Youn! Apa sih enaknya dua barang itu?”

Sayup, Seungyoun dapat mendengarkan keluhan sang kekasih. Sejin yang akan selalu protes jika Seungyoun terlalu banyak mengkonsumsi alkohol dan nikotin pada batang rokok.

“Kamu sayang kan sama aku? Kurangin rokok sama minum alkoholnya!”

Fikiran Seungyoun melanglang kemanapun. Kembali mengingat semua kegiatan yang sering ia lakukan bersama Sejin sebelum ide gila Wooseok disetujui oleh Sejin maupun dirinya sendiri.

“Aku tuh suka bosen, Jin! Kalo aku engga ngerokok atau minum, trus aku harus ngapain?”

“Hhh... Udah ada aku disini! Terserah kamu mau ngapain sini!!!”

Seungyoun tersenyum getir. Dirinya adalah orang yang mudah terserang kejenuhan dan bosan. Jika Sejin sudah berkata seperti itu, makan detik selanjutnya hanya akan terdengar suara desahan dan erangan di dalam apartmentnya.

“Kenapa sih? Kenapa lo engga bilang kalo lo butuh tempat mendengar? Kenapa lo dengan sukarela dateng kesini, cuma buat ngilangin bosen gue aja?”

Seungyoun menghela nafas panjang. Rokoknya sudah ia singkirkan, hanya habis setengahnya saja. Sedangkan alkoholnya sisa seperempat di dalam botol.

“Sorry... Kalo gue selalu mikirin gue sendiri. Padahal selain hal yang sering kita lakuin disini, kita bisa saling tuker pendapat? Tuker cerita? Pengalaman atau kegiatan lainnya...”

Seungyoun mengacak rambutnya frustasi. Hubungannya dan Sejin selama ini baik-baik saja, pertengakaran kecil terjadi jika tanpa sengaja Sejin menemukan Seungyoun merokok atau terlalu sering menghabiskan botol alkohol dari dalam kulkas.

“Kulkas udah aku isi air dingin! Minum itu aja. Pelan-pelan... Walaupun engga baik juga sih minum air dingin, seengganya ada perubahan”ucap Sejin sambil memasukan botol air mineral ke dalam kulkas.

“Jin... Lagi ngapain? Kangen...”

“Jinhyuk suka dengerin lo ya? Pasti Jinhyuk engga suka minta ngamar kayak gue ya? Jangan baper sama dia, pleaase!! Gue bakalan berubah setelah ini”

Seungyoun merapihkan beberapa benda diatas meja sebelum kembali masuk ke dalam apartmentnya.

“Bahkan gue masih nyium bau lo di apartment gue, walaupum sebulan ini Byungchan selalu kesini...”Seungyoun tersenyum miring sebelum memutuskan masuk ke dalam kamar pribadinya.

(xposhie)

Cerita Seungyoun


Setelah mengantar Byungchan, Seungyoun kembali ke apartment pribadi miliknya. Tempat pertama yang ia tuju setelah tiba di apartmetnya ialah kulkas. Seungyoun mengambil satu buah botol kaca berisikan alkohol.

Langkah kaki Seungyoun kemudian membawa Seungyoun menuju balkon apartmentnya. Jam menunjukan hampir tengah malam, tapi Seungyoun memilih duduk di balkon apartmentnya.

Seungyoun meletakan botol kaca di meja dan mengambil sebatang rokok dari kantung celananya. Seungyoun tersenyum sebelum menghisap batang nikotin yang sudah ada diantara kedua belah bibirnya.

“Kamu tuh kurangin minum alkohol sama rokoknya dong, Youn! Apa sih enaknya dua barang itu?”

Sayup, Seungyoun dapat mendengarkan keluhan sang kekasih. Sejin yang akan selalu protes jika Seungyoun terlalu banyak mengkonsumsi alkohol dan nikotin pada batang rokok.

“Kamu sayang kan sama aku? Kurangin rokok sama minum alkoholnya!”

Fikiran Seungyoun melanglang kemanapun. Kembali mengingat semua kegiatan yang sering ia lakukan bersama Sejin sebelum ide gila Wooseok disetujui oleh Sejin maupun dirinya sendiri.

