semestakapila

Kamar Mandi.


“SEJIN!!!!!“seseorang berteriak dari dalam kamar kosnya yang mungil, membuat beberapa penghuni kos keluar dari kamarnya. Tetapi tidak jarang juga yang mengabaikan teriakan tersebut.

“Apaan sih, Youn! Sumpah lo kebiasaan teriak pagi-pagi”ucap Jinhyuk seseorang yang tadi muncul dari kamar kosnya dengan celana pendek diatas lutut dan tanpa satu atasanpun, khas pria bangun tidur.

“Sejin... Gantian kamar mandinya, Seungyoun udah ngamuk”ucap seseorang bernama Kim Wooseok yang mengabaikan teriakan Seungyoun karena terlalu sering mendengarnya, ya hampir setiap hari.

“Bentar! Gue baru masuk lima belas menit”ucap Sejin santai dari dalam kamar mandi.

“LO TAU GA SIH? GUE TUH SETENGAH JAM LAGI MASUK DAN GARA-GARA LO GUE TELAT?“ucap Seungyoun yang lagi-lagi berteriak.

“Lagian siapa suruh bangun mepet kelas?“jawab Sejin tidak mau kalah.

“Dia ada kelas jam berapa sih?“tanya Seungyoun kearah Wooseok yang sedang mengunyah selembar roti tawar.

“Jam sepuluh, sekelas sama gue soalnya”ucap Wooseok santai yang sukses membuat Seungyoun membulatkan matanya.

“LEE SEJIN!! KELAS LO MASIH DUA JAM LAGI DAN KELAS GUE SETENGAH JAM LAGI!!! LAGIAN NGAPAIN SIH MANDI JAM SEGINI PADAHAL KELAS MASIH DUA JAM LAGI?“ucap Seungyoun dengan suara melengking yang membuat telinga pengang medengarnya.

“Ih Seungyoun berisik!! Gue tuh ga suka buru-buru, jadi harus mandi maksimal sejam sebelum berangkat. Lo mandi dikamar mandi belakang aja sih”ucap Sejin yang juga berteriak.

Wooseok menahan tawanya sambil melihat Seungyoun yang menuncuk lemah. Kamar mandi belakang adalah hal yang mereka hindari jika tidak terlalu terburu-buru, karena kamar mandi belakang kos mereka jauh dari kata nyaman. Tapi saat ini Seungyoun sedang terburu-buru, jadi tidak ada pilihan lain kan?

“Udah sih, mandi aja berdua susah amat!“ucap Byungchan yang keluar dari kamar kosnya sambil tersenyum gemas.

“Sejin, buka pintunya! Seungyoun mau ikutan mandi”ucap Seungwoo seseorang yang juga keluar dari kamar kos lainnya. Byungchan otomatis tertawa karena ucapan Seungwoo yang sejalan dengan perkataannya sebelumnya.

“APAAN SIH!! ENGGA YA!! SEUNGYOUN KE KAMAR MANDI BELAKANG AJA!!!“ucap Sejin berteriak tegas membuat Seungyoun mau tidak mau berjalan lemah ke pintu belakang.

“Yang satu sukanya dadakan, yang satu sukanya dari jauh-jauh waktu, tapi kenapa sih bisa selalu pas jamnya?“ucap Seungwoo menggeleng.

“Mungkin jodoh?“ucap Wooseok dan Byungchan bersamaan membuat mereka bertiga tertawa.

“JINHYUK!!!! KENAPA HARUS JAM SEGINI SIH BUANG AIRNYA!!! GUE HARUS MANDI NIHHHH”Seungwoo, Byungchan dan Wooseok menoleh ke sumber suara, yaitu suara Seungyoun dari kamar mandi belakang. Ketiga seremoak tertawa karena suara Seungyoun.


Seminggu kemudian

Seungyoun dan Sejin membuka pintu kamar mereka bersamaan. Posisi kamar mereka yang berhadapan, membuat keduanya beradu tatap saat keluar kamar. Keduanya bahkan menghentikan langkahnya sebelum berlari serentak ke arah kamar mandi.

“Gue duluan!“ucap Sejin memicingkan matanya kearah Seungyoun.

“Gue duluan ya, Cil! Liat kaki kanan gue udah di dalem”ucap Seungyoun santai.

“Ih seungyoun! Tapi tangan gue megang gagang pintu duluan”ucap Sejin tidak mau kalah.

“Tapi kan kaki lo masih diluar tuh dua-duanya, belum masuk! Kalo lagi lomba yang nyentuh garis finish juga menang kali”ucap Seungyoun tertawa.

“Yaudah sana lo mandi! Tangan gue tetep di gagang pintu, ga boleh lo tutup”ucap Sejin tegas.

“Oh gitu? Yaudah lo berarti liatin gue mandi ya? Beneran nih mau ngeliatin gue telanjang? Jangan kaget ya, Cil”ucap Seungyoun menggoda yang sukses membuat wajah Sejin memerah.

Seungyoun masuk ke dalam kamar mandi dan menggantungkan handuknya, lalu mulai membuka kaos yang ia gunakan sambil terus tersenyum ke arah Sejin. Saat Seungyoun ingin melepas celana pendeknya, Sejin buru-buru menutup pintu kamar mandi dengan kasar.

“SEUNGYOUN GILA!!!!“ucap Sejin emosi.

“Nah kan berantem lagi! Udah gue bilang, mandi berdua aja”ucap Byungchan menggoda dari depan kamar kosnya.

“ENGGA MAU! GUE GA MAU MANDI SAMA ORANG KAYAK SEUNGYOUN!!“ucap Sejin melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

“Padahal kalo mandi bareng kan menghemat waktu? Bisa sambil gosok punggung juga, ya kan Ka Woo?“ucap Byungchan kearah Seungwoo yang berjalan ke arah kamarnya.

fin

Kapila.

A Surprise.


Seungwoo menghembuskan nafasnya kasar. Unggahan terakhir dari pacarnya, Byungchan, cukup membuat hatinya nyeri. Bagaimana tidak, sejak tadi Byungchan susah dihubungi karena Byungchan dan teman-temannya sedang menghadiri event ulang tahun bintan kpop idolanya.

“Aku anter aja ya?”ucap Seungwoo beberapa waktu lalu.

“Engga usah ka! Aku sama temen aku yang lain kok!!! Aku janji, tanggal 24 kamu bebas minta apapun dari aku”ucap Byungchan saat itu.

Tapi apa? Dua jam menuju tanggal 24 Desember, Seungwoo justri belum mendapatkan kabar apapun dari kekasihnya. Seungwoo justru berada di kafe milik temannya, Seungyoun.

“Youn, gue balik ya?“ucap Seungwoo yang mendapat tatapan terkejut dari Seungyoun.

“Sabar sih boss! Sejam lagi gue tutup nih, barusan last order kok”ucap Seungyoun mencoba santai.

“Kunyuk sama Yupin kemana deh? Kenapa engga lo sekalian suruh kesini?“tanya Seungwoo bingung.

“Lah lo tau sendiri kan, kalo ga ada imbalan mana mau tuh dua manusia bantuin gue disini”ucap Seungyoun malas yang mendapat tawa renyah Seungwoo. Sejam berlalu,dan Seungyoun benar menutup kedai kopinya tersebut.

“Mau bawa sesuatu ga? Gratis! Karena sejam lagi lo ulang tahun”ucap Seungyoun dan Seungwoo mengambil beberapa botol alkohol yang berada di kulkas mini yang terletak di kamar pribadi Seungyoun di dalam kafe tersebut.

“Gue nginep tempat lo deh ya? Kasian lo ulang tahun sendirian”ucap Seungyoun menahan tawa.

“Belum dihubungin Byungchan kan? Hahaha Sejin bilang tadi hapenya Byungchan mati terus ga bawa charger, jadi gabisa ngehubungin lo”ucap Seungyoun menjelaskan.