“Aku tuh suka bosen, Jin! Kalo aku engga ngerokok atau minum, trus aku harus ngapain?”

“Hhh... Udah ada aku disini! Terserah kamu mau ngapain sini!!!”

Seungyoun tersenyum getir. Dirinya adalah orang yang mudah terserang kejenuhan dan bosan. Jika Sejin sudah berkata seperti itu, makan detik selanjutnya hanya akan terdengar suara desahan dan erangan di dalam apartmentnya.

“Kenapa sih? Kenapa lo engga bilang kalo lo butuh tempat mendengar? Kenapa lo dengan sukarela dateng kesini, cuma buat ngilangin bosen gue aja?”

Seungyoun menghela nafas panjang. Rokoknya sudah ia singkirkan, hanya habis setengahnya saja. Sedangkan alkoholnya sisa seperempat di dalam botol.

“Sorry... Kalo gue selalu mikirin gue sendiri. Padahal selain hal yang sering kita lakuin disini, kita bisa saling tuker pendapat? Tuker cerita? Pengalaman atau kegiatan lainnya...”

Seungyoun mengacak rambutnya frustasi. Hubungannya dan Sejin selama ini baik-baik saja, pertengakaran kecil terjadi jika tanpa sengaja Sejin menemukan Seungyoun merokok atau terlalu sering menghabiskan botol alkohol dari dalam kulkas.

“Kulkas udah aku isi air dingin! Minum itu aja. Pelan-pelan... Walaupun engga baik juga sih minum air dingin, seengganya ada perubahan”ucap Sejin sambil memasukan botol air mineral ke dalam kulkas.

“Jin... Lagi ngapain? Kangen...”

“Jinhyuk suka dengerin lo ya? Pasti Jinhyuk engga suka minta ngamar kayak gue ya? Jangan baper sama dia, pleaase!! Gue bakalan berubah setelah ini”

Seungyoun merapihkan beberapa benda diatas meja sebelum kembali masuk ke dalam apartmentnya.

“Bahkan gue masih nyium bau lo di apartment gue, walaupum sebulan ini Byungchan selalu kesini...”Seungyoun tersenyum miring sebelum memutuskan masuk ke dalam kamar pribadinya.

(xposhie)

Cerita Byungchan.


“Lusa gue jemput?“Byungchan menoleh kearah Seungyoun sambil melepas seatbelt yang ia gunakan. Byungchan menggeleng sebagai jawaban.

“Engga enak di liat Sejin”ucap Byungchan santai.

“Engga enak di liat Sejin apa Seungwoo?“ucap Seungyoun tetapi diabaikan oleh Byungchan.

“Sana balik! Nyetirnya santai aja, lusa ketemu Sejin tuh minta maaf sono sama dia kebanyakan meminta dibandingkan memberi kan lo?“ucap Byungchan tertawa.

“Udahan nih kita? Engga ada apa gitu sebelum udahan?“ucap Seungyoun menggoda.

“Pantesan sih Sejin engga pernah bisa nolak, lo begini kelakuannya”ucap Byungchan sambil mendaratkan kecupan di pipi kiri Seungyoun.

“Jangan kangen dicium gue lo, Youn! Hahaha”ucap Byungchan tertawa.

“Thanks ya buat sebulannya”ucap Seungyoun mengusak puncak kepala Byungchan.

Byungchan pun keluar dari mobil Seungyoun dan memasuki rumahnya. Sesampainya dikamar, Byungchan langsung merebahkan dirinya di kasur kamarnya yang selama sebulan ini mungkin jarang ia tempati.

“Tumben kangen kamar sendiri, biasanya sampe bosen karena dikamar mulu”ucap Byungchan dalam hati.

Sebulan kemarin Byungchan banyak menghabiskan waktunya di tempat Seungyoun atau pergi ke tempat-tempat yang di rekomendasikan oleh Seungyoun. Jujur Byungchan senang, tetapi ia juga merasa kehilangan.

Seungyoun perhatian terhadap Byungchan, tetapi perhatian Seungyoun tetap terasa berbeda dengan perhatian yang biasa Seungwoo berikan kepadanya. Afeksi yang Byungchan terima berbeda, mungkin karena berasal dari orang berbeda.