“Lah emang acaranya sampe jam berapa deh? Harusnya jam segini udah balik kan? Bisa ngehubungin gue kan? Bahkan tadi dia update twitter kok”ucap Seungwoo menahan emosi sambil melajukan mobil hitamnya.

“Ya mungkin lupa?“ucap Seungyoun mencoba mendinginkan hati Seungwoo.

“Yaelah, tuh orang Korea diinget! Masa gue pacarnya sendiri yang selalu ada malah dia lupain?“ucapan Seungwoo berhasil membuat Seungyoun tertawa.

“Lo cemburu sama idolanya Byungchan? Engga salah? Bukannya dulu lo paling terbuka dengan segala kesukaan dia ya?“ucap Seungyoun mempertanyakan pendirian Seungwoo.

“Ya tapi kan gue sejam lagi ulang tahun, tau ah males gue ngomongin”ucap Seungwoo yang semakin menambah kecepatan laju mobilnya.


“Kenapa dah berhenti?“ucap Seungyoun saat mereka sudah memasuki unit apartment Seungwoo.

“Perasaan tadi sepatu gue rapih deh, ini kenapa berantakan kayak ketendang orang ya?“tanya Seungwoo bingung dan Seungyoun diam tak menjawab.

Seungwoo menoleh saat mendengar suara berisik dari dalam kamarnya. Ia ingat betul bahwa sebelum berangkat, dirinya sudah mengunci apartmentnya dan tidak mungkin ada penjahat yang bisa masuk ke unit apartmentnya tersebut.

“Surprise!!!!”

Seungwoo terlonjak kaget bahkan tidak sengaja menginjak kaki Seungyoun yang berdiri dibelakangnya saat ia membuka pintu kamarnya. Di dalam kamarnya, ada Jinhyuk serta Yuvin, ada juga Sejin dan Wooseok, tetapi Seungwoo tidak dapat menemukan Byungchan.

“Happy birthday to you! Happy Birthdya to you! Happy Birthday, happy birthday, happy birthday, to you!!!”

Seungwoo membalik badannya saat mendengar nyanyiaan yang di nyanyikan oleh kekasihnya. Bahkan kali ini Seungyoun harus rela tertabrak badan Seungwoo yang berjalan mendekati Byungchan.

“Njir! Udah diinjek ke tabrak pula!!“Sejin dengan cepat menutup mulut kekasihnya sebelum mengeluarkan keluhan lainnya.

“Selamat ulang tahun ka seungwoo! Semoga Ka Seungwoo selalu diberikan kebahagiaan dimanapun dan kapanpun!!“ucap Byungchan tersenyum yang membuat kedua lesung pipinya tercetak jelas.

“Jadi, masih kesel ga sama aku?“tanya Byungchan menggoda sesaat setelah Seungwoo merapalkan doanya.

“Masih! Pokoknya kamu habis ini harus nginep ditempatku”ucap Seungwoo mencubit pipi kekasihnya sebelum meniup lilin diatas kue yang dipegang Byungchan.

Seungwoo tidak pernah sekalipun kesal dan sebal dengan segala sesuatu yang Byungchan sukai, karena menurut Seungwoo dia tidak berhak sekalipun merebut kebahagiaan kekasih manisnya tersebut.

Tetapi, berbeda dengan malam itu. Seungwoo bisa dikatakan cemburu terhadap pria korea yang bahkan mendapat ucapan selamat ulang tahun sebelum dirinya sendiri.

“Ya iyalah aku ucapan duluan ke dia! Kan Korea lebih cepet dua jam dari sini, kalo aku ucapin ke kamu duluan, pamali tau!!“ucap Byungchan gemas.

“Permis bapak... Kapan pestanya dimulai nih?“ucap Yuvin yang membuat Seungwoo dan Byungchan yang berpelukan melepas pelukan mereka dan tertawa.

“Oh jadi lo sengaja bawa minuman dari kafe?“tanya Seungwoo dan Seungyoun hanya tersenyum licik.

“Wahhh hebat ya kalian semua idenya sama sekali ga keliatan sama gue! Biasanya kalo lo bertiga yang bikin kejutan, baru ngerencanain aja gue udah tau”ucap Seungwoo yang membuat semua orang tertawa.

fin

ps: selamat ulang tahun han seungwoo! terimakasih sudah terlahir ke dunia ini. terimakasih sudah bertahan sejauh ini dan terimakasih sudah menjadi sosok kuat yang sangat bisa dijadikan panutan. semoga kamu selalu dilimpahkan kesehatan untuk membahagiaan orang disekitarmu dan sekiranya kamu juga dapat kebahagiaan yang setimpal dengan apa yang kamu berikan!

kapila.

Penjelasan.


Saat ini yang terdengar hanya dentingan garpu, sendok dan piring pada meja tersebut. Beberapa kali mungkin dihebohkan suara tertawa dari meja sebelah.

“Gimana, enak?“pertanyaan pembukaan untuk basa basi yang dilontarkan Seungyoun setidaknya bisa membuat Sejin menoleh dan melihat kearahnya.

“Iya enak. Lo sering makan disini?“tanya Sejin tetapi Seungyoun menggeleng.

“Engga sering, tapi beberapa kali pernah sih sama anak-anak kantor”ucap Seungyoun menjelaskan.

“Ah, lo temen kantornya Jinhyuk ya?“tanya Sejin lagi dan Seungyoun mengangguk.

Pembicaraan mereka berdua berlangsung lancar, terimakasih untuk pertanyaan basa basi yang Seungyoun lontarkan.

“Gue minta maaf banget, awalnya gue ga ngira akan jadi ribet kayak gini”ucap Sejin dengan suara teramat pelan.

“Jujur, dari awal gue salah karena pake foto Wooseok di aplikasi itu. Karena gue tau ga akan ada orang yang ga suka Wooseok, bahkan sepupu gue sendiri sekarang jadian sama Wooseok”ucap Sejin berusaha tersenyum.

“Semua orang punya alasan dan gue ga akan ngebantah atau menolak alasan orang tersebut, karena gue gatau apa yang orang tersebut rasakan sebelumnya”ucap Seungyoun.

“Gue kaget banget, beneran! Setelah pertemuan sama Wooseok dan gue tau semuanya, gue inget kita juga pernah ketemu dan lo memperkenalkan diri lo sebagai Wooshin kan?“tanya Seungyoun dan Sejin mengangguk.

“Sorry, setelah hari itu gue terkesan menghindar dari lo. Sebenernya gue hanya lagi memikirkan, apakah gue perlu ngehubungin lo lagi atau engga. Tapi, akhirnya gue memilih menghubungi lo setelah gue tau kalo lo sepupu Jinhyuk”ucap Seungyoun panjang lebar.

“Lo ga mungkin orang jahat yang pake identitas palsu dan berusaha nipu gue. Karena apa? Satu, gue kenal sepupu lo dan dua, gue tau identitas yang lo pake itu adalah pacarnya sepupu lo sendiri”ucap Seungyoun tersenyum.

“Youn, tapi gue ga akan memaksa lo untuk tetap menghubungi gue dalan hubungan apapun...“ucap Sejin pasrah.

“Lo pasti sakit hati dan gue ikhlas kalo emang lo mau ngejauh atau bahkan benci sama gue”ucap Sejin menambahkan.

“Sebenernya ga ada alasan untuk gue ngejauh atau benci sama lo, tapi kalo emang itu mau lo yaudah gue ikutin”ucapan Seungyoun berhasil membuat Sejin terdiam.

“Perkenalan kita dan kisah aplikasi pencarian jodoh itu berakhir beberapa detik yang lalu dan sekarang, kita bisa dong mulai pertemanan baru?“ucap Seungyoun tersenyum.

“Hai! Gue Seungyoun, temennya Jinhyuk! Dia bilang mau ngenalin sepupunya ke gue dan pasti lo sepupunya dia kan?“ucap Seungyoun menjulurkan tangannya ke hadapan Sejin.

“Gue sejin, sepupunya Jinhyuk! Salam kenal, Seungyoun”ucap Sejin tersenyum setelahnya.

kapila

Delusi.

tw:// car accident, hospitalization, hallucinations and delusions, loss of loved one


Hai! Kalian pernah membayangkan sesuatu? Lalu bayangan itu menjadi nyata? Aku pernah! Sebuah bayangan yang jauh dari kata bahagia. Terdengar aneh, tapi ini nyata terjadi padaku. Aku suka membayangkan diriku tertidur panjang atau tidak bangun sama sekali! Ya, aku membayangkan itu hanya untuk mengetahui reaksi orang disekitarku!

Ah iya! Namaku Lee Sejin dan umurku dua puluh tujuh tahun. Aku mempunyai seorang tunangan yang tampan, namanya Cho Seungyoun dan kami akan menikah tahun depan! Kalian tau, Seungyoun adalah alasan mengapa aku suka membayangkan hal buruk terjadi padaku!

Seungyoun dan semua perilaku manisnya. Seungyoun dan semua kasih sayangnya. Seungyoun yang kadang membuatku berfikir, “Apakah ia akan sedih jika aku tidak ada?” atau “Bagaimana hancurnya dia jika aku sudah tidak ada?”

Mau tau kisahku? Kisah ketika sebuah bayangan menjadi nyata. Kisah yang sudah kukatakan sebelumnya, sangat jauh dari kata bahagia. Kisah yang bahkan enggan aku ulang kembali. Ini adalah kisahku...


“Sayang! Kok bengong? Kamu akhir-akhir suka ngelamun, kenapa? Banyak kerjaan, hm?“aku tersenyum menatap Seungyoun yang berada dihadapanku.

Aku lagi-lagi melamun, membayangakan hal yang mungkin terjadi padaku. Membayangkan hal yang buruk, yang mungkin terjadi padaku.

“Hehehe engga apa-apa! Ngelamun itu enak tau”ucapku santai, jawaban klise yang sering aku lontarkan.

Aku dan Seungyoun memutuskan pergi dari kafe yang sejak tadi menjadi tempat kami beristirahat sejenak sebelum kami kembali berjalan untuk melihat venue pernikahan kami.

Aku mungkin adalah orang yang sangat bahagia. Tunanganku tampan! Dia mencintaiku dengan caranya sendiri dan membuatki merasa spesial, bahkan dia enggan melepas tanganku saat ia mengendarai mobil hitamnya.

“Youn... Lepas bahaya!!“Aku kembali protes, meminta Seungyoun melepaskan genggaman kami. Tapi Seungyoun tetaplah Seungyoun, enggan melepas genggaman tangan kami bahkan saat ia harus membanting kemudi untuk menghindari sebuah ban yang terlepas dari truk di depan kami.

Aku dan bayanganku kembali muncul. Bayangan jika mungkin aku tidak ada dan setelahnya semua gelap seakan bayanganku menjadi nyata....

.

Aku memegang kepalaku yang berdenyut hebat. Tanganku sudah tidak lagi di genggam Seungyoun! Bahkan kami sudah tidak berada di dalam mobil sesuai ingatan terakhirku, aku berada di Rumah Sakit dan duduk disalah satu bangku ruang tunggu. Awalnya aku fikir ini mimpi, tapi setelah aku mencubit diriku rasanya sakit. Jadi ini bukan mimpi....

Aku menoleh saat mendengar suara sirine ambulance semakin mendekat dan beberapa dokter serta perawat berlarian ke arah datangnya ambulance. Aku berjalan lambat mengikuti mereka dan anehnya aku merasa tidak ada satu orang pun merasakan kehadiranku! Aku seperti..... tidak terlihat!

“Sayang.... Bangun! Lee Sejin, tahun depan kita mau nikah loh! Ayokkk sayang kamu kuat!!!”

Aku tertegun dan terkejut, Seungyoun turun dari ambulance bersama beberapa petugas. Aku sedikit berjinjit kearah kerumunan dan semakin terkejut ketika melihat diriku terbaring disebuah kasur berjalan yang sudah di dorong oleh petugas ambulance tadi.

“Tuan Seungyoun, mari kita obati luka bapak dulu selama dokter memeriksa keadaan Tuan Sejin”

Aku diam karena terlalu bingung dengan keadaan yang terjadi dihadapanku. Ini bukan bayanganku, jelas! Tapi ini juga bukan mimpi kan? Aku memilih mengikuti perawat yang membawa Seungyoun, setidaknya aku harus memastikan sesuatu.

“Youn! Aku disini, loh! Cho Seungyoun yang tidur disitu bukan aku kali, kamu salah!!!”

Nihil! Panggilanku diabaikan Seungyoun, lambaian tanganku di depan wajah Seungyoun juga diabaikannya, bahkan tidak menganggunya sama sekali. Aku mengerucutkan bibirku dan memilih berjalan ke arah tubuhku yang sedang dalam penanganan dokter.

“Ah apa aku coba tidur aja kali ya? Siapa tau ini mimpi!!”

Tidak ada yang mendengarku dan melihatku, jadi aku memutuskan berbaring di salah satu kasur kosong dan mulai memejamkan mataku, berharap ini hanya mimpi (walaupun aku tau sepertinya ini bukan mimpi).

.

Aku kembali terbangun dengan keadaan rumah sakit yang lebih tenang, tapi anehnya aku terbangun di salah satu sofa disebuah kamar. Aku mencoba meregangkan badanku yang sedikit kaku dan kembali mendapati Seungyoun di hadapanku. Dia tidak sendiri, karena beberapa detik setelahnya masuk dua orang pria yang aku kenal sebagai Jinhyuk dan Wooseok, sahabat kami.

“Youn, mending lo pulang dulu deh. Biar gue sama Wooseok yang jagain Sejin disini. Udah tiga hari kan lo kurang tidur?”

Aku membelalakan mataku. Tiga hari? Jadi aku tertidur tiga hari? Lalu yang terjadi selama tiga hari itu apa saja? Aku semakin bingung dengan keadaan ini dan memilih mendekati kasur yang terletak ditengah kamar tersebut.

“Gue ga akan balik sebelum Sejin bangun, Hyuk. Lagipula gue tidur kok, tuh di sofa”

Aku menoleh dan benar saja! Pada sofa yang ku duduki tadi terdapat sebuah selimut yang tidak terlipat dan sebuah jaket yang aku kenal sebagai milik Seungyoun karena aku yang memberinya sebagai kado ulang tahun.

“Oke terserah lo, seengganya lo makan nih. Gue udah bawain makanan”

Seungyoun hanya menoleh kearah bungkusan yang dibawa Wooseok tanpa ada niat untuk mengambil bungkusan tersebut. Bahkan wajah Seungyoun tidak tertarik sama sekali dengan bungkusan dan kedatangan sepasang pria dewasa itu.

“Gue engga laper, Seok....”

“Youn, makan!! Kamu gabisa denger aku ya? Makan dong, sayang!!!!”

Aku sekuat tenaga membuat Seungyoun mendengarku walaupun nihil. Aku menghembuskan nafas kasar, karena semua usahaku gagal. Aku merutuki kebodohanku sendiri.

“Youn, lo ga kedinginan? Kok gue kedinginan ya?”

Aku menoleh ke arah Jinhyuk yang berdiri disebelahku. Dingin? Bahkan Seungyoun hanya menggunakan kaos tipis pendek sedangkan Jinhyuk menggunakan sweater hitam. Kenapa Jinhyuk justru merasa kedinginan? Aku pun memutuskan keluar dari kamar tersebut.