Seungyoun lebih suka menunjukan perhatiannya lewat tindakan. Mengusak kepala Byungchan, memeluk, mencium keningnya, pipi atau bahkan bibirnya. Sedangkan Seungwoo lebih banyak menunjukannya lewat perkataan, dengan suaranya yang terlampau di rindukan oleh Byungchan.

“Jangan kebanyakan minum es, nanti kamu pilek”

“Pulang aja ya? Udah malem, nanti kamu kecapean”

“Dipake jaketnya, makin malem disini makin dingin”

Byungchan tersenyum mengingat setiap kata yang pernah diucapkan Seungwoo. Byungchan rindu Seungwoo. Rindu suaranya. Rindu segala perhatian yang biasa Seungwoo berikan dulu.

“Kangen ka... Biasanya kamu marahin aku kalo aku pulang kemaleman kayak gini...”Byungchan tidak sadar jika suaranya serak, menahan tangis.

“Yohan pasti selalu jadi anak baik ya ka pas sama kamu? Engga kayak aku yang nakal, bandel dan banyak mau...”ucap Byungchan.

“Ka Seungwoo boleh perhatian ke Yohan, tapi Ka seungwoo engga boleh diambil Yohan atau siapun. Ka Seungwoo cuma punya aku! Sampai ketemu lusa ya kaaa”ucal Byungchan sebelum larut dalam mimpi indahnya malam itu.

(xposhie)

Cerita Seungwoo


Seungwoo memilih melangkahkan kakinya keluar kamar dan menuju dapur untuk mengambil satu kaleng beer yang memang sengaja ia sediakan di kulkas. Seungwoo berjalan ke depan tivi dan duduk di depan tivi dengan layar hitam tersebut.

“Kamu belum tidur Woo?“Seungwoo menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya baru keluar dari kamarnya. Seungwoo tersenyum lalu menggeser sedikit tubuhnya memberikan ruang kosong untuk ibunya duduk.

“Kamu berantem sama pacarmu? Ibu jarang liat dia main akhir-akhir ini. Siapa namanya? Byungchan ya?“Seungwoo mengangguk.

“Engga berantem kok bu. Masih suka ketemu, tapi emang jarang aku bawa kesini. Kenapa? Ibu kangen sama Byungchan?“tanya Seungwoo yang sudah meletakan kepalanya di pangkuan sang ibu.

“Ya kangen lah sama calon mantu ibu. Byungchan tuh lucu, sopan juga anaknya. Ibu suka sama dia”ucapan ibunya membuat Seungwoo tersenyum.

“Jangan kamu sakitin dia. Ibu bisa lihat, dia sayang sama kamu itu tulus. Kamu harus lebih perhatian sama dia, jangan terlalu kaku...“ucap ibunya lagi. Seungwoo memejamkan matanya karena usapan di kepalanya dari sang ibu.

“Atau kamu engga nyaman bawa pacarmu kesini? Nanti ibu bilang bapak, biar carikan tempat buat kamu. Jadi kamu engga perlu sungkan sama ibu atau bapak kalo mau berdua sama pacarmu”Seungwoo tertawa pelan.

“Engga usah bu, aku sama Byungchan kan juga belum mau nikah masa udah tinggal bareng?“ucap Seungwoo.

“Ibu engga suruh kalian tinggal bareng apalagi nikah. Ibu cuma nyaranin kamu sewa apartment atau apa gitu, biar kalo pacaran engga sungkan. Ibu tau, kamu itu pasti jarang ajak pacarmu keluar kan? Jalan berdua. Pasti itu, kalo bukan pacarmu yang minta pasti kamu engga lakuin”ucap sang ibu. Seungwoo terdiam.

Seungwoo lalu teringat hal apa saja yang ia dan Byungchan telah lalui selama ini. Ibunya benar, selama ini Seungwoo hanya mengikuti Byungchan. Seungwoo memang perhatian, sangat perhatian. Bahkan perhatiannya kadang membuat Byungchan sedikit terkekang.

“Sudah kamu tidur. Sudah malam. Itu engga usah tambah lagi minumnya, langsung tidur saja”Seungwoo mengangguk mendengar perkataan sang ibu. Seungwoo pun masuk ke kamarnya sambil memikirkan perkataan ibunya.