Aku duduk disebuah kursi di taman rumah sakit tersebut. Banyak pasien yang berjalan-jalan pagi itu untuk mencari asupan sinar matahari dan beberapa wali pasien yang menemai. Aku mendegus sebal, karena bingung apa yang harus aku lakukan saat ini!!

“Gimana? Sesuai sama bayangan kamu?”

Aku melonjak kaget dan menemukan sosok pria yang sepertinya lebih tua beberapa tahun dariku duduk disebelahku. Aku tidak menjawab pertanyaannya dan memilih duduk menjauh.

“Manusia emang suka membayangkan sesuatu, tapi mayoritas mereka membayangkan hal indah. Misalnya, menang lotre atau punya mobil baru. Tapi kamu pengecualian, kenapa kamu suka membayangkan tiada?”

Aku kembali terkejut. Kenapa pria ini tau semua bayanganku? Bahkan aku tidak pernah menceritakan hal dalam bayanganku ketika melamun ke Seungyoun karena aku tau pasti Seungyoun akan memarahiku.

Aku menunduk, masih enggan menjawab pertanyaan lelaki disebelahku. Aku bingung, apakah ini sesuai bayanganku? Bahkan aku rasa ini jauh lebih parah dari bayanganku. Aku tidak pernah membayangkan Seungyoun sesedih dan seterpuruk itu. Bahkan aku dapat dengan jelas melihat kantung mata di wajah Seungyoun.

Aku mempunyai banyak pertanyaan dikepalaku tetapi pertanyaan itu lenyap ketika aku melihat lelaki disebelahku sudah menghilang. Aku mencarinya di setiap sudut taman, tapi nihil karena lelaki tersebut hilang tanpa jejak. Aku pun memutuskan kembali ke kamar rawat dimana Seungyoun berada.

.

Setidaknya ini sudah memasuki hari kelima dan aku masih bingung dengan keadaan ini semua. Dua hari kemarin, aku selalu mengikuti Seungyoun. Akhirnya, atas bujukan Seungwoo (orang yang di hormati Seungyoun), Seungyoun kembali kerumah untuk beristirahat.

Aku menemani Seungyoun ke apartment kami dan melihat hidup Seungyoun yang seperti tanpa arah dan tujuan. Seungyoun tidak benar-benar beristirahat walaupun aku dengan sengaja mematikan lampu kamar waktu itu. Ia hanya mendecak sebal dan kembali menyalakan lampu kamar.

Seungyoun tidak menyentuh makanan yang dikirimkan Wooseok ataupun Byungchan, walaupun aku sengaja menjatuhkan sendok sebagai pertanda. Makanan yang dikirimkan itu dingin tanpa tersentuh.

“Tuan Seungyou kelelahan karena kurang tidur dan juga kurang makan. Tuan Seungyoun akan sadar dalam beberapa jam, untuk saat ini kita bairkan Tuan Seungyoun beristirahat dahulu”

Di dalam kamar rawat ini sudah ada dua kasur berisikan diriku dan Seungyoun. Seungwoo, Byungchan, Jinhyuk dan Wooseok beberapa kali saling beradu tatap tanpa mengucapkan satu katapun.

Aku kembali mendekati diriku sendiri yang tertidur, memandangi banyaknya alat yang terpasang ditubuhku. Aku menarik nafas panjang sebelum mencoba ide yang sempat terlintas di fikiranku. Aku naik ke kasur dan berbaring di tempat yang sama dengan diriku yang tertidur.

“Kok ga bisa juga sih?!?!?!”

Aku kesal tetapi sebuah tawa renyah mengalihkan pandanganku. Lelaki itu datang lagi! Menatapku sambil tertawa. Mungkin mentertawakan usahaku yang berujung sia-sia. Aku mengerucutkan bibirku sebelum turun kembali dari kasur tersebut yang sedikit menimbulkan bunyi kriet dan membuat empat orang yang berjaga saling bertatap.

Aku yang juga terkejut kala itu hanya dapat meminta maaf walau tidak ada yang mendengar dan setelahnya mengikuti lelaki tadi berjalan ke arah taman. Ia diam untuk beberapa saat, membuatku hanya dapat menggerakan kakiku dengan ritme acak.

“Gimana? Sesuai sama bayangan kamu?”

Pertanyaan yang sama terlontar dan aku menoleh menatap lelaki tersebut. Aku menggeleng, karena ini semua lebih buruk dari bayanganku. Lelaki tertawa bahkan tanpa melihat ekspresiku yang sudah menahan tangisan.

“Tunggu dua hari lagi”

Aku terkejut dan berdiri di hadapan lelaki tersebut. Lelaki tersebut hanya menaikan kedua bahunya sambil tersenyum.

“Kalo Seungyoun sadar pas kamu udah sadar, dia akan semakin sedih. Jadi, tunggu Seungyoun sadar. Kamu lebih baik kembali ke kamar, jangan berkeliaran seperti anak hilang”

Lelaki tersebut tersenyum sebelum berjalan dan kembali menghilang diantara banyaknya orang yang sedang berkumpul di taman tersebut. Aku pun memutuskan untuk kembali ke dalam kamar sesuai instruksi lelaki tersebut.

“Youn banguuuun!! Aku janji bakalan bangun setelah kamu bangun! Ayokkk dong bangun duluan”

Aku menghitung waktu dan sudah empat belas jam lebih Seungyoun belum sadarkan diri. Bahkan Jinhyuk dan Wooseok tertidur di sofa saat menjaga Seungyoun. Aku semakin merasa bersalah kepada semuanya....

“Sejin sayang!!!”

Aku terkejut saat Seungyoun terbangun yang juga membuat Wooseok dan Jinhyuk terbangun. Jinhyuk menghampiri Seungyoun dan berusaha menenangkannya.

“Hyuk, gue mimpi! Sejin bilang dia mau bangun kalo gue bangun”

Aku tertegun dan diam ditempat karena apa yang dibicarakan Seungyoun sesuai dengan apa yang aku ucapkan beberapa jam yang lalu. Aku melihat Seungyoun yang sedang menatapkan dengan wajah panik.

“Sayang... Sejin... Aku udah bangun nih! Yuk kamu bangun juga, tadi katanya janji mau bangun?”

Aku menahan tangisku, Seungyoun dengan segala kasih sayangnya mengusap punggung tanganku dan menungguku bangun. AKu tidak sadar ketika air mataku turun.

“Hey, sayang... Jangan nangis, oke? Kalo kamu masih mau tidur sebentar ga apa-apa kok aku tungguin!”

Seungyoun mengusap air mata yang juga turun dari pelupuk mataku yang tertidur. Tanpa meinta persetujuan Seungyoun, Wooseok berlari untuk memanggil Dokter maupun perawat.

“Tuan Sejin menunjukan perkembangannya walaupun masih kecil, kita berdoa bersama-sama agar perkembangan Tuan Sejin terus membaik”

“Sejin bakalan bangun kan, dok? Sejin janji sama saya, kalo dia akan bangun”

“Kita tunggu dua atau tiga hari lagi ya, Tuan”

Dokter tersebut pergi keluar ruang perawatan, meninggalkan Seungyoun yang menangis serta Jinhyuk dan Wooseok yang mencoba menenangkan Seungyoun. Aku lelah dengan semua yang terjadi hari ini dan memutuskan untuk mengistirahatkanku di sofa yang kosong di pojok ruangan.


“Sayang... Tuh kan ngelamun lagi! Hey, kamu mikirin apa sih akhir-akhir ini?”

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan menoleh kearah Seungyoun yang duduk disebelahku. Aku terdiam dalam kebingungan. Aku kembali berada di dalam mobil bersama Seungyoun dengan tangan Seungyoun menggenggam erat tanganku.

“Jangan kebanyakan ngelamun ah, ga baik! Kamu mau pesen apa?”

Aku menarik nafas panjang dan menyadari bahwa diriku dan Seungyoun sedang mengantri di salah satu drive thru masakan cepat saji. Aku menyebutkan pesananku sebelum memperhatikan tanganku yang di genggam erat Seungyoun.

“Youn, nanti kalo di jalan besar ga usah pegangan ya?”

“Aku nanti suapin kamu, kalo aku pake satu tangan. Susah dong?”

“Oh iya! Yaudah pegangan tangan sampe keluar kalo gitu!”

Aku tersenyum. Seungyoun dan segala perhatiannya yang tidak berubah. Seungyoun dengan segala curahan kasih sayangnya. Seungyoun dengan genggaman tangannya yang hangat.

Jadi tadi apa.......?

fin

(Kapila)

Mimpi Buruk.


Malam itu Seungyoun dan Sejin memutuskan menghabiskan malam minggu mereka di dalam rumah. Selain karena cuaca yang tidak bersahabat, mereka tidak mau meninggalkan anak semata wayang mereka sendirian dan juga tidak mau menitipkannnya kepada orang tua Seungyoun maupun Sejin.

“Film apa? Romance atau Horror?“tanya Seungyoun kepada Sejin yang sedang menyiapkan camilan untuk mereka berdua. Sejin sempat berfikir sejenak sebelum memilih film romantis dan bergabung bersama Seungyoun di sofa panjang yang terletak di ruang tengah apartment mereka.

“Kenapa milih film ini? Bukannya kalo horror seru? Kalo kamu takut kan bisa aku peluk”ucap Seungyoun menggoda. Sejin menatap tajam Seungyoun sebelum tertawa renyah.

“Kamu kali yang takut! Aku mana pernah teriak nonton horror? Lagian takutnya Dodo bangun kalo nonton horror terus kita ga sengaja teriak!!“ucap Sejin menjelaskan.

“Oh... Biar quality timenya ga keganggu sama anak ya?“ucap Seungyoun kembali menggoda.

“Udah diem! Nonton itu udah mulai”ucap Sejin yang menyamankan dirinya dalam pelukan Seungyoun. Baru setengah jam film berputar, fokus Sejin teralihkan dengan suara tangisan dari dalam Dodo, anak mereka.

“Youn... Dodo nangis kayanya”ucap Sejin panik yang segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Dohyon dan benar saja, Dohyon terbangun dengan keringat mengucur di badannya serta tangisan yang semakin keras.

“Hey... Hey... Sayang, kenapa....?“tanya Sejin yang sigap menggendong Dohyon dan memeluk anaknya erat. Sejin sesekali memberikan tepukan pelan di punggung Dohyon untuk menenangkan.

“Minum dulu ya, sayang?“ucap Seungyoun yang datang membawa segelas air mineral. Dohyon masih terisak dalam gendongan Sejin, bahkan tangannya menggenggam erat baju yang Sejin kenakan. Sejin yang bingung menatap Seungyoun meminta penjelasan tetapi dibalas sebuah gelengan oleh Seungyoun.

“Sayang... Dodo kenapa, hm?“tanya Seungyoun saat merasa anaknya sudah lebih tenang dalam dekapan Sejin. Dohyon masih diam, isak lemah masih sesekali terdengar dan tangannya masih menggenggam erat baju Sejin.

“Dodo mimpi buruk, hm? Mimpi apa?“tanya Sejin pelan dan lembut. Dohyon pun mengangguk lemah. Dohyon dengan isakan lemah pun menceritakan mimpi yang ia alami, membuat Seungyoun sesekali tersenyum mendengar cerita anaknya yang baru menginjak usia tiga tahun.

“Dodo tidur lagi ya? Tadi kan cuma mimpi sayang, kalo Dodo tidur lagi, mimpinya ga akan dateng lagi kok!“ucap Seungyoun memberikan solusi. Dohyon menggeleng tidak setuju, bahkan ia memeluk Sejin erat hingga sedikit menyebabkan Sejin kesulitan bernafas.

“Iya engga, Dodo tidur sama Bubu Baba mau?“tanya Sejin dan Dohyon mengangguk. Sejin pun membawa Dohyon keluar dari kamarnya dan masuk ke dalam kamarnya bersama Seungyoun.

“Matiin aja filmnya, besok kita lanjut lagi”ucap Sejin pelan yang disetujui oleh Seungyoun.

Seungyoun masuk ke kamar menyusul Sejin serta Dodo yang sudah terlebih dahulu berbaring diatas kasur. Dohyon masih menggenggam erat baju Sejin dengan tangan Sejin yang tidak berhenti mengusap punggung Dohyon.

“Sayang... tidur ya? Kan udah ada Baba sama Bubu disini jadi Dodo ga akan mimpi buruk lagi”ucap Seungyoun yang berbaring di belakang Dohyon dan mengusap rambut Dohyon lembut.

Dohyon tidur menghadap Sejin dengan tangan yang menggenggam erat baju Sejin sedangkan Sejin melingkarkan tangannya dibadan Dohyon untuk mengusap punggungnya. Dohyon kemudian menarik tangan Seunyoun untuk diletakan di perut gembilnya, membuat Sejin dan Seungyoun tersenyum. Malam itu, karena mimpi buruk Dohyon, keluarga kecil Cho tidur saling berpelukan.

fin

Kapila.

Untitled.

tw:// kebohongan, pertengkaran, mention about kiss mark dan alkohol


Tidak seperti biasanya, Seungyoun bangun dipagi hari dengan sisi tempat tidurnya yang kosong. Seungyoun menarik nafasnya panjang, segala kemungkinan buruk ia buang dari fikirannya. Jam masih menunjukan pukul tujuh pagi, tetapi Seungyoun memutuskan untuk keluar kamar tanpa melanjutkan tidurnya lagi.

Langkah Seungyoun terhenti ketika ia mendapati seseorang meringkuk di sebuah sofa dengan cara tidur yang jauh dari kata nyaman. Seungyoun kembali membuang nafasnya pelan dan kembali menjernihkan fikirannya. Ia melangkah, mendekati seseorang yang masih nyenyak di alam mimpinya, orang itu adalah Sejin, tunangan Seungyoun.

Seungyoun dengan sabar merapihkan satu persatu benda yang mungkin tidak sengaja dijatuhkan Sejin semalam. Sepatu, tas, jas bahkan scarf yang sempat Sejin kenakan itu berantakan. Terhitung sudah satu bulan Seungyoun melakukan kegiatan yang sama hampir setiap pagi, membersihkan semua kekacauan yang dibuat Sejin semalam.

“Sayang, bangun yuk? Mau sarapan apa? Atau mau lanjut tidur dikamar?Seungyoun berucap terlampau lembut membuat Sejin tidak bergeming dari tidurnya.

“Sayang?“Seungyoun menghentikan gerakan tangannya yang akan merapihkan rambut Sejin saat melihat adanya bekas kemerahan di bagian leher belakang Sejin. Bahkan Seungyoun dapat dengan jelas mencium aroma alkohol yang menguar dari tubuh Sejin.

Seungyoun masih mencoba berfikir jernih, mungkin semalam Sejin berpesta dengan rekan kerjanya walaupun tidak memberitahu apa-apa kepada Seungyoun sebelumnya. Seungyoun menggendong tubuh kecil Sejin dan memindahkannya ke kamar, kasur yang mungkin lebih nyaman sebagai tempat tidur Sejin pagi itu.

Seungyoun baru saja ingin keluar dari kamar dan menyiapkan sarapan untuk Sejin, tetapi langkahnya terhenti saat ponsel Sejin berdering dan memunculkan notifikasi pesan masuk yang langsung terbaca oleh Seungyoun secara tidak sengaja.

Hey, bayi! Sudah bangun? Terimakasih untuk semalam! Ayok kita rencanakan pesta selanjutnya

Tubuh Seungyoun menegang. Ia tahu betul siapa yang mengirimkan pesan itu, karena dirinyalah yang memperkenalkan Sejin dan lelaki itu. Seungyoun menarik nafas panjang sebelum keluar kamar dan menyiapkan sarapan untuk Sejin.