“Ka! Ada kafe baru buka kesana yuukkk!!”

“Kaaa, ada kafe yang bagus buat spot foto deh! Besok kita kesana yuk!!”

“Kaaa, film ini kata orang-orang bagusss lo! Besok nonton yuk”

Sebagian besar agenda kencan mereka adalah usulan Byungchan dan Seungwoo lebih banyak mengikuti kemauan Byungchan. Seungwoo kira itu semua cukup. Seunhwoo kita perhatiannya selama ini cukup, tetapi ternyata tidak.

“Ka, kamu bosen ya sama aku? Kok kayanya kamu jarang sih ngusulin tempat buat kita ngedate?”

“Kaaa, kalo aku terlalu berisik dan ngatur tolong bilang yaaa”

Seungwoo tidak berfikir jika kata-kata itu adalah kode kecil dari Byungchan. Alasan Byungchan menerima ide gila Wooseok ini, Seungwoo terlalu pasif.

“Lagi ngapain? Diajak kemana aja sama Seungyoun selama sebulan ini? Jangan kecapean ya soalnya kita dua hari lagi ketemu. Aku janji, setelah ini aku akan jadi pacar yang lebih aktif lagi. Aku bakal ajak kamu ke tempat-tempat bagus...”ucap Seungwoo dalam hatinya.

(xposhie)

Cerita Yohan.


Yohan mengambil nafas panjang. Setidaknya sejam waktu yang ia dan seungwoo habiskan berbagi cerita lewat sambungan telfon. Yohan suka, sangat suka ketika Seungwoo menanyakan kabarnya. Yohan senang, sangat senang ketika Seungwoo dengan segala perhatiannya mengajak ia pergi atau sekedar berjalan-jalan di pasar malam.

Tapi Yohan, tetaplah Yohan. Kekasih seorang Song Yuvin. Sekeras apapun Yohan berusaha, tetap tidak mudah menghilangkan bayang-bayang Yuvin diotaknya. Yohan ingat bagaimana pertama kalinya hatinya berdetak lebih cepat ketika temannya memperkenalkan Yuvin kepada dirinya siang itu. Yohan ingat dengan jelas tanggal serta bulan untuk pertama kalinya Yuvin mengantarkan dirinya pulang walaupun karena desakan teman-temannya. Yohan juga ingat ciuman pertama mereka yang terkesan terburu-buru dan berantakan malam itu.

Malam itu, di dalam bioskop. Terdengar gila, tetapi itulah adanya. Sebuah film romantis yang mereka pilih ternyata membosankan. Tetapi cukup membuat mereka terpaku ketika pemeran utama berbagi lumatan dalam layar besar di hadapan mereka, membuat Yuvin dan Yohan menegakkan duduk mereka.

Beberapa kali tertangkap sedang melirik satu sama lain, akhirnya Yuvin memberanikan diri menarik dagu Yohan dan mencium singkat bibir Yohan. Mereka sempat terdiam beberapa saat sebelum Yuvin kembali mendaratkan bibirnya di atas bibir Yohan, membuat Yohan memukul pelan dada Yuvin karena teringat dimana mereka berada saat ini.

“Engga ada yang liat tuh”Ciuman mereka terjeda beberapa detik, sebelum Yohan mengalungkan tangannya di leher Yuvin dan melanjutkan kegiatan mereka. Terburu-buru dan berantakan, itu yang Yohan ingat.

Yohan juga ingat, beberapa kali Yuvin mengecewakannya. Melupakan janji yang mereka telah buat sebelumnya. Atau sekedar melupakan jadwal Yohan hari itu. Yohan ingin marah, tetapi perlakuan Yuvin selanjutnya membuat ia melupakan semua kekecewaannya terhadap Yuvin.

“Maaf... Aku ketiduran...”Yohan menarik nafasnya panjang, rasanya ingin menjambak Yuvin pada saat itu juga. Tetapi ia mengurungkan niatnya ketika melihat nafas Yuvin terengah dan warna wajahnya yang lebih pucat dari biasanya.

“Kamu sakit?”Yuvin tersenyum sebelum menjauhkan tangan Yohan dari keningnya. Yuvin demam. Yuvin ketiduran dan terlambat menjemput Yohan di tempatnya berlatih taekwondo.

“Kenapa masih jemput aku kalo kamu demam? Sini aku yang nyetir!”Yohan mengambil alih kemudi motor yang Yuvin kendarai sore itu.

“Aku kan udah janji mau nemenin kamu ke kafe yang baru buka itu...”ucap Yuvin pelan yang membuat Yohan tidak habis fikir dibuatnya.

“Kita engga jadi ke kafe, langsung pulang aja. Kamu makan, minum obat terus istirahat! Nanti aku naik ojek online aja dari rumah kamu. Pegangan yang bener!!”Yohan berbicara tanpa henti membuat Yuvin melingkarkan tangannya erat dipinggang Yohan.

Seungwoo boleh perhatian. Bahkan perhatiannya jauh melebihi Yuvin. Tapi Yuvin tetap memiliki bagian lain dihati Yohan. Yuvin boleh cuek, tapi itu yang membuat Yohan merindukan Yuvin.

“Kamu digalakin Kas Wooseok engga? Semoga engga ya! Nanti aku galakin balik kalo Ka Wooseok berani galakin kamu!!”ucap Yohan pelan sebelum menarik selimutnya dan bersiap tidur.

“Sampe ketemu dua hari lagi binbin! Ka Wooseok boleh lebih lucu dari aku, tapi kamu cuma punya aku aja”ucap Yohan lagi.

(xposhie)

Cerita Yuvin.


Setelah mengantar Wooseok survey tempat dan sedikit mendengarkan cerita Wooseok, akhirnya Yuvin kembali kerumahnya. Mata Yuvin tidak sengaja terpaku pada sebuah foto yang sengaja ia letakan diatas meja belajarnya. Yuvin tersenyum dan mengambil foto tersebut. Mengingat kali pertama pertemuannya dengan Yohan. Yuvin adalah tipikal orang yang mudah dekat dan berbaur dengan orang, berbeda dengan Yohan yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dekat dengan orang lain.

“Pulang sama siapa Yo? Balik sama gue yuk!”Hari itu, pertama kalinya Yuvin mengajak Yohan berbicara empat mata tanpa adanya teman-teman Yohan disekitarnya. Yohan terkejut dengan ajakan Yuvin, karena biasanya Yuvin akan mengantar Yohan jika memang mendapat dorongan dari teman-temannya. Tapi, malam itu pertama kalinya mereka pulang bersama karena keinginan masing-masing.

“Gue suka sama lo...”ucapan Yuvin singkat, padat dan sangat jelas. Yohan terdiam. Ia seharusnya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah karena posisinya sudah berada di depan rumahnya, tetapi kakinya enggan beranjak dari hadapan Yuvin malam itu.

“Sorry kesannya gue engga serius, atau—–”

“Aku juga suka sama ka yuvin...”ucap Yohan cepat sebelum meninggalkan Yuvin kebingungan di depan rumahnya. Setelah itu, Yuvin dan Yohan menghabiskan waktu kurang lebih tiga jam pada sambungan telefon.

Yuvin mengeluarkan ponselnya. Melihat beberapa foto yang ia ambil bersama Yohan ketika sedang berkencan. Membaca beberapa chat yang ia kirimkan kepada Yohan atau sebaliknya. Yuvin sadar, selama ini hubungan mereka terlampau datar. Yohan tidak pernah banyak menuntut apalagi protes, itu membuat Yuvin beranggapan bahwa Yohan baik-baik saja dengan hubungan yang seperti ini. Tetapi ternyata Yuvin salah.

“Gue nyebelin ya? Kelewat cuek? Kenapa engga pernah protes sih? Habis ini, kalo gue kelewat cuek please kasih tau aja! Atau cubit gue kalo emang gue engga peka”ucap Yuvin sambil melihat foto Yohan yang sedang tersenyum.

Yuvin teringat bagaimana dirinya jarang mengantar jemput Yohan jika memang Yohan tidak menghubunginya. Atau jika Yuvin ada urusan yang kebetulan satu arah dengan tujuan Yohan, mereka baru akan berangkat dan pulang bersama. Setelahnya? Yuvin akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan game online miliknya.