“Hey, sudah bangun? Ingin langsung makan? Aku panaskan supnya dulu ya?“pertanyaan bertubi dilontarkan Seungyoun saat melihat Sejin keluar dari kamar dengan langkah terseok. Sejin menggeleng sebagai jawaban dan memilih menegak satu gelas air mineral untuk mengembalikan kesadarannya.

“Aku mau pergi lagi habis ini”ucap Sejin yang kembali masuk ke dalam kamar, meninggalkan Seungyoun yang bahkan hanya dapat terpaku ditempatnya.

“Kamu mau pergi kemana lagi? Kepala kamu emang ga pusing? Semalam pulang jam berapa?“Sejin baru saja keluar dari kamar mandi, ketika Seungyoun kembali mengeluarkan pertanyaan bertubi. Sejin menatap Seungyoun tajam tanpa mau menjawab satupun pertanyaan Seungyoun.

“Aku capek butuh refreshing“ucap Sejin seadanya. Seungyoun menatap Sejin tidak percaya. Sejin, orang paling lembut yang pernah Seungyoun kenal berubah sifatnya sebulan belakangan ini.

Sejin lebih sering menghabiskan waktunya diluar rumah bahkan tanpa memberitahu Seungyoun. Tidak jarang, Sejin pulang larut malam yang membuat Seungyoun bertanya apa yang Sejin lalukan di luar sana dan membuat mereka berakhir bertengkar tengah malam. Puncaknya semalam, bahkan Seungyoun tidak tau kapan Sejin pulang dan diantar oleh siapa. Seungyoun juga tidak tau apa yang Sejin lakukan sehingga tubuhnya bau alkohol dan ada tanda yang bahkan malas untuk Seungyoun ingat.

“Leher kamu kenapa?“pertanyaan tajam Seungyoun sukses membuat Sejin terdiam ditempat. Butuh waktu lama untuk Sejin mencerna pertanyaan Seungyoun dan menemukan jawaban yang tepat.

“Ke pentok botol”ucap Sejin dengan tangan meraba tepat ditanda yang menjadi pertanyaan Seungyoun.

Seungyoun mengambil nafas panjang sebelum menghembuskannya secara perlahan. Ia tidak boleh emosi, setidaknya untuk saat ini agar permasalahan mereka berdua cepat selesai.

“Kalo aku larang kamu pergi, kamu bakalan dengerin aku?“tanya Seungyoun lagi. Sejin kembali tidak menjawab pertanyaan Seungyoun, tangannya masih mencari baju yang akan ia kenakan hari itu.

“Jawab aku... Lee Sejin!“ucap Seungyoun dengan suara rendah miliknya yang mampu membuat siapapun merinding mendengarnya. Sejin berbalik hanya untuk menatap Seungyoun sebentar sebelum dirinya menjawab pertanyaan Seungyoun dengan datar.

“Engga. Jangan suka larang aku, kamu bukan—”

“Bukan apa? Bukan suami kamu? Iya bener, aku belum jadi suami kamu! Tapi aku tunangan kamu, kalo kamu lupa. Ah emang lupa kali ya? Cincinnya aja ga dipake? Mana mungkin inget punya tunangan”ucap Seungyoun yang diikuti tawa hambar di ujung kalimat. Tubuh Sejin menegang kala mendengar ucapan Seungyoun.

“Aku nyesel ngenalin kamu sama dia kalo begini caranya”ucap Seungyoun pasrah. Sejin kembali menatap Seungyoun, tetapi kali ini tatapan Sejin sulit di artikan.

“Jangan bawa-bawa orang lain dalam hubungan kita”ucap Sejin singkat dan jelas.

“Aku ga akan bawa-bawa orang lain, kalo emang orang itu ga masuk dalam hubungan kita... Aku ga akan bawa-bawa orang lain, kalo emang dia ga berusaha ngambil kamu dari aku”ucap Seungyoun frustasi.

“Seungyoun!!!“Sejin berteriak untuk pertama kalinya dalam tiga tahun hubungan mereka. Seungyoun menatap Sejin dengan tatapan sayu, tatapan penuh rasa marah yang bahkan tidak bisa ia luapkan kepada tunangan kecilnya itu.

“Jangan pernah salahin orang! Dia ga salah dan kamu ga pantes ngomong gitu”ucap Sejin dengan amarah yang ia coba tahan. Sejin emosi, hal itu jelas terlihat.

“Aku pergi! Mungkin pulang malem, ga usah ditungguin”ucap Sejin setelah selesai bersiap, meninggalkan Seungyoun seorang diri di dalam kamar tanpa sebuah kecupan hangat yang biasa Sejin berikan kepada Seungyoun.

Malam itu Sejin kembali ke apartment sesuai janjinya. Sejin bahkan tidur di sisi lain tempat tidur dimana Seungyoun sudah tertidur lebih dahulu di sisi satunya. Sejin kembali, setidaknya itu yang dapat Seungyoun syukuri walau dirinya tidak bisa mendapatkan kecupan dan pelukan hangat dari Sejin.

Mungkin Sejin butuh waktu, mungkin Sejin butuh refreshing seperti apa yang di ucapkan Sejin siang tadi. Seungyoun hanya dapat menunggu, menunggu Sejinnya kembali ke pelukannya. Menunggu Sejin kembali memberikan kecupan hangat untuknya. Menunggu Sejin untuk kembali menghangatkan apartment mereka yang sekarang terasa semakin dingin.

fin

(Kapila.)

Malam Puncak.

Musik Pendukung


Wooseok bersama Sejin dan Seungyoun sudah berada di tengah-tenga lapangan bersama beberapa alumni lain dan siswa lainnya. Wooseok sebelumnya menolak menyaksikan malam puncak pentas seni tersebut, tetapi Sejin memaksa dan membuat Wooseok tetap berada ditempatnya hingga saat ini.

“Oke! Penampilannya selanjutnya special nih, soalnya yang bakalan tampil itu salah satu alumni SMA kita”ucap MC diatas panggung.

“Denger-denger nih, katanya dulu pas masih jaman sekolah kakak ini terkenal! Ketua basket ya kalo ga salah?“ucap MC lainnya yang membuat penonton semakin riuh termaksud Seungyoun dan Sejin.

Berbeda dengan Seungyoun dan Sejin yang berteriak riuh, Wooseok justru sibuk menatap ponselnya tanpa melihat kearah panggung sama sekali hingga sebuah suara membuatnya melihat kearah panggung.

“Ekhem... Ekhem... Test... Satu dua... Hallo?“ucap lelaki diatas panggung yang akhirnya menyita perhatian Wooseok.

“Hallo semua! Nih dilapangan ini, gue biasanya main basket doang nih mana pernah ngomong di depan banyak orang kayak gini, jadi maaf grogi dikit ya?“ucap lelaki tersebut yang membuat penonton tertawa.

“Oh ya, gue cerita sedikit nih ya? Boleh kan?“ucap lelaki tersebut lagi yang dibalas teriakan boleh dari penoton.

“Jadi, dulu gue pernah berantem sama satu orang alumni sini juga nih... Bukan berantem sih, cuma adu argumen kecil lah ya”ucapnya memulai cerita.

“Intinya gue kesel, karena tim basket gue alias tim basket kita kalah di tournament taruhan, yaaa namanya jiwa muda kan masih banyak emosinya”ucapnya sambil tertawa.

“Terus setelah bertahun-tahun, gue ketemu lagi sama orang itu! Kalo dulu, selesai berantem, kita ga pernah ngomong lagi karena emang ga ada kepentingan satu sama lain. Tapi entah gimana kerjanya takdir, pas kita ketemu lagi bahkan setiap hari keita selalu chatting dan ga jarang jalan bareng”penonton semakin riuh mendengar cerita lelaki tersebut.