Bahkan Yuvin juga sangat jarang menanyakan kabar Yohan atau mengingatkan Yohan untuk makan. Itu semua lebih sering dilakukan oleh Yohan. Yuvin sadar jika ia salah. Ia mengakui kekeliruannya selama ini. Ia tau kenapa Yohan menyetujui ide Wooseok kali ini. Karena Yohan ingin merasakan diperhatikan lebih oleh orang lain terlebih pacarnya sendiri.

“Anjir kangen juga gue sama lo. Padahal dua minggu lalu baru ketemu? Lo kangen engga sama gue? Bang Seungwoo perhatian ya? Ngapain aja sama Bang Seungwoo? Jangan baper ya sama dia! Gue masih disini nih...”ucap Yuvin tersenyum miring.

“Sampe ketemu lusa ya, pacar”ucap Yuvin mengakhiri monolognya kepada dirinya sendiri.

(xposhie)

A Beautiful Reunion.


Kisah Sebelumnya

Sejin tersenyum sambil sesekali menyesap kopi dengan rasa berbeda dihadapannya. Rasanya memang berbeda, tetapi tetap ada kepingan rasa yang pernah ia rasakan beberapa waktu lalu.

Setidaknya sampai matahari benar-benar terbenam, Sejin baru meninggalkan Kafe tersebut. Entah kenapa ada sedikit kehangatan dihati Sejin ketika langkah kakinya menjauhi kafe tersebut.

Sejin tidak percaya apa itu kebetulan. Baginya, di dunia ini tidak ada sesuatu yang kebetulan karena semuanya berjalan atas kehendak sang pencipta. Suatu kejadian tidak akan terjadi jika Tuhan tidak menghendaki, seperti kejadian hari ini.

Teringat akan sesuatu, membuat Sejin tersenyum. Malam boleh gelap, tetapi senyum Sejin malam ini begitu cerah.

[May your choices reflect your hopes, not your fears -Nelson Mandela]

“Ah jadi ini? Keputusan yang gue buat ini ngebawa gue kepada sebuah harapan? bukan ketakutan? Jadi gue bisa berharap sama dia?”

Langkah Sejin terhenti, senyumnya perlahan hilang. Hotelnya tinggal beberapa langkah di depan Sejin tetapi Sejin lebih memilih terdiam, memikirkan apa yang seharusnya tidak terlalu ia fikirkan. Seharusnya.

Malam hari, Sejin tertidur dengan perasaan yang tidak menentu. Senja tadi ia bisa tersenyum cerah, tetapi saat malan senyumnya hilang karena fikiran-fikiran yang memenuhi kepalanya.


“Berharap dan bergantung sesama manusia itu engga baik. Lebih baik berharap dan bergantung sama Tuhan, karena hasilnya pasti baik”

Teman baik Sejin yang bertubuh besar itu memang lebih muda dari Sejin, tetapi terkadang apa yang ia bicarakan masuk akal dan bisa membuat Sejin terdiam tidak berkutik.

“Engga kok, gue engga berharap lebih. Gue kesini demi matcha latte yang diganti seenaknya kemaren”

Sejin bermonolog dalam hatinya. Sambil tersenyum ia membuka pintu kafe tersebut. Langkah kakinya membawa ia menuju counter pemesanan.

Sesekali Sejin melirik. Tidak, ia tidak berharap apapun. Hanya saja ia ingin memastikan sesuatu. Setelah memesan sesuai yang ia inginkan, Sejin memilih tempat yang nyaman dan tentunya yang menghadap langsung ke pantai.

Tidak sampai lima belas menit, pesanan Sejin sudah datang. Sejin awalnya ingin tersenyum, tetapi tidak bisa. Pesanannya sesuai dan tidak berganti seperti kemarin. Tanpa disadari olehnya Sejin menghela nafas panjang.

“Emang engga bisa berharap sama sesama manusia”

Sejin tidak membuang waktunya terbuang sia-sia di kafe tersebut. Setelah makanan dan minumannya selesai ia nikmati, Sejin pun memutuskan pergi dan memulai kembali liburannya.

Panas tidak membuat Sejin kehilangan minatnya untuk bermain dengan pasir pantai yang dilihatnya siang itu. Sendirian tidak membuat Sejin mengurungkan niatnya bermain dengan air pantai yang menyapu kakinya.

[[To escape and sit quitely on the beach, that's my idea of paradise – Emilia Wickstead]]

Menghabiskan harinya dipantai adalah kebahagiaan bagi Lee Sejin. Bermain dengan pasir pantai, mendengar debur ombak atau sekedar merasakan ombak pantai menyapu kaki kecilnya.

Sejin berusaha memilih restaurant seafood yang berjejer rapih. Tidak terlalu ramai, tapi tidak terlalu sepi adalah restaurant yang Sejin incar malam itu. Terlalu ramai akan membuat pesanannya lama disajikan. Terlalu sepi bisa saja restaurant tersebut tidak memiliki nilai rekomendasi yang bagus bagis Sejin.

”——Eh sorry!!”

Sejin menarik nafas panjang. Setelah membersihkan celananya yang kotor karena jatuh dan terduduk dipasir, Sejin kembali berdiri dan langsung berhadapan dengan lelaki asing dihadapannya.

“Sabar Jin! Ditempat orang asing. Lo engga kenal siapa-siapa. Lo bukan siapa-siapa. Senyum trus langsung pergi aja!!”

Sejin tersenyum ramah sebelum meninggalkan tiga lelaki tersebut yang menatap Sejin heran. Sebetulnya Sejin takut, tapi ia harus terlihat santai dihadapan orang yang tidak ia kenal.

“Makanya kalo jalan liat ke depan!”

“Tau! Untung masnya baik tuh engga marah-marah”

Sayup. Sejin mendengar perbincangan tiga lelaki yang sebelumnya menabrak dirinya hingga terjatuh ke pasir. Tetapi sebuah suara berhasil membuat Sejin berhenti. Sebuah suara yang hanya mengatakan sebuah kata.

“Yuk!”

Sejin berbalik, membuat lelaki yang sekarang berjumlah empat orang tersebut memperhatikan Sejin aneh. Sejin memicingkan matanya, memastikan apa yang harus dipastikan.

“Sejin?”

Senyum Sejin mengembang ketika suara yang ia dengar sesuai dengan apa yang ia harapkan. Sebenarnya Sejin tidak tahu mengapa ia tersenyum, tetapi senyumnya semakin cerah ketika orang tersebut berjalan mendekati Sejin.

“Seungyoun?“ucap Sejin dan Seungyoun mengangguk.

Lama, mereka beradu tatap hingga seorang teman Seungyoun menyadarkan mereka berdua. Setelah izin dengan teman-temannya, Seungyoun pun berjalan bersisian dengan Sejin dan mengarahkan Sejin untuk menemukan restaurant yang sesuai dengan keinginan Sejin.


Entah apa tujuan Seungyoun menemani Sejin jika keadaan diantara mereka berdua hening. Sejin sibuk dengan makan malamnya sedangkan Seungyoun sibuk mengaduk jeruk nipis panas dihadapannya.

“Apa kabar?“Akhirnya Sejin membuka suara. Tetapi bodohnya Seungyoun yang terlalu fokus dengan minumannya hingga tidak mendengar pertanyaan Sejin.

“Enak jeruknya?“Kali ini Sejin bertanya dengan suara lebih tinggi dari sebelumnya. Seungyoun tersenyum sambil mengangguk.

“Sorry. . . Kemaren gue ganti minuman lo pas di kafe. Gimana? Enak?“Sejin tersenyum mendengar pertanyaan Seungyoun tersebut.

“Pantesan rasa matcha latte di LOC agak beda, ternyata lo udah engga disana. Bego banget gue engga pernah sadar”Bukannya menjawab pertanyaan Seungyoun, Sejin justru membuka topik pembicaraan lain yang membuat dirinya dan Seungyoun tertawa bersama.

“Hahaha berarti anak didikan gue bisa gantiin gue dengan baik”ucap Seungyoun. Keadaan kembali hening hingga mereka meninggalkan restaurant tersebut.


Sejin memilih kembali berjalan diatas pasir puting yang membentang dan Seungyoun memilih untuk kembali menemani Sejin malam itu.