“Terus hari ini gue bohong, bilang gabisa dateng kesini dan kayanya orang itu bete deh sama gue”ucap lelaki tersebut. Wajah Wooseok bersemu merah mendengar cerita orang dipanggung tersebut.

“Bete nih?“ucap Sejin menggoda yang berhasil mendapat pukulan ringan di tangannya.

“Hallo, Wooseok! Jangan bete lagi ya? Marahin Seungyoun aja, ini idenya dia...“ucap lelaki tersebut yang ternyata Jinhyuk dengan gitar dipangkuannya. Seungyoun menjauhkan langkahnya saat Wooseok menatapnya tajam. Langkah Wooseok terhenti saat Jinhyuk mulai memetik gitarnya.

Kurasa 'ku sedang jatuh cinta Karena rasanya ini berbeda Oh, apakah ini memang cinta? Selalu berbeda saat menatapnya (hu)

Mengapa aku begini? Hilang berani dekat denganmu Ingin 'ku memilikimu Tapi aku tak tahu Bagaimana caranya?

Tolong katakan pada dirinya Lagu ini kutuliskan untuknya Namanya selalu kusebut dalam doa Sampai aku mampu Ucap maukah denganku

Kurasa 'ku sedang jatuh cinta Karna rasanya ini berbeda Oh, apakah ini memang cinta? Selalu berbeda saat menatapnya hu Di sini aku berdiri

Menanti waktu yang tepat Hingga akhirnya kumampu Katakan padamu oh

Tolong katakan pada dirinya Lagu ini kutuliskan untuknya Namanya selalu kusebut dalam doa Sampai aku mampu Ucap maukah denganku

Tolong katakan pada dirinya Lagu ini kutuliskan untuknya Namanya selalu kusebut dalam doa Mungkinkah dia tahu Cinta yang kumau oh oh

Tolong katakan pada dirinya Lagu ini tuliskan untuknya Namanya selalu kusebut dalam doa Sampai aku mampu Ucap maukah denganku Ho oh maukah kau dengan aku

Wajah Wooseok semakin memerah saat Jinhyuk menyelesaikan petikan gitarnya dan turun dari panggung. Wooseok sudah berada dibelakang panggung saat Jinhyuk turun dari panggung dan menatap Jinhyuk tajam. Sedangkan Jinhyuk hanya tersenyum manis sebelum menarik Wooseok ke dalam pelukannya.

KAPILA

Pentas Seni.


Wooseok berusaha mengembangkan senyum seadanya. Chat dari Jinhyuk dua hari lalu berhasil membuat mood dirinya seakan hilang terhempas oleh angin. Hari ini seharusnya Wooseok mendatangi pentas seni SMA bersama dengan Jinhyuk, tetapi Wooseok datang seorang diri di tengah keramaian.

“Ka Wooseok! Langsung masuk aja ka, alumni ada diruangan khusus sebelah ruangan panitia”ucap salah seorang siswa dengan lanyard panitia di dadanya.

“Udah banyak yang dateng?“tanya Wooseok seadanya dan siswa tadi mengangguk sebagai jawaban.

Wooseok pun berjalan keruang alumni yang sebenarnya ruang kelas biasa yang disulap sebagai ruang tunggu alumni. Tujuannya? Tidak ada tujuan khusus sebenarnya, tetapi pihak osis ingin memberikan kesan sopan kepada alumni osis lainnya.

“Eh kok kayak kenal?”Wooseok bermonolog seorang diri ketika melewati ruang panitia yang berada di sebelah ruang alumni. Seorang lelaki yang menggunakan baju berbeda diantara panitia lainnya itu membelakangi tempat Wooseok berdiri.

“Woyyy Cil!!“Wooseok menoleh dan mendapati Seungyoun merangkul Sejin yang melambaikan tangan kepadanya.

“Stop panggil gue kecil!! Pacar lo juga kecil tuh”ucap Wooseok jutek.

“Kenapa sih Seok? Kok bete banget? Yuk kita cari cemilan ajaaa”ucap Sejin yang berjalan beberapa langkah menghampiri Wooseok dan menggandengnya, meninggalkan Seungyoun seorang diri.

Wooseok dan Sejin pun asik berkeliling membeli beberapa camilan dan minuman yang memang tersedia dalam beberapa stand berbeda. Sesekali Sejin dan Wooseok tertawa ketika mengingat beberapa kejadian lucu saat mereka masih SMA.

“Oh Jinhyuk yang tinggi itu? Makanya lo bete?“tanya Sejin dan Wooseok mengangguk.

“Gue bingung sih kenapa gue bete, padahal gue ga punya hak apapun loh sama dia...“ucap Wooseok mengerucutkan bibirnya.

“Hahaha lo suka ya sama Jinhyuk? Kelamaan chatting sama jalan bareng, jadi pas dia gabisa eh lo bete”ucap Sejin meyakinkan tetapi Wooseok menggeleng.

“Cinta dateng karena terbiasa, Seok! Lo biasa sama dia kemana-mana akhir-akhir ini, mungkin lo anggap cuma karena terbiasa nah kebiasaan itu yang bakalan tumbuh jadi cinta!!“ucap Sejin antuasias.

“Tapi gue kenal sama dia baru beberapa bulan? Terus kenalnya kan dari aplikasi pencarian jodoh?“ucap Wooseok bingung.

“Ralat, lo kenal Jinhyuk udah dari SMA berapa tahun tuh? Lama! Kayak gue sama Seungyoun terus jangan ngeraguin aplikasi pencarian jodoh, bahkan orang tabrakan di jalan aja bisa tiba-tiba jatuh cinta terus hidup bahagia selamanya, kan?“ucap Sejin tersenyum.

“Ah lo kebanyakan baca cerita fiksi!!“ucap Wooseok malas yang membuat Sejin terkekeh.

“Yaudah ga usah cemberut, kan gue temenin nih jadi ga sendirian?“ucap Sejin yang kembali merangkul lengan Wooseok.

“Sayang.......“Wooseok dan Sejin menoleh dan mendapati Seungyoun menghampiri mereka berdua. Wooseok menatap malas kedua temannya tersebut dan memilih menjauh dari keduanya untuk duduk di salah satu sudut lapangan tempat pentas seni tersebut berlangsung sambil menonton beberapa penampilan siswa dan siswi sekolahnya.

KAPILA

The Game.


“Yak! Han Seungwoo”suara kekehan terdengar bersamaan dengan seekor rusa yang baru saja lari menjauh, membuat sebuah panah yang ditembakan Byungchan melesat dari objek sesungguhnya.

“Serius sekali? Aku suka berada dibelakang pohon itu selama lima belas menit”ucap Seungwoo yang berjalan santai ke arah Byungchan yang sedang mencebikan bibirnya malas. Byungchan memilih memasukan kembali panahnya ke adalam sebuah kantong yang ia sampirkan di punggungnya.

“Untuk makan malam dan sebagai permintaan maafku”ucap Seungwoo menyerahkan seekor kelinci yang berhasil ditangkap Seungwoo hari itu. Byungchan mendecih sebelum mengambil kelinci tersebut walau masih sedikit kesal.

Han Seungwoo dan Choi Byungchan, sepasang kekasih yang tinggal disebuah pemukiman yang jau dari kata nyaman. Seungwoo tinggal di distrik sepuluh yang dikenal dengan hasil batu baranya sedangkan Byungchan tinggal di Distrik sebelas yang terkenal dengan hasil gandumnya dan roti terenak dari Distrik lainnya.

“Mengapa masih mengikutiku? Pulang sana! Ka Sunhwa pasti menunggumu”ucap Byunghan sinis dan Seungwoo kembali tertawa. Seungwoo mengusak puncak kepaa Byungchan sebelum mengambil alih kelinci yang Byungchan pegang.