“Engga ada rencana balik ke LOC?“pertanyaan Sejin membuat Seungyoun tertawa hambar.

“Kalo gue gatau diri, gue sih engga mau balik kesana lagi. Tapi gue orangnya tau diri kok, jadi gue pasti bakalan balik kesana lagi”

“Kapan?“tanya Sejin cepat yang membuat Seungyoun menghentikan langkahnya. Seungyoun tersenyum dan mengusak rambut Sejin.

“Hotel lo dimana? Gue anter balik yuk! Udah malem nih, biar lo bisa istirahat”Sejin menghela nafasnya. Pertanyaannya tidak dijawab oleh Seungyoun.

“Itu hotel gue”ucap Sejin menunjuk sebuah bangunan di tepi pantai.

“So... Gue temenin sampe sini aja ya? Sampe ketemu lagi kalo waktu mengizinkan.“ucap Seungyoun tersenyun.

Sejin terdiam. Engga melanjutkan langkannya ke hotel yang sudah ada dihadapannya.

“Lo masih suka sama gue engga?“pertanyaan Sejin tepat pada sasarannya karena Seungyoun diam tanpa kata ditempatnya.

“Empat tahun. Kalo lo masih suka sama gue, berarti udah empat tahun”ucap Sejin lagi.

Tidak ada kata yang keluar dari mulut Seungyoun membuat Sejin melakukan sebuah tindakan yang membuat Seungyoun membeku.

Sejin mendaratkan bibirnya di bibir Seungyoun. Memerlukan sedikit usaha karena Seungyoun yang lebih tinggi darinya. Sejin menarik baju Seungyoun agar sedikit menunduk.

Seungyoun benar-benar diam membeku sampai Sejin melepaskan bibirnya. Sejin tersenyum getir menatap Seungyoun yang terdiam.

“Jadi cuma tiga tahun ya? Cuma tiga tahun lo suka sama gue? Jadi gue——“ucapan Sejin terputus karena Seungyoun yang tiba-tiba menarik tengkuk Sejin dan mencium Sejin.

Sejin terkejut tetapi setelahnya, Sejin melingkarkan tangannya di leher Seungyoun. Membalas pergerakan bibir Seungyoun yang berantakan. Mereka beradu lidah. Dipantai, di tempat yang sama-sama mereka sukai.

Sejin memukul dada Seungyoun ketika nafasnya semakin berkurang. Seungyoun pun melepaskan bibirnya memberikan Sejin sedikit waktu untuk bernafas.

“Sorry...“ucap Seungyoun mengusap bibir Sejin yang membengkak karena ulahnya. Sejin tersenyum.

“Jadi empat tahun? Bukan tiga tahun?“tanya Sejin menatap Seungyoun dalam.

“Empat tahun dan bahkan mungkin bisa lebih? Mungkin bisa lebih kalo lo ngasih gue kesempatan kali ini”ucap Seungyoun pelan.

Sejin menatap Seungyoun. Mencari kebohongan yang tidak mungkin ia temukan karena Sejin hanya menemukan sebuah kebenaran dari ucapan Seungyoun sebelumnya.

Sejin menarik Seungyoun, menyembunyikan kepalanya di dada Seungyoun. Terdengar tawa kecil dari Seungyoun sebelum Seungyoun membalas pelukan Sejin.

“Jadi kali ini diizinin?“tanya Seungyoun dengan tangan yang mengusap punggung Sejin.

“Stay overnight at my hotel room, please...“Sejin berucap terlampau pelan tapi Seungyoun bisa mendengarnya.

“Kalo kita pelukan begini terus, kapan sampai kamar hotelnya?“ucapan Seungyoun membuat Sejin melepaskan pelukannya. Tanpa melihat ke arah Seungyoun, Sejin berjalan terlebih dahulu.

“Aku engga tau nomer kamar kamu loh, engga punya akses masuknya juga”Seungyoun meledek, membuat Sejin menghentikan langkahnya. Sejin berbalik dan mengulurkan tangannya. Seungyoun berlari dan meraih tangan Sejin sebelum berjalan menuju hotel yang ditempati Sejin.

(xposhie)