“Aku ingin membeli beberapa potong roti untuk keponakanku, bukan mengikutimu”ucap Seungwoo bercanda yang membuat Byungchan semakin malas menganggapi candaan sang kekasih tersebut.

“Serius Han Seungwoo!!“ucap Byungchan kesal.

“Aku serius, sayang... Hari ini perangkapku hanya menghasilkan satu ekor kelinci dan aku menghilangkankan buruanmu, jadi...”

“Hm... Bawa saja kelinci itu untuk keponakanmu.“ucap Byungchan tersenyum.

“Tidak”ucap Seungwoo datar yang membuat Byungchan menatapnya bingung.

“Berikan ini pada ibu dan adikmu, Subin. Besok adalah pemilihan pertama untuk Subin, masak ini untuk makan malam dan sarapan esok pagi. Kita tau kan apa yang Subin rasakan”ucap Seungwoo tegas.

“Dia.. Tidak akan terpilih kan, Woo?“ucap Byungchan yang seketika murung.

“Tidak, namanya hanya ada satu dari ratusan nama orang di distrikmu. Kemungkinannya sangat kecil, jadi kamu tenang saja ya?“ucap Seungwoo yang memeluk kekasihnya, menenangkan.

.

“Choi Subin”tubuh Byungchan menegang, saat nama Subin di umumkan. Nama Subin hanya ada satu diantara ratusan nama anak di distriknya, tapi kenapa harus Subin yang terpilih? Subin menoleh dengan tatapan takut sebelum seseorang menghampirinya untuk berjalan maju bergabung dengan peserta lainnya.

“Tidak! Aku akan menggantikannya. Aku akan menggantikan Choi Subin!!“Byungchan berlari ke depan dan menghentikan langkah Subin, membuat orang-orang berbisik.

Seungwoo yang sudah berada di atas panggung menggeleng lemah, tidak menyetujui ide yang baru saja Byungchan lontarkan. Byungchan menarik sang adik dan menyuruhnya mundur.

Acara kantor.


Sabtu pagi, kesibukan terjadi di kediaman keluarga Cho. Acara kantor Seungyoun mengharuskan seluruh anggota keluarga Cho datang, tanpa terkecuali. Pagi itu, Sejin sibuk menyiapkan sarapan dan membangunkan anak sulung lelakinya yang masih betah berada di bawah selimut.

“Kan bubu udah bilang, jangan ikutin baba main game sampai tengah malem!”

“Nghhh... Baba bilang aku cupu kalo ga main sampe tengah malem”

“Yaudah buruan kamu mandi, itu Dede udah siap-siap terus Baba juga udah lagi pake baju”

“Kenapa acara kantor Baba harus pagi sih? Kenapa ga malem?”

“Do, dibanding kamu protes terus mending ambil handuk terus masuk ke kamar mandi, hm?”

“Eh... Iya siap, Ba!”

Dohyon yang semula masih bergelung dibawah selimutnya, otomatis bangun saat Seungyoun menghampirinya. Dohyon selalu menghormati Babanya itu walaupun sebenarnya ia juga menghormati Sejin sebagai Bubunya, tetapi Sejin lebih dapat di rayu ketimbang Seungyoun.

“Bubu! Tolongin akuuuu”

Sejin tersenyum, ia tau apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Setelah memastikan Dohyon masuk ke dalam kamar mandi, Sejin memutuskan menghampiri anak bungsunya yang sedang mematut diri di depan cermin pagi itu.

“Tolongin aku.... Engga bisa”ucap Wonyoung yang memegang sebuah alat untuk merapihkan rambutnya tersebut.

Sejin dengan telaten membantu Wonyoung walaupun beberapa kali harus menerima teriakan Dohyon maupun Mas Seungyoun yang menanyakan sesuatu dari dalam kamarnya.

“Bu! Aku ini pake belt? ga muat kayanya deh....“ucap Dohyon yang mengintip dari luar kamar.

“Muat pasti! Nanti Bubu bantuin makein, kamu tuh udah gede ya, Do! Tapi kalo pake baju pasti ada yang ga bener”ucap Dek Sejin yang masih fokus memperhatikan anak bungsungnya lewat cermin.

“Hm... oke! Aku sama Baba sarapan duluan ya, Bu? Laperrr hehehe”ucap Dohyon lagi sebelum meninggalkan kamar Wonyoung.

“Loh tumben Baba sama Bubu ga kembaran dresscodenya?“tanya Dohyon dari meja makan saat melihat Dek Sejin menggunakan setelan coklat sedangkan Mas Seungyoun menggunakan setelah hitam.

“Emang sengaja! Lagian, Bubu ga pake baju samaan kayak Baba juga orang-orang udah tau siapa Bubu kok”ucap Dek Sejin penuh percaya diri.

“Iya bener! Itu Bubu sengaja milihin baju Dede biar samaan kayak Baba terus baju kamu samaan kayak Bubu, biar ketauan kalo kalian anak siapa!! Biar kalo ilang, ga susah nyariin orang tuanya”ucap Mas Seungyoun tertawa.

.

“Dek, nanti kamu naik ke panggung kalo Mas dipanggil ya?“ucap Mas Seungyoun saat sudah berada di dalam mobil.

“Aku sama Dede ga diajak, Ba?“ucap Dohyon protes yang membuat Dek Sejin tersenyum.

“Boleh kan mas?“tanya Dek Sejin dan Mas Seungyoun pun mengangguk.

“Boleh lah! Nanti sekalian Baba kenalin ke orang-orang anak-anak hebat Baba!!“ucap Mas Seungyoun yang masih fokus menatap jalanan di depannya.

Sesampainya di acara tersebut, Dek Sejin menggandeng mesra Mas Seungyoun dan menyapa beberapa among tamu yang berbaris di depan aula acara. Dibelakang mereka, berdiri Dohyon dan Wonyoung yang berjalan bak pangeran dan putri kerajaan. Bahkan sayup-sayup terdengar suara orang yang memuji keluarga tersebut.

“Pak Seungyoun selamat atas promosi jabatannya!“ucap salah satu kolega dalam acara tersebut.

“Wah cantik, siapa namanya?“ucap istri salah satu koleg a yang sebelumnya menyapa Mas Seungyoun.

“Wonyoung, bu...“ucap Wonyoung sopan.

“Ah iya, ini suami saya Lee Sejin lalu ini anak pertama saya Dohyon biasa dipanggil Dodo terus yang ini namanya Wonyoung, tapi kalo dirumah suka dipanggil Dede karena paling bontot”ucap Mas Seungyoun menjelaskan.

“Ih Baba!!“ucap Wonyoung malu. Karena menurutnya cuma keluarga intinya saja yang memanggilnya Dede, untuk orang lain bisa memanggilnya Wonyoung ataupun Wony.

“Ini anaknya udah gede-gede, kalo mereka main emang ga kesepian dirumah? Tambah lah satu atau dua lagi, buat temen main kalo weekend“Mas Seungyoun tertawa renyah saat mendengar obrolan ringan koleganya tersebut yang membuat Dek Sejin mencubit kecil lengan sang suami.

“Saya sama anak-anak maunya sih gitu, tapi nih Bubunya belum mau”ucap Mas Seungyoun melirik ke arah Dek Sejin.

“Kenapa emang? Kalian berdua kan masih muda? Engga apa-apa kok! Kan kata orang tua dulu, banyak anak banyak rezeki?“ucap istri sang kolega yang membuat Dek Sejin hanya dapat tersenyum dan mengangguk.

Acara ramah tamah tersebut berlangsung hangat, walaupun sebagian besar berisi celotehan yang bahkan tidak di mengerti Dohyon dan Wonyoung. Keluarga Cho sudah duduk di salah satu meja yang disiapkan, acara akan masuk ke acara inti dimana acara dibuka dengan sambutan dari beberapa pihak